Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beratus tahun lalu, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai penerang dan pedoman bagi umat-Nya. Cahaya Al-
Qur’an akan menerangi manusia dari kelamnya jahiliyyah. Al-Qur’an diwahyukan
memuat jawaban dari semua permaasalahan manusia. Untuk mengerti isi
kandungan Al-Qur’an diperlukan pendalaman yang lebih. Penafsiran Al-Qur’an
telah dilakukan sejak pertama kali Al-Qur’an diturunkan, dimana Rasulullah
SAW sebagai mufassir utama dan pertama. Tafsir merupakan sebuah jembatan
yang menghubungkan wahyu Tuhan dengan penerimaan rasio manusia agar tidak
terjadi suatu misskonsepsi. Metode tafsir merupakan kerangka, seni, dan teknik
dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadis. Penafsiran sebagai kunci untuk
membuka pengetahuan dan kedalaman isi dari Al-Qur’an dan Hadis. Selain
Rasulullah, para sahabat, tabi’in, dan seterusnya, hingga saat ini proses penafsiran
Al-Qur’an dan Al-Hadis masih terus dilakukan oleh mufassir yang memiliki
konstruk pengetahuan mumpuni.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan makalah ini akan
difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari metodologi tafsir Al-Qur’an dan Hadis ?
2. Bagaimana sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
klasik,?
3. Bagaimana sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
modern?
4. Bagaimana sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada masa
kontemporer?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1
1. Untuk mengetahui definisi metolodogi tafsir Al-Qur’an dan hadis.
2. Untuk mengetahui sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada
masa klasik.
3. Untuk mengetahui sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada
masa modern.
4. Untuk mengetahui sejarah metodologi tafsir Al-Quran dan Al-Hadis pada
masa kontemporer.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhamad Ali Mustofa Kamal, “Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik,” Maghsa 1, no. 1
(Juni 2016): 69.
2
Eni Zulaeha, “Tafsir Kontemporer: Metodologi, Paradigma dan Standar Validitasnya,”
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2 (Juni 2017): 82.
3
Abdurrahman Hakim, “Tafsir Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an: Studi Analisis-Kritis Dalam Lintas
Sejarah,” MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan Tarbiyah 2, no. 1 (5 Juni 2018):
57, https://doi.org/10.33511/misykat.v2i1.32.
4
Zulaeha, “Tafsir Kontemporer: Metodologi, Paradigma dan Standar Validitasnya,” 82.
5
Hujair A. H. Sanaky, “Metode Tafsir [Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna Atau
Corak Mufassirin],” Al-Mawarid 18, no. 0 (2008): 266, https://journal.uii.ac.id/JHI/article/view/157.
6
Abdullah Karim, “Pendekatan Tafsir Al-Qur’an Dan Perkembangannya Dalam Sejarah,” Jurnal
Ilmiah Ilmu Ushuluddin 14, no. 1 (1 Maret 2016): 2, https://doi.org/10.18592/jiu.v14i1.682.
3
Terdapat dua istilah “metodologi tafsir” dan “metode tafsir”. Perbedaan
keduanya adalah metode tafsir merupakan cara-cara yang digunakan untuk
menafsirkan Al-Qur’an. Metodologi tafsir didefinisikan sebagai ilmu tentang cara
tersebut. Jadi dapat ditarik benang merahnya bahwa metodologi penafsiran Al-
Qur’an yaitu pembahasan ilmiah tentang metode-metode penafsiran Al-Qur’an.7
7
Aziz, “Metodologi Penelitian, Corak Dan Pendekatan Tafsir Al Qur’an,” Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan Islam 5, no. 1 (Juni 2016): 5.
8
Endad Musaddad, “Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia Dalam Lintasan Sejarah,” ALQALAM 15, no.
86 (29 September 2000): 66.
9
Aziz, “Metodologi Penelitian, Corak Dan Pendekatan Tafsir Al Qur’an,” 9.
4
dari berbagai segi serta menjelaskan keterkaitan kata dengan kata lainnya dalam
satu ayat atau beberapa ayat.10
Metode penafsiran demikian terasa lebih cocok di kala itu, karena dapat
memberikan pengertian dan penjelasan yang rinci terhadap pemahaman ayat-ayat
al-Qur’an. Ummat merasa terayomi oleh penjelasan-penjelasan dan berbagai
interpretasi yang diberikan terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Maka pada
perkembangan selanjutnya, metode penafsiran serupa juga diiukuti oleh ulama-
ulama tafsir yang datang kemudian, bahkan berkembang dengan sangat pesat
dalam dua bentuk penafsiran yaitu: al-ma’tsur dan al-ra’y dengan berbagai corak
yang dihasilkannya, seperti fiqih, tasawuf, falsafi, ilmi, adabi ijtima’i dan lain-lain.
Selanjutnya dikenal pula metode muqarrin (membandingkan). Tafsir muqarin
adalah metode yang ditempuh oleh mufassir dengan cara mengambil sejumlah
ayat, kemudian dilakukan proses penafsiran yang berbeda-beda, berdasarkan
riwayat dari Nabi saw, para sahabat dan tabi’in atau berdasarkan rasio
(ijtihad), para mufassir saling mengemukakan pendapatnya dan membandingkan
aspek-aspek dan kecenderungan-kecenderungan yang berbeda dalam menafsirkan
al-Qur’an.
Terdapat karakteristik penafsiran pada masa klasik ini: penafsiran tidak
dilakukan Al-Qur’an secara keseluruhan, sedikit pertentangan penafsiran, tafsir
belum tersusun secara sistematis, produk penafsiran belum dikodifikasi, singkat
dan jelas, perbedaan yang ada tidak menimbulkan bermacam golongan.11
10
Syaeful Rokim, “Mengenal Metode Tafsir Tahlili,” Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir 2, no. 3 (28 Desember 2017): 43.
11
Hadi Mutamam, “Analisis Kritis Atas Kontribusi Tafsir Kontemporer,” AL-FIKR 17, no. 1
(2013): 155.
12
Kamal, “Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik,” 82.
5
mendalam dan tuntas dari segala aspek termasuk asbabun nuzul, kosa kata, dalil-
dalil penguat, dan sebagainya. Kesemuanya itu dijelaskan secara rinci dan tuntas
dengan berbagai dalil, argumen, serta fakta ilmiah yang berasal dari Al-Qur’an,
Hadis, dan rasio akal.13
Metode ini bercirikan menonjolnya sebuah tema. Mufassir memilik tema atau
permasalahan yang ada di tengah masyarakat, kemudian dikaji secara tuntas
dengan berbagai aspek dan konsep sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. Meskipun
demikian, penafsiran yang dihasilkan tidak boleh jauh dari pemahaman ayat Al-
Qur’an. Hal ini dimaksudkan agar esensi ayat Al-Qur’an tidak terkalahkan oleh
pemikiran atau pendapat pribadi.
13
Sanaky, “Metode Tafsir [Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna Atau Corak
Mufassirin],” 280.
14
Mutamam, “Analisis Kritis Atas Kontribusi Tafsir Kontemporer,” 167.
6
Islam. Metode hermeneutika yang dikembangkan oleh para mufassir kontemporer
juga beragam. Keberagaman ini merupakan bukti konkrit bahwa inklusifitas umat
Islam terhadap keilmuan dan gagasan atau metode dari luar semakin nyata dan
menemukan momentumnya15
Pada mulanya hermeneutika ini hanya dipahami sebagai metode untuk
menafsirkan teks-teks yang terdapat di dalam karya sastra, kitab suci, dan buku-
buku klasik lainnya.16 Dalam perkembangan selanjutya, hermeneutika tidak hanya
terbatas menafsirkan kitab suci akan tetapi juga difungsikan untuk menafsirkan
teksteks sekular. Hal ini seiring dengan perkembangan disiplin filologi di abad
pertengahan.
15
Musholli Ready, “Arus Baru Kecenderungan Penafsiran Kontemporer,” Jurnal of Qur’an and
Hadith Studies 1 (2012): 87.
16
Jaipuri Harahap, “Hermeneutika Dan Metode Penafsiran Alquran,” Analytica Islamica 3, no. 1
(2014): 155.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi sebelumnya, dapat kami simpulkan beberapa
hal, yaitu:
1. Metodologi tafsir didefinisikan sebagai ilmu tentang cara tersebut. Jadi
dapat ditarik benang merahnya bahwa metodologi penafsiran Al-Qur’an
yaitu pembahasan ilmiah tentang metode-metode penafsiran Al-Qur’an
2. Sejarah perkembangan tafsir era klasik dimulai pada masa Nabi dan para
sahabat. Penafsiran ayat-ayat Al-Quran pada saat itu menggunakan metode
ijmali, tahlili dan muqarrin.
3. Untuk menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks di abad
modern, maka haluan tafsir menuju ke metode tafsir maudhu’i (tematik).
4. Dalam upaya mengembalikan al-Qur’an sebagai kitab petunjuk (hudan li
al-nas), para mufassir kontemporer berpandangan bahwa al-Qur’an adalah
kitab suci yang tidak lagi dipahami sebagai sesuatu yang mati, namun al-
Qur’an adalah kitab suci yang hidup. Metode yang muali berkembang pada
era ini adalah metode hermeneutika yang dipelopori oleh Muhammad
Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kamal, Muhamad Ali Mustofa. “Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik.” Maghsa
1, no. 1 (Juni 2016).
Mutamam, Hadi. “Analisis Kritis Atas Kontribusi Tafsir Kontemporer.” AL-FIKR 17,
no. 1 (2013).
Rokim, Syaeful. “Mengenal Metode Tafsir Tahlili.” Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir 2, no. 3 (28 Desember 2017).