Laporan Kasus Morbili (Print)
Laporan Kasus Morbili (Print)
Morbili
PEMBIMBING
2017
1
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat
laporan kasus yang lebih baik kedepannya.
Demikianlah, laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis di Stase
Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
BAB 1............................................................................................................................................ 1
1.5 RESUME............................................................................................................................. 7
1.6 ASSESMENT...................................................................................................................... 7
BAB II ......................................................................................................................................... 10
ii
2.12 Komplikasi ...................................................................................................................... 18
iii
BAB 1
STATUS PASIEN
Usia : 6 tahun
Agama : Islam
1
- 1 hari SMRS Demam 38,6oC timbul bercak
merah yang awalnya muncul di wajah pasien,
lalu saat sore menjelang malam bercak sudah
mulai menyebar ke tangan hingga perut. Bercak
tidak terasa gatal, terdapat batuk tidak berdahak
dan mual, BAB dan BAK normal, Nafsu makan
menurun.
Riw. Peny. Dahulu : OS pernah sakit seperti ini sebelumnya saat usia 2
tahun.
Riw. Peny. Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gejala
yang sama
Riw. Kehamilan Ibu : Ibu OS rutin ANC di Dokter, selama hamil tidak
pernah ada keluhan dan sakit.
Riw. Imunisasi :
BCG : 1x
Hepatisis : 3x
2
Polio : 4x
DPT : 3x
Campak : 1x
Riw. Tumbuh Kembang : Prestasi belajar di sekolah baik, tidak pernah tinggal
kelas, sosialisasi dengan teman sebaya baik
Kesadaran : Composmentis
3
TTV : Nadi : 110 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 37,7 oC
STATUS ANTROPOMETRI
Lingkar kepala : 48 cm
Status Gizi:
STATUS GENERALIS
• Wajah : Normofacia, warna kulit sawo matang dan terdapat bercak merah,
kondisi wajah pucat
4
• Mulut : stomatitis (-), perdarahan gusi (-), Gigi tdak ada kelainan
5
Edema : -/- -/-
STATUS NEUROLOGIS
Bisep (+/+)
Trisep (+/+)
6
1.5 RESUME
Anak perempuan 6 tahun datang dengan keluhan demam hari kedua, 1 hari
SMRS timbul bercak merah hampir di seluruh tubuh, disertai batuk tidak
berdahak dan mual. Pada Pemfis ditemukan efloresensi macula papula eritema
hampir di seluruh tubuh. Suhu 37,7oC, Nadi 110x/mnt, Nafas 22x/mnt.
1.6 ASSESMENT
Febris hari ke-2
Efloresensi macula papula eritema
Batuk
Mual
1.7 DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Morbili
Diagnosis Banding : Rubella
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
Diagnosis Tumbuh Kembang: Tumbuh Kembang sesuai dengan usia
Diagnosis Gizi : Gizi Baik
1.8 TERAPI
- IVFD Assering 16 tpm
- Ondancentron IV k/p 2 mg
- Antrain IV 3 x 250 mg
- Ceftriaxone IV 1 X 1,5 gr
- Salicyl talk
- Laktacyd
7
1.9 FOLLOW UP
Hari/ Subjektif Objektif Assesment Planning
tanggal
12/09/2017 Demam (+), Ku : Tampak sakit Morbili Terapi tetap di lanjutkan
Batuk (+), sedang
Pilek (+), Kes : CM
Conjungtivitis Suhu :37,7ᵒC
(+), bercak Nadi : 100 x/mnt
merah hampir RR : 30 x/mnt
di seluruh PF :
tubuh (+), - Ditemukan
muntah (+), efloresensi macula
BAB cair ada papula eritema
ampas sudah hampir di seluruh
3x, Nafsu tubuh
makan turun. - Abd : BU (+)
meningkat
8
14/09/17 Demam (-), Kes : CM Morbili Lanjutkan terapi
Batuk (+), Ku : Tampak sakit
pilek (+), ringan
bercak merah T : 37oC
hampir di HR : 100x/mnt
seluruh tubuh RR 22x/mnt
(+) PF :
Ditemukan
efloresensi macula
papula eritema
hampir di seluruh
tubuh
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2010 masih
tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya
kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174.
Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%.
Umur terbanyak menderita campak adalah kurang dari 12 bulan, diikuti
kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun.
2.3 Etiologi
11
2.4 Patologi
2.5 Patogenesis
12
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak
juga terjadi di lokasi pertama infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi,
kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai
puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2
hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel
endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.
Masa inkubasi
Stadium prodromal
13
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak. Koplik
spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola
tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering
ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga
ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian
tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 – 2 hari sebelum
timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya
menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala
gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali
muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada
bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke
punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari
ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah
akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan
munculnya.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Beratnya penyakit berbanding lurus
dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam
dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan
dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.
Stadium Konvalenses
Setelah tiga hari, ruam mulai menghilang sesuai urutan timbulnya dan
akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring
14
dengan masa penyembuhan maka munculah deskuamasi kecokelatan pada
area konfluensi yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
2.7 Diagnosis
15
2.8 Diagnosis Banding
1. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
2. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam
telah menghilang.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum
ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Pencegahan
16
diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak
yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan
pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna
karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis
sebagai campak.
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
dapat berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan.
Vaksin dari virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka
waktu yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20%
dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub
kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas,
juga harus disimpan pada suhu 4˚C, sehingga harus digunakan secepatnya bila
telah dikeluarkan dari lemari pendingin.
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak
digunakan lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan
tidak dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori.
17
2.12 Komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur
lebih kecil. Kebanyakan komplikasi campak terjadi bila ada infeksi sekunder
oleh bakteri. Beberapa komplikasi campak adalah :
a) Bronkopneumonia
b) Encephalitis
18
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
d) Konjungtivitis
e) Otitis Media
f) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya
daya tahan penderita campak.
g) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak
yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita
menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi
perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi
intravaskuler diseminata.
19
2.13 Prognosis
20
DAFTAR PUSTAKA
21