Anda di halaman 1dari 18

LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN


BENGKAYANG
NOMOR : ….. TAHUN 2018
TANGGAL : 01 September 2018

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh
penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat dilaksanakan secara elektronik, lisan, atau tertulis. Kesenjangan dalam komunikasi
saat serah terima atau pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan dan didalam serta antar tim
pelayanan, bisa mengakibatkan cidera terhadap pasien.
Komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab
dalam kasus-kasus sentinel, komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, lengkap, tidak rancu dan
dimengerti oleh sang penerima. Penelitian juga menunjukan bahwa penundaan dalam menanggapi
hasil yang penting dapat mempengaruhi secara negatif hasil akhir pasien.

B. TUJUAN
1. Menerapkan sebuah proses atau prosedur untuk perintah yang disampaikan melalui telepon (lisan),
atau penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi dengan “mengulang”
selengkapnya perintah atau pun hasil uji klinis yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang
yang menerima informasi tersebut.
2. Mengembangkan dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua perintah maupun hasil uji
yang diterima harus diverifikasi atau ‘dibacakan ulang’ kepada pihak yang memberi perintah atau
hasil uji klinis tersebut. Termasuk pula proses dokumentasi dan penanda-tanganan sebagai bentuk
konfirmasi atas perintah atau hasil uji yang diterima.
3. Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu
cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai
pikiran-pikiran atau informasi

1
BAB II
TATA LAKSANA

Sebagai tata laksana dari Meningkatkan Komunikasi yang Efektif antar Profesional Pemberi
Asuhan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bengkayang ini dapat dilihat beberapa hal sebagai
berikut :

A. Pengertian
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu.

B. Unsur Komunikasi
1. Sumber atau komunikator:
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya
kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan
dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di
terima dengan baik.
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas dan
dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara berbicaranya nya jelas dan menjadi
pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
2. Isi Pesan (apa yang disampaikan):
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media
penyampaian, penerimanya.
3. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim
atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau
keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu
saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap.
Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, VCD (peraga).
4. Penerima atau komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima
bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk
menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik
sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah.

2
C. Komunikasi Efektif
Peningkatan Komunikasi Efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan.
Format muatan informasi dalam proses melaporkan menggunakan pendekatan atau formula
”SBAR” atau SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMMENDATION.
Prosedur Komunikasi Antar Petugas Medis Dengan Menggunakan SBAR:
1. Ucapkan salam sesuai waktu saat komunikasi (pagi, siang, sore)
2. Perkenalkan : nama, asal rumah sakit, ruangan mana?
3. Bila komunikasi dilakukan melalui telepon, pastikan orang yang dihubungi adalah yang benar
dengan mengkonfirmasi namanya (Apakah benar saya berbicara dengan ...........?” )
4. Jelaskan SITUATION (situasi atau kondisi yang dilihat pada pasien) yang terjadi:
a. Sebutkan identitas petugas yang berbicara : Nama, Ruangan, dan Rumah Sakit tempat bertugas.
b. Sebutkan identitas pasien yang akan dilaporkan : Nama (Tn/Ny/Nn/An ............), tanggal lahir
atau umur, dan Ruang Perawatan.
c. Jelaskan perubahan kondisi pasien yang diamati : berdasarkan pengamatan petugas, keluhan
subyektif pasien, atau perubahan tanda-tanda obyektif yang ditemukan pada pasien.
5. Jelaskan BACKGROUND (latar belakang medis) yang berkaitan dengan situasi tersebut :
a. Tanggal mulai dirawat.
b. Diagnosa awal dan diagnosa kerja saat ini.
c. Hasil pemeriksaan sebelumnya : pemeriksaan fisik, laboratoris, radiologis, dan lain-lain.
d. Terapi (obat-obatan dan tindakan) yang diberikan sebelumnya.
e. Riwayat alergi obat (bila ada).
6. Sebutkan ASSESMENT (penilaian atas kondisi) terkait dengan situasi tersebut:
a. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada pasien terkait perubahan kondisi yang
ditemukan pada pasien menurut anda sebagai petugas medis saat itu.
b. Tindakan- tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat itu.
7. Sebutkan RECOMMENDATION (rekomendasi tindak lanjut) yang dianjurkan sebagai petugas
medis saat itu; rekomendasi yang dianjurkan bisa antara lain :
a. Permintaan untuk : melihat pasien sesegera mungkin, merujuk atau transfer pasien, konsultasi
ke dokter lain, atau menjelaskan pada pasien atau keluarganya tentang perubahan kondisi
yang terjadi.
b. Permintaan untuk : advis pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan.
c. Permintaan untuk : advis perubahan terapi atau tindakan lain yang diperlukan.
8. Setelah diberikan advis untuk melakukan tindak lanjut, lakukan prosedur Write Back – Read Back
– Repeat Back terhadap advis tersebut sebelum dilakukan.
9. Ucapkan terima kasih dan salam penutup.
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya satu persatu
dengan menggunakan Alphabet Internasioal.

3
10. Semua instruksi verbal/pesan baik melaui telpon/SMS/Media sosial lain harus diverifikasi oleh
DPJP dalam waktu 24 jam, dengan membubuhkan tanda tangan pada kolom stempel konfirmasi.
11. Semua DPJP yang meninggalkan tugasnya lebih dari 1 x 24 jam harus menunjuk DPJP pengganti.
12. Dalam keadaan gawat darurat:
a. Penerima instruksi cukup mengulangi instruksi yang diberikan oleh DPJP/dokter jaga
b. Instruksi yang diberikan ditulis secara lengkap dan akurat

D. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Nilai Kritis


Nilai kritis adalah setiap nilai hasil pemeriksaan penunjang diagnostik di luar rentang normal yang
dapat membahayakan kondisi pasien. Berikut yang harus diperhatikan dalam melaporkan nilai kritis:
1. Dokter mencantumkan nama terang, tanda tangan, no. handphone pada lembar permintaan
pemeriksaan penunjang.
2. Jika nilai kritis ditemukan di unit pemeriksaan laboratorium, maka yang melaporkan adalah dokter
patologi klinik atau staf laboratorium, namun bila ditemukan di radiologi maka yang dapat
melaporkan hanya dokter spesialis radiologi, dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Menelpon nomor hotline ruangan yang mengirim pasien, pastikan dokter yang meminta
menerima telpon tersebut. Bila dokter tidak di ruangan, maka sampaikan kepada perawat
ruangan.
b. Perawat ruangan segera menelpon dokter yang meminta pemeriksaan. Bila tidak dapat
dihubungi maka perawat akan langsung menghubungi dokter setingkat di atasnya atau
DPJP. Bila DPJP tidak dapat dihubungi maka perawat akan menghubungi bertingkat
dengan urutan sebagai berikut:
1) Dokter dengan spesialisasi sama dengan DPJP
2) Ketua Komite Medik
3) Kepala Bagian Pelayanan Medik
4) Direktur
2. Bagi pelapor menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR dan saat menerima advice
atau instruksi dengan metode Write Back - Read back - Repeat back.
3. Bila terdapat nilai kritis pada pemeriksaan penunjang pasien poliklinik, unit penunjang akan
mengambil langkah sebagai berikut:
a. Menelpon nomor hotline poliklinik dan memberitahukan hasil kepada dokter poliklinik yang
meminta.
b. memberitahukan kepada pasien/keluarga tentang hasil pemeriksaan dan meminta kepada
pasien untuk penanganan lebih lanjut di Unit Gawat Darurat RSUD Bengkayang.
c. Menghubungi Unit Gawat Darurat RSUD Bengkayang agar siap menindaklanjuti pasien
dengan nilai kritis tersebut.

4
E. Serah Terima (Hand Over) Pasien
Serah terima asuhan pasien di dalam rumah sakit terjadi antar-PPA seperti antara staf medis dan
staf medis, antara staf medis dan staf keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA
dan PPA lainnya pada saat pertukaran shift; antarberbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang
sama seperti jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat ke kamar
operasi; dan dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti radiologi atau
unit terapi fisik.
Pasien yang akan dipindahkan, dirapikan dan disiapkan antara lain:
1. Informasikan ke unit tujuan untuk bersiap-siap menerima pasien melalui telepon
2. Antar pasien ke unit tujuan minimal dengan 1 orang perawat dengan menggunakan kursi roda,
strecher atau tempat tidur pasien, disesuaikan dengan kondisi pasien
3. Serah terima dilakukan oleh perawat unit yang memindahkan kepada penanggung jawab unit
yang dituju
4. Informasi serah terima untuk ke unit rawat inap meliputi sedikitnya:
a. Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medis pasien
b. Diagnosis kerja/diagnosis masuk yang dibuat oleh dokter UGD/DPJP
c. Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran)
d. Rencana / instruksi penanganan yang diberikan oleh DPJP pasien termasuk rencana diet
e. Tidakan dan/atau obat yang telah diberikan di unit-unit sebelumhya, misalnya UGD
f. Obat-obat apa yang ada / di bawa oleh pasien maupun obat yang telah diambil dari farmasi
untuk pasien
g. Riwayat alergi pasien
5. Informasi serah terima untuk ke unit penunjang meliputi sedikitnya:
a. Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medis pasien
b. Diagnosis kerja/diagnosis masuk yang dibuat oleh dokter UGD/DPJP
c. Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran)
d. Riwayat alergi pasien.
e. Rencana / instruksi tindakan penunjang yang diberikan oleh DPJP pasien termasuk rencana
diet
6. Petugas yang menerima pasien mencatat semua informasi yang diberikan (write back)
7. Petugas yang menerima pasien melakukan read back informasi, dan petugas yang menyerahkan
pasien mengkonfirmasi kebenaran informasi tersebut (Repeat back)
8. Pastikan bahwa serah terima tidak ada yang terlewat, bila ada yang kurang mengerti dapat
ditanyakan
9. Dokumentasikan kegiatan yang meliputi sedikitnya tanggal kegiatan, siapa yang mengantar
pasien dan siapa yang menerima pasien
10. Rapikan kembali alat-alat yang sudah tidak digunakan oleh pasien

5
Kode Alfabet International :

6
BAB III
DOKUMENTASI

A. Sebagai dokumentasi dari Peningkatan Komunikasi Efektif ini adalah rekam medis Pasien.
1. Untuk perawat yang menelepon dan menerima telepon dari dokter, dan antar unit didokumentasikan
pada rekam medik.
2. Instruksi dokter yang diterima via telepon dituliskan dan ditandatangani oleh dokter pada saat visite
di catatan terintegrasi pada lembar rekam medis.
B. Singkatan-singkatan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bengkayang adalah sebagai
berikut :
1. Untuk penandaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Transfusi darah
Ket: Arsir merah pada kolom tanggal transfusi di RM (Grafik Umum) dan
jumlah cairan darah dicatat

k 2. Operasi (Lingkaran biru)


Ket : Lingkaran biru dengan di dalamnya huruf “ K” warna merah di RM
(Grafik Umum)

+ 3. Kematian (cross warna merah)


Ket: Tanda cross warna merah untuk pasien meninggal.


4. Laki – laki


5. Perempuan

6.HIV
Ket : Di RM kanan atas pada pasien HIV

6. Alergi (warna merah)


Ket : Di pojok kanan atas pada lembar pertama RM pasien alergi dan
dituliskan keterangan jenis alergi.

7
2. Daftar Singkatan, Simbol, dan Cara Penulisan Dosis yang tidak boleh digunakan dalam
pemberian informasi di bidang medis.

Daftar minimal singkatan yang TIDAK BOLEH digunakan


No Singkatan Potensi Masalah Istilah yang dipilih
1. U (untuk unit) Keliru sebagai nol, empat atau cc. Gunakan "unit"
2. IU (untuk unit Keliru sebagai IV (intravena) atau10 Gunakan "international
internasional (sepuluh) unit"
3. Q.D., Keliru untuksatu sama lain. Periode Tulis "hari" dan "setiap
Q.O.D. setelah Q bisa salah untuk"I" dan"O" hari"
(Singkatan Latin bisa salah untuk"I"
untuk sekali
sehari dan setiap
hari)
4. Penulisan 0 (nol) Titik desimal luput atau hilang a. Jangan pernah menulis
desimal nol setelah titik desimal
a. X.0 mg (X mg)
b. X mg b. Selalu menggunakan nol
sebelum titik desimal
(0.x mg)
5. MS a. Membingungkan untuk satu Tulis "morphine sulfate"
a. MSO4 sama lain atau "magnesium sulfate"
b. MgSO4 b. Dapat berarti morfin sulfat
atau magnesium sulfat

Singkatan Berikut JANGAN DIGUNAKAN untuk Menjelaskan Masalah Medis


No Singkatan Potensi Masalah Istilah yang dipilih
1. µg Keliru mg (miligram), Tulis "mcg"
(untuk menghasilkan seribu kali lipat
mikrogram) dosis
2. H.S. a. Keliru diduga baik setengah Tuliskan "setengah-
(untuk setengah- kekuatan-atau jam tidur kekuatan" atau"pada waktu
kekuatan atau b. qHS (Quaque hora somni= tidur"
singkatan Latin pada waktu tidur)
untuk tidur)
3. T.I.W. Keliru tiga kali sehari atau dua kali Tulis "3 kali seminggu "atau"
(tiga kali seminggu (mengakibatkan tiga kali seminggu"
seminggu) overdosis)

8
4. S.C.atau S.Q. Keliru sebagai SL untuk Tulis "Sub-Q", "subQ", atau
(untuk subkutan) sublingual, atau"5 setiap" "subkutan"
5. D/C Diartikan sebagai menghentikan Menulis" discharge"
(untuk discharge) apapun obat mengikuti (biasanya
debit meds).
6. cc Dikira U (unit) ketika ditulis Tulis "ml" untuk milliliter
(untuk sentimeter dengan buruk.
kubik)
7. A.S., M, A.U. Keliru untuk satu sama lain Tulis: "telinga kiri," "telinga
(Singkatan Latin (misalnya, AS untuk OS, AD kanan" atau "kedua telinga,"
untuk kiri, kanan, untuk OD, AU untuk OU, dan "mata kiri," "mata kanan,"
atau kedua lain-lain) atau" kedua mata
telinga)
OS, OD, OU
(singkatan Latin
untuk kiri, kanan,
atau kedua mata)

Daftar Singkatan Obat yang TIDAK BOLEH Digunakan


No Singkatan Obat Potensi Masalah Istilah yang dipilih
1. CPZ Keliru chlorpromazine Gunakan nama obat yang
(Compazine atau lengkap
prochlorperazine)
2. HCl hydrochloric acid Keliru potassium chloride (“H” Gunakan nama obat yang
atau hydrochloride disalah artikan dengan “K”) lengkap
3. HCT Keliru hydrochlorothiazide Gunakan nama obat yang
(hydrocortisone) lengkap

Daftar Simbol yang TIDAK BOLEH Digunakan


No Simbol Potensi Masalah Istilah yang dipilih
1. > (lebih dari) dan < Keliru “< 10” dianggap “40” Gunakan lebih dari atau
(kurang dari) kurang dari
2. (membagi dua dosis Keliru sebagai nomor, Gunakan “per”
atau “per”) contohnya “25 unit/10 unit” dibandingkan “/”
salah baca dengan 25 unit dan
110 unit

9
3. Untuk Pemberian Singkatan Diagnosa

Huruf Singkatan Kepanjangan


Abjad
A ARF Acute Renal Failure
ASHD Arteriosclerotic Heart Disease
AML Acute Myeloid Leukemia
ASD Atrial Septal Defect
AMI Acute Myocard Infarct
AIHA Autoimmunehemolytic anemia
ALL Acute lymphoblastic leukemia
AP Angina Pectoris
AMP Austin MooreProsthesis
ATL Achilles Tendon Lightening
AVI Arbovirus Infection
APB Ante Partum Bleeding
AKI Acute Kidney Injury
AF Atrial Fibrilasi
ATE Adeno Tonsilektomi
App Appendicitis
ALO Acute Lung Oedema
B BP Bronchopneumonia
BPH Benign Prostatic Hyperplasia
BSO Bilateral Salpingo Ooforektomi
BNC Bladder Neck Contracture
BNI Bladder Neck Insisi
BPPV Benign Paroxysmal Positional Vertigo
BBLR Berat Bayi Lahir Rendah
BBB Batu Buli – buli
C COPD Cor Obstructive Pulmonum Disease
CRF Chronic Renal Failure
CML Chronic Myelogenous Leukemia
CPD Cephalopelvic Disproportion
CVA Cerebrovascular Accident
CVD Cerebrovascular Disease
CAD Coronary Artery Disease
Ca Carcinoma
CAPD Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis

10
COB Cidera Otak Berat
CKD Chronic Kidney Disease
CAP Community Acquired Pneumonia
CPC Cor Pulmun Chronicum
CKB Cidera Kepala Berat
CKR Cidera Kepala Ringan
CTTH Chronic Tension-Type Headache
CTS Carpal Tunnel Syndrome
CRD Chronic Renal Disease
CTEV Congenital Talipes Equinovarus
CHF Congestive Heart Disease
CF Close Fracture
D DM Diabetes Mellitus
DHF Dengue Hemorrhagic Fever
DSS Dengue Shock Syndrome
DBD Demam Berdarah Dengue
DPK Defisiensi Protein Kalori
DPE Defisiensi Protein Energi
DUB Dysfunctional Uterine Bleeding
DC Decompensatio Cordis
DHS Dynamic Hip Screw
DAI Difuse Axonal Injury
DS Down Syndrome
DIC Disseminated Intravascular Coagulation
DVT Deep Vein Thrombosis
E ESRD End Stage Renal Disease
EH Encephalopathy Hepatic
EPS Extra Pyramidal Syndrome
EDH Epidural Hemorrhage
F FUO Fever of Unknown Origin
FAM Fibroadenoma Mammae
G GE Gastroenteritis
GEA Gastroenteritis Akut
GED Gastroenteritis Dehidrasi
GNC Glomerulonephritis Chronic
GGA Gagal Ginjal Akut
GGK Gagal Ginjal Kronik

11
GTG Gangguan Toleransi Glukosa
GERD Gastroesophageal Reflux disease
GI Gastro Intestinal
H HPP Hemorrhagic Post Partum
HHD Hypertension Heart Disease
HNP Hernia Nukleus Pulposus
HIL Hernia Inguinalis Lateralis
HT Hypertension
HN Hydronephrosis
HF Heart Failure
HCC Hepatocellular Carcinoma
HIV Human Imunodeficiency Virus
HHF Hypertension Heart Failure
I ISKA Infeksi Saluran Kencing Atas
ISKB Infeksi Saluran Kencing Bawah
ITP IdiopathicThrombocytopenic Purpura
IUFD Intra Uterine Fetal Death
IDDM Insulin Dependent Diabetes Mellitus
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas
IMA Infark Myocard Acute
IBS Irritable Bowel Syndrome
ICPM Intracranial Pressure Monitoring
IGT Impaired Glucose Test
IUGR Intra Uterine Growth Retardation
ICH Intracranial Hemorrhage
ISK Infeksi Saluran Kencing
IOL Intraocular Lens
J JRA Juvenile Rheumatoid Arthritis
K KP Koch Pulmonum
KET Kehamilan Ektopik Terganggu
KLL Kecelakaan Lalu Lintas
KRT Kecelakaan Rumah Tangga
KOR Kecelakaan Olahraga
KK Kecelakaan Kerja
KD Kejang Demam
KAD Ketoasidosis Diabetikum
L LBP Low Back Pain

12
Letsu Letak Sungsang
Letli Letak Lintang
LBBB Left Bundle Branch Block
Letbo Letak Bokong
LVH LeftVentricularHypertrophy
M MOW Metode Operasi Wanita
MOP Metode Operasi Pria
MI Myocard Infarct
MSI Myocardium Subsequent Infarct
MR Mitral Regurgitation
MS Mitral Stenosis
N NP Normal Partus
NIDDM Non InsulinDependentDiabetesMellitus
NPH Nocturnal Paroxysmal Haemoglobinuria
ND Nephropathy Syndrome
NHL Non Hodgkin’s Lymphoma
NSAID Non-streroidal anti-inflammatory Drugs
O OMP Otitis Media Purulenta
ORIF Open Reduction Internal Fixation
OA Osteoarthritis
OMI Old Myocardial Infarct
OD Ocular Dextra
OS Ocular Sinistra
OF Observasi Febris
P PPOM Penyakit Paru Obstruktif Menahun
PRM Premature Rupture Membranes
PID Pelvic Inflammatory Disease
PAT Paroxysmal Atrial Tachycardia
PSSW Pedicle Screw Sublaminar Wiring
PMR Polymyalgia Rheumatica
PIS Perdarahan Intraserebral
PEB Pre-Eklampsia Berat
PER Pre-Eklampsia Ringan
PNA PyelonephritisAcute
PS Plate-screw
PPT Plasenta Previa Totalis
R RIND Reversible Ischaemic Neurologic Deficit

13
RAA Rheumatoid Arthritis Acuta
RHD Rheumatic Heart Disease
RDS Respiratory Distress Syndrome
RPG Retrograde Pyelography
RBBB Right Bundle Branch Block
S SLE Systemic LupusErythematosus
SSPE Subacute Sclerosis Panenchephalitis
SCTP Sectio Caesaria Trans Profunda
SVH Supravaginal Hysterectomy
SOD/S Salpingo Ooforektomi Dextra / Sinistra
SPTB Spontaneous Breech
SC Sectio Caesaria
SSS Sick Sinus Syndrome
T TIA Transient Ischaemic Attack
TKR Total Knee Replacement
THR Total Hip Replacement
TAH Total Abdominal Hysterectomy
TB Tuberculosis
TBW Tension Band Wiring
TOA Tuba Ovarial Abscess
TUR Trans Uretra Resection
U UTI Urinary Tract Infection
URI Upper Respiratory Infection
V VE Vacuum Extractie
VES VentricularExtrasystole

4. Istilah lain yang sering digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bengkayang adalah
sebagai berikut :
Huruf Abjad Singkatan Kepanjangan
A ABD Abduksi
ADD Aduksi
ADL Activity Daily Living
AGA Anggota Gerak Atas
AGB Anggota Gerak Bawah
AJ Angkatan Jahitan
AN Atas Nama

14
AP Anterior Posterior
AS Apgar Score
Ax Anamnesa
B BAB Buang Air Besar
BAK Buang Air Kecil
Bapil Batuk Pilek
BE Breathing Exercise
BKK Bukti Kas Keluar
BKB Batuk Kronis Berulang
BKM Bukti Kas Masuk
BNO Blass Nier Oversich
BPPV Benign Paroxysmal Positional Vertigo
BS Bubur Saring
C CP Cerebral Palsy
CRS Cervical Root Syndrome
CT Cervikal Traksi
CVP Central Venous Pressure
CCG Diet Cincang
D D Dextra
DC Diet Cair
Dex Dextra
DPO Daftar Pemakaian Obat
Dx Diagnosa
E ES Electrical Stimulation
ET CO2 End Tidal CO2
ETT Endotracheal Tube
EXC Exercise
Ext Extremitas
F FT Fisioterapi
G GA General Anesthesia
GH Gleno-humeral
H HEP Home Exercise Program
HNP Hernia Nukleus Pulposus
I IBP Invasive Blood Pressure
IDT Induction-Delivery Time
IRR Infrared Radiation
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut

15
IVP Intravenous Pyelogram
K KRS Keluar Rumah Sakit
KV Kilo Volt
L L Left
Lat Lateral
LBP Low Back Pain
LGS Luas Gerak Sendi
Lig Ligamen
LLD Left Lateral Decubitus
LMN Lower Motor Neuron
LT/PT Lumbal Traksi/Pelvic Traksi
M Ma / Mi Makanan minum
MAS Meconium Aspiration Syndrome
MMT Manual Muscle Testing
MRS Masuk Rumah Sakit
MSS Minum sedikit-sedikit
MTPS Myofascial Trigger Point Syndrome
MWD Microwave Diathermy
N N Nadi
NK Non King
NWB Non Weight Bearing
NB Nasi Biasa
NT Nasi Tim
O OK Kamar Operasi
OP Operasi
OP Ortotik Prostetik
OT Okupasi Terapi
P PA Posterior Anterior
P/B Poli Bius
PB Pasien Baru
PDx Planning Diagnose
PF Pemeriksaan Fisik
P/L Poli Lokal
PL Pasien Lama
PM Post Miksi
PNF Propioseptive Neurovascular Fascilitation
PP Pulang Paksa

16
PS Physical Status
PSM Petugas Sosial Medis
PWB Parsial Weight Bearing
Px Pemeriksaan
R R Right
R/ Resep
RI Rawat Inap
RJ Rawat Jalan
RM Rehabilitasi Medis
ROM Range Of Motion
RR Respiratory Rate
S S Sinistra
S/D Sinistra / Dextra
S1 Sacral 1
SAB Sub-Arachnoid Block
Sin Sinistra
SLR Straight Leg Raising
SpKFR Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
SpO2 Saturasi Oksigen
T TD Tekanan Darah
TENS Transcutaneous Electrical Stimulation
Th Thoracal
Tho Thorax
TL True Lateral
TLSO Thoracolumbosacral
TW Terapi Wicara
Tx Terapi
U UKG Ultra Korte Golf
UMN Upper Motor Neuron
USD Ultrasound Diathermy
USG Ultrasonografi
UV Ultraviolet
V VL Vertebra Lumbal
W WB Whole Blood
WFE William Flexion Exercise
Y YLL Yang Lalu

17
BAB IV
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan Peningkatan Komunikasi yang Efektif
sesuai prosedur di Rumah Sakit Umum Daerah Bengkayang. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi.
Tim Penyusun berharap berbagai pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Kabupaten Bengkayang,

dr. SEMUEL GERITS RAHANRA,MPH


PEMBINA / IVa
NIP. 19650225 200212 1 002

18

Anda mungkin juga menyukai