Anda di halaman 1dari 13

Bab II – Deskripsi Umum

BAB II

Deskripsi Umum Struktur

2.1. Keterangan Umum Bangunan

Pada model pertama, akan direncanakan sebuah gedung dengan


tinggi 12 lantai dengan perencanaan berdasarkan sistem ganda, yaitu
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Dinding
Struktur Khusus (SDSK) dengan mengacu pada peraturan gempa SNI
1762:2012. Bangunan yang berfungsi sebagai sarana perkantoran dan
berlokasi di Bali ini terdiri atas 1 menara, terdiri dari Lobi (1 Lantai), Aula
(1 Lantai) dan juga Ruang Kantor (9 Lantai + Lantai Roof)

Secara umum, bangunan ini dirancang dengan material beton


bertulang. Bangunan ini berbentuk persegi panjang serta memiliki
ketinggian total 43,5 meter. Pemodelan struktur akan dilakukan dengan
ETABS. Dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Deskripsi Umum


Fungsi bangunan Kantor
Lokasi Bali
Jumlah lantai 12 lantai
Total tinggi bangunan 43,5 m
System struktur System Ganda

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 1


Bab II – Deskripsi Umum

2.1.1. Denah
Berikut denah arsitektur dari gedung yang di desain :

Gambar 2.1 Denah Lantai 1

Gambar 2.2 Denah Lantai 2

Gambar 2.3 Denah Lantai 3-11

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 2


Bab II – Deskripsi Umum

2.1.2. Elevasi dan Mutu Beton

Berikut data tinggi antar lantai dan spesifikasi material yang


digunakan :

1. Elevasi

Tabel 2.2 Elevasi


Lantai Tinggi antar lantai (m)
Lantai 1-2 5,0 meter
Lantai 3-6 4,0 meter
Lantai 7-11 3,5 meter

2. Spesifikasi Material

Mutu Baja Tulangan : fy = 400 MPa

Mutu Beton : Mutu beton dan modulus elastisitas


yang digunakan pada perencanaan
struktur ini adalah:

a) Pelat

fc’ 29,05 Mpa


E 25332,084
b) Balok

fc’ 29,05 Mpa


E 25332,084
c) Kolom

fc’ 29,05 Mpa


E 25332,084

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 3


Bab II – Deskripsi Umum

d) Dinding Geser

fc’ 33.2
E 27081,14

Dimana: Fc’ = 0,083 x Fy


E = 4700 x √𝐹𝑐′ (Mpa)

2.2. Pembebanan

Pembebanan yang digunakan berdasarkan SNI 1727:2013 yaitu


Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain.
Beban ini meliputi beban mati berat sendiri (dead load), beban mati
tambahan (super imposed dead load), beban hidup (live load), dan beban
hidup atap.

2.2.1. Beban Mati Berat Sendiri (DL)

Beban mati adalah beban seluruh komponen elemen struktural


bangunan yang terdiri atas pelat, balok, kolom, dan dinding geser. Beban
mati akan dihitung menggunakan ETABS.

2.2.2. Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban mati tambahan adalah beban komponen nonstruktural


(arsitektur dan MEP) yang terdapat pada struktur bangunan. Beban SIDL
yang digunakan dalam desain ini adalah :

 Beban Struktur Sendiri


 Beban Mati Tambahan :Beban mati tambahan = 270 Kg/m
(dinding,plafond,lantai,ME,gondola)
2.2.3. Beban Hidup (LL)

Beban Hidup atau live load adalahbeban yang terjadi akibat


penghunian atau penggunaan gedung yang berasal dari barang atau

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 4


Bab II – Deskripsi Umum

orang yang dapat berpindah tempat sehingga mengakibatkan perubahan


dalam pembebanan lantai dan atap. Berdasarkan SNI 1727:2013 untuk
beban hiduo gedung, beban hidup dapat direduksi, yakni factor elemen
beban hidup diambil 3 karena masuk golongan kolom-kolom tepi denga
plat kantilever. Area tributary kolom terbesar adalah sebagai berikut:

 Tributary 1 = Bentang terpanjang X x Bentang terpanjang Y


= 5m x 5m = 25 𝑚2

Jadi Area Tributary terbesar adalah 25 𝑚2 dan berdasarkan SNI


1727:2013 untuk beban hidup perkantoran adalah 2,4 Kn/𝑚2 . Perhitungan
reduksi beban hidup selain beban hidup atap adalah sebagai berikut:

4,57
L = Lo (0,25 + )
√𝐾𝐿𝐿 𝐴𝑇
4,57
= (2,4 Kn/𝑚2 ) (0,25 + )
√3 . 25

= 0,75 Kn/𝑚2

Sehingga beban hidup yang digunakan adalah 0,8 Kn/𝑚2

1.3.4. Beban Gempa (SNI 1726:2012)

Pembebanan gempa pada perencanaan bangunan ini


menggunakan analisis response spectra (Response Spectrum Analysis).
Analisis ini digunakan untuk mendesain gedung sehingga kebutuhan
tulangan dari elemen struktur memenuhi prinsip desain kapasitas

 Tabel 1 - Kategori risiko bangunan semua gedung dan struktur


lain untuk beban gempa Jenis pemanfaatan untuk gedung
perkantoran, masuk dalam kategori II.

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 5


Bab II – Deskripsi Umum

 Tabel 2 - Faktor keutamaan gempa

Karena masuk pada kategori risiko II maka faktor keutamaan


gempa, 𝐼𝑐 = 1,0

 Tabel 3 - Klasifikasi situs

Jenis tanah pada lokasi pembangunan memiliki kelas situs


termasuk dalam SE (tanah lunak ).

 Tabel 4 – Koefisien situs (Fa)

Nilai Fa berdasarkan nilai dari Ss = 0.97 (didapat dari parameter


respons spektral percepatan gempa 𝑀𝐶𝐸𝑅 terpetakan untuk
periode pendek ), maka dari tabel didapat nilai Fa.

Mencari nilai-nilai antara Ss, menggunakan interpolasi:


1−0,97
Fa = 0,9 + (1,2 - 0,9)
1−0,75

= 0,936

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 6


Bab II – Deskripsi Umum

Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek


(𝑆𝑀𝑆 )

𝑆𝑀𝑆 = Fa . Ss = 0,936 x 0,97,= 0,90


 Tabel 5 - Koefisien situs Fv.

Nilai Fv berdasarkan nilai dari S1 = 0,35 (didapat dari parameter


respons spektral percepatan gempa 𝑀𝐶𝐸𝑅 terpetakan untuk
perioda 1,0 detik ), maka dari tabel didapat nilai Fv

Mencari nilai-nilai antara S1, menggunakan interpolasi:


0,4−0,35
Fv = 2,4 + (2,8 – 2,4)
0,4−0,3

= 2,6

Parameter spektrum respons percepatan pada periode 1 detik


(𝑆𝑀1 ) dan Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1
detik (𝑆𝐷1)
𝑆𝑀1 = Fv . 𝑆1 = 0,35 x 2,6
= 0,91

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 7


Bab II – Deskripsi Umum

 Tabel 6 - Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda pendek

SDS = 2/3 . 𝑆𝑀𝑆 = 2/3 x 0,90


= 0,60
Untuk SDS = 0,60 , jadi kategori desain seismik adalah D

 Tabel 7 - Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda 1 detik

SD1 = 2/3 . 𝑆𝑀1 = 2/3 x 0,91


= 0,61
Untuk SD1 = 0,61 , jadi kategori desain seismik adalah D

 Tabel 8 - Koefisien Situs FPGA

FPGA berdasarkan nilai PGA = 0,39


Maka, nilai FPGA menggunakan interpolasi linear:

0,4−0,39
FPGA = 0,9 + . (1,2 – 0,9)
0,4−0,3

= 0,93

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 8


Bab II – Deskripsi Umum

 Tabel 9 - Faktor R,CD, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa

Sistem rangka pemikul momen:

C.5 Rangka beton bertulang pemikul momen khusus


R = 8
CD = 51/2
Ω0 =3
D.3 Dinding geser beton bertulang khusus
R = 7
CD = 51/2
Ω0 = 21/2

Maka pembebanan untuk bangunan system ganda yeng terletak di Bali


memiliki parameter seperti pada tabel dibawah:

Tabel 1.3.4 Parameter Response Spektra


Parameter Response Spectra
Kategori Resiko II

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 9


Bab II – Deskripsi Umum

Faktor Keutamaan Ie 1
Klasifikasi Situs (SE) Tanah Lunak
Percepatan Gempa MCEr periode pendek Ss 0,97
Percepatan Gempa MCEr periode 1 detik S1 0,35
Faktor amplifikasi periode pendek Fa 0,94
Faktor amplifikasi periode 1 detik Fv 2,60
Percepatan pada periode pendek Sms 0,90
Percepatan pada periode 1 detik Sm1 0,91
Percepatan desain pada periode pendek Sds 0,60
Percepatan desain pada periode 1 detik Sd1 0,61
Parameter periode Ts 0,20
T1 1,01
Parameter Struktur Sistem Ganda
Faktor koefisien modifikasi R 8
Factor kuat lebih system Ω𝑜 3
Factor pembesaran defleksi Cd 5,5

Dari parameter response spektra diatas, spectrum response desain


adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2.1 Spektrum Response Desain

Tahap pertama dalam analisis response spectra adalah perhitungan factor


skala. Factor skala dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

𝑔𝑥𝐼
Faktor skala = 𝑅

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 10


Bab II – Deskripsi Umum

9,81 𝑥 1
= = 1,226
8

Keterangan: g : percepatan gravitasi (m/𝑠 2 )


I : faktor keutamaan bangunan
R : faktor koefisien modifikasi

Tahap selanjutnya adalah pengecekan gaya geser dasar akibat beban


dinamik tidak boleh kurang dari 85% gaya geser dasar akibat beban statik.

1.4. Kombinasi Pembebanan

Kombinasi beban untuk metode ultimit struktur, komponen struktur,


dan elemen fondasi harus dirancang sedemikian rupa hingga kuat
rencananya sama atau melebihi pengaruh beban terfaktor.

Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 9.2.1, kombinasi pembebanan


terfaktor, yaitu sebagai berikut:

1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + 1,0L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E

Untuk nomor 5 dan 7 dengan beban gempa diatur oleh SNI 1726:2012
pasal 7.4, factor dan kombinasi beban untuk beban mati nominal, bban
hidup nominal, dan beban gempa nominal, yaitu sebagai berikut:

1. (1,2 + 0,2Sds) D + 1L ± 0,3 ϱ EX ± 1 ϱ EY


2. (1,2 + 0,2Sds) D + 1L ± 1 ϱ EX ± 0,3 ϱ EY
3. (0,9 - 0,2Sds) D ± 0,3 ϱ EX ± 1 ϱ EY

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 11


Bab II – Deskripsi Umum

4. (0,9 - 0,2Sds) D ± 1 ϱ EX ± 0,3 ϱ EY

Dimana:

D = Beban mati, termasuk SIDL


L = Beban hidup
Lr = Beban hiduo atap
R = Beban hujan
W = Beban angina
EX = Beban gempa arah - x
EY = Beban gempa arah – y
P = Faktor redudansi
Sds = Parameter percepatan spektrum respons desain pada periode
pendek

Berikut kombinasi pembebanan yang digunakan:

Tabel 1.4.1 Kombinasi Pembebanan

NO Kombinasi D L Ex Ey
1 U1 1.40 0 0 0
2 U2 1.20 1.6 0 0
3 U3-1 1.20 1 0 0
4 U3-2 1.20 0 0 0
5 U3-3 1.20 0 0 0
6 U4-1 1.20 1 0 0
7 U4-2 1.20 1 0 0
8 U5-1 1.32 1 0.3 1
9 U5-2 1.32 1 0.3 -1
10 U5-3 1.32 1 -0.3 1
11 U5-4 1.32 1 -0.3 -1
12 U5-5 1.32 1 1 0.3
13 U5-6 1.32 1 1 -0.3
14 U5-7 1.32 1 -1 0.3
15 U5-8 1.32 1 -1 -0.3
16 U6-1 0.90 0 0 0

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 12


Bab II – Deskripsi Umum

17 U6-2 0.90 0 0 0
18 U7-1 0.78 0 0.3 1
19 U7-2 0.78 0 0.3 -1
20 U7-3 0.78 0 -0.3 1
21 U7-4 0.78 0 -0.3 -1
22 U7-5 0.78 0 1 0.3
23 U7-6 0.78 0 1 -0.3
24 U7-7 0.78 0 -1 0.3
25 U7-8 0.78 0 -1 -0.3

Eko Nur Yuniawan (41114010058) Page II - 13

Anda mungkin juga menyukai