Elizabeth Weedina*, Jonathan Kortb, Alexander Quaasa, Valerie Bakerb, Robert Wilda
dan
Karl Hansena
a
Departemen Kebidanan dan Kandungan, Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Oklahoma,
Kota Oklahoma, OK, AS;
b
Departemen Kebidanan dan Ginekologi, Universitas Stanford, Sunnyvale, CA, AS
ABSTRAK
Pendahuluan
Kami menyediakan survei berbasis web kepada dokter praktik (Tabel Tambahan
1). Survei dilakukan dalam dua tahap. Fase awal, fase uji coba, sampel regional
(terutama Oklahoma) dokter spesialis OB/GYN dan REI dari Mei 2014 hingga
Oktober 2014. Pada fase kedua, penelitian diperluas untuk mencakup sampel
nasional, untuk meningkatkan ukuran studi dan kemampuan generalisasi. Dari
Desember 2015 hingga Maret 2016, kami mensurvei anggota dari Central
Association of Obstetricians & Gynecologists (CAOG), sebuah organisasi yang
sekarang termasuk anggota OB/GYN terutama dari 29 negara bagian di Amerika
Serikat. Kami mensurvei anggota the Society for Reproductive Endocrinology and
Infertility (SREI), sebuah organisasi profesional nasional dari sub-spesialis REI
yang bersertifikat dewan (board-certified) atau memenuhi syarat. Survei dikirim
melalui email dan tanggapan dikumpulkan dengan aman. Hasilnya anonim dan
data dari kedua fase penelitian dimasukkan. Tidak ada informasi identifikasi
pribadi yang dikumpulkan dan tidak ada insentif yang diberikan untuk partisipasi.
Responsnya bersifat sukarela. Survey terdiri dari sebelas pertanyaan mengenai
karakteristik praktik klinis, terapi spesifik yang ditawarkan, penggunaan
suplementasi progesteron pada fase luteal dalam siklus non-IV, formula spesifik
yang diresepkan, serta jika ada indikasi dan diagnosis (Tabel Tambahan 1).
Hasil
Kami mengundang 1090 dokter (740 REI dan 350 OB/GYN) di Amerika Serikat
untuk berpartisipasi dalam survei ini. Responden adalah 49 spesialis OB/GYN
dan 64 subspesialis REI: tingkat respons 10,4% (Tabel 1). Perlu dicatat, terdapat
sedikit variasi dalam jumlah dokter yang menanggapi pertanyaan survei tertentu
ada karena responden tidak diharuskan untuk memilih jawaban sebelum pindah ke
pertanyaan survei berikutnya.
Tabel 2. Pola praktik untuk dukungan progesteron fase luteal berdasarkan jenis
pengobatan pada kedua kelompok dokter.
Tabel 3. Pola praktik untuk pengaturan waktu IUI dan mulainya dukungan
progesteron fase luteal pada kedua kelompok dokter.
Dari responden, sejumlah dokter spesialis OB/GYN dan REI yang memberikan
terapi infertilitas di Amerika Serikat melaporkan pemberian progesteron untuk
menunjang fase luteal dalam siklus terapi non-IVF. Meskipun sampel kami kecil
dan terbatas pada dokter di Amerika Serikat, temuan menunjukkan bahwa
sementara penggunaan suplementasi fase luteal adalah hal biasa, perbedaan pola
praktik memang ada di antara jenis dokter. Variasi dilaporkan dalam formulasi
progesteron, diagnosis yang digunakan, dan dalam faktor pengambilan keputusan.
Mayoritas dokter melaporkan penggunaan suplemen progesteron untuk satu atau
lebih indikasi dalam siklus pengobatan klomifen sitrat dan letrozole. Meskipun
menguntungkan dalam siklus terapi IVF (Pritts & Atwood, 2002), peran
suplementasi fase luteal dalam rejimen pengobatan infertilitas non-IVF masih
belum jelas.
Dari responden OB/GYN, jumlah pasien infertilitas kurang dari 25% dari
total pasien praktik mereka. Mayoritas dokter spesialis OB/GYN menawarkan
siklus stimulasi ovarium dalam bentuk sediaan oral saja. Sebaliknya, responden
subspesialis REI melaporkan praktik >75% pasien infertilitas dan mereka
menawarkan gonadotropin dan terapi obat dalam sediaan oral. Meskipun
perbedaan ini diharapkan memberikan dampak klinis dari pelatihan
subspesialisasi, prevalensi keseluruhan suplementasi progesteron untuk
menunjang fase luteal pada kedua kelompok cukup tinggi. Suplementasi
ditawarkan kepada pasien dengan presentase 74% dari OB/GYN dan 100% dari
subspesialisasi REI sebagai bagian dari terapi infertilitas.
Terdapat batasan yang melekat pada survei ini maupun survei lainnya.
Meskipun rendah, tingkat respons kami sebesar 10,4% konsisten dengan tingkat
respons berbasis internet yang dilaporkan sebelumnya (Fricker & Schonlau,
2002). Selain itu, tedapat potensi untuk melaporkan bias sebagai responden survei
untuk mengobati infertilitas secara teratur dan/atau memiliki minat dalam
suplementasi progesteron dan karenanya mungkin lebih sering meresepkannya,
mungkin juga lebih mungkin untuk menyelesaikan survei. Juga, meskipun
kuesioner kemudian menyatakan bahwa jawaban harus mencerminkan terapi pada
pasien non-IVF, hal ini tidak didefinisikan secara jelas dalam pertanyaan empat
dan lima dan dengan demikian tanggapan mengenai formulasi progesteron juga
dapat mencerminkan yang digunakan dalam praktik IVF. Isi pertanyaan mengenai
resep progesteron berdasarkan permintaan pasien adalah pilihan jawaban lain
yang bisa ditafsirkan secara berbeda oleh berbagai dokter: apakah pasien meminta
progesteron atau tidak apakah dokter memenuhi atau tidak dengan permintaan
tersebut. Dalam kedua kasus, terdapat minat yang jelas dalam suplementasi
progesteron di sisi pasien. Selain itu, beberapa variasi dalam interpretasi
perbedaan antara resep progesteron fase luteal untuk 'diagnosis yang digunakan'
dan untuk 'faktor penentu tambahan' mungkin ada. Maksud mengajukan
pertanyaan-pertanyaan ini secara independen adalah untuk menilai faktor-faktor
yang dapat memengaruhi rencana terapi di luar dari diagnosis awal. Terakhir,
kami tidak dapat memastikan informasi demografis lebih lanjut mengenai
responden dokter kami karena hasilnya anonim dan spesifisitas regional dari
penelitian ini (hanya Ameika Serikat) membatasi generalisasi hasil untuk praktik
Ameika Serikat.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada anggota dan staf di the Society for
Reproductive Endocrinology and Infertility (SREI) serta Central Association of
Obstetricians and Gynecologists (CAOG), sebuah organisasi OB/GYN di wilayah
tengah Amerika Serikat yang membantu memfasilitasi perekrutan dan distribusi
survei.
Pernyataan pengungkapan
Pendanaan