Oleh :
KELOMPOK 2B
2018
KATA PENGANTAR
i
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja (Anonim,
2011). Apendisitis akut merupakan masalah pembedahan yang paling sering dan
diseluruh dunia (Paudel et al., 2010). Faktor terjadinya adalah diet rendah serat
dan konsumsi gula yang tinggi, riwayat keluarga serta infeksi (Mazziotti et al.,
2008). Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan
wanita (Craig, 2010). Insidensi apendisitis lebih tinggi pada anak kecil dan lansia
Serikat yang melanda lebih dari seperempat juta pasien bertahun-tahun (2). Resiko
terjadinya apendisitis adalah sekitar 7 %, yang terjadi pada setiap kelompok usia,
dari anak-anak sampai orangtua, tetapi yang paling lazim pada remaja dan
dewasa. Di Asia indisdensi appendiksitis pada tahun 2013 adalah 4,8% penduduk
dari total populasi. Sedangkan dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya, pada tahun 2013 jumlah
terjadi pada abdomen dan ditampilkan sebagai akut abdomen. apendisitis akut
merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk
maju, sedangkan pada negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini
mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern
14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah dua tahun. Apabila
maka usus buntu akan pecah, dan usus yang pecah dapat menyebabkan masuknya
kuman kedalam usus, menyebabkan peritonitis yang bisa berakibat fatal serta
mampu berperan dalam menangani kasus ini sesuai dengan ilmu yang telah
yang mampu dilakukan oleh seorang perawat dalam menangani kasus post
apendiksitis, yang pertama pastikan tidak terjadi infeksi pada luka jahitan,
observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran klien, usahakan klien agar
istirahat total dan kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi obat serta
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat bagi klien dengan
keperawatan post operasi apendisitis pada Ny. S di ruang mutiara Rumah Sakit
PHC Surabaya”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
operasi apendisitis pada Ny. S di ruang mutiara Rumah Sakit PHC Surabaya.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis post
operasi apendisitis pada Ny. S di ruang mutiara Rumah Sakit PHC Surabaya.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis post operasi
operasi apendisitis pada Ny. S di ruang mutiara Rumah Sakit PHC Surabaya.
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Akademis
Dari segi akademis merupakan sumbangan yang dapat dijadikan sebagai ilmu
dan memberi pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada
yaitu metode yang sifatnya mengungkapan peristiwa atau gejala yang terjadi saat
data dengan menggunakan studi pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
Agar lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari karya tulis ini, maka
secara keseluruhan karya tulis ini dibagi menjadi tiga bagian antara lain:
1. Bagian awal, terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan dari kedua
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.
2. Bagian inti terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ujung sekum) (Sodikin, 2011). Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-
rata penjangnya 10 cm. ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama
diderita oleh laki-laki daripada wanita dan prevalensinya pada remaja lebih sering
daripada orang dewasa (Suratun dan Lusiana, 2010). apendiksitis dapat terjadi
pada usia dan tersering pada rentang usia 10-30 tahun (Brunner dan Suddarth,
2002).
2.1.2 Anatomi
1. Anatomi Usus Besar
Usus besar atau kolon yang panjangnya kira-kira satu setengah meter,
adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileoseka,
yaitu tempat sisa makanan lewat, dimana normalnya katup ini tertutup dan akan
terbuka untuk merespon gelombang peristaltik dan menyebabkan defekasi atau
pembuangan. Usus besar terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus
halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang
dari yang ada pada usus halus dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat
kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitelium silinder
a. Sekum
Sekum adalah kantung tertutup yang menggantung dibawah area katup
inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup
ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan
posterior. Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3
tengah garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan
pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun
demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri
a. Fisiologi Apendiks
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
( Sjamsuhidayat, 2005).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis berdasarkan klinik patologis adalah sebagai berikut:
1. Apendisitis Akut
a. Apendisitis Akut Sederhana (Cataral Apendisitis)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan
apendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa
tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
c. Apendisitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum
kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di
perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel
radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan
2.1.4 Etiologi
bakteri, dan striktura pada dinding usus. 1. Obstruksi atau penyumbatan pada
lumen apendiks yang dapat disebabkan oleh fekalit (massa feses yang keras,
2010). Bahan keras ini biasanya mengapur, terlihat dalam foto rontgen sebagai
normal kolon, hiperplasia jaringan limfoid, benda asing tumor, cacing atau parasit
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu
akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah,
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa mencapai 37,8- 38,8°
Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit
gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.
2. Penyakit Radang Usus Buntu kronik Pada stadium ini gejala yang timbul
sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di
daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali
disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada
apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus
dan Krista iliaka kanan). Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah
posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus
buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi
nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi
usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur
atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak
Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut
sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
tiba
2.1.7 Komplikasi
sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara
umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
37,7 oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah
2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada
anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak
di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri
menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar
sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin
secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru
yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih
oleh para ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya
sebagai berikut:
1. Tindakan medis
a. Observasi terhadap diagnosa
Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis, sering
tidak terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi yang
cermat. Penderita dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun melalui
abdomen dan rektum, sel darah putih dan hitung jenis di ulangi secara
periodik. Perlu dilakukan foto abdomen dan thorak posisi tegak pada semua
kasus apendisitis, diagnosa dapat jadi jelas dari tanda lokalisasi kuadran
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau toksitas
yang menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat menggangu. Pada
c. Antibiotik
2. Terapi bedah
Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera setelah
lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam
tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih
besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama
4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makan
saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi
pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada
hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan
komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah
serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan
90%.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai
gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis. Pemeriksaan ini juga
bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi saluran
pedas.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri sekitar umbilikus. Sejak
takikardi dan peningkatan frekuensi napas (Muttaqin dan Sari, 2011). Kaji
adanya demam atau peningkatan suhu tubuh pada pasca pembedahan,
terjadi peritonitis
d. Pemeriksaan fisik
e. Pengkajian status nutrisi dan cairan pada klien apakah klien mengalami
anoreksia, mual, muntah dan kembung, hal ini kemungkinan efek dari
yang meliputi durasi, frekuensi, skala nyeri, hal apa yang dapat menurunkan
a. Nyeri b.d agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
b. Resiko infeksi b.d tindakan invasif (insisi post pembedahan).
c. Resiko perdarahan b.d trauma insisisi
d. Gangguan pola tidur b.d nyeri
e. Defisit self care b.d nyeri.
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurang informasi.
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA
NOC NIC RASIONAL
N
1. Nyeri Setelah dilakukan - Kaji skala nyeri - Berguna dalam
suhu (36,5-37,50C)
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan - Kaji adanya tanda- - Dugaan adanya
kebutuhan. terpajan.
- Kolaborasi tim medis
- Terapi ditunjukkan
dalam pemberian
pada bakteri anaerob
antibiotik
dan hasil aerob gra
negatif.
3. Defisit self Setelah dilakukan - Mandikan pasien-Agar badan menjadi
terjadinya infeksi.
mengangkat penyembuhan
jahitan/pengikat
- Identifikasi gejala-Upaya intervensi
luka, adanya
drainase, demam
KERANGKA MASALAH
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosis post operasi apendisitis yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosis,
september 2018 sampai 14 september 2018 dengan data pengkajian pada tanggal 11
september 2018 pukul 08.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari pasien dan file No.
1.1. PENGKAJIAN
1.1.1 Identitas
tinggal di kalimas baru 2/86, klien bekerja sebagai seorang wiraswasta. Bahasa yang
sering digunakan Bahasa Indonesia, Status pernikahan klien sudah menikah. Klien
beragama Islam. Penanggung jawab biaya rumah sakit dengan mengguanakan BPJS.
Pasien MRS tanggal 9 September 2018 pukul 12.45 WIB dan dilakukan pengkajian
diperiksakan ke klinik PHC, dari klinik PHC klien di rujuk ke poli bedah, kemudian di
lakukan USG dan tes urin hasilnya negatif (normal). Pada hari minggu tanggal 9
September 2018 klien merasakan nyeri timbul di perut sebelah kanan bawah, kemudian
dibawa ke RS PHC pukul 02.00 WIB dokter mengatakan asam lambung naik, kemudian
klien pulang jam 05.00 WIB. Sabtu sore jam 15.00 WIB klien kembali lagi dan
langsung masuk UGD, kemudian dilakukan tes urin dan tes darah menunjukkan hasil
infeksinya tinggi, disarankan oleh dokter untuk opname dan senin pagi dilakukan USG
sejak kecil memiliki penyakit magh. Klien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes
Kesadaran :composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Suhu :36° C
RR : 17x/menit
TB : 145 cm
BB :54 Kg
1. B1 Sistem Pernafasan (breathing)
Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan bentuk dada normo chest,
pergerakan dada simetris, tidak terdapat otot bantu nafas, irama nafas
pasien regular, pola nafas reguler, suara nafas vesikuler, pasien tidak
batuk, tidak ada sputum, tidak ada suara nafas tambahan, RR 18x/menit.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada MK
2. B2 Sistem Kardiovaskuler (blood)
Akral HKM, CRT <2 detik, irama jantung regular, nadi:
87x/menit, tekanan darah 120/80, ictus cordis teraba di ICS 4-5 mid
tambahan, tidak terpasang CVP, tidak ada nyeri dada tidak ada oedema,
patella +/+, Refleks patologis : Babinski -/-, kaku kuduk -/-, brudzinki 1&2
bahu, Nervus Kranial XII pasien mampu menjulurkan lidah. Kepala : pada
pemeriksaan inspeksi kepala, kepala simetris, tidak ada benjolan atau lesi,
Mata simetris, pupil isokor tidak ada kelainan, reflek cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, lapang pandang pasien normal, pupil
mata isokor ukuran 2 mm, reflek cahaya pasien positif di kedua matanya.
3. Pendengaran
Telinga simetris, telinga bersih tidak ada gangguan dan tidak ada kelainan,
4. Lidah
Lidah bersih uvula terdapat di tengah, tidak ada kesulitan telan, pasien
SMRS frekuensi 3-5 kali/hari, eleminasi urin setelah MRS pasien 3-5x/hari,
warna kuning pekat, tidak terdapat odema di ekstremitas bagian bawah (kaki).
Masalah keperawatan : Tidak ada MK
5. B5 Sistem pencernaan (bowel)
Mulut pasien kotor, membrane mukosa lembab, tidak terdapat gigi palsu,
faring normal, diit sebelum MRS berupa nasi, lauk pauk, dan sayur frekuensi 1
porsi habis. Diit di rumah sakit diit TKTP, frekuensi 3x sehari, pasien tidak
muntah, pasien tidak mual, jenis makan nasi tim, tidak terpasang NGT. Pada
pemeriksaan inspeksi abdomen terdapat distensi, terdapat luka post operasi. Pada
lien, tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Pada pemeriksaan auskultasi peristaltic
usus 12x/menit, tidak terdapat kelainan abdomen. Rectum dan anus normal,
eliminasi sebelum masuk rumah sakit 1x/hari, eleminasi selama masuk rumah
sakit pasien baru 1 kali BAB selama di rumah sakit, tidak terdapat colostomy.
Masalah keperawatan : Konstipasi
tidak ada uban, kulit kepala bersih, kulit berwarna sawo matang. Pada
pemerikaan palpasi turgor kulit elastis, kekuatan ROM bebas, kekuatan otot
pasien :
5555 5555
5555 5555
Tidak terdapat fraktur, terdapat luka post operasi, tidak terdapat edema pada
7. Pemeriksaan Thyroid
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, pasien tidak menderita
8. Pemeriksaan perawatan
Tabel 3.1 kemampuan perawatan
alat
Toleting/eliminasi 1 3
4 : tergantung/ tidak
mampu
Mobilitas tempat tidur 1 1
Berpindah 1 1
Berjalan 1 1
Naik tangga 1
Berbelanja 1
Memasak 1
Pemeliharaan rumah 1
Alat bantu berupa : semua kegiatan didampingi keluarga
9. Pola Kebersihan
Sebelum MRS pasien mandi 3 kali sehari, keramas sebanyak 3
x/seminggu, ganti pakaian sebanyak 2x/ hari, menyikat gigi sebanyak 2x/hari,
memotong kuku 1 minggu satu kali. Selama pasien MRS pasien mandi dengan
cara di seka sebanyak 2 x/sehari, pasien belum keramas selama MRS, pasien ganti
pakain selama 1x/ hari, pasien menyikat gigi sebanyak 1x/hari. Pasien belum
dari jam 14.00-15.00, jumlah tidur pasien sebelum MRS 8 jam, selama MRS
pasien istirahat tidur dari jam 22.00 - 06.00, jam tidur siang dari jam 14.00-15.00,
dengan orang lain baik, kegiatan ibadah pasien selama masuk rumah sakit pasien
11/09/2018
HEMATOLOGI
perdarahan
Clotting time/ Waktu 10.00 menit 8.00-15.00
pembekuan
PPT 11.2 detik <15
KPTT 31 detik <34
INR 1.00 -
URINALISIS
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Agak keruh Jernih
Berat Jenis 1,019 1,005 – 1,030
pH 7,5 5,0 – 8,0
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Sedimen
* eritrosit 2–4 0-1
* leukosit 1–2 0-5
* epitel 5–6 5-15
13. Penatalaksanaan
(neurotropik)
Mengurangi produksi
Ranitidin 50 mg IV 2x1
asam lambung
Ketorolac 30 mg IV 3 x 30
Santagesik IV 2X1 Mengurangi Nyeri
Kandungan kaliumnya
berfungsi untuk
dehidrasi.
Penyebab Masalah
No. Data (Symptom)
(Etiologi) (Problem)
1. DS : Agen cidera Nyeri
- Pasien mengatakan luka
biologis
operasinya nyeri
DO :
- Pasien terlihat menahan
nyeri
- pengkajian nyeri
P : post apendiktomi
Q : nyeri panas
R : perut kanan bawah
S : skala nyeri 3
T : terus menerus
2. DS : Perubahan Konstipasi
- pasien mengatakan belum
BAB selama di RS lingkungan baru
DO : TTV
- sering flatus
- distensi abdomen penurunan
frek. BAB
3. DS : klien sering menanyakan Mengungkapkan Kesiapan
TD: 100/70mmHg
nadi: 96 x/menit
Suhu: 36,2 ̊C
RR: 20x/menit.
Tanggal
No. Masalah Keperawatan Ditemukan Teratasi Paraf
Diri 2018
3.3. Rencana Keperawatan
Diagnose
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d Agen Cidera Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri termasuk lokasi, 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
penyebaran-penyebaran
rongga abdomen.
3. Kesiapan Setelah dilakukan asauhan 1. Kaji pengetahuan klien tentang1. 1. Pemahaman tentang penyakit
meningkatkan keperawatan selama 1x24 jam proses penyakit. dapat meningkatkan pengetahuan
2. Berikan informasi tentang
perawatan diri b.d diharapkan klien bisa klien tentang proses penyakit
meningkatkan prilaku kesehatan.
memngungkapkan meningkatkan perawatan diri 3. Edukasi keluarga tentang2. 2. Berikan informasi tentang
keinginan dan diharapkan pengetahuan pemahaman penyakit dan kesiapan meningkatkan perawatan diri.
meningkatkan klien tentang proses penyakit meningkatkan perawatan diri anggota3. 3. Pemahaman tentang penyakit
perawatan diri meningkat dengan kriteria : keluarga. dapat meningkatkan kerjasama
3.4. Implementasi
1. 07.30 Membina hubugan saling percaya dengan klien S = klien mengatakan masih merasakan
S = 36 ̊C ₰
N = 85 x/menit
RR =20 x/menit
nyeri.
₰
11.30 Membantu klien berada di posisi yang nyaman
₰
(semifowler)
- Ondansetron
- Santagesik
S : 36
N : 85x/ menit
PEMBAHASAN
yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan
pada pasien dengan post operasi apendisitis di ruang mutiara Rumah Sakit PHC
4.1 Pengkajian
tinggal di Surabaya dan bekerja sebagai karyawan. Klien masuk UGD pada
tanggal 8 September 2018 pukul 02.00 WIB dengan keluhan nyeri perut sebelah
kanan bawah, setelah diperiksa dokter mengatakan bahwa asam lambung klien
naik, setelah 3 jam di UGD pada pukul 05.00 WIB klien pulang. Sabtu sore pada
tanggal 8 September 2018 pukul 15.00 WIB klien kembali masuk UGD dengan
keluhan yang sama nyeri perut bagian kanan bawah. Setelah dilakukan
pemeriksaan tes urin dan tes darah menunjukkan hasil bahwa terdapat bakteri
infeksi yang tinggi. Pada hari Minggu tanggal 9 September 2018 pukul 10.45
WIB pasien masuk ruang rawat inap mutiara. Pada hari senin tanggal 10
mengidap apendiksitis. Pada hari Selasa tanggal 11 September 2018 pukul 10.00
bentuk dada normo chest, pergerakan dada simetris, tidak terdapat otot bantu
nafas, irama nafas pasien regular, pola nafas reguler, suara nafas vesikuler, pasien
tidak batuk, tidak ada sputum, tidak ada suara nafas tambahan, RR 18x/menit.
keperawatan yang terjadi pada klien. Akral hkm, CRT <2 detik, irama jantung
regular, nadi: 87x/menit, tekanan darah 120/80, ictus cordis teraba di ICS 4-5 mid
tidak terpasang CVP, tidak ada nyeri dada tidak ada oedema, tidak ada
keperawatan yang terjadi pada klien. Pada pemeriksaan GCS klien 456, Nervus
Kranial I sampai XII klien tidak mengalami masalah, pada pemeriksaan inspeksi
kepala, kepala simetris, tidak ada benjolan atau lesi, pada pemeriksaan palpasi
tidak ada nyeri tekan pada kepala. Pada sistem penginderaan Bentuk hidung
simetris, septum berada ditengah, tidak terdapat polip dan tidak ada gangguan,
tidak ada secret atau lendir. Mata simetris, pupil isokor tidak ada kelainan, reflek
cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, lapang pandang pasien
normal, pupil mata isokor ukuran 2 mm, reflek cahaya pasien positif di kedua
matanya. Telinga simetris, telinga bersih tidak ada gangguan dan tidak ada
karena dari hasil pengkajian klien tidak mengalami distensi kandung kemih,
namun penulis mengalami kesulitan dalam menghitung jumlah produksi urin klien
penuh, tidak ada fraktur, rentang gerak sendi bebas, turgor kulit elastis, dan warna
kulit sawo matang, namun penulis menemukan adanya luka post operasi, hal ini
sesuai dengan (Pandjaitan costy, 2013). Infeksi luka operasi atau lebih dikenal
dengan sebutan ILO merupakan infeksi yang sering terjadi pada pasien paska
(Kurnia andrini, 2013) Faktor kejadian ILO post operasi meliputi nutrisi, personal
keramas sebanyak 3 x/seminggu, ganti pakaian sebanyak 2x/ hari, menyikat gigi
sebanyak 2x/hari, memotong kuku 1 minggu satu kali. Selama pasien MRS pasien
mandi dengan cara di seka sebanyak 2 x/sehari, pasien belum keramas selama
MRS, pasien ganti pakain selama 1x/ hari, pasien menyikat gigi sebanyak 1x/hari.
Pasien belum memotong kuku selama MRS. (Setyabudi, 2002) Mandi adalah
atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi individu
mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada
yang terbaring di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu
Analisa data pada tinjauan pustaka hanya berisi teori, namun pada
telah dialami klien. Kesenjangan yang didapatkan oleh penulis yaitu tentang
Dan Keamanan
2. Cemas B.D Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit Dan Perkembangannya
3. Nyeri Akut B.D Agen Cidera Biologis
4. Resiko Infeksi B.D Insisi Pembedahan
5. Defisit Self B.D Nyeri
Dari ke lima diagnosis tersebut, hanya 3 diagnosis yang muncul pada tinjauan
keperawatan yang penulis ambil disesuaikan dengan kondisi dan keadaan klinis
klien, oleh karena itu tidak semua diagnosis yang terdapat dalam tinjauan pustaka
Pada diagnosis Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis, penulis
menringis menahan nyeri, dengan kriteria nyeri yaitu pasien mengatakan nyeri
setelah dilakukan pembedahan, nyeri terasa panas, nyeri pada daerah luka post
operasi dengan skala nyeri 3 dan terasa menetap terus menerus. Hal ini sesuai
dengan Ffitri (2018) mengatakan Suatu proses pembedahan setelah operasi atau
4.3 Perencanaan
keperawatan berdasarkan diagnosis yang sesuai dengan kondisi klien, selain itu
kelompok mencantumkan tujuan dan kriteria hasil pada setiap diagnosis yang
ada pada klien. Adapun fungsi dari penulisan tujuan dan kriteria hasil adalah
untuk menilai berhasil atau tidaknya asuhan keperawatan yang dilakukan pada
klien.
4.4 Pelaksanaan
4.5 Evaluasi
Pada tinjauan pustaka evaluasi hasil evaluasi kasus berdasarkan masalah yang
dihadapi klien,
BAB 5
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis post operasi
apendiksitis.
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa medis post operasi apendiksitis., maka penulis dapat
diagnosa seterusnya.
4. Pelaksanaan
Pada diagnosa.......... Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi
pasien mengalami gagal nafas. Tindakan tersebut adalah melakukan begging dan
5. Pada akhir evaluasi semua tujuan belum bisa dicapai karena pasien mengalami
5.2 Saran
baik anatara pasien, perawat, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
k=wawancara&i=40941-Costy-Pandjaitan:-Infeksi-Nosokomial-di-Rumah-Sakit-
Harus-Diantisipasi
Kurnia, A., Tripriadi, E.A., & Andrini, F. (2013). Gambaran Penderita ILO pada
Pasien Pasca Operasi Bersih Di RSUD Arifin Achmad Prov. Riau. Diakses 29
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/viewFile/6448/6146
Diglib.unimus.ac.id/download.php?id=9688