Sejarah Metodologi Tafsir Al-Qur’an dan Hadis (Masa Klasik, Modern, dan
Kontemporer)
Disusun untuk memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Al-Qur’an Hadis dan
Pembelajarannya
Dosen Pengampu: Ibu Nuryah, M.Pd.I
Di Susun Oleh :
Novita Kurniasih (1701010156)
Kelas F
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun
tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Metro,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
Dalam upaya mengembalikan al-Qur’an sebagai kitab petunjuk (hudan li al-nas), para
mufassir kontemporer berpandangan bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang tidak lagi
dipahami sebagai sesuatu yang mati, namun al-Qur’an adalah kitab suci yang hidup.
Menurut para mufassir kontemporer, al-Qur’an adalah kitab suci yang kemunculannya
tidak terlepas dari konteks kesejarahan umat manusia. Al-Qur’an diturunkan bukan
dalam hampa budaya, namun datang dan diwahyukan dalam zaman dan ruang yang
sarat budaya...................................................................................................................6
A. KESIMPULAN......................................................................................................7
B. SARAN..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beratus tahun lalu, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai penerang dan pedoman bagi umat-Nya. Cahaya Al-
Qur’an akan menerangi manusia dari kelamnya jahiliyyah. Al-Qur’an diwahyukan
memuat jawaban dari semua permaasalahan manusia. Untuk mengerti isi
kandungan Al-Qur’an diperlukan pendalaman yang lebih. Penafsiran Al-Qur’an
telah dilakukan sejak pertama kali Al-Qur’an diturunkan, dimana Rasulullah SAW
sebagai mufassir utama dan pertama. Tafsir merupakan sebuah jembatan yang
menghubungkan wahyu Tuhan dengan penerimaan rasio manusia agar tidak
terjadi suatu misskonsepsi. Metode tafsir merupakan kerangka, seni, dan teknik
dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadis. Penafsiran sebagai kunci untuk
membuka pengetahuan dan kedalaman isi dari Al-Qur’an dan Hadis. Selain
Rasulullah, para sahabat, tabi’in, dan seterusnya, hingga saat ini proses penafsiran
Al-Qur’an dan Al-Hadis masih terus dilakukan oleh mufassir yang memiliki
konstruk pengetahuan mumpuni.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan
difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari Sejarah Metodologi tafsir Al-Qur’an dan Hadis ?
2. Bagaimana sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
klasik,?
3. Bagaimana sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
modern?
4. Bagaimana sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
kontemporer?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi sejarah metolodogi tafsir Al-Qur’an dan hadis.
2. Untuk mengetahui sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
klasik.
3. Untuk mengetahui sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
modern.
4. Untuk mengetahui sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
kontemporer.
1
BAB II PEMBAHASAN
2
menemukakan bahwa tafsira adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami
kitabullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna,
dan mengeluarkan hukum serta hikmahnya.4
Metodologi tafsir merupakan ilmu tentang metode menafsirkan Al-Qur’an.
Metode berasal dari kata Yunani “methodos” yang memilki arti cara atau jalan.
Metode dalam bahasa Inggris diungkapkan dengan “method” sedangkan dalam
bahasa Arab bermakna manhaj atau thariqat. Dalam bahasa Indonesia sendiri,
metode merupakan carayang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai
maksud tertentu.5 Selain itu, metode juga dimaknai dengan langkah-langkah
praktis sebagai penerapan dari kaedah-kaedah yang telah ditetapkandalam
pendekatan sebelumnya.6
Terdapat dua istilah “metodologi tafsir” dan “metode tafsir”. Perbedaan
keduanya adalah metode tafsir merupakan cara-cara yang digunakan untuk
menafsirkan Al-Qur’an. Metodologi tafsir didefinisikan sebagai ilmu tentang cara
tersebut. Jadi dapat ditarik benang merahnya bahwa metodologi penafsiran Al-
Qur’an yaitu pembahasan ilmiah tentang metode-metode penafsiran Al-Qur’an.7
3
ruangan untuk mengemukakan pendapat muffasir, itulah sebabnya tafsir ijmali
tidak memberikan penafsiran secara rinci, tapi secara ringkas dan umum.
Terdapat beberapa kelebihan dari metode ijmaly, diantaranya adalah praktis
dan mudah dipahami, bebas dari penafsiran Israilliyat, akrab dengan abahsa Al-
Qur’an. Kekurangan metode ini adalah bersifat parsial, tidak ada ruangan untuk
mengemukakan pendapat mufassir.
Ulama yang menggunakan metode ijmaly antara lain: al-Suyuthi dan al-
Mahalli. Pada periode berikutnya, Islam telah berkembang pesat sampai ke luar
Arab. Hal inilah yang mendorong adanya metode tafsir Tahlili. Adapun definisi
tafsir tahlili secara istilah adalah metode yang digunakan seorang mufasir dalam
menyingkap ayat sampai pada kata- perkatanya, dan mufasir melihat petunjuk
ayat dari berbagai segi serta menjelaskan keterkaitan kata dengan kata lainnya
dalam satu ayat atau beberapa ayat.10
Metode penafsiran demikian terasa lebih cocok di kala itu, karena dapat
memberikan pengertian dan penjelasan yang rinci terhadap pemahaman ayat-ayat
al-Qur’an. Ummat merasa terayomi oleh penjelasan-penjelasan dan berbagai
interpretasi yang diberikan terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Maka pada
perkembangan selanjutnya, metode penafsiran serupa juga diiukuti oleh ulama-
ulama tafsir yang datang kemudian, bahkan berkembang dengan sangat pesat
dalam dua bentuk penafsiran yaitu: al-ma’tsur dan al-ra’y dengan berbagai corak
yang dihasilkannya, seperti fiqih, tasawuf, falsafi, ilmi, adabi ijtima’i dan lain-lain.
Selanjutnya dikenal pula metode muqarrin (membandingkan). Secara
operasional pendapat Ali Hasan Al-‘Aridl, mengartikan tafsir muqarin adalah
metode yang ditempuh oleh mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat,
kemudian dilakukan proses penafsiran yang berbeda-beda, berdasarkan riwayat
dari Nabi saw, para sahabat dan tabi’in atau berdasarkan rasio (ijtihad), para
mufassir saling mengemukakan pendapatnya dan membandingkan aspek-aspek
dan kecenderungan-kecenderungan yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an.
Dalam penafsiran dipengaruhi oleh perbedaan madzhab dan sesuai dengan disiplin
ilmu yang dikuasainya. Ada yang menitik beratkan pada bidang nahwu, bidang
balaghah dan sebagainya.
10 Syaeful Rokim, “Mengenal Metode Tafsir Tahlili,” Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 2, no.
3 (28 Desember 2017): 43.
4
Untuk menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks di abad modern,
maka terdapat tawaran baru oleh ulama tafsir yaitu metode tematik (maudhu’i).
Metode tematik yaitu metode yang membahas ayat A-Qur’an sesuai dengan tema
atau judul yang akan dikaji. Ayat-ayat yang berkait dihimpun lalu dikaji lebih
mendalam dan tuntas dari segala aspek termasuk asbabun nuzul, kosa kata, dalil-
dalil penguat, dan sebagainya. Kesemuanya itu dijelaskan secara rinci dan tuntas
dengan berbagai dalil, argumen, serta fakta ilmiah yang berasal dari Al-Qur’an,
Hadis, dan rasio akal.11
Metode ini bercirikan menonjolnya sebuah tema. Mufassir memilik tema atau
permasalahan yang ada di tengah masyarakat, kemudian dikaji secara tuntas
dengan berbagai aspek dan konsep sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. Meskipun
demikian, penafsiran yang dihasilkan tidak boleh jauh dari pemahaman ayat Al-
Qur’an. Hal ini dimaksudkan agar esensi ayat Al-Qur’an tidak terkalahkan oleh
pemikiran atau pendapat pribadi.
5
bukubuku klasik lainnya.13 Dalam perkembangan selanjutya, hermeneutika tidak
hanya terbatas menafsirkan kitab suci akan tetapi juga difungsikan untuk
menafsirkan teksteks sekular. Hal ini seiring dengan perkembangan disiplin
filologi di abad pertengahan.
Al-Manar adalah salah satu kitab tafsir yang berorientasi pada sastra budaya
dan kemasyarakatan (al-adabi al-ijtima`i) yaitu suatu corak penafsiran yang
menitikberatkan penjelasan ayat al-Qur`an pada segi-segi ketelitian
redaksionalnya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu redaksi
yang indah dengan penonjolan tujuan utama turunnya al-Qur`an yakni membawa
petunjuk dalam kehidupan kemudian merangkaikan pengertian ayat tersebut
dengan hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan
dunia. Dua tokoh tafsir al-Manar yaitu Muhammad Abduhdan Muhammad Rasyid
Ridha.14
A. KESIMPULAN
B. SARAN
13 Jaipuri Harahap, “Hermeneutika Dan Metode Penafsiran Alquran,” Analytica Islamica 3, no. 1 (2014):
155.
14 Hadi Mutamam, “Analisis Kritis Atas Kontribusi Tafsir Kontemporer,” AL-FIKR 17, no. 1 (2013): 157.
6
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. “Metodologi Penelitian, Corak Dan Pendekatan Tafsir Al Qur’an.” Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam 5, no. 1 (Juni 2016).
Hakim, Abdurrahman. “TAFSIR AL-QUR’AN DENGAN AL-QUR’AN Studi Analisis-
Kritis Dalam Lintas Sejarah.” MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist,
Syari’ah Dan Tarbiyah 2, no. 1 (5 Juni 2018): 55.
https://doi.org/10.33511/misykat.v2i1.32.
Harahap, Jaipuri. “Hermeneutika Dan Metode Penafsiran Alquran.” Analytica Islamica
3, no. 1 (2014).
Kamal, Muhamad Ali Mustofa. “Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik.” Maghsa
1, no. 1 (Juni 2016).
Karim, Abdullah. “Pendekatan Tafsir Al-Qur’an Dan Perkembangannya Dalam
Sejarah.” Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 14, no. 1 (1 Maret 2016): 1–12.
https://doi.org/10.18592/jiu.v14i1.682.
Musaddad, Endad. “TAFSIR AL QURAN DI INDONESIA DALAM LINTASAN
SEJARAH.” ALQALAM 15, no. 86 (29 September 2000): 59–82.
Mutamam, Hadi. “Analisis Kritis Atas Kontribusi Tafsir Kontemporer.” AL-FIKR 17,
no. 1 (2013).
Ready, Musholli. “Arus Baru Kecenderungan Penafsiran Kontemporer.” Jurnal of
Qur’an and Hadith Studies 1 (2012).
Rokim, Syaeful. “Mengenal Metode Tafsir Tahlili.” Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir 2, no. 3 (28 Desember 2017).
Sanaky, Hujair A. H. “Metode Tafsir [Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna
Atau Corak Mufassirin].” Al-Mawarid 18, no. 0 (2008).
https://journal.uii.ac.id/JHI/article/view/157.
Sanaky, Hujair A.H. “Metode Tafsir [Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna
atau Corak Mufassirin].” Al-Mawarid 18 (12 Februari 2008).
https://doi.org/10.20885/almawarid.vol18.art7.
7
Zulaeha, Eni. “Tafsir Kontemporer: Metodologi, Paradigma dan Standar Validitasnya.”
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2 (Juni 2017).