1.2 Tujuan
Tujuan
Penyusunan laporan pendahuluan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
a. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal akut melalui
asuhan keperawatan yang komperhensif.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui tentang gagal ginjal akut sehingga mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal akut.
1
2. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa dan menemukan masalah
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal akut.
3. Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang telah
didapat pada pasien dengan gagal ginjal akut.
4. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal
ginjal akut.
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan optimal pada pasien
dengan gagal ginjal akut.
6. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan gagal ginjal akut.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan
khususnya gagal ginjal kronik.
2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengangagal
ginjal kronik dan penatalaksanaan masalah keperawatan.
3. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Gagal ginjal kronik.
2
BAB II TINJAUAN LAPANGAN
2.1 Sejarah
Sejak tahun 1965 cita-cita Muhammadiyah yang ingin mendirikan amal usaha
dibidang kesehatan khususnya dalam bentuk rumah sakit yang komprehensif telah
menjadi obsesi tokoh-tokoh Muhammadiyah di Sumatera Selatan. Wacana pendirian
rumah sakit tersebut selanjutnya diaktualisasikan oleh beberapa tokoh
Muhammadiyah diantaranya adalah HM. Sidik Adiem, Djamain St. Marajo, KH.
Masjhur Azhari, HM. Rasjid Talib, H. Zamhari Abidin, SH, H. Anang Kirom, HM.
Soeripto, A. Sjarkowi Bakri, HM. Fauzi Shomad dan tokoh-tokoh lainnya yang
mendapat sambutan positif dan dukungan penuh dari Bapak H. Abu Jazid Bustomi
dan Bapak HM. Ali Amin, SH selaku Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera
Selatan pada saat itu. Akan tetapi karena situasi sosial politik dan kondisi internal
Muhammadiyah khususnya dalam bidang finansial, akhirnya RSMP baru dapat
diresmikan pendiriannya pada tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H / 18 April 1997 M oleh
Gubernur Sumatera Selatan pada saat itu yakni Bapak H. Ramli Hasan Basri bersama
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bapak Prof Dr. HM. Amien Rais, MA.
3
2.2 Struktur dan fungsi
Visi
Terwujudnya Rumah Sakit yang Professional dalam Pelayanan dan Berkarakter
Islami
Misi
4
BAB III TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI PENYAKIT
Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tentang Gagal Ginjal Kronis
atau Chronic Kidney Desease antara lain :
1. Gagal Ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversible,
yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah.(Musliha, 2010)
2. Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini
terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
3. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare,
2001)
2. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi : pielonefritis kronis, glomerulonefritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif sepetri nefrosklerosis benigna, nefroskleroris
maligna, stenosis arteri renalis.
3. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
4. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
5. Nefropati toksik
6. Nefropati obstruktif : penyalahgunaan analgesic, kalkuli, neoplasma, hipertropi
prostate dan striktur uretra(Price & Wilson, 1994) dan (Musliha, 2010)
5
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat
kurang lebih 125 g, terletak pada posisi disebelah lateral vertebra torakalis bawah. Organ
ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal dengan kapsul renalis. Disebelah
anterior, ginjal dipisalkan oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior, organ tersebut
dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri
renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta
abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali kedalam vena kafa superior. Ginjal
dengan efisien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini bisa
dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya sangat besar 25 % dari
curah jantung.(Brunner & Suddart, 2002)
b. Fisiologi ginjal
Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif
air, elektrolit dan non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal
juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin, asam urat) dan zat kimia
asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin (penting untuk
6
mengatur tekanan darah), juga bentuk aktif vitamin D (penting untuk mengatur kalsium)
serta eritropoetin (penting untuk sintesis darah).
7
dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat
fungsi ginjal yang rendah. Namun akhirnya kalau 75 % massa nefron telah hancur,
maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi setiap nefron sedemikian tinggi
sehingga keseimbangan glomerolus-tubulus tidak dapat lagi dipertahankan.
Fleksibilitas baik pada proses eskresi maupun konsentrasi solute dan air menjadi
berkurang. (Musliha, 2010)
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium
gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang
tersisa dan mencakup :
a. Penurunan cadangan ginjal; Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal
(penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang
sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24
jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
b. Insufisiensi ginjal; Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah
karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon
terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi
menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan
medis
c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir; Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari
normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan
jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak
seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian
ginjal. (Corwin, 1994)
8
GGK
Cvv
infeksi vaskuler Zat toksin Obstruksi
saluran kemih
Reaksi antigen arterioskeleliosis Tertimbun
antibodi di ginjal Retensi urin
GFR
Turun
Ginjal tidak
mampu filterasi
Suplai O2 Jaringan
turun
Produksi HB
Total CES Naik turun
Gangguan keseimbangan
asam-basa
Sekremetabolisme
Tekanan kapiler naik Oksihemoglobin anaerob
Asam lambung naik turun
Timbul asam
Vol.Interstisial naik Suplai O2 laktat naik
menurun
Mual
muntah
Pola Napas tidak fatique
Edema efektif
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari IntoleransI
Kebutuhan Tubuh Ketidakseimbanga aktivitas
n Volume Cairan
9
5. MANIFESTASI KLINIK
1. Kardiovaskuler
- Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
- Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
- Edema periorbital
- Friction rub pericardial
- Pembesaran vena leher
2. Dermatologi
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
- Krekels
- Sputum kental dan liat
- Nafas dangkal
- Pernafasan kussmaul
4. Gastrointestinal
- Anoreksia, mual, muntah, cegukan
- Nafas berbau ammonia
- Ulserasi dan perdarahan mulut
- Konstipasi dan diare
- Perdarahan saluran cerna
5. Neurologi
- Tidak mampu konsentrasi
- Kelemahan dan keletihan
- Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
- Disorientasi
10
- Kejang
- Rasa panas pada telapak kaki
- Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
- Kram otot
- Kekuatan otot hilang
- Kelemahan pada tungkai
- Fraktur tulang
- Foot drop
7. Reproduktif
- Amenore
- Atrofi testekuler
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
- Laboratorium darah :BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
- Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG :
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG :
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi :
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi
dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada,
pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
5. Identifikasi perjalanan penyakit :
11
Progresifitas penurunan fungsi ginjal, ureum kreatinin, Clearence Creatinin test
(CCT) :
140 – Umur x BB (kg)
CCT =
72 x Kreatinin serum
12
3.2 Konsep Keperawatan
1. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk
memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan diberikan
untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak.
Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik
ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan keperawatan spesifik
yang sesuai dengan keadaan ruangan.
Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan
keperawatan antara lain :
1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah klien yang
datang ke ruang gawat darurat.
2. Keterbatasan sumber daya dan waktu.
3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia, seringkali
dengan data dasar yang sangat terbatas.
4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan
ketepatan yang tinggi.
5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja di ruang
gawat darurat.
Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat di ruang gawat darurat meliputi :
1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus menerapkan
prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab infeksi.
2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan.
3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi
masalah biologi dan psikososial klien.
4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.
13
5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.
6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan cepat.
7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan Keperawatan
di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat darurat.
a. PENGKAJIAN TEORITIS
a) Standar
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di awal
dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam
lingkup kegawatdaruratan.
b) Keluaran
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat
darurat.
c) Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :
1. Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan
pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada
pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan
subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala
sampai kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
14
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang,
imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian :
1) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (signs and
symptoms) : tanda dan gejala yang diobservasi dan
dirasakan klien
A (Allergis) : alergi yang dipunyai klien
M (medications) : tanyakan obat yang telah diminum klien
untuk mengatasi nyeri
P (pertinent past
medical hystori) : riwayat penyakit yang diderita klien
15
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
- Suhu tubuh
c. Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
1) Pengkajian kepala, leher dan wajah
- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau
keluaran lain seperti cairan otak.
- Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau tidak,
distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan menelan.
2) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan,
sianosis, abrasi dan laserasi
3) Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi,
distensi abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
4) Pengkajian Ekstremitas
16
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
5) Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji :
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka
6) Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti
sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota
keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan
dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan hiperventilasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1. Radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
3. USG dan EKG
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai dengan kategori
urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan.
17
Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan :Airway, Breathing
dan Circulation.
Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus Gagal Ginjal
Kronis antara lain :
1. Pola Napas Tidak Efektif b/d Mual & Muntah
2. Ketidakseimbangan cairan Elektrolit b/d Disfungsi Ginjal
3. Intoleran Aktivitas b/d Sesak Napas
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan Tubuh b/d Anoreksia
c. Nursing Care Plan (NCP)
18
Ginjal hasil : intake output cairan
cairan
1. Mempertahankan urine 2. Memenuhi
output sesuai dengan usia 2.Monitor kebutuhan
dan BB,BJ urine tanda vital makan dan
normal,HT normal
minum pasien
2. Tekanan darah,nadi,suhu 3.Monitor
tubuh dalam batas normal respon 3. Mengetahui
3. Tidak ada tanda tanda
pasien perubahan
dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit terhadap keadaan dari
baik,membran mukosa penambahan pasien
lembab,tidak ada rasa haus cairan
yang berlebihan 4. Menentukan
4Dorong banyaknya
pasien untuk cairan yang
menambah hilang/dikeluark
intake oral an
5.Pemberian 5. Mengetahui
cairan IV obat dan
monitor mempercepat
adanya tanda proses
dan gejala penyembuhan
kelebihan
volume
cairan
19
adekuat. perbedaan
5. Berikan
peningkatan
bantuan ADL
6. Tingkatk selama aktivitas
an aktivitas
sesuai toleransi,
anjurkan
aktivitas
alternative
sambil istirahat.
4 Ketidakseimban Tujuan: Setelah diberikan asuhan
gan Nutrisi keperawatan selama 2x24 jam
Kurang dari 1. Kaji 1. Tanda dan
diharapkan nutrisi pasien
Kebutuhan anoreksia, gejala dari
Tubuh b/d terpenuhi dengan kriteria hasil:
nausea dan peningkata
Anoreksia
a. -tidak ada mual, muntah. muntah n azotemia.
2. Batasi 2. Protein
-mukosa mulut lembab.
protein 20- ditentukan
-IMT normal. 60 gram dengan
perhari, kegagalan
intake ginjal dan
karbohidrat tingkat
100 gram BUN:
perhari karbohidrat
2000 kalori untuk
perhari mencegah
keseluruhan lemak
intake. untuk
3. Hindari menghancu
minum rkan
berkafein, katabolism
juice e jaringan.
makanan 3. Iritasi
panas/berba stomatistik
u meningkat
20
4. Berikan kan nausea
intake 4. Protein
ayam, ikan komplek
sebagai mengandu
sumber ng seluruh
protein. asam
5 Ansietas amino
6 Ketidakefektifan
perfusi jaringan
21
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN ASKEP
4.1 Pengkajian
I. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Ny.s Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Jawab Biaya : Tn. S (suami)
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Sungai Pinang Banyuasin
II. ANAMNESIS
22
Riwayat penyakit keluarga Hipertensi
Masalah Keperawatan :
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Kelebihan Volume Cairan
3. Intoleransi Aktivitas
BB sebelum sakit :
BB saat sakit :
23
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
6. Mata
Kebiruan (Lingkaran Mata)
Perdarahan mata, Ruptur : Lokasi :
Anemia Ananemia Ikterik
RC Midriasis Miosis
Lain-lain : I : Mata cekung, Konjungtiva anemis, klien kesulitan berbicara
P : Tidak teraba adanya hematoma
Masalah Keperawatan :
7. Telinga
Cairan, Warna : Jumlah :
Lecet/kemerahan/leserasi :
Benda asing, berupa :
Lain-lain : tidak ditemukan cairan, tidak ada lecet/kemerahan/leserasi, benda asing
juga tidak ada
Masalah Keperawatan : -
8. Hidung
24
juga tidak ada
Masalah Keperawatan : -
9. Leher
Nyeri Dada
Skala Nyeri :
Karakteristik Nyeri : Skala :
Seperti terbakar Seperti tertimpa benda berat
Menjalar
Lain-lain : Thoraks : Seperti ditusuk-tusuk
I : Simetris,
P : Tidak ada kelainan
P : Terdengar ronchi pada kedua paru
Jantung :
25
A : tidak terdengar bunyi jantung III (Gallop)
Masalah Keperawatan :
11. Abdomen
Dinding Abdomen : Simetris Tidak simetris
Perdarahan/bengkak
Luka tusuk Luka sayat Ukuran :
Distensi abdomen Teraba keras & tegang
Nyeri tekan, skala nyeri :
BU : 10x/menit, teratur/tidak teratur
Lain-lain : I : Tak Tampak penggunaan otot-otot perut saat klien bernafas
P : Tidak teraba adanya massa
P : Bunyi normal
A : Terdengar normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah pada abdomen
12. Genetalia
Simetris Asimetris
Benjolan, Ukuran, lokasi:
Darah pada rektum, BAB: x/hari, Warna: , Jumlah:
Nyeri tekan, Skala Nyeri :
BAK: x/hari, Warna: , Jumlah: cc
Lain-lainnya:
Masalah Keperawatan:
13. Ekstremitas
Kelainan bentuk Perdarahan Bengkak Edema
Jejas/luka/leserasi, Ukuran, Lokasi :
Jari-jari Hilang Keterbatasan gerak
Fraktur , Lokasi:
Nyeri, Skala :
Kekuatan Otot (1-5)
26
P : Teraba dingin pada ujung-ujung ekstremitas
14. Kulit
ada luka dekubitus, ukuran : .. lokasi : …..
echymosis ptechie
pucat sianosis
lembab kering
turgor cepat kembali turgor lambat kembali
luka bakar
gatal-gatal/pruritas
insisi operasi, ukuran :…. lokasi : …
nyeri, skala : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
lain – lain : I : Tampak agak pucat
P : Berkeringat dingin, turgor jelek
27
V. PENGAKAJIAN PSIKOSOSIAL, BUDAYA, SPRITUAL
Psikologis : - perasaan pasien setelah mengalami masalah ini
- Masalah social
Sebutkan :
Kebutuan edukasi:
29
V. RISKO CIDERA / JATUH
Tidak Ya, Jika gelang risko jatuh warna kuning harus dipasang
b. EKG (tgl
30
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
31
VII. PENATALAKSANAAN
a. Ventilasi mekanik (ventilator) : - mode : bilevel
- RR : 12
- TV : 427
- IPL : 12
- PEEP : 12
- Fi 02 : 100
- Peak pressure : 28
- ETT : Diamter/kedalaman : 7/18
b. Cairan
c. Therapi
32
4.2 Analisa Data
VIII. ANALISA DATA
33
4. DO : Sekresi protein terganggu Ketidakseimbangan Nutrisi
- Mual muntah Kurang dari Kebutuhan
- Lemah Tubuh b/d Anoreksia
- pucat Gangguan keseimbangan
asam-basa
DS :
- Klien mengatakan tidak Asam lambung naik
nafsu makan
- Klien mengatakan saat Mual muntah
makan terasa ingin
muntah Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
5 Ansietas
6 Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
34
4.5 Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Rencana keperawatan
keperawatan
Tujuan (noc) Intervensi (nic) rasional
35
4Dorong banyaknya
pasien untuk cairan yang
menambah hilang/dikeluark
intake oral an
5.Pemberian 5. Mengetahui
cairan IV obat dan
monitor mempercepat
adanya tanda proses
dan gejala penyembuhan
kelebihan
volume
cairan
36
Kebutuhan diharapkan nutrisi pasien anoreksia, gejala dari
Tubuh b/d terpenuhi dengan kriteria hasil: nausea dan peningkata
Anoreksia
muntah n azotemia.
a. -tidak ada mual, muntah.
5. Batasi 6. Protein
-mukosa mulut lembab. protein 20- ditentukan
60 gram dengan
-IMT normal.
perhari, kegagalan
intake ginjal dan
karbohidrat tingkat
100 gram BUN:
perhari karbohidrat
2000 kalori untuk
perhari mencegah
keseluruhan lemak
intake. untuk
6. Hindari menghancu
minum rkan
berkafein, katabolism
juice e jaringan.
makanan 7. Iritasi
panas/berba stomatistik
u meningkat
7. Berikan kan nausea
intake 8. Protein
ayam, ikan komplek
sebagai mengandu
sumber ng seluruh
protein. asam
amino
37
Ansietas
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
38
4.6 Implementasi Keperawatan
- monitor TTV
- Berikan O2 (3-5liter)
- Atur posisi senyaman mungkin
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Kolaborasi dengan timmedis
39
ketidakseimbang 02- 10-2018 A. Pertahankan catatan S Klien mengatakan jarang
an cairan 14.00 intake dan output yang minum air putih
elektrolit b/d akurat O
disfungsi ginjal B. Monitor TTV KU : lemah
C. Monitor masukan RR ; 30
makanan / cairan dan TD : 210/110
hitung intake kalori N : 100
harian kolaborasikan S : 36.7
pemberian cairan IV Spo2: 99
D. Berikan cairan IV pada A
suhu ruanga ketidakseimbangan cairan
E. Dorong masukan oral elektrolit
F. Dorong keluarga untuk p
membantu pasien makan
G. Kolaborasi dengan -intake yang adekuat
dokter jika tanda cairan -Makan dan minum dikit tapi
berlebih muncul sering
memburuk -Kolaborasi dengan ahli gizi
-Manajemen ciran
- usahan klien jgn sampai
dehidrasi
-Nanajemen nutrisi
-Ciptakan lingkungan yang
optimal
- kolaborasi dengan tim medis
Intoleransi 03-10-2018 A. Kaji tingkat kelelahan, S Klien mengatakan sesak nafas,
aktivas b/d sesak 10.00 tidur, istirahat. dan badannya lemah dan
nafas B. Kaji kemampuan mudah letih
toleransi aktivitas. O
C. Identifikasi faktor yang KU : lemah
menimbulkan keletihan RR ; 35
D. Rencanakan periode TD : 220/130
istirahat adekuat. N : 140
E. Berikan bantuan ADL S : 36,7
F. Tingkatkan aktivitas SPO2: 98
sesuai toleransi, anjurkan Resiko jatuh sedang dengan
aktivitas alternative A skor 35
sambil istirahat
P Intoleran aktivitas
40
aktivitas sehari hari
- Lakukan pencegahan
resiko jatuh
- Beri posisi semi fowler
- Ciptakan lingkungan
yang nyaman
- Berkolaborasi dengan
tim medis
ketidakseimbang 03-10-2018 1. Kaji anoreksia, nausea dan S Klien mengatakan tidak nafsu
an nutrisi kurang 14.00 makan jika makan rasanya
muntah
dari kebutuhan ingin muntah
tubuh b/d 2. Batasi protein 20-60 gram O
anoreksia KU : lemah
perhari, intake karbohidrat
RR ; 30
100 gram perhari 2000 TD : 210/110
N : 100
kalori perhari keseluruhan
S : 36.7
intake. Spo2: 99
3. Hindari minum berkafein,
A
juice makanan panas/berbau Ketidaksimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
4. Berikan intake yang adekuat
P
misalkan ayam, ikan -intake yang adekuat
-Makan dikit tapi sering
sebagai sumber protein.
-Kolaborasi dengan ahli gizi
-Manajemen ciran
-Nanajemen nutrisi
-Ciptakan lingkungan yang
optimal
Ansietas
41
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
42
4.7 Catatan Perkembangan
43
4.8 Evaluasi Keperawatan
44
BAB V PEMBAHASAN
45
BAB IV PENUTUP
46
DAFTAR PUSTAKA
Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,
Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC
47
48