KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR
Kelompok : A1
Ketua : Aditya Surya Pratama (NPM: 1102013009)
Sekertaris : Cintya Ristimawarni (NPM: 1102013064)
Anggota : Adria Putra Farhandika (NPM: 1102013010)
Andrew Rozaan F (NPM: 11020130028)
Abdul Rahman (NPM: 1102013001)
Abi Rafdi Zhafari (NPM: 1102013002)
Laras Candysa (NPM: 1102013152s)
Jajang Permana Subhaan (NPM: 1102012136)
Kayla Audivisi (NPM: 1102012139)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JL. LETJEND SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH
JAKARTA 10510
TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.4244574
1
I.2. Kesanggupan Kardiovaskuler
1. Dasar Teori
Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar yang
mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh darah di arteriola,
volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan kontrol agar
tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang bekerja dalam
mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan hormonal.
Kontrol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang
mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek
terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka dan jantung,
yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan kebutuhan akan pasokan darahnya sangat
bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas metabolic keseluruhannya dan kebutuhan akan pasokan
darah tetap konstan. Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat kimiawi atau fisik.
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh pengaruh
fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah.
Bila pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor.
Bila kenaikan tekanan darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong
hiporeaktor.
2
Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk mengalirkan
simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena
dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih banyak darah
keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi denyut
nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara detak jantung,
atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua factor tersebut dapat dihitung
indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan
amat baik.
(Andrajati, Retnosari dkk. 2008)
4. Tujuan
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada saat berbaring.
2. Memberi rangsangan pendingin pada tangan selama 1 menit
3. Mengukur tekanan darah a.brachialis selama perangsangan
4. Menetapkan waktu pemulihan a.brachialis
5. Meggolongkan hiperreaktor atau hiporeaktor
6. Melakukan percobann naik turun bangku
7. Menetapkan indeks kesanggupan badan manusia dengan cara lambat dan cepat.
8. Menilai indeks kesanggupan badan manusia dari hasil
5. Tata Kerja
Alat yang diperlukan:
1. Stigmomanometer dan stestoskop
2. Ember kecil berisi air es dan thermometer kimia
3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)
4. Bangku setinggi 19 inchi
5. Metronome (frekuensi 120x/menit)
6. Prosedur
I. Tes Peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold Pressure Test)
1. Suruh o.p berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit.
2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas o.p.
3. Setelah o.p. berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai
terdapat hasil yang sama selama 3 kali berturut-turut (tekanan basal).
4. Tanpa membuka manset surulah o.p. memasukan tangan kirinya kedalam air es (4o C)
sampai pergelangan tangan.
5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya.
6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah o.p. selama pendinginan. Bila pada pendinginan
tekanan sistolik nak lebih besar dari 20mmHg dan tekanan sistolik lebih dari 15mmHg
dari tekanan basal, maka o.p. termasuk golongan hipereaktor. Bila kenaikan tekanan
darah o.p. masih dibawah angka-angka tersebut diatas, maka o.p. termasuk golongan
hiporeaktor.
7. Surulah o.p. segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik
dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal.
3
8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolic pada detik ke
30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan dua kali. Pada percobaan
pertama hanya dapat dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke 30 dan detik ke
60 pendinginan. Surulah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah
tekanan sistolik dan diastolic setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal.
Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukan percobaan yang kedua untuk
menetapkan tekanan diastolic pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan.
4
Lama Naik turun bangku 4’06”
Denyut nadi pada :
1’-1’30” = 86
2’-2’30” = 79
3’-3’30’ = 71
246 x 100 = 24600 = 52,008
5,5 x 86 472
Petunjuk – petunjuk :
Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan.
Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30” pertama.
Indeks kesanggupan badan terdapat di persilangan baris dan lajur.
Penilaian: kurang dari 50 = kurang
50 – 80 = sedang
Lebih dari 80 = baik
Hasil Praktikum
I. Tes Peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold Pressure Test)
KETERANGAN TEKANAN DARAH TEKANAN DARAH (mmHg)
(mmHg) SETELAH 3 KALI SETELAH DILAKUKAN
PENGUKURAN DENGAN PENDINGINAN
HASIL YANG SAMA DETIK KE-30 DETIK KE-60
OP: Andrew 100/60 120/80 110/80
Normal kembali
ke tekanan Basal:
1. 2menit ke-1 100/60
2. 2menit ke-2 100/50
3. 2menit ke-3 100/60
Pembahasan
I. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold-pressure Test)
Pada data hasil percobaan di atas, terlihat secara umum bahwa tekanan darah basal sistol
dan diastol mengalami peningkatan setelah tangan dimasukkan ke dalam air es. Hal ini sesuai
dengan mekanisme homeostatis tubuh manusia. Saat tubuh manusia berada pada temperatur
yang relatif lebih rendah, pembuluh-pembuluh darah akan menyempit (vasokonstriksi),
terutama pembuluh darah perifer. Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah untuk menjaga panas
5
tubuh agar tidak keluar. Vasokonstriksi tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah
sistol dan diastol.
Kemungkinan lain yang menyebabkan tekanan darah o.p naik adalah sebelum o.p
memasukkan tangan kirinya ke dalam air es atau sebelum menjalani percobaan, o.p merasa
takut atau grogi akan dinginnya es yang akan melingkupi tangannya sehingga tekanan darah
o.p meningkat.
Di samping itu, adanya respon stress yang ditimbulkan tubuh saat tangan o.p dimasukkan
dalam es yang bersuhu 4oC juga mungkin menjadi alasan naiknya tekanan darah o.p. Suhu
yang sangat dingin ini akan menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kondisi
homeostasis, sehingga menimbulkan respon stress. Respon stress ini akan memacu
disekresikannya hormon adrenalin yang memacu peningkatan aktivitas kardiovaskuler
termasuk peningkatan tekanan darah.
Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan
distolik lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka o.p. termasuk golongan hiperreaktor
yang dapat diprediksi memiliki potensi hipertensi. Bila kenaikan tekanan darah o.p. masih
dibawah angka-angka tersebut diatas, maka o.p. termasuk golongan hiporeaktor. Untuk
Andrew disimpulkan HIPOREAKTOR , karena tekanan sistolik tidak melebihi 120 dan
diastolik tidak lebih dari 100
Menjawab Pertanyaan
Cold Pressure Test
1. Mengapa o.p harus berbaring selama 20 menit?
Jawaban: Supaya lebih rileks dan nyaman agar hasil test lebih baik
2. Apa kontraindikasi untuk melakukan Cold Pressure Test?
Jawaban: Orang dengan penyakit jantung atau vaskuler, terutama penderita Sindrom
Raynauld, yang memiliki masalah pada tekanan darah, diabetes, epilepsi,
kehamilan, dan luka serius
3. Bagaimana caranya supaya saudara dapat mengukur tekanan darah o.p. dengan cepat?
Jawaban: siap sebelum memeriksa sehingga lebih sigap mengukur saat detik ke-30
6
4. Apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah o.p. selama pendinginan, terangkanlah
mekanismenya?
Jawaban: Saat tubuh manusia berada pada temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh-
pembuluh darah akan menyempit (vasokonstriksi), terutama pembuluh darah
perifer. Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah untuk menjaga panas tubuh agar tidak
keluar. Vasokonstriksi tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah sistol dan
diastol.
Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan
distolik lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka o.p. termasuk golongan
hiperreaktor yang dapat diprediksi memiliki potensi hipertensi. Bila kenaikan
tekanan darah o.p. masih dibawah angka-angka tersebut diatas, maka o.p. termasuk
golongan hiporeaktor.
5. Apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan hiperreaktor atau
hiporeaktor?
Jawaban: Untuk memprediksi o.p. apakah ia memiliki kecenderungan untuk hipertensi apa
tidak. Jika o.p. hiperreaktor, diprediksi cenderung hipertensi.
Kesimpulan
1. Suhu mempengaruhi tekanan darah, dimana pada suhu rendah pembuluh darah akan
mengalami vasokontriksi , dimana aliran darah nantinya akan meningkat. Sehingga Cardiac
Output meningkat. Maka bila Cardiac Output meningkat tekanan darah akan mengingkat.
2. Kesanggupan badan seseorang dapat dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB).
Semakin besar nilai IKB → semakin baik kesanggupan badan seseorang.
7
Pengaruh Perangsangan N.Vagus pada jantung kura-kura
Dasar Teori
Perangsangan sayaf parasimpatis yang menuju ke jantung (vagus) akan menyebabkan
pelepasan hormon asetikolin pada ujung saraf vagus. Hormon ini mempunyai dua pengaruh
utama pada jantung, yaitu menurunkan frekuensi irama nodus sinus , dan hormon ini akan
menurunkan eksitabilitas serabut-serabut penghubung A-V yang terletak diantara otot-otot
atrium dan nodus A-V, sehingga akan memperlambat penjalaran impuls jantung yang menuju ke
ventrikel.
Tujuan
Pada akhir praktikum ini mahasiswa harus dapat:
1. Membebaskan N.vagus (N.X) kiri dan kanan.
2. Membuktikan pengaruh kegiatan N.X. yang terus menerus (vagotonus) pada jantung.
3. Mencatat dan menjelaskan pengaruh perangsangan lemah dan kuat N.X pada jantung
dalam hal:
a. Masa laten
b. Akibat ikutan (after effect)
c. Frekuensi denyut
d. Kekuatan kerutan
4. Mendemostrasikan peristiwa lolos vagus (vagal escape).
Tata Kerja :
III.3.1 Pengaruh kegiatan N.X. yang terus menerus pada jantung.
1. Ikatlah keempat kaki kura kura yang telah dirusak otaknya dan dibor perisai
dadanya pada meja operasi.
2. Lepaskan perisai dada kura-kura yang telah dibor dari jaringan di bawahnya
dengan menggunakan pinset dan scalpel tanpa menimbulkan banyak pendarahan.
8
3. Bukalah dengn gunting pericardium yang membungkus jantung secara hati-hati
agar jangan terjadi pendarahan. Sekarang terlihat jantung berdenyut dengan jelas.
4. Bebaskan kedua N.X sesuai dengan petunjuk umum.
5. Buatlah 2 ikatan longgar ada setiap N.X.
6. Buktikanlah bahwa kedua saraf yang saudara bebaskan benar-benar N.X dengan
cara merangsangnya dengan arus faradic yang cukup kuat dan cukup lama untuk
memperlihatkan efek N.X terhadap jantung.
P.III.3.1 Apakah N.X termasuk golongan saraf kolinergik?
Jawab : Ya
P.III.3.2 Bagaimana pengaruh N.X. pada jantung berdasarkan pembagian saraf
adrenergic dan kolinergik?
Jawab : Dapat membuat denyut jantung semakin lambat
P.III.3.3 Apa yang saudara harapkan dapat dilihat pada jantung kura-kura bila
N.X.dirangsang?
Jawab: Denyut jantung akan semakin lambat dan kemudian berhenti sehingga terjadi
cardiac arrest
7. Hitunglah frekuensi denyut jantung.
8. Ikatlah kuat-kuat semua ikatan longgar tersebut di atas dan guntinglah kedua N.X
diantara dua ikatan.
9. Tunggulah 1 menit dan hitunglah kembali frekuensi denyut jantung.
P.III.3.4 Mengapa harus menunggu 1 menit sebelum menghitung kembali frekuensi
denyut jantung ?
Jawab : Karena efek dari pemotongan N.X baru terjadi setelah 1 menit.
P.III.3.5 Perubahan apa yang diharapkan pada frekuensi denyut jantung setelah
pemotongan kedua N.X?
Jawab : Tidak ada perubahan apa-apa, denyut jantung tetap dalam keadaan normal.
9
P.III.3.6 Apa yang dimaksud : a. Masa laten b. akibat ikutan ?
Jawab :
a. Masa laten adalah periode antara pemberian rangsang hingga timbul kontraksi
yang pertama
b. akibat ikutan adalah denyut ikutan yang lebih kuat sehingga terjadinya vagal
escape
3. Tanpa menjalankan tromol rangsanglah N.X kanan bagian perifer
dengan rangsang faradic yang cukup kuat sehingga terlihat jelas timbulnya henti
jantung.
4. Setelah menunggu 5 menit mengulangi percobaan sub3 dengan menggunakan
rangsang faradic sub4 sehingga terjadi henti jantung (cardiac arrest).
10
III.3.3 Lolos Vagus (Vagal Escape)
1. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat untuk mencatat 10 denyut jantung
sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah N.X. kanan bagian perifer
dengan rangsang faradic cukup kuat sehingga terjadi henti jantung. Teruskan
perangsangan dan pencatatan sehingga timbul lolos vagus. Bila perangsangan sudah
berlangsung 30 detik tanpa terjadi lolos vagus hentikan perangsangan.
P.III.3.8 Apa yang dimaksud dengan lolos vagus?
Jawab: Berdetaknya kembali denyut jantung setelah terjadinya cardiac arrest
P.III.3.9 Bagaimana mekanisme terjadinya lolos vagus?
Jawab : Pada saat cardiac arrest, tidak terjadi denyut. Tetapi dalam keadaan ini darah
terus mengalir dari atrium ke ventrikel, sehingga katup semilunar terbuka dan
terjadilah kontraksi denyut sistol pertama yang tidak begitu kuat.
2. Bila pada usaha saudara yang pertama lolos vagus tidak terjadi, maka boleh dicoba
2x lagi dengan waktu rangsang yang lebih lama, dan bila masih juga belum berhasil
hentikanlah percobaan saudara.
P.III.3.10 Faktor apa yang menghilangkan kemungkinan terjadinya lolos vagus ?
Jawab: Lolos vagus dapat tidak terjadi dikarenakan rangsangan yang terlalu lama
mengakibatkan NX terus bekerja, sehingga jantung tetap berhenti atau dikarenakan
otot jantung yang mengalami kelelahan.
KESIMPULAN
Ketika dilakukan perangsangan pada N. Vagus maka akan terjadi cardiac arrest yaitu henti
jantung, namun ketika rangsangan yang diberikan terhadap N. Vagus tersebut dihentikan, maka
jantung akan kembali berdenyut dengan diawali kejadian lolos vagus.
11
III.5. Urutan Denyut Kerutan Berbagai Bagian Jantung & Denyut Ektopik Pada
Jantung Kura-Kura
1. Dasar Teori
2. Tujuan:
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat
1. Membuat sediaan jantung kura sesuai dengan petunjuk umum.
2. Menetapkan urutan berbagai bagian jantung kura atas dasar pengamatan sendiri.
3. Mencatat mekanokardiogram atrium dan ventrikel kura.
4. Merangsang atrium dan ventrikel jantung dengan arus buka pada berbagai fase :
Sistole
Puncak systole
Diastole
Akhir diastole
5. Membedakan peka rangsangan atrium dan ventrikel jantung pada berbagai fase kontraksi
tersebut diatas.
6. Menerangkan terjadinya perbedaan kepekaan pada berbagai fase tersebut diatas.
12
3. Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :
1. Kura-kura + meja operasi kura + tali pengikat
2. Kimograf rengkap + kapas kimograf + kertas + perekat
3. Statif + klem
4. 2 sinya maknit :1 untuk mencatat waktu, 1 untuk mencatat tanda
5. Kawat listrik
6. Stimulator induksi + elektroda perangsang
7. 2 pencatat jantung + penjepit jantung
8. Batang kuningan berbentuk huruf L
9. Benang + malam
Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet
4. Tata Kerja :
III.5.1 Urutan kerutan berbagai bagian jantung.
1. Ikatlah ke 4 kaki kura yang telah dirusak otaknya dan dibor perisai dadanya, ada meja
operasi.
2. Lepaskan perisai dada kura-kura yang telah dibor dari jaringan dibawahnya dengan
menggunakan pinset dan scalpel tanpa menimbulkan banyak perdarahan.
P.III.5.1. Bagaimana cara yang baik untuk menghindarkan perdarahan pada tindakan ini?
Jawab: Cara menghindari perdarahannya adalah dengan membor secara hati-hati perisai dada
dari kura–kura dan hindari jangan sampai jaringan dibawahnya terkena. Jaringan dibawah
dibuka menggunakan pinset dan skapel sehingga mengurangi pendarahan.
3. Bukalah dengan gunting pericardium yang membungkus jantung secara hati-hati
agar jangan terjadi perdarahan. Sekarang terlihat jantung berdenyut dengan jelas.
P.III.5.2. Apa beda anatomi yang penting antara jantung kura-kura dengan jantung
mammalia ?
Jawab: Beda jantung kura –kura dengan jantung mamalia adalah jantung kura –kura hanya
memiliki 1 ventrikel sedangkan mamalia 2 ventrikel.
4. Pelajari anatomi jantung kura-kura dengan bantuan petunjuk umum.
Untuk mempelajaribagian dorsal angkatlah ventrikel keatas dengan benda tumpul.
P.III.5.3.Apa bahaya manipulasi yang terlalu sering dan kasar terhadap jantung ?
Jawab : Dapat menyebabkan kerusakan jantung hingga henti jantung
5. Nyatakan urutan kerutan berbagai bagian jantung.
13
2. Tanpa menjalankan tromol kimogrof, carilah kekuatan rangsang buka yang dapat
menimbulkan denyut etopik atrium.
P.III.5.5 Apa yang dimaksud dengan denyut ektopik atrium?
Jawab : Denyut jantung abnormal yang rangsangannya tidak berasal dari SA node, namun
di otot atriumnya langsung
P.III 5.6 Pada saat apa sebaiknya perangsangan diberikan untuk menghasilkan denyut
ektopik?
Jawab : Pada saat diastol
P.III.5.7 Apa yang dimaksud dengan interval A.V dan bagaimana mengukurnya?
Jawab : Interval AV adalah jarak waktu dibutuhkan atrium dan ventrikel untuk
melakukan sistol dan diastol. Cara yang dilakukan dengan menggunakan
mekanokardiogram atrium dan ventrikel.
Berlatihlah sebaik-baiknya dalam memberikan rangsang dalam arus buka pada :
a. Sistole atrium
b. Puncak sistole atrium
c. Diastolik atrium
d. Akhir diastolik atrium
3. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat (lihat gambar) untuk mencatat 10
denyut jantung sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah atrium dengan
kekuatan rangsang sub.2 pada :
a. Sistole atrium
b. Puncak sistole atrium
c. Diastole atrium
d. Akhir diastolik atrium
Setiap kali setelah perangsangan biarkanlah jantung berdenyut 5–6 kali
4. Tanpa menjalankan tromol carilah rangsang buka yang dapat menimbulkan denyut
ektopik ventrikel
P.III.5.8 Apa yang dimaksud dengan denyut ektopik ventrikel?
Jawab: denyut jantung abnormal yang rangsangannya tidak berasal dari SA node, namun
langsung di otot ventrikel.
P.III.5.9 Mengapa ventrikel tidak boleh dirangsang dengan rangsang faradic?
Jawab: karena dengan adanya denyut ektopik dengan jumlah yang bermakna
dikhawatirkan akan menimbulkan fibrilasi ventrikel spontan dan akhirnya jantung
menjadi rusak.
P.III.5.10 Apakah denyut ektopik ventrikel diikuti oleh denyut ektopik atrium?
Jawab: Tidak
P.III.5.11 Apa yang dimaksud dengan rehat kompensasi?
Jawab: Rehat kompensasi adalah istirahat saraf setelah melakukan denyut ektopik untuk
menghindari rangsang berlebihan
P.III.5.12 Bila rehat kompensasi penuh dan tidak penuh?
Jawab : Rehat kompensasi penuh adalah istirahat saraf setelah melakukan denyut ektopik
sesuai dengan waktu yang diperlukan, sedangkan yang tidak penuh adalah istirahat yang
belum sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
5. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat.
14
6. Catat 10 denyut normal sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah
ventrikeldengan kekuatan rangsang sub 4 pada :
a. Sistole ventrikel
b. Puncak systole ventrikel
c. Diastole ventrikel
d. Akhir diastole ventrikel
Setiap kali setelah perangsangan biarkanlah jantung berdenyut 5-6 kali.
P.III.5.13 Apakah ada hubungan antara saat perangsangan dengan amplitudo denyut
ektopik yang dihasilkanya?
Jawab: Ya, amplitude yang dihasilkan menjadi lebih tinggi daripada amplitude denyut
normal.
KESIMPULAN
Denyut ektopik merupakan kelainan denyut yang timbul di luar sistol dan diastol (denyut ekstra
sistol). Denyut tersebut dapat dirangsang pada masa di luar refrakter absolut. Hal ini dapat terjadi
pada manusia jika saraf simpatis dirangsang secara kontinu (dengan konsumsi kopi dan stress
yang terus menerus).
15
LAMPIRAN
16