KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas “Potensi Kawasan Pesisir Kota Pasuruan
sebagai tugas mata kuliah Studi Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil pada Jurusan Teknik
Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kesalahan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap bahwa laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat pada penulis sendiri pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
5
1. Menemukan dan menganalisa potensi yang dimiliki kawasan pesisir Kota Pasuruan.
2. Menemukan dan menganalisa peluang yang berkembang di kawasan pesisir Kota
Pasuruan
3. Menemukan dan menganalisa ancaman yang terjadi di kawasan pesisir Kota
Pasuruan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui potensi yang dimiliki kawasan pesisir Kota Pasuruan.
2. Mengetahui peluang yang berkembang di kawasan pesisir Kota Pasuruan
3. Mengetahui ancaman yang terjadi di kawasan pesisir Kota Pasuruan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
1. Menjelaskan tujuan dan keinginan untuk kemungkinan apa kegunaan daerah pesisir
yang direncanakan.
2. Pelaksanaan suatu rancana zonasi merupakan faktor kritis yang didukung oleh hukum
yang sah yaitu UU Penataan Ruang, UU Perikanan, UU Perlindungan Lingkungan
dan Peraturan serta hukum lokal.
Rencana zonasi dibuat dengan maksud :
1. Membagi kawasan pengelolaan pesisir dan laut dalam zona - zona yang sesuai
dengan maksud dan keinginan pemanfaatan setiap zona.
2. Menerangkan nama zona yang terseleksi.
3. Kondisi zona yang dapat diterapkan bagi masing - masing zona, yaitu kegiatan yang
diizinkan atau dengan persyaratan, serta kegiatan yang tidak diijinkan.
4. Kegiatan dilakukan zecara berkesinambungan.
5. Memelihara kesinambungan sumberdaya dalam waktu jangka panjang.
8
Gambar 2.3 Contoh Keadaan Wilayah Pesisir yang Rusak
9
terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas
dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Alikodra : 2000).
Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian besar
masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan
secara optimal adalah kawasan wisata alam. Padahal negara lain seperti Malaysia dan
Australia, wisata alam mangrove sudah berkembang lama dan menguntungkan (Dahuri et.al :
1996). Mangrove tumbuh subur di daerah tropis dekat ekuator. Namun demikian mereka juga
dapat tumbuh didaerah subtropis, yaitu sampai sekitar 35 LU di Asia dan sekitar 35 LS di
Afrika, Australia dan Selandia Baru. Di tingkat Asean, jumlah area hutan mangrove yang
terbesar adalah di Indonesia, diikuti oleh Malaysia, Thailand, Filiphina dan Singapura.
Sedangkan area mangrove yang terluas di Indonesia tercatat di Irian Jaya (Supriharyono :
2000).
b. Terumbu Karang
Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar
di seluruh wilayah pesisir dan lautan (Dahuri et.al : 1996). Terumbu karang
mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung
fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asihan berbagai biota. Terumbu karang
juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti
berbagai jenis hasil perikanan, dan sebagai bahan konstruksi. Dari segi estetika,
terumbu karang dapat menampilkan pemandangan yang sangat indah.
Didalam ekosistem terumbu karang pada umumnya yang merupakan biota dominan
ialah karang batu. Dengan kerangka yang keras dan bentuk serta ukurannya yang
beraneka ragam, karang batu dipakai sebagai tempat hidup, berlindung dan mencari
makan oleh berbagai jenis biota lain seperti krustasea, moluska, ekonodermata,
porifera, ikan, bahkan oleh jenis-jenis koelenterata. Salah satu jenis koelenterata yang
tidak kalah penting peranannya dalam pembentukan fisik terumbu karang ialah karang
lunak atau lebih dikenal sebagai Alcyonaria corals. Menurut Sukmara et.al (2002) ada
empat fungsi pokok dari terumbu karang, yaitu 1) fungsi pariwisata; keindahan
karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang
terkenal sebagai tempat rekreasi, 2) fungsi perikanan; sebagai tempat ikan-ikan karang
yang harganya mahal sehingga nelayan banyak menangkap di kawasan ini, 3) fungsi
perlindungan pantai; terumbu karang tepi dan penghalang adalah pemecah gelombang
alami yang melindungi pantai dari abrasi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan
lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut, dan 4) fungsi keanekaragaman
hayati; ekosistem ini mempunyai produktivitas dan keanekaragaman dan jenis biota
yang tinggi. Keanekaragaman hayati yang hidup di ekosistem terumbu karang per unit
area sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis.
c. Rumput Laut
Potensi rumput laut (algae) di perairan Indonesia mencakup areal seluas 29.700 ha
dengan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun. Pemanfaatan rumput laut untuk
industri terutama pada senyawa kimia yang terkandung didalamnya, khususnya
karaginan, agarm dan algin. Melihat besarnya potensi pemanfaatan algae, terutama
untuk ekspor, maka saat ini telah diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya
Euchema sp. Telah dicoba di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa
10
(Sulawei Tengah, Pulan Telang (Riau) dan Pulau Teluk Lampung (Dahuri et.al :
1996). Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa
ditingkatkan. Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan dan
pemasaran merupakan faktor yang menentukam dalam menggairahkan masyarakat
untuk mengembangkan budidaya rumput laut.
d. Perikanan Tangkap
Pada usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi masyarakat
dengan menggunakan teknologi baru yang efisien. Hal ini untuk mengantisipasi
persaingan penangkapan oleh negara lain yang sering masuk ke perairan Indonesia
dengan teknologi yang lebih maju. Usaha ini melibatkan semua pihak mulai dari
masyarakat nelayan, pengusaha dan pemerintah serta pihak terkait lainnya. Hal lain
yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada masyarakat nelayan tentang
bahaya penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak
atau penggunaan racun.
e. Bahan Mineral
Sumberdaya yang tidak dapat pulih terdiri dari seluruh mineral dan geologi, yang
termasuk kedalamnya antara lain minyak gas, batubara, emas, timah, nikel, bijih besi,
granit, tanah liat, pasir dan lain-lain. Sumberdaya geologi lainnya adalah bahan baku
industri dan bahan bangunan, antara lain kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan
batu pondasi.
11
kemiskinan denagn fluktuasi musiman yang sangat besar. Pada musim paceklik rataan
pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan sedangkan pada musim panen raya ikan
rataan pendapatannya bisa melonjak diatas garis kemiskinan.
Dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan nelayan secara proposional maka
usaha penangkapan secara berkelompok yang melibatkan nelayan kecil dan pendega patut
direkayasa. Dalam hubungan ini inovasi kredit disarankan melalui sistem kredit bagi hasil
antara nelayan dengan lembaga sumber kredit.
Rata-rata tingkat pendidikan formal warga pedesaan pantai masih rendah umumnya
hanya berpendidikan sekolah dasar atau yang sederajat. Akses nelayan terhadap fasilitas
pendidikan formal diatas tingkat sekolah dasar rata-rata masih sangat terbatas. Dalam hal
pendidikan ini ternyata respon nelayan terhadap lembaga Madrasah sangat besar. Kendala
yang dihadapi adalah keterbatasan kemampuan lembaga Madrasah tersebut untuk
melakukan transfer teknologi kepada anak didik. Peranan para kyai dan santri di wilayah
pedesaan pantai pada umumnya sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat.
12
BAB III
METODOLOGI
13
3.3 Diagram Alir
Drawing Clean Up
Convert to shapefile
Projection Modifiying
Layouting
15
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
16
Kota Pasuruan merupakan wilayah datar, melandai dari selatan ke utara dengan
kemiringan 0-1%, berada pada ketinggian 0-10 m di atas permukaan air laut, di sebelah utara
terdapat bagian yang agak cekung sehingga pembuangan airnya terlambat. Wilayah Kota
Pasuruan merupakan dataran aluvium dari campuran bahan endapan yang berasal dari daerah
tufvulkanis intermedier Pegunungan Tengger di sebelah selatan bukit lipatan dan Pasuruanan
endapan berkapur Raci di bagian barat dan Grati di bagian timur. Mengenai kondisi eksisting
penggunaan tanah di Kota Pasuruan : Luas kawasan terbangun 953,74 Ha atau sebesar 55 %
dari luas wilayah administrasi dan luas ruang terbuka merupakan sisa dari kawasan terbangun
yaitu sebesar 2445,16 Ha atau sebesar 45% dari luas wilayah administrasi.
17
Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut, dilakukan berdasarkan
kewenangan dan arahan perencanaan serta pengelolaan khusus kawasan pesisir dan
kelautan, yang akan disusun terpisah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
4.2.2 Geomorfologi Pesisir Pasuruan
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena
daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu yang berasal dari daratan
dan dari lautan, garis pertemuan antara daratan dan lautan inilah yang disebut dengan garis
pantai. Perubahan lingkungan pantai atau lebih tepatnya garis pantai, sangat bervariasi
antara satu tempat dengan tempat yang lain, sehingga kajian keruangan dari lingkungan
pantai diperlukan dalam rangka pengelolaan lingkungan pantai.
Tabel 4.1 Perubahan Garis Pantai
18
Gambar 4.2 Grafik Perubahan Luas Garis Pantai Pasuruan
Kecamatan Bangil dan Kraton yang terletak di Kabupaten Pasuruan, di tempat
tersebut terdapat sungai Porong, yang merupakan sungai yang cukup besar, dan proses
sedimentasi di daerah muara yang berjalan dengan cepat, dari hasil tabel perubahan
tersebut terdapat perubahan luasan yang awalnya pada tahun 1994 sebesar 8543.029ha,
menjadi 8813.505ha pada tahun 2002, dan terus meningkat menjadi 8940.879ha, hal ini
disebabkan adanya pembentukan delta sungai yang relatif cepat, akibat tingginya laju
erosi di daerah hulu menjadi penyebab perubahan pantai tersebut antara tahun 1994-2002
dengan total perubahan 270.476ha. Sedangkan pada tahun 2006 terjadi bencana semburan
lumpur lapindo, yang kemudian luapan lumpur tersebut dialirkan ke laut, melalui sungai
porong, dari hal tersebut mengakibatkan makin banyaknya sedimen yang terdapat di
muara sungai porong dan menimbulkan perubahan garis pantai, yaitu sebesar 127.374ha,
sehingga dari tahun 1994-2009 terjadi penambahan luas area pantai sebesar 397.85ha.
Perubahan garis pantai yang cukup besar berikutnya adalah di kecamatan Gadingrejo,
Bugulkidul dan Rejoso, dan penambahan garis pantai terpusat pada kecamatan
Bugulkidul, dari data di atas antara tahun 1994-2009 terdapat perubahan sebesar
107.935ha, hal ini disebabkan adanya hutan mangrove alami yang sedang dikembangkan
di kawasan tersebut, tepatnya di dekat pantai Panggungrejo dan Blandongan, sehingga
menambah luasan dari garis pantai tersebut.
Berikutnya adalah kecamatan Tongas Probolinggo, disini juga terjadi penambahan
garis pantai antara tahun 1994- 2009, sebesar 42.006ha, dikarenakan pengembangan
wilayah hutan bakau di daerah tersebut, seperti yang terjadi pada kecamatan Panggungrejo
dan Blandongan di Pasuruan. Wilayah berikutnya adalah kecamatan Sumberasih,
Kademangan, dan Mayangan, disini terjadi penambahan garis pantai yang cukup besar
pula, yaitu 140.484ha, hal ini disebabkan karena adanya pembangunan pelabuhan Tanjung
Tembaga di kecamatan Mayangan, Probolinggo, pelabuhan tersebut hanya digunakan
sebagai pelabuhan peti kemas, dan sudah mulai beroperasi pada februari 2010 kemarin.
Pada kecamatan Pajarakan dan Klaksaan, Probolinggo terjadi pengurangan garis
pantai antara tahun 1994-2009 sebesar 42.913ha, disebabkan antara lain oleh penebangan
hutan bakau dan peralihan fungsi kawasan, seperti untuk pemukiman dan kawasan industri
19
disekitar kawasan pantai tersebut. Pada wilayah Paiton terjadi penambahan luas garis
pantai yang cukup besar, hal ini terjadi dikarenakan pengembangan kawasan industri,
yaitu pembangkit listrik tenaga uap . Terdapat 6 unit pembangkit listrik disini dan terletak
dalam 1 kompleks tepatnya di desa Binor. Perubahan garis pantai antara tahun1994-2009
sebesar 42.052ha. Pada kecamatan Bungatan dan Kendit terdapat pengembangan kawasan
wisata pantai, yaitu pasir putih yang dari tahun ke tahun makin berkembang, hal ini
dibuktikan dengan bertambahnya luas pantai dari tahun 1994-2009 yaitu sebesar 51.372ha.
Pada wilayah kecamatan Banyuputih ini terjadi pengambangan Taman Nasional
Baluran, yang dalam pengembangannya melestarikan hutan bakau sehingga menyebabkan
penambahan garis pantai dengan total sebesar 139.33ha, hal tersebut paling banyak terjadi
antara tahun 2002-2009.
4.2.3 Fisiografi Pesisir Kota Pasuruan
Pesisir pantai Utara Jawa Timur pada umumnya berdataran rendah yang
ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut. Wilayah yang termasuk zona pesisir
utara Jawa Timur adalah Kabupaten–Kabupaten Tuban, Lamongan, Kota Pasuruan,
Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo. Pesisir pantai utara Jawa
dikenal sebagai daerah cekungan yang mengalami penurunan pada zaman Oligo-Miosen
(Asikin, 1986). Pada bagian utara Jawa Timur terdapat dua cekungan yang mempunyai
tatanan stratigrafi yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan Rembang
(Pringgoprawiro, 1980). Cekungan Kendeng terletak di sebelah selatan dan digolongkan
ke dalam jenis cekungan “back arc fold thrust belt”, sedangkan Cekungan Rembang
merupakan cekungan paparan. Cekungan Kendeng pada umumnya mengandung kadar
batuan vulkanik yang tinggi dengan sedikit sisipan-sisipan batu karbonat dan bersifat “
flysch”. Sedimen-sedimen pada Cekungan Rembang memperlihatkan kadar pasirnya
yang tinggi disamping adanya peningkatan batuan karbonat serta menghilangnya
endapan vulkanik.
Tersedianya potensi sumberdaya alam di pesisir dan laut Jawa Timur ini, mendorong
kegiatan eksploitasi yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan. Kegiatan
eksploitasi yang berlebihan menyebabkan kondisi lingkungan di sebagian pesisir Jawa
Timur mengalami banyak tekanan seperti pencemaran terhadap sungai dan laut,
degradasi bakau, karang, padang dan akumulasi endapan lumpur akibat erosi didaratan
yang tidak terkendali. Kawasan di Pesisir Utara Jawa Timur yang termasuk mengalami
tekanan berat akibat dampak pembangunan adalah kawasan Selat Madura dan pesisir
selatan Kabupaten Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Kota Pasuruan, Kodya Surabaya,
Sidoarjo, Pasuruan dan Probolinggo. Beratnya tekanan eksploitasi sumber daya pesisir
serta pesatnya laju pencemaran ini, secara gradual dipengaruhi oleh masukan limbah baik
domestik atau dari penduduk setempat maupun industri, yang berakibat penurunan
kualitas fisik lingkungan perairan dan produktivitas ekosistem dapat turun ke titik
terendah.
Perairan Selat Madura secara fisiografis bisa digambarkan sebagai perairan yang
berbentuk setengah cawan (setengah cekungan). Dari hasil penelitian Puslitbang Geologi
Kelautan di perairan Selat Madura (1995), kondisi perairannya mempunyai bentuk
fisiografi yang landai, dengan dicirikan mulai dari kedalaman 10 m, 20 m, 30 m menerus
ke arah timur hingga mencapai kedalaman 90 m, kemudian dilanjutkan ke tepian laut
20
dalam di Laut Bali dengan kedalaman mulai dari 200 m (gambar 3). Lembah tersebut
memanjang dari barat ke timur, dan makin mendalam ke arah timur hingga ke Cekungan
Bali (Bali Basin). Lembah tersebut seolah-olah menggambarkan arah pengendapan
bawah permukaan dan aliran cairan di bawah permukaan dengan arah barat – timur.
Pergerakan tersebut terlihat pula dari proses pergerakan sedimen mulai daerah Surabaya
(alur sempit) ke arah timur hingga ke bagian tengah Selat Madura. Berdasarkan hasil
pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut di Selat Madura, secara umum dasar
laut perairan Selat Madura ditutupi oleh endapan lumpur lanauan dan lumpur pasiran
dengan ketebalan berkisar antara 20 – 60 m yang berumur Holocene (<10.000 tahun).
Bentuk dari ukuran butir endapan dasar laut di Selat Madura ukuran bentuknya ke arah
timur makin menghalus. Sementara keberadaan fraksi kasar pasiran di bagian barat Selat
Madura diduga terangkut oleh arus pasang surut yang cukup kuat (mencapai 1 knot) di
alur sempit Kota Pasuruan dan Surabaya. Pola umum sebaran sedimen dasar laut di Selat
Madura adalah dominan ke arah timur mengikuti pola kontur kedalaman
4.3.3 Kondisi Oseanografi
Kondisi Oseanografi di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya
fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, gelombang, suhu, dan salinitas.
Fenomena – fenomena ini memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan
dan lautan. Sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda –
beda.
1. Pasang Surut
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hamper
periodic karena gaya tarik menarik benda – benda angkasa, terutama bulan dan
matahari. Metode yang digunakan antara lain menggunakan admiralty. Analisa
admiralty yang telah dilakukan, didapatkan nilai konstanta harmonik yang telah
disajikan dalam Tabel 1. Nilai muka laut rerata MSL adalah 179,8 cm, LLWL
atau muka laut rendah terendah 24,6 cm dan nilai muka laut tinggi tertinggi
HHWL adalah 335,1 cm dengan tunggang pasut sekitar 278 cm saat purnama dan
125 cm saat perbani. Dari nilai bilangan Formzahl (Nilai F =0.80) maka dapat
disimpulkan bahwa jenis pasut disekitar perairan pantai Grati, Pasuruan adalah
tipe campuran condong ke harian ganda (mixed prevealing semi diurnal tide).
21
Gambar 4.3 Grafik Elevasi Pasang Surut Perairan Pasuruan
2. Arus
Data kecepatan arus perata-ratan terhadap ke-dalaman merupakan arus rata-
rata yang terjadi pada seluruh kolom air kedalaman perairan tersebut. Berdasarkan
hasil pengolahan data kecepatan dan arah arus seperti yang tersaji pada Gambar 4,
tampak bahwa kecepatan arus berkisar antara 0,0025 – 0,2305 m/det. Arah rata-
rata arus menuju ke timur – tenggara (arah 75o – 120o )Dari grafk terlihat, bahwa
ketika kondisi muka laut pasang atau menuju pasang maka kecepatan arus kecil atau
mencapai minimal dan sebagian arus bergerak ke selatan barat daya (150o - 250o).
Sedangkan ketika kondisi muka laut surut atau menuju surut maka kecepatan arus
mencapai nilai lebih besar atau maksimal dan sebagian arus bergerak ke arah
timur-tenggara (75o- 120o). Oleh karena tipe pasut perairan Grati adalah
campuran condong ke harian ganda, maka pada saat fuktuasi muka laut menuju
pasang yang kedua, arus bergerak kembali ke selatan-baratdaya dengan kecepatan
rata-rata 0,034 m/det – 0,125 m/det dan pada saat menuju surut yang kedua, arus
bergerak ke arah timur- timur laut dengan kecepatan lemah yakni 0,032 m/det.
22
Gambar 4.4 Grafik Kecepatan dan Arah Arus Perairan Grati Pasuruan
3. Gelombang
Tinggi dan periode gelombang yang didapatkan dipengaruhi oleh angin yang
datang dari arah Timur Tenggara. Secara umum berdasarkan hasil pengamatan
tinggi dan periode gelombang di perairan Grati relatif sedang, rata – rata
ketinggian gelombang adalah 0,11 cm dan rata – rata periode gelombang adalah
4,76 detik. Gelombang tertinggi sebesar 0,21 meter dengan periode 5,5 detik.
Berdasarkan hasil pengukuran, tinggi dan periode gelombang di perairan Grati relatif
sedang. Tinggi gelombang rata-rata 0,11 cm dan periode gelombang rata – rata 4,76
detik. Gelombang tertinggi sebesar 0,21 meter dengan periode 5,5 detik.
Berdasarkan hasil peramalan pada saat musim barat mencapai 1,9 - 2,1 m dan
musim timur 2,0 - 2,3 m. Adapun klasifkasi berdasarkan kedalaman gelombang
termasuk gelombang perairan transisi dan profl vertikal kecepatan orbital gelombang
pada puncak gelombang 0,13 m/det dan lembah gelombang -0,13 m/det dan masih
mempengaruhi dasar perairan.
23
4.3 Potensi Kawasan Pesisir Kota Pasuruan
Beberapa potensi yang dimiliki oleh pesisir Kota Pasuruan antara lain :
1. Pelabuhan Kota Pasuruan
Kota Pasuruan terletak pada persimpangan jalan poros Surabaya-Probolinggo-
Malang, dengan jarak 60 km ke Surabaya, 38 km ke Probolinggo dan 54 km ke Malang.
Kondisi jalan dalam kota cukup baik dengan penyebaran yang merata di seluruh wilayah.
Hubungan ke luar Jawa melalui laut terutama ke Kalimantan dan Sulawesi dapat
dilakukan melalui pelabuhan. Pada saat ini Pelabuhan Kota Pasuruan memanfaatkan
muara sungai Gembong sebagai pelabuhan perdagangan antar pulau dengan kegiatan
utama untuk pelayaran rakyat (PELRA).
24
Pelabuhan Kota Pasuruan termasuk dalam kategori dermaga yang menyerupai jari,
mengikuti bentuk daratan yang menjorok, jika ada kapal yang hendak sandar harus
masuk dahulu ke Sungai, muara sungai yang saat ini mengalami pendangkalan, sehingga
untuk masuk ke dermaga saja harus menunggu laut pasang. Hal ini juga yang
menyebabkan sulitnya kapal untuk masuk.
Beberapa alternatif pengembangan untuk Pelabuhan Kota Pasuruan yaitu :
Mengeruk endapan lumpur dimuara sehingga dapat memperluas parkir kapal
Membangun dermaga yang lebih luas
Reklamasi Pantai
Deerah sekitar pelabuhan yang berupa tambak ada baiknya di komersilkan misalnya
membuat kolam pemancingan
Melanjutkan terus bazar ditiap minggunya
Jika memang dimungkinkan membangun dermaga untuk kapal pengangkut kontainer.
Hal ini disebabkan karena biasanya, mebelair tersebut dikirim keluar pulau.
Mendirikan kawasan industri di pelabuhan
Pelabuhan laut yang sukses ditunjang oleh daerah pelabuhan yang dibangun secara
.secara alami maupun artifial. Pengembangan pelabuhan seringkali dilakukan untuk
menunjang suatu pusat pertumbuhan dengan cara meningkatkan pembangunan industri
di kawasan pelabuhan. Semoga dikemudian hari kita bisa melihat Pelabuhan Kota
Pasuruan berubah.
2. Sektor Perikanan
Luasan tambak di Kota Pasuruan mencapai 502,39 Ha dengan potensi perikanan
berupa ikan bandeng dan udang serta ikan-ikan lainnya sebesar 750 ton, dengan produksi
hasil tambak pada tahun 2007 mencapai 550 ton. Untuk budidaya air tawar potensinya 22
ton, dengan hasil produksi pada tahun 2007 mencapai 10 ton. Hasil budidaya lainnya
yang cukup besar adalah rumput laut, dengan hasil produksi pada tahun 2007 sebesar 6
ton. Sarana dan prasarana penunjang untuk budidaya antara lain : jalan produksi tambak,
landing space dan juga gudang rumput laut.
- Pengolahan
Usaha pengolahan hasil perikanan di Kota Pasuruan mampu berkembang dengan baik.
Jumlah jenis usaha dan hasil produksi dari usaha pengolahan hasil perikanan di Kota
Pasuruan dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 4.2 Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Pasuruan pada tahun 2007
No. Jenis Usaha Unit Produksi (Kg)
1. Pemindangan 35 5.600
2. Pengasin/ pengering 120 16.500
3. Pengasap 42 27.000
4. Pembuat Terasi 1 1.250
5. Pembuat Petis 2 95
6. Krupuk Ikan 10 5.600
7. Pendinginan (Es-esan) 35 680.000
25
JUMLAH 245 736.045
26
NO. URAIAN LOKASI PRODUKSI/TH
DATA
POKOK LUAS (TON)
7,4 ton
1,6 ton
1,6 ton
4. Produksi Kel. 93,595 kg
Olahan- Ngemplakrejo, Kel
Pemindangan- Tamba’an 875 kg
Pengasin/
Pengeringan- 84.000 kg
Pengasap- 2520 kg
Pembuatan
terasi- 100 kg
Pembuatan
petis- 6000 kg
Pembuatan
kerupuk ikan/
udang
5. TPI- Ngemplakrejo 1.619.900
Ngemplakrejo
27
Gambar 4.7 Pasar Ikan Mayangan
- Pengelolaan Hasil Perikanan
Kapasitas produksi: Sebanyak 280 ton.
Peluang usaha usaha pemindangan ikan, pengeringan ikan, pengembangan
untuk produksi ekspor
Lokasi: Kelurahan Panggungrejo Kecamatan Bugul Kidul, Kelurahan
Ngemplakrejo Kecamatan Purworejo, Kelurahan Tamba’an Kecamatan
Gadingrejo
Faktor pendukung : Dekat dengan pelabuhan perikanan dan pasar besar serta
jalan propinsi.
- Budidaya Perikanan Air Payau
Kapasitas produksi : Sebanyak 750 ton.
Peluang usaha : Budidaya ikan bandeng jelak, Rumput laut, Pembesaran
kepiting bakau, Budidaya udang, Pengembangan untuk produksi ekspor
Lokasi : Kelurahan Blandongan Kecamatan Bugul Kidul, Kelurahan Kepel
Kecamatan Bugul Kidul, Kelurahan Tapa’an Kecamatan Bugul Kidul,
Kelurahan Gadingrejo
Luas lahan yang tersedia : 502,39 ha
Luas lahan yang belum dimanfaatkan : 10 ha
Faktor pendukung : Saluran air tambak lancar/telah dilakukan perbaikan,
Kondisi pintu air tambak yang baik, Tersedianya bangunan Landing Space,
28
Gambar 4.8 Landing Space sebagai Sarana Budidaya Perikanan
29
merupakan beberapa isu yang berkembang di masyarakat pesisir Kota Pasuruan,
sehingga mengganggu aktivitas pesisir.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Potensi yang dimiliki oleh pesisir Kota Pasuruan antara lain :
– Pelabuhan Kota Pasuruan
– Pengolahan Hasil Perikanan
– Balai Benih Ikan
– Tempat Pelelangan Ikan
2. Peluang yang dimiliki oleh pesisir Kota Pasuruan antara lain :
– Pasar Ikan
– Pengolahan Hasil Perikanan
– Budidaya Ikan Air Payau
3. Ancaman yang dimiliki oleh pesisir Kota Pasuruan antara lain :
– Aktivitas pelabuhan yang mati suri
– Kualitas SDM yang masih rendah
– Isu kerusakan lingkungan
– Keadaan pemukiman nelayan yang kumuh
– Infrastruktur penunjang pesisir yang masih minim
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain :
1 Perlu diadakannya pengerukan dan normalisasi pelabuhan agar kehidupan
perokonomian pelabuhan dapat hidup lagi
2 Perbaikan infrastruktur sebagai upaya mendorong laju ekonomi
3 Lebih ditingkatkan upaya persuasif dalam rangka pengembangan pesisir Kota
Pasuruan dari semua pihak
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Kota Pasuruan dalam Angka. Badan Pusat Statistika Kota Pasuruan :
Pasuruan
Guruh, Danar. 2009. Slide Ajar Pengelolaan Pesisir dan Laut. Teknik Geomatika ITS :
Surabaya
Sugiarti, Bengen, Dietriech.G.. dan Dahuri, R. 1999. Analisis Kebijakan Pemanfaatan
Ruang Wilayah Pesisir di Kota - Pasuruan - Jawa Timur. Jurnal Pesisir dan
Lautan, Vol. III, No.2, 2000 hal 1 – 18 . Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor