Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.504 pulau. Dengan luasan daratana sebesar 1.922.570 km2 dan
luasan perairan 3.257.483 km2 serta dihuni oleh 261,1 jiwa (BIG dan World Bank,
2016), maka tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia itu sendiri memiliki potensi
sumber daya alam yang sangat besar. Namun yang menjadi tolok ukur kemajuan
suatu negara bukan hanya ditinjau dari seberapa besar sumber daya alamnya
melainkan juga keterlibatan dari factor sumber daya manusianya.Dimana potensi
sumber daya manusia yang besar ini merupakan aset yang harus dikembangkan
kemampuan dan kompetensinya dalam menjalankan roda perekonomian suatu
bangsa.

Hal ini berkaitan dengan peluang Indonesia itu sendiri melalui Badan Pusat
Statistik ( BPS) yang memprediksi Indonesia akan mengalami bonus demografi.
Dimana bonus demografi merupakan peningkatan jumlah penduduk usia
produktifpada 2020–2030 di indonesia akan mencapai 52 persen dari total jumlah
penduduk Indonesia. Hal ini menjadi modal bagi Indonesia dalam menyongsong
Indonesia emas pada tahun 2045 nanti atau 100 tahun Indonesia merdeka.

Selain itu perkembangan zaman yang selalu dinamis pun selalu menuntut
adanya penyesuaian terhadap potensi suatu negara. Dalam hal ini yang sedang
dihadapi dunia pada masa ini adalah revolusi industry 4.0.Revolusi industri
generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar,
kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi
yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.Hal inilah
yang disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the
World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution.

Revolusi industi 4.0 telah mendorong inovasi-inovasi teknologi yang


berdampak terhadap perubahan terhadap pola kehidupan bermasyarakat.

1
Perubahan-perubahan tak terduga menjadi fenomena yang akan sering muncul
pada era revolusi indutsri 4.0. Revolusi industri 4.0 tidak hanya menyediakan
peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai pemicu revolusi industri juga diikuti dengan implikasi lain
seperti pengangguran, kompetisi manusia dengan mesin, dan tuntutan kompetensi-
kompetensi lain yang semakin tinggi.

Dalam hal ini peran pendidikan menjadi modal utama dalam upaya
membentuk kompetensi-kompetensi manusia sebagai fundamental terhadap
penyusuaian dalam dinamika zaman yang selalu berkembang.Selain itu secara
khusus, keterlibatan pendidikan terutama dalam jenjang pendidikan tinggi dimana
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam hal mengawal perubahan
Indonesia dalam revolusi industry 4.0. Menurut Menteri Ketenagakerjaan
(Menaker) M. Hanif Dhakiri pun berpendapat bahwa pengingatan pengelolaan
pendidikan pada jenjang perguruan tinggi menjadi factor penting untuk mampu
mengelola pesatnya kemajuan dunia digital yang berubah cepat.Sehingga dalam
hal ini perlua adanya peninjauan potensi pendidikan tinggi dalam menjawab
peluang dan tantangan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah awal sejarah revolusi industri ?
2. Apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan di Indonesia pada era industri 4.0?
4. Mengapa pada era industri 4.0 pendidikan mempunyai peran penting ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui awal sejarah revolusi industri
2. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan industri 4.0
3. Mengetahui perkembangan pendidikan pada era industri 4.0
4. Mengetahi apa peran penting pendidikan di era industri 4.0

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Revolusi Indutsri

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia


sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia
dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin.Salah satunya adalah kemunculan
mesin uap pada abad ke-18.Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek
naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi
Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia
menjadi enam kali lipat.

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan


kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam
(combustionchamber). Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon,
mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara
signifikan.Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan
kemunculan teknologi digital dan internet.

Selanjutnya, pada revolusi industri generasi keempat, seperti yang telah


disampaikan pada pembukaan tulisan ini, telah menemukan pola baru ketika
disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan mengancam
keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent.Sejarah telah mencatat bahwa
revolusi industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-
perusahaan raksasa.

Lebih dari itu, pada era industri generasi keempat ini, ukuran besar
perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci
keberhasilan meraih prestasi dengan cepat.Hal ini ditunjukkan oleh Uber yang
mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau
Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata.Ini

3
membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang
besar memangsa yang kecil.

Oleh sebab itu, perusahaan harus peka dan melakukan instrospeksi diri
sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagai panduan untuk melakukan introspeksi diri,
McKinsey&Company memaparkannya dalam laporan berjudul An Incumbent’s
Guide to Digital Disruption yang memformulasikan empat tahapan posisi
perusahaan di tengah era disruptif teknologi.

B. Revolusi Indutstri 4.0

Definisi mengenai Industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap


penelitian dan pengembangan. Kanselir Jerman, Angela Merkel (2014)
berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari
keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital
dan internet dengan industri konvensional. Schlechtendahl dkk (2015)
menekankan definisi kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi, yaitu
sebuah lingkungan industri di mana seluruh entitasnya selalu terhubung dan
mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.

Pengertian yang lebih teknis disampaikan oleh Kagermann dkk (2013)


bahwa Industri 4.0 adalah integrasi dari Cyber Physical System (CPS) dan
Internet of Things and Services (IoT dan IoS) ke dalam proses industri meliputi
manufaktur dan logistik serta proses lainnya. CPS adalah teknologi untuk
menggabungkan antara dunia nyata dengan dunia maya. Penggabungan ini dapat
terwujud melalui integrasi antara proses fisik dan komputasi (teknologi embedded
computers dan jaringan) secara close loop (Lee, 2008). Hermann dkk (2015)
menambahkan bahwa Industri 4.0 adalah istilah untuk menyebut sekumpulan
teknologi dan organisasi rantai nilai berupa smart factory, CPS, IoT dan IoS.Smart
factory adalah pabrik modular dengan teknologi CPS yang memonitor proses fisik
produksi kemudian menampilkannya secara virtual dan melakukan desentralisasi
pengambilan keputusan. Melalui IoT, CPS mampu saling berkomunikasi dan

4
bekerja sama secara real time termasuk dengan manusia. IoS adalah semua
aplikasi layanan yang dapat dimanfaatkan oleh setiap pemangku kepentingan baik
secara internal maupun antar organisasi. Terdapat enam prinsip desain Industri 4.0
yaitu interoperability, virtualisasi, desentralisasi, kemampuan real time,
berorientasi layanan dan bersifat modular. Berdasar beberapa penjelasan di atas,
Industri 4.0 dapat diartikan sebagai era industri di mana seluruh entitas yang ada
di dalamnya dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan
berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan CPS guna mencapai tujuan
tercapainya kreasi nilai baru ataupun optimasi nilai yang sudah ada dari setiap
proses di industri.

C. Perkembangan Pendidikan Indonesia

Sebenarnya Pimpinan bangsa Indonesia selalu dengan sadar membangun,


menanam modal dalam sumber daya manusia.Hasilnya adalah peningkatan akses
pada semua tingkat pendidikan.

Pendidikan formal Indonesia berupa sistem bertingkat saling terkait terdiri


dari SD, SMP, SMA, dan tertinggi adalah pendidikan tinggi. Usia awal bersekolah
adalah 7 tahun masuk kelas 1 SD, dan sekolah dasar terdiri dari 6 tahun/6 kelas,
diikuti 3 tahun masing-masing untuk sekolah menengah pertama dan atas hingga
keseluruhan membutuhkan 12 tahun. Karenanya, jika mulai tepat dan tidak harus
mengulang atau dapat melompat kelas, maka dapat diperkirakan bahwa siswa
mulai pendidikan tinggi pada usia 19 tahun.

Untuk mencapai tingkat pendidikan lebih tinggi disyaratkan kelulusan dari


tingkat lebih rendah. Karena kelanjutan bersekolah ke tingkat lebih tinggi
tergantung dari kelulusan ujian negeri di kelas akhir suatu tingkat, maka makin
tinggi tingkat pendidikan makin rendah proporsi penduduk usia sesuai yang
bersekolah. Sementara telah terjadi perbaikan dalam kesesuaian antara usia
sekolah ideal dengan usia actual yang dikarenakan penurunan probabilitas
keterlambatan mulai bersekolah kelas 1 SD serta angka pengulangan suatu kelas
dan peningkatan angka transisi antar tingkatan pendidikan.

5
Di masa lalu banyak siswa melebihi umur sesuai tingkat pendidikannya
karena keterlambatan mulai SD dan kebutuhan mengulang, dan banyak anak usia
sekolah meninggalkan sistem pendidikan (DO).

Perubahan mendasar dalam penilaian yang diterapkan telah mempermudah


kenaikan kelas dan kelulusan yang makin memungkinkan anak usia sekolah
melanjutkan pendidikannya, kadangkala terlepas dari kemampuannya. Diingatkan
bahwa pada gilirannya hal ini berdampak pada mutu lulusan perguruan tinggi,
yang diharapkan akan dapat berkontribusi pada invensi dan inovasi. Deviasi dari
aturan tersebut lebih umum ditemukan antara mereka yang kurang beruntung,
berkorelasi dengan kemiskinan dan Indonesia bagian timur.

Peningkatan dalam akses ke semua tingkat pendidikan ditunjukkan melalui


perbandingan keadaan awal 1970an dengan kecenderungan sejak pertengahan
2017. Menurut Sensus Penduduk tahun 1971, baru 60% anak usia SD bersekolah;
44% penduduk usia SMP (13–15), 21% penduduk usia SMA (16–18), dan hanya
8% penduduk usia pendidikan tinggi (19–24) 3 mengikuti pendidikan pada
program diploma dan/atau sarjana. Hampir ½ abad kemudian, data Susenas
terakhir tahun 2017 menunjukkan bahwa sudah hampir semua anak usia SD, 99%,
sekolah; untuk anak usia SMP sudah mencapai 95%; anak usia SMA 71%, namun
angka untuk usia PT masih tumbuh agak lambat baru mencapai 25%.

D. Tantangan Pendidikan Tinggi dalam Revolusi Industri 4.0

Menurut Prof. Intan Ahmad selaku Dirjen Belmawa Kemenristekditkti


bahwa jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri Indonesia setiap tahun
akademik diperkirakan sebanyak 471 ribu, sedangkan untuk perguruan tinggi
swasta sebanyak 967 ribu yang tersebar hingga daerah kota dan kabupaten.
Berikut ini saya sampaikan data sebaran jumlah lulusan perguruan tinggi
berdasarkan bidang peminatan yang dihasilkan pada tahun 2014–2016 melalui
sumber ADB, tahun 2018 sebagai berikut:

Total lulusan bidang kependidikan selama periode 2014–2016 menempati


urutan pertama dengan jumlah 930.395 alumnus, disusul bidang teknik &
6
enginering sebanyak 622.605 alumnus, kemudian bidang kesehatan sebanyak
597.517 alumnus, bidang ekonomi sebanyak 559.336 alumnus, bidang ilmu
pengetahuan sosial 260.369 alumnus, bidang humaniora sebanyak 189.384
alumnus, bidang pertanian sebanyak 102.335 alumnus dan terakhir oleh bidang
kesenian sebanyak 57.381 alumnus.

Sementara jika melihat angka pengangguran yang telah dijelaskan


sebelumnya yakni sekitar 8,8% menunjukkan adanya ketidak-efisienan antara
kualitas lulusan dengan bidang pekerjaan yang tersedia. Ini menjadi dasar
problematika dalam hadapan era disrupsi akibat rendahnya kompetensi dan skills
yang dihasilkan oleh perguruan tinggi Indonesia terhadap formasi jabatan atas
profesi yang didambakannya.

Selain itu permasalahan baru pada era revolusi 4.0/disrupsi adalah


meningkatnya angka kriminalitas pada dunia maya atau dikenal dengan istilah
cyber-crime (big data); yang senantiasa harus diwaspadai oleh semua pihak
termasuk para alumnus perguruan tinggi. Pada tahun 2016, ada sekitar 1 milyar
data pribadi (digital) telah diretas/dicuri oleh para pencuri data melalui media
online, dan angka tersebut memungkinkan terus bertambah hingga saat ini.
Sementara itu, disinyalir dunia akan mengalami kekurangan tenaga profesional
bidang pengamanan informasi cyber pada tahun 2019 (sumber: ISACA,2017).
Problem inilah yang wajib diantisipasi dan menjadi fokus perhatian bagi semua
kalangan agar dapat dihasilkan solusinya.

Sangat penting bagi para mahasiswa dan masyarakat umumnya untuk dapat
memahami dan mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan fungsi pengamanan,
penggunaan dan penyaringan informasi dunia maya (cyber security) agar segera
dilakukan pencegahan dini dalam segala aspek permasalahan kriminalitas pada
dunia maya (cyber crime). Selain itu, hal ini pun akan membantu para alumnus
untuk mengembangkan ide kreatifnya serta memanfaatkan era digital sebagai
peluang guna menghasilkan jenis pekerjaan baru yang bersifat dinamis.

7
E. Peran Pendidikan Tinggi dalam Menyambut Revolusi Industri 4.0

Menghadapi era revolusi industri 4.0, peran pendidikan tinggi menjadi


sangat penting, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karenanya, pendidikan tinggi yang berbasis riset harus mendorong semakin
terbukanya pengetahuan yang meningkatkan kesejahteraan manusia.

Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Bandung, Muhamad Solihin


mengatakan, revolusi industri 4.0 telah mengubah paradigma masyarakat dunia
dewasa ini. Tuntutan untuk semakin meningkatkan inovasi di segala bidang pun
terus menguat.

Solihin menyebutkan, berbagai teknologi untuk menggantikan peran


manusia di bidang industri bermunculan. Hal itu memunculkan tantangan agar
manusia hari ini bisa terus beradaptasi dengan perubahan zaman.

“Di satu sisi, revolusi ini telah mengubah ciri dan cara lama dalam banyak
aspek kehidupan. Di sisi lain, revolusi ini menjadi tantangan yang harus dijawab
oleh pendidikan tinggi,” ungkap Solihin, usai menjadi inspektur upacara pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dirangkaikan dengan Hari Otonomi
Daerah di Plaza Balai Kota Bandung, Rabu (2/5/2018).

Menurut dia, kekuatan pendidikan tinggi terdapat pada riset. Tuntutan riset
yang dikeluarkan oleh pendidikan tinggi, terutama untuk jenjang S3, harus
mendapat pengakuan internasional. Hal tersebut guna menjaga muruah pendidikan
tinggi di Indonesia agar senantiasa terjaga kualitas dan integritasnya.

“Pendidikan itu tidak semata-mata meraih gelar, tetapi ada yang harus
dicari yaitu ilmunya. Ilmu ini harus ilmu yang aplikatif dan bisa
dipertanggungjawabkan,” katanya.

Saat ini yang menjadi tugas besar pemerintah pun adalah menyediakan
pintu yang selebar-lebarnya agar lebih banyak masyarakat yang bisa meraih
pendidikan tinggi. Dengan begitu, kualitas sumber daya manusia dapat semakin
kompetitif untuk menjawab kebutuhan zaman.

8
“Semakin banyak orang yang bisa mengakses pendidikan tinggi, tentu
semakin baik,” imbuhnya.

Seperti yang diketahui, saat ini ada banyak gagasan yang dikemukakan oleh
Kementerian Riset dan Teknologi untuk mengoptimalkan pendidikan, salah
satunya adalah program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program ini berupa
pembangunan universitas siber yang dipersiapkan untuk pembelajaran dalam
jaringan (daring). Melalui metode ini, masyarakat diharapkan bisa memperoleh
peluang lebih besar dalam mengakses pendidikan tinggi.

Saat ini Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia baru
31,5%. Jika pembelajaran hanya diterapkan secara konvensional, peningkatan
APK hanya berkisar di 0,5% per tahun. Namun dengan terobosan PJJ tersebut,
APK pendidikan tinggi diharapkan mampu melesat mencapai 40% di tahun 2022–
2023, asalkan PJJ dapat diakses oleh lebih banyak orang secara efektif.

Paradigma dalam Tri Darma Perguruan Tinggi perlu diselaraskan dengan


Era Industri 4.0 melalui :

1) Mendorong Science and Technology Index menjadi Pemeringkat Global;

2) Meningkatkan kegiatan riset dan publikasi yang relevan dengan tema Industri
4.0;

3) Perguruan Tinggi wajib melaksanakan proses inovasi produk melalui inkubasi


dan pembelajaran berbasis industri;

4) Reorientasi Kurikulum : pengembangan & pembelajaran model literasi baru


(coding, big data, teknologi, humanities/general education) perlu
dikembangkan dan diajarkan, kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan
kepemimpinan dan bekerja dalam tim, serta jiwa wirausahawan dan intership
diwajibkan, serta kemandirian yang matang. Kemudian menerapkan format
baru sistem pengajaran pendidikan jarak jauh (PJJ) berbasis Hybrid/ Blended
Learning/Online.

9
Adapun sisi lain yang perlu disiapkan secara teknis yaitu kompetensi inti
yang dimiliki oleh setiap dosen sebagai ujung tombak dalam melahirkan dan
mencetak generasi masa depan bangsa yakni para alumnus perguruan tinggi yang
bermental kuat serta siap bekerja secara profesional, mandiri dan kreatif.
Optimalisasi Kompetensi Dosen 4.0 (SDID, 2018), yakni :

1) Kompetensi Pendidikan,

2) Kompetensi Riset (fundamental dan terapapan),

3) Kompetensi komersialisasi hasil penelitian dan inovasi (hilirisasi),

4) Kompetensi dalam era global : mampu berinteraksi dan berkontribusi secara


global,

5) Kompetensi dalam memprediksi strategi masa depan,

6) Kompetensi dalam entrepreneurship.

7) Solusi untuk Mengantisipasi Era Disrupsi dalam Revolusi Industri 4.0

Berikut ini merupakan solusi alternatif terbaru yang perlu kita kembangkan
dalam mengantisipasi era disrupsi lainnya sebagai wujud pengembangan literasi
kekinian sebagai berikut :

1) Kemampuan untuk membaca, menganalisis serta menggunakan informasi


(big data) pada era dunia digital_machine learning : watch, buy and love

2) Memahami cara kerja mesin dan aplikasi penerapan teknologi (Coding,


Artificial Intelligence, Engineering Principles & Cyber Security)

3) Memahami aspek humanities, komunikasi, desain, entrepreneurship dan


kreatifitas

Itulah hal-hal yang perlu dikembangkan dan diterapkan dalam menghadapi


era revolusi industri 4.0 dengan terus memberikan arahan dan keyakinan kepada
para mahasiswa bahwa literasi baru ini akan membuat mereka mampu

10
berkompetitif pada sistem perekonomian kontemporer dengan berdasarkan pada
teknologi kekinian.

Dalam wujud pengembangan literasi manusia, pihak universitas diharapkan


mampu mencari metode khusus guna peningkatan kapasitas kognitif para
mahasiswa melalui cara berfikir kritis dan sistemik dan pengembangan
keterampilan yang bersifat mental spiritual. Adapun ide pengembangan model
literasi manusia khususnya bagi mahasiswa pada era sekarang ini adalah sebagai
berikut:

 Keterampilan, melalui teknik kepemimpinan (leadership) dan siap bekerja


dalam tim (team work).

 Kelincahan dan kematangan kebudayaan (cultural agility), memahami bahwa


semua mahasiswa beragam dengan berbagai latar belakang mampu bekerja
dalam lingkungan yang berbeda (di dalam atau di luar negeri).

 Wirausahawan, termasuk di dalamnya adalah jiwa sosial wirausaha (social


entrepreneurship); merupakan kapasitas dasar yang sebaiknya dimiliki oleh
semua mahasiswa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Menghadapi era revolusi industri 4.0, peran pendidikan tinggi menjadi


sangat penting, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

11
Oleh karenanya, pendidikan tinggi yang berbasis riset harus mendorong semakin
terbukanya pengetahuan yang meningkatkan kesejahteraan manusia.

Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Bandung, Muhamad Solihin


mengatakan, revolusi industri 4.0 telah mengubah paradigma masyarakat dunia
dewasa ini. Tuntutan untuk semakin meningkatkan inovasi di segala bidang pun
terus menguat.

Solihin menyebutkan, berbagai teknologi untuk menggantikan peran


manusia di bidang industri bermunculan. Hal itu memunculkan tantangan agar
manusia hari ini bisa terus beradaptasi dengan perubahan zaman.

“Di satu sisi, revolusi ini telah mengubah ciri dan cara lama dalam banyak
aspek kehidupan. Di sisi lain, revolusi ini menjadi tantangan yang harus dijawab
oleh pendidikan tinggi,” ungkap Solihin, usai menjadi inspektur upacara pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dirangkaikan dengan Hari Otonomi
Daerah di Plaza Balai Kota Bandung, Rabu (2/5/2018).

Menurut dia, kekuatan pendidikan tinggi terdapat pada riset. Tuntutan riset
yang dikeluarkan oleh pendidikan tinggi, terutama untuk jenjang S3, harus
mendapat pengakuan internasional. Hal tersebut guna menjaga muruah pendidikan
tinggi di Indonesia agar senantiasa terjaga kualitas dan integritasnya.

B. Saran

Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa


memahami pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di
dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hassim, Andreas. 2017. Revolusi Industri 4.0.

http://id.beritasatu.com/home/revolusi-industri-40/145390

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/viewFile/18369/12865

12
http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Mayling-Oey-Gardiner-
Tantangan-Pendidikan-Tinggi-Indonesia-di-Era-Disrupsi-dan-Globalisasi.pdf

http://komunita.widyatama.ac.id/tantangan-pendidikan-tinggi-dalam-era-revolusi-
industri-4-0/

http://ayobandung.com/read/2018/05/02/32275/peran-pendidikan-tinggi-di-era-
revolusi-industri-40

13

Anda mungkin juga menyukai