Fermentasi Alkohol
Fermentasi Alkohol
3.2 Fermentasi
Arti kata fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata fermentasi berasal dari
Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari Bahasa
Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung atau
mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi buah-
buahan atau biji-bijian. Gelembung-gelembung karbondioksida dihasilkan dari
katabolisme anaerobik terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti
yang berbeda bagi ahli biokimia dan mikrobiologi industri. Arti fermentasi pada
bidang biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh katabolisme
senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri, fermentasi mempunyai arti
yang lebih luas, yang menggambarkan setiap proses untuk menghasilkan produk
dari pembiakan mikroorganisme. Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah pada
saat Gay Lussac berhasil melakukan penelitian yang menunjukkan penguraian
gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Selanjutnya Pasteur melakukan
penelitian mengenai penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi,
sehingga dihubungkan dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim.
Untuk beberapa lama fermentasi terutama dihubungkan dengan karbohidrat,
bahkan sampai sekarang pun masih sering digunakan. Padahal pengertian
fermentasi tersebut lebih luas lagi, menyangkut juga perombakan protein dan
lemak oleh aktivitas mikroorganisme.
Meskipun fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan gas yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup, pada saat ini pembentukan gas
maupun terdapatnya sel mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria yang
esensial. Dalam beberapa proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat,
tidak ada gas yang dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung (meskipun
jarang terjadi) dengan menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi sebagai
katalisator reaksi. Dari uraian diatas dapat disarikan bahwa fermentasi
mempunyai pengertian suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu
substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Untuk hidup semua mikroorganisme membutuhkan sumber energi yang
diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme berada di
dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh
mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen beberapa
mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida, dan
sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah
metabolisme tipe aerobik. Akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat mencerna
bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku
energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukan air, karbondioksida, dan
sejumlah besar energy yang dihasilkan, tetapi hanya sejumlah kecil energi,
karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan.
Zat-zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam asetat, dan
etanol, serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan ester dari
alkohol tersebut. Pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya oksigen sering dikenal
sebagai fermentasi (Hidayat, 2010).
Mulai
Selesai
IV BAHAN DAN PERALATAN
4.1 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Amonium Sulfat ((NH4)2SO4)
Fungsi : Berperan dalam proses perkembangbiakan mikroba dan
menghambat pertumbuhan mikroba yang lain.
2. Aquadest (H2O)
Fungsi : Sebagai pelarut sampel.
3. Buah salak (Salacca zalacca)
Fungsi : Sebagai sampel yang akan difermentasi menghasilkan alkohol
dan sebagai sumber glukosa.
4. Kalium Klorida (KCl)
Fungsi : Sebagai sumber mineral yang essensial.
5. Ragi Instant (fermipan)
Fungsi : Untuk memecahkan gula menjadi alkohol.
4.2 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk zat yang berada di dalam erlenmeyer.
2. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai wadah larutan salak yang ditimbang.
3. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah untuk larutan salak yang akan diinkubasi.
4. Gabus
Fungsi : Untuk menutup labu leher tiga dan pendingin leibig pada saat
distilasi.
5. Gelas Ukur
Fungsi : Untuk mengukur volume alkohol yang dihasilkan.
6. Karet Gelang
Fungsi : Untuk mengikat plastik pada labu erlenmeyer.
7. Labu Leher Tiga
Fungsi : Sebagai tempat larutan salak didistilasi.
8. Lem glukol
Fungsi : Untuk menghambat udara masuk kedalam labu leher tiga.
9. Neraca Elektronik
Fungsi : Untuk menimbang bahan yang akan digunakan.
10. Pendingin Leibig
Fungsi : Untuk mendinginkan distilat alkohol yang menguap agar
mengembun.
11. pH meter
Fungsi : Untuk mengukur pH larutan salak sebelum dan sesudah
inkubasi.
12. Plastik
Fungsi : Untuk menutup labu erlenmeyer.
13. Rotary Shaker
Fungsi : Untuk mengaduk rata larutan salak di dalam erlenmeyer
sebelum diinkubasi.
14. Selang
Fungsi : Sebagai jalur lewat air pendingin.
15. Selotip
Fungsi : Untuk merekat sambungan gabus dan labu leher tiga.
16. Spatula
Fungsi : Untuk mengambil garam amonium sulfat, kalium klorida
serta ragi instan yang akan digunakan.
17. Termometer
Fungsi : Untuk mengukur suhu pada proses distilasi.
V PROSEDUR PERCOBAAN
5.1 Prosedur Perlakuan I
1. Dimasukkan 500 gram sampel buah salak yang telah dihaluskan
sebanyak 500 ml dengan aquadest ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan nutrisi 5% w/w, glukosa 5% w/w dan 5% w/w gram ragi
instan (fermipan) atau ragi tape lalu diaduk hingga merata.
3. Ditutup erlenmeyer dengan plastik dan diikat dengat karet gelang.
4. Diaduk dengan rotary shaker selama 10 menit dengan kecepatan 150 rpm
dan diukur pH-nya.
5. Disimpan dalam steril kabinet selama 95 jam. Setelah itu diukur pH-nya.
6. Sampel hasil fermentasi didistilasi untuk diperoleh jumlah alkohol yang
dihasilkan.
7. Dihitung jumlah alkohol yang diperoleh.
refluks kondensor
Statif dan klem
larutan sampel
alkohol
masukan air pendingin
Mulai
Tidak
Apakah sudah
65 jam ?
Ya
Didistilasi hingga diperoleh alkohol dan diukur
jumlah alkohol yang diperoleh
Tidak
Apakah sudah
120 jam ?
Ya
Didistilasi hingga diperoleh alkohol dan diukur
jumlah alkohol yang diperoleh
selesai
6.2 Pembahasan
VI.2.1 Pengaruh Pemberian Nutrisi Terhadap Jumlah Alkohol
Secara teoritik tiap molekul glukosa akan menghasilkan 2
mol etanol dan 2 mol karbondioksida, dan melepaskan energi. Nutrien
diperlukan dalam pertumbuhan ragi. Nutrien yang ditambahkan adalah
karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan hidrogen, sedangkan nutrien dalam
jumlah kecil yaitu kalium, magnesium, kalsium, mineral, dan senyawa-
senyawa organik seperti vitamin, asam nukleat, dan asam amino.
Temperatur operasi yang digunakan tergantung pada jenis ragi, umumnya
adalah 30-40oC (Supriyanto dan Wahyudi, 2010). Setiap unsur nutrisi
mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan
ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya
berbeda-beda tergantung pada keperluannya (Hidayat, 2010). Dengan
demikian, pemberian nutrisi dapat meningkatkan kadar alkohol yang
dihasilkan.
Tabel 6.1 menunjukkan hasil percobaan fermentasi alkohol dengan
sampel Buah salak (Salacca zalacca). Perlakuan I merupakan perlakuan
dimana larutan Buah salak (Salacca zalacca) ditambah dengan nutrisi
(NH4)2SO4, dan KCl sebanyak 25 gram, 25 gram sukrosa dan 25 gram ragi
tape. Sedangkan perlakuan II merupakan perlakuan dimana larutan salak
tidak ditambah dengan nutrisi namun hanya ragi tape dan glukosa saja.
Pada perlakuan I dengan waktu fermentasi 95 jam, jumlah alkohol
yang dihasilkan adalah 6 ml dan untuk perlakuan II dengan waktu
fermentasi 95 jam jumlah alkohol yang dihasilkan adalah 12 ml. Terlihat
bahwa alkohol yang dihasilkan pada larutan dengan perlakuan I dengan
penambahan nutrisi sedikit jika dibandingkan dengan alkohol yang
dihasilkan pada larutan dengan perlakuan II tanpa tambahan nutrisi.
Pada proses fermentasi, nutrient sangat diperlukan walaupun dalam
jumlah kecil. Semakin banyak nutrient yang ditambahkan dalam media
fermentasi, maka etanol yang dihasilkan semakin besar. Itu terjadi karena
suplai nutrient untuk pertumbuhan bakteri semakin tercukupi. Bakteri
membutuhkan nutrient esensial untuk tumbuh, dengan demikian maka
etanol yang dihasilkan juga lebih maksimal (Putra, 2011).
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh praktikan adalah :
1. Dalam melakukan distilasi alkohol, disarankan lebih memperhatikan
suhu atau temperatur larutan agar pemisahan uap alkohol dari larutan
lebih cepat dihasilkan.
2. Sampel yang digunakan hendaknya divariasikan jenisnya seperti
sayuran, kacang-kacangan agar dapat dilihat perbedaan kandungan
alkohol yang dihasilkan dengan sampel buah-buahan.
3. Erlenmeyer hendaknya ditutup dengan rapat untuk mencegah adanya
mikroba yang masuk kedalam larutan.
4. Volume pelarut yang digunakan hendaknya divariasikan jumlahnya,
misalnya 75 ml, 100 ml, dll.
5. Lama pengadukan dengan rotary shaker hendaknya lebih lama agar
larutan dapat tercampur merata.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
FOTO PERCOBAAN