Anda di halaman 1dari 44

(Siti (Rahmadhany Siswana)

) ( )
NIM:NIM:
140301199 NIM:
)
NIM:
( )
NIM:
( ) ( )
NIM: NIM:

( ) ( ) ( )
NIM: NIM: NIM:

( ) ( ) ( )
NIM: NIM: NIM:

( ) ( ) ( )
NIM: NIM: NIM:

( ) ( ) ( )
NIM: NIM: NIM:

( ) ( ) ( )
NIM: NIM: NIM:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan karunia-Nya berupa sehingga paper ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya.

Adapaun judul dari laporan ini adalah “Teknik Persilangan Pada Tanaman

Jagung (Zea mays L)”. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah

memberikan dukungan dan doa baik secara moral dan material kepada penulis.

Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada Dr. Diana Sofia. H, S.P., M.P.;

Dr. Ir. Lollie. A. D, M.Si., Ph.D.; Dr. Khairunissa. L, S.P., M.P;

Lutfi. A. Siregar, S.P., M.Sc., Ph.D; Ir. Hot Setiado, M.S., Ph.D.;

Ir. Revandy. I. M. Damanik., M.Sc., Ph.D.; Ir. Eva Surthi Bayu, M.P.;

Ir. Emny Harso kar, M.Sc.; Ir. Syafruddin Ilyas; Ir. Yusuf Husni; Ir. Isman

Nuriadi; selaku dosen mata kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman serta kepada abang

dan/atau kakak asisten Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman ang telah

membantu penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk

itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan

di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan 2
Kegunaan Penulisan 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 3
Syarat Tumbuh 4
Iklim 4
Tanah 5
Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Teknik Persilangan 9
Tahapan Persilangan 10
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan 12
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan 13
Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) 15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum 18
Bahan dan Alat 18

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan 19
Pembentukan Plot 19
Penanaman 19
Pemupukan 19
Pemeliharaan Tanaman 20
Penyiraman 20
Penyiangan 20
Pembumbunan 20
Panen 20
Peubah Amatan 21
Tinggi Tanaman (cm) 21
Jumlah Daun/cabang 21
Diameter Batang (mm) 21
Umur Berbunga (MST) 21

ii
Persentase Keberhasilan Persilangan 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 23
Pembahasan 26

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Alur Silsilah Persilangan
Bagan Seluruh Lahan
Foto Lengkap

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tinggi Tanaman (cm) Jagung (Zea mays L.)

Tabel 1.2. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.)

Tabel 1.3. Diameter Batang (mm) Jagung (Zea mays L.)

Tabel 2.1. Umur Berbunga Jagung (Zea mays L.)

Tabel 3.1. Data Persilangan Jagung (Zea mays L.)

iv
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung telah dikenal dan ditanam oleh masyarakat Amerika Utara sejak

200 tahun sebelum masehi, tetapi asal tanaman jagung belum dapat diketahui

secara pasti. Bangsa India telah menanam jagung yang kemudian dikembangkan

oleh penjelajah dari Eropa pada abad 17, yang digunakan sebagai pakan ternak

dan bahan makanan manusia. Pada era indudtrial, jagung telah diusahakan sebagai

bahan baku untuk menghasilkan minyak jagung dan dapat dikemabngkan sebagai

bahan untuk pembuatan etanol (Dongoran, 2009).

Tanaman jagung manis selama ini sudah cukup lama dibudidayakan oleh

masyarakat, namun teknologi budidaya relative tidak berkembang. Berbagai

upaya dapat dilakukan untuk menghasilkan produksi jagung manis. Salah satunya

dengn mengkaji dosis pemupukan yang optimal bagi produksi jagung manis

dengan menggunakan pupuk organic dan anorganik (Dongoran, 2009).

Produktivitas pertanian jagung di daerah marginal sangat rendah dan tidak

stabil. Upaya peningkatan produktivitas tanaman jagung belum dapat dilakukan

secara optimal mengingat berbagai kendala biofisik dan sosial ekonomi. Faktor

internal petani juga merupakan kendala biofisik dan sosial ekonomi. Faktor

internal petani juga merupakan kendala yang tidak kecil pengaruhnya seperti

keterbatasan kemampuan dan pengalaman petani membuat petani cenderung

kurang memiliki dan memilih teknologi yang sama sekali baru, tetapi lebih

menyukai teknologi yang telah ada (Larasati, 2011).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah

mengembangkan varietas ungguol yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada
2

kondisi lingkungan tertentu dengan disertai teknologi sertaan berupa pemupukan.

Oleh karena itu, perlu dnya menentukan dosisi P yang paling optimal bagi setiap

produksi hasil persilangan tanaman jagung yang dicobakan sehingga dapat

dijadikan sebagai teknologi budidaya sertaan dari varietas baru yang dihasilkan

(Larasati, 2011).

Di Indonesia penanaman jagung manis dewasa ini telah berkembang.

Tanaman jagung manis sangat respons terhadap tanah dengan kesuburan tinggi.

Selaras dengan pernyataan di atas dalam hal pengolahan tanah harus diperhatikan

aspek pemupukan. Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu

pemupukan yang tepat sangat penting agar produksi optimum

(Syafruddin et.al, 2012).

Pada tahun 2014, produksi jagung di Indonesia mencapai 3,744 ton dengan

luas lahan 1,131 ha sehingga tingat produktivitasnya sebesar 49,54 Ku/ha.

Kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sampai 19,612 ton dengan luas

lahan 3,787 ha sehingga produktivitasnya mencapai 51,78 Ku/ha. Maka,

pertumbuhan produksi jagung tahun 2015 terhadap tahun 2014 sebesar 3,18 %

(Kasryno, 2016).

Fungsi dari jagung adalah untuk menghilangkan bekas jerawat yang

berlubang di wajah atau flek hitam. Selain mampu menghilangkan bekas jerawat,

jagung muda juga berkhasiat untuk menghilangkan bekas cacar air di kulit. Di

samping itu, zat alami yang terkandung dalam jagung muda juga bermanfaat

untuk mencegah pembentukan sel kanker. Jagung juga mengandung vitamin K

yang berkhasiat dapat menghentikan pendarahan seperti mimisan dan batuk-batuk

(Sari, 2015).
3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk dapat mengetahui teknik

persilangan pada tanaman menyerbuk silang pada tanaman jagung (Zea mays L.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Program Studi

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Menurut Fauzi (2012), tanaman jagung dalam tata

nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi

sebagai berikut; Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas:

Monocotyledoneae; Ordo: Graminae; Famili: Graminaceae; Genus: Zea; dan

Spesies: Zea mays L.

Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke

bawah pada saat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan

batang dimana plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-

buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri atas akar-akar radikal

atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai

akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada

umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar

koronal adalah akar yang tumbuh dari bagian dasar poangkal batang, Akar udara

tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah

(Hartoyo, 2008).

Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi

antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada

jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal

batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60-300 cm atau lebih tergantung

tipe dan jenis jagung, Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan ruas-ruas
5

batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah

berkembang menghasilkan tajuk bunga betina (Dongoran, 2009).

Di antara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-

rata 12-18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih

sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai

banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30-150 cm dan lebar daun dapat

mencapai 15 cm. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh

dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah

(Sembiring, 2007).

Tanaman jagung dikenal dengan istilah monoeciuos sebab ia tergolong

tumbuhan berumah satu. Kedua bunga diklin atau terpisah. Pada tiap kuntum

bunga jagung terdapat struktur yang khas dari kelompok Poaceae yang dinamakan

floret. Pada tanaman jagung sendiri, floret menjadi terbatas sebab terdapat

gulmae. Bunga jantan jagung tumbuh pada bagian puncak tanaman yang berupa

karangan bunga. Bagian serbuk sari pada bunga jagung berwarna kuning dengan

aroma yang cukup khas. Adapun bunga betina tersusun dalam bentuk tongkol

yang tumbuh dari bagian buku (Panjaitan, 2013).

Pada umumnya satu tongkol jagung mengandung 300-600 biji jagung. Biji

jagung berbentuk bulat dan melekat pada tongkol jagung. Susunan biji jagung

pada tongkolnya berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan,

sehingga jumlah baris atau deret biji selalu genap. Warna biji jagung bervariasi

dari putih, kuning, merah, dan ungu sampai hitam. Rambut merupakan tangkai

putik yang sangat panjang yang keluar ke ujung kelobot melalui sela-sela deret

biji. Rambut mempunya cabang-cabang yang halus, sehingga dapat menangkap

tepung sari pada saat pembuatan (Atmadja, 2006).


6

Tongkol jagung merupakan gudang penyimpanan cadangan makanan.

Tongkol ini bukan hanya tempat pembentukkan lembaga tetapi juga merupakan

tempat menyimpan pati, protein, minyak/lemak, dan zat-zat lain untuk persediaan

makanan dan pertumbuhan biji. Panjang tongkol bervariasi antara 8 sampai 42 cm

dan biasanya dalam satu tongkol mengandung sekitar 300 sampai 1000 biji jagung

(Indrawuri, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan

lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam kondisi. Iklim

yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah yang

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis/tropis yang basah. Jagung

dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat

LS (Izah, 2009).

Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis berkisar 21°-34°C, akan

tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara

23°-27°C. Pada proses perkecambahan benih jagung manis memerlukan suhu

yang cocok sekitar 30°C (Purnama, 2015).

Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam

menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak

mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan
7

berpengaruh pada pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun

tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin namun

jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung (Suliswaty, 2016).

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah

hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan

dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya

jagung ditanam di awal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Izah, 2009).

Jagung manis merupakan tanaman semusim. Jagung manis dapat tumbuh

dengan baik pada ketinggian tempat sampai dengan 3.000 meter di atas

permukaan laut (mdpl). Jagung manis dapat beradaptasi dengan baik pada iklim

antara 50°LU - 50°LS. Jagung manis merupakan tanaman yang memerlukan curah

hujan antara 300-600 mm/bulan (Gani, 2015).

Tanah

Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik,

dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang

dari 40% kapasitas lapang atau bila batangnya terendam air. Tanaman jagung

dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi

dan sawah tadah hujan (Larasati, 2011).

Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsure-unsur hara

tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung manis

adalah pH antara 5,67-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk

tanaman jagung manis adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber-pH masam
8

dialokasikan untuk penanaman jagung manis, perlu dilakukan pengapuran leih

dahulu (Purnama, 2015).

Lahan tanah yang baik untuk budidaya jagung manis harus memiliki

criteria lahan yang sesuai untuk menunjang produksi dari jagung manis. Lahan

tanah yang baik untuk budidaya jagung manis kering yang berpengairan cukup,

tadah hujan, terasering, gambut yang telah di perbaiki, dan sawah bekas menanam

padi. Jagung manis harus ditanam di lahan yang terbuka (Anggraini, 2016).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat bereproduski dengan

baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsure hara terutama

nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K) dakan jumlah yang banyak. Oleh karena

pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bukan organiknya,

maka penambhan pupuk N, P dan K serta pupuk organic (kompos maupun pupuk

kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arief, 2008).

Tanah yang baik untuk bertanam jagung adalah yang bertekstur lempung,

lempung berdebu atau lempung berpasir. Struktur tanahnya gembur dan kaya

bahan organic. Kemiringan tanah tidak lebih dari 8%. Lokasi laha di areal terbuka

seperti halnya persawahan padi. Bebas dari genangan air dan tidak terendam air

serta dapat diairi bila diperlukan (Khairani, 2008).


9

TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Teknik Persilangan

Hibridisasi atau persilangan merupakan proses penyerbukan silang antara

tetua yang berbeda susunan genetiknya. Kegiatan ini adalah langkah awal pada

program pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah dilakukannya

pemilihan tetua atau parental terutama pada tanaman menyerbuk sendiri.

Sedangkan pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji

potensi tetua dalam pembentukan varietas hibrida (Dewi, 2016).

Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi

gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari

ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman

yang menyerbuk sendiri (self pollination crop) maupun pada tanaman yang

menyerbuk silang (cross pollination crop). Agar persilangan dapat dikontrol dan

hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan

silang buatan (Baskara, 2013).

Terdapat dua teknik persilangan, diantaranya teknik persilangan buatan

dan teknik (metode) seleksi. Teknik pemilihan tetua didasarkan pada karakter

kualitatif dan karakter kuantitatif yang dimiliki tetua. Teknik persilangan buatan

didasarkan pada biologi bunga dari tanaman tersebut. Sementara itu teknik seleksi

didasarkan pada metode reproduksi tanaman tersebut yang meliputi

kelompoktanaman menyerbuk silang, tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman

yang membiak vegetative (Syukur et.al, 2010).

Pada garis besarnya persilangan mencakup kegiatan persiapan, kastrasi,

emaskulasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari, penyerbukan dan pelabelan.

Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu


10

disediakan alat-alat antara lain: pisau kecil yang tajam, gunting kecil, pinset

dengan ujung yang runcing, jarum yang panjang dan lurus, alcohol (75-85%) atau

spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, wadah untuk

tempat benang sari, sikat kecil untuk mengeluarkan serbuk sari dari benang sari,

kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik dan kaca pembesar untuk

memeriksa kebersihan kepala putik (Yunianti et.al, 2010).

Pada dasarnya teknik persilangan tanaman menyerbuk silang hampir sama

dengan teknik persilangan menyerbuk sendiri. Perbedaan teknik persilangan

menyerbuk silang dengan sendiri adalah proses emaskulasi. Pada tanaman

menyerbuk silang proses emasuklasi tidak perlu dilakujkan. Hal tersebut

berhubungan dengan karakter organ reproduksi dari tanaman menyerbuk silang.

Misalnya letak organ jantan dan organ betina yang terpisah, masaknya polen tidak

sama dengan kepala putik. Sehingga control persilangan menjadi semakin lebih

mudah jika dibandingkan tanaman menyerbuk sendiri. PProses lainnya (persiapan,

isolasi, pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari, polinasi, penutupan bunga

dan pelabelan) sama seperti pada tanaman menyerbuk sendiri (Baskara, 2013).

Tahapan Persilangan

Tahapan persilangan tanaman jagung adalah pemilihan bunga sebagai

induk betina, kastrasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari dan penyerbukan. Pada

persilangan menyerbuk silang, khususnya pada tanaman Jagung, tahap emaskulasi

tidak dilakukan karena. Katrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman

yang ada di sekitar bunga dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang

tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu (Desentia, 2015).

Isolasi dilakukan agar bunga yang tidak diserbuki oleh serbuk sari (pollen)

asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun bunga betina harus
11

dikerudungi atau disungkup dengan kantung plastic. Kantung ini bisa terbuat dari

kertas tahan air, kain, plastic, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan

dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan (Henwi, 2010).

Pengumpulan serbuk sariu dari tanaman tetua jantan dapat dimulai

beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua

betina jauh dari tanaman tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga

dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup

bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya

kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau

pada sore hari setelah matahari terbena (Desentia, 2015).

Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.

Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viable atau

anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian penyerbukannya dilakukan

ke stigma tetua betina. Penyerbukan dapat dilakukan dengan menggunakan kuas,

pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat—alat tersebut ke

alkoholpekat, dan dibiarkan kering kemudian dicelupkan ke polen dan oleskan ke

stigma (Henwi, 2010).

Pada saat penyungkupan tetua jantan, selain dibungkus dengan amplop

cokelat, sebaiknya dilapisi juga dengan plastic. Hal ini agar serbuk sari tidak

terkena air saat hujan. Setelah dilakukan penyerbukan, alat kelamin betina atau

putiknya disungkup kembali dengan serbuk sari dan akan dibuka saat pemanenan.

Hal ini dilakukan agar mencegah terjadi jatuhnya serbuk sari dari tetua jantan

yang lain (Indrawan, 2012).


12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan

Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan

hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembetukan

hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk

sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang terpenting adalah saat

masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada serbuk sari

sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi. Cuaca yang cerah

dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan

(Kusumanungsari et.al, 2012).

Hasil studi heritabilitas dan kemajuan genetic mengindikasikan bahwa

sifat-sifat bunga yang mendukung terjadinya penyerbukan silang dapat diperbaiki

melalui pemuliaan. Hal ini mengindikasikan seleksi secara fenotipik dapat

dilakukan terhadap sifat-sifat tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

penyerbukan silang adalah temperature, kelembaban relative, intensitas cahaya

dan kecepatan angin (Widyastuti et.al., 2012).

Kegiatan hibridisasi buatan harus efisien dengan tujuan mendapatkan

populasi dalam jumlah banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

hibridisasi efektif dan efisien antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu

emaskulasi dan waktu penyerbukan. Teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh

tentu pada hasil hibridisasi buatan telah dilaporkan bervariasi 38-70% tergantung

pada teknik yang digunakan dan efisiensi operator (Wasisa, 2014).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pesilangan,

diantaranya adalah kondisi pollen yang digunakan dan tingkat kompatibilitas.

Kompatibilitas persilangan merupakan kemampuan dalam membentuk buah.


13

Persilangan yang menghasilkan buah disebutkompatibel, sedangkan yang tidak

menghasilkan buah disebut inkompatibel. Faktor lingkungan seperti suhu dan

cahaya matahari dapat juga mempengaruhi tingkat kemasakan buah (Aini, 2008).

Faktor-faktor yang paling penting dalam penanaman jagung antara lain

sinar matahari, air, hujan dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar

pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses

pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optimal. Keberadaan angin juga

sangat penting di dalam membantu penyerbukan. Temperatur untuk jagung

berkisar antara 23°-27°C (Wasisa, 2014).

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan

Kelebihan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan dan

untuk memindahkan gen ketahanan terhadap hama dan penyakit, atau

toleransi terhadap cekaman kekeringan pada varietas tanaman dan dimaksudkan

untuk memperluas keragaman (Suwardi, 2009).

Kekurangan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah

walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan perlu

mempertimbangkanketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan lingkungan

yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan.

Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga dapat berpengaruh pada

keberhasilan persilangan (Nasir, 2001).

Kelebihan dari persilangan menyerbuk sendiri pada kedelai adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudahuntuk


14

dilakukanPersilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua

atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki

keturunannya (Sunarto, 1997).

Sumber variasi sifat atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya

dan menjadi sumber penyeleksian klon baru dapat diperoleh dengan metode

persilangan. Sebagai hasil dari persilangan maka kelebihan persilangan adalah

timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya, yang kemudian

digunakan pemulia tanaman untuk memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat

sesuai dengan yang diinginkan (Soemedi, 1982).

Kekurangan teknik persilangan pada tanaman kedelai adalah dengan

pembuahan sendiri secara terus menerus akan mengakibatkan populasi pada

generasi berikutnya cenderung mempunyai tingkat homozigositas yang semakin

besar dan heterozigotnya semakin kecil. Tingkat heterozigotnya atau keragaman

genetiknya akan semakin berkurang karena terjadi penyerbukan sendiri secara

terus menerus dan perubahan susunan genetika pada masing–masing pasangan.

Alel mengarah ke homozigositas, sehingga susunan genetik dalam tanaman semua

atau sebagian besar homozigot (Syukur, 2009).

Adapun kekurangan dari tanaman menyerbuk sendiri seperti kedelai

adalah tidak ada kemungkinan untuk memperbaharui karakteristik yang baru

secara genetis. Pada generasi selanjutnya varietas yang dihasilkanakan bersifat

homozigot, dikarenakan kurang dapat beradaptasi di berbagai macam kondisi

atau sifat adaptasinya yang kurang luas(Tanto, 2002).

Kekurangan penyerbukan sendiri pada kedelai adalah terjadi segregasi,

penurunan vigor, kemampuan tumbuh dan berproduksi. Selain mengalami

penurunan vigor individu tanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai


15

kekurangan,seperti tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap

penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya

fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi silang dalam atau

inbreeding depression (Suwardi, 2009).

Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Kegiatan yang dilakukan sebelum menyilangkan adalah dengan menyiapkan

alat dan bahan. Kemudian bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki dipilih.

Tongkol yang dipilih yaitu tongkol yang belum diserbuki, ditandai dengan rambut

pada ujung tongkol belum keluar atau keluar dalam jumlah sedikit, dan ukuran

tongkol masih kecil. Tanaman yang akan dipakai sebagai tetua jantan (sumber

serbuk sari) dipilih. Malai yang dipilih yaitu malai yang siap untuk dijadikan tetua

ditandai dengan bunga jantan sudah mekar (Sunarto, 1997).

Bunga jantan tersebut dibungkus menggunakan kantong kertas sampai rapat,

ditunggu kira-kira 2 hari, kemudian digoyang-goyangkan agar serbuk sari

terkumpul pada kantong. Setelah kantong dirasa sudah cukup terisi oleh serbuk

sari, dengan segara kantong tersebut digunakan untuk membungkus tongkol yang

sudah dipilih sebelumnya, dan ditutup dengan rapat. Kantong berisi serbuk sari

yang sudah ditutupkan pada tongkol, digoyang-goyangkan agar serbuk sari jatuh

pada tongkol (Nasir, 2001).

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan penyesuaian waktu

berbunga. Ini berarti bahwa waktu tanam tetua jantan dan betina harus

diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan. Pada tetua

betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, pada pagi hari, bila melalui waktu

tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika

stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga
16

betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua

akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan

informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur, 2009).

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyerbukan sendiri pada kedelai

antara lain pemilihan tetua jantan dan betina, kastrasi, emaskulasi, dan

melakukanpersilangan. Untuk melakukan persilangan, kita membutuhkan induk

betina dan induk jantan. Kedua induk sebaiknya memiliki keunggulan yang

nantinya diharapkan bisa terpadu pada keturunannya. Sebagai induk betina dipilih

tanaman yang memiliki bunga dengan putik sudah matang kelamin, yakni

mengeluarkan cairan seperti embun.Sementara itu sebagai induk jantan dipilih

tanaman yang bunganya sudah menghasilkan serbuk sari, sebagai tanda kelamin

jantannya sudah matang (Tanto, 2002).

Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja agar

tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jantan mulai

muncul tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah

menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari

yang sudah pecah berwarna krem coklat kehitaman.Munculnya bunga jantan

padatan dan bunga berkisar antara 6-12 hari. Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai

dengan kemunculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara untuk melakukan

kastrasi, yaitu menggunakan pompa pengisap,dengan perlakuan alkohol dan

secara manual dengan pinset. Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah

persilangan pada saat bunga jantan mulai muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-

2 kali setelah persilangan.Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan

mekanis tandan bunga (Soemedi, 1982).


17

Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan pada tetua yang

ditujukan sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu secara mekanis, fisika, dan kimia. Praktikum ini kami melakukan

emaskulasi dengan cara mekanis, yaitu dengan mengambil serbuk sari

menggunakan alat penjepit, pinset ataupun jarum. Pengambilan kotak sari

dilakukan sebelum kotak sari terbuka dan serbuk sari luruh. Gunting digunakan

untuk memotong ujung palea dan lemma agar mudah diambil kepala sarinya.

Penyungkupan dan pelabelan dilakukan setelah emaskulasi selesai dilakukan

dengan tujuan agar terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk

menghindari kesalahan. Setelah disungkup selama beberapa hari, dilakukan

persilangan dengan menaburkan benang sari di atas kepala putik bunga tersebut

serata mungkin (Nasir, 2001).


18

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di lahan Laboratorim Pemuliaan

Tanaman Pangan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dan pada tanggal 2 November 2018 hingga

selesai.

Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul

berfungsi untuk membuka lahan dan membuat plot, parang berfungsi untuk

membuka lahan, meteran berfungsi untuk mengukur luas plot dan mengukur

tinggi tanaman sebagai salah satu parameter amatan, gembor berfungsi untuk

menyiram lahan, jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter batang, tali

plastik berfungsi untuk mengikat sungkupan, kuas berfungsi untuk mengoleskan

serbuk sarai pada putik, gunting berfungsi sebagai alat potong, spidol berfungsi

sebagai alat tulis untuk menandai setiap perlakukan, kamera handphone berfungsi

untuk mengambil gambar dari setiap kegiatan, dan alat tulis berfungsi untuk

menulis data.

Adapaun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung

varietas CIMMYT dan CI# sebagai objek praktikum, top soil berfungsi sebagai

media tumbuh, pupuk berfungsi sebagai tambahan unsur hara bagi pertumbuhan

tanaman, air berfungsi sebagai unsur penunjang bagi pertumbuhan tanaman,

amplop berfungsi untuk menyungkup bunga jantan, plastik fotocopy berfungsi

sebagai pelindung sungkupan dan untuk membungkus bunga betina, label

berfungsi untuk menandai setiap perlakuan.


19

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan pada hari Senin, 28 Oktober 2018 yang meliputi

beberapa kegiatan diantaranya pembukaan lahan, pembersihan gulma, perataan

tanah, pembuatan parit (drainase), pembuatan plot dan pembuatan lubang tanam

lubang tanaman. Lahan diolah sedalam 30 cm sampai gembur.

Pembentukan Plot

Pembentukan plot dilakakan pada hari Kamis, 9 Maret 2018. Plot dibuat

dengan membentuk petakan berbentuk persegi panjang berukuran 1,5 m x 2 m.

Lahan kemudian diolah sedalam 30 cm untuk menggemburkan tanah. Setiap

petakan di tanbambahkan top soil sebanyak 5 kg per plot kemudian diratakan.

Penanaman

Penanaman dilakukan pada hari Senin, 13 Maret 2018. Lubang tanam

dibuat secara manual dengan menggunakan tangan. Kedalaman lubang tanaman

sekitar 3-5 cm. Lubang tanam dibuat dengan dengan jarak 30 secara horizontal

dan 25 cm secara vertikal. Setiap lubang ditanamn 2 benih untuk menghindari

kegagalam perkecambahan. Ketika benih ditanam lahan sebaiknya dalam keadaan

lembab dan tidak tergenang.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah 2 minggu ditanam. Metode pemupukan

dilakukan dengan cara dilarikan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk urea dengan

dosis 105 gram per plot, pupuk KCl dengan dosis 30 gram per plot dan pupuk

SP36 dengan dosis 37,5 gram per plot.

Pemeliharaan Tanaman
20

Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari, tepatnya pada sore hari dengan

jumlah air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air per plot.

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dilakukan secara

merata. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan keadaan cuaca, apabila

terjadi hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan du hari sekali. Penyiangan atau pembersihan lahan

dari gulma dapat dilakukan secara k manual dengan tangan. Penyiangan janagn

sampai mengganggu akar tanaman pada umur tersebut yang belum kuat

mencengkram tanah.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakuakn untuk memperkokoh tegakan tanaman,

mengingat tanaman jagung merupakan tanaman monokotil yang memiliki akar

serabut. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya penyiangan.

Panen

Umur panen jagung varietas Bonanza F1 adalag sekitar 90 hari. Jagung

dipanen dengan cara tonggol dipotong dari batang. Jagung yang telah siap panen

ditandai dengan jagung/kelobot telah kering berwarna kekuning-kuningan dan ada

tanda berwarna hitam di bagian pangkal tempat melekatnya jagung pada tongkol.

Peubah Amatan
21

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur 2 minggu setelah tanam (MST). Mengukur tinggi

tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar hingga

titik tumbuh teratas dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur

seminggu sekali dari minggu kedua hingga berbunga.

Jumlah Daun/cabang

Jumlah daun tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan

perhitungan jumlah daun tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam

hingga 7 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga.

Perhitungan jumlah daun dimulai dari daun yang terletak paling dekat deng akar

dan daun yang sudah melebar (tidak kuncup). Perhitungan dilakukan secara

manual dengan menandai setiap daun yang telah membuka sempurna dengan

spidol permanen.

Diameter Batang (mm)

Diameter batang tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan

perhitungan diameter tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam

hingga 7 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga.

Perhitungan diameter batang dilakukan pada pangkat batang dengan

menggunakan jangka sorong.

Umur Berbunga (MST)

umur berbungan jantan dapat dilihat berdasarkan kalau malai pada ujung

batang tanaman jagung sudah keluar yang merwarna merah kecoklatan sedangkan

umur berbunga betina dapat dilihat berdasarkan kalau tongkol betina sudah keluar

dari ketiak daun. Perhitungan umur berbunga dimulai dari tanggal tanam hingga

tanggal berbunga dalam satuan hari.


22

Persentase Keberhasilan Persilangan

Keberhasilan persilangan bisanya dapat dilihat satu minggu setelah

persilangan dilakukan. Pada tanaman yang berhasil disilangkan, ukuran tongkol

akan membesar dan menggembul.


23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data Perkecambahan Tanaman

Kelompok :V
Komoditi : Jagung (Zea mays L.)
Varietas : CIMMYT
Tanggal Tanam : 2 November 2018
Tanggal Pengambilan Data : 9 November 2018

Presentase Perkecambahan = Jumlah Tanaman Yang Tumbuh


X 100 %
Jumlah Total Tanaman
= 5
X 100% = 100 %
5
Parameter Amatan

Kelompok : II B
Komoditi : Jagung (Zea mays L.)
Varietas : CIMMYT
Tanggal Tanam : 2 November 2018
Parameter : Tinggi Tanaman (cm)
MST Sampel
(Minggu Setelah Tanam) 1 2 3 4 5
9 November 2018
17.43 20.2 31 33.2 13.2
(3 MST)
16 November 2018
22 22.3 35 34 17
(4 MST)
23 November 2018
25 26 40 38 24
(5 MST)
30 November 2018
62 119.5 129 125 83
(6 MST)
6 Desember 2018
113 129.5 134.5 137.5 93.3
(7 MST)

Total 200 198 195 190 191

Rataan 59.20 68.54 64.96 78.50 70.56


Tabel 1.1. Tinggi Tanaman (cm) Jagung (Zea mays L.)
24

Kelompok : II B
Komoditi : Jagung (Zea mays L.)
Varietas : CIMMYT
Tanggal Tanam : 2 November 2018
Parameter : Jumlah daun (helai)
MST Sampel
(Minggu Setelah Tanam) 1 2 3 4 5
9 November 2018
3 4 3 4 1
(3 MST)
16 November 2018
4 4 4 4 3
(4 MST)
23 November 2018
6 6 6 6 5
(5 MST)
30 November 2018
6 6 6 6 5
(6 MST)
6 Desember 2018
7 7 7 7 6
(7 MST)

Total 26 21 26 21 20

Rataan 5.2 4.2 5.2 4.2 4


Tabel 1.2. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.)

Kelompok : II B
Komoditi : Jagung (Zea mays L.)
Varietas : Ci#
Tanggal Tanam : 2 November 2018
Parameter : Tinggi Tanaman
MST Sampel
(Minggu Setelah Tanam) 1 2 3 4 5
9 November 2018
37.1 46 37.8 44 36
(2 MST)
16 November 2018
40 48 38 47 38
(3 MST)
23 November 2018
42 50 39.7 49 42
(4 MST)
30 November 2018
104 128 123.5 125 128
(5 MST)
6 Desember 2018
104.5 156 134 144 130
(6 MST)

Rataan 15.73 15.92 20.25 24.75 21.15


25

Umur Berbunga

Sampel
No. Total Rataan
1 2 3 4 5
54 55 53 54 54 270 54
Tabel 2.1. Umur Berbunga Jagung (Zea mays L.)

Persentase Keberhasilan Persilangan


Sampel Yang Berhasil
Persentase Keberhasilan Persilangan = x100%
Sampel Seluruh Yang disilangkan

5
= x 100%
5

= 100%

Data Persilangan

Tetua Tanggal Foto

CIMMYT1XCI# 17 Desember 2018

CIMMYT2XCI#2 17 Desember 2018


26

CIMMYT3XCI#3 18 Desember 2018

CIMMYT4XCI#4 18 Desember 2018

CIMMYT5XCI#5 18 Desember 2018

Tabel 3.1. Data Persilangan Jagung (Zea mays L.)


27

Tabel III. Parameter Bobot Tongkol Jagung CIMMYT (gr)


Parameter Bobot Tongkol
Jagung (Tanpa Kelobot) (gr)
Total Rataan
Sampel 1 2 3 4 5

130 100 125 110 120 585 117

Tabel III. Parameter Bobot Tongkol Jagung CI# (gr)

Parameter Bobot Tongkol


Jagung (Dengan Kelobot) (gr)
Total Rataan
Sampel 1 2 3 4 5

1 140 110 135 119 115 619 123.8

Tabel IV. Panjang Tongkol Jagung CIMMYT (cm)

Panjang Tongkol Jagung


(Dengan Kelobot) (cm)
Total Rataan
Sampel 1 2 3 4 5

12 20 17 18.9 17.8 85.7 17.14

Tabel IV. Panjang Tongkol Jagung CI# (cm)

Panjang Tongkol Jagung


(Tanpa Kelobot) (cm)
Total Rataan
Sampel 1 2 3 4 5

9 18.8 15 15.7 14.5 73 14.6


28

Pembahasan

Adapun data rata tertinggi tanaman jagung (Zea mays L.) untuk criteria

tinggi tanaman varietas CIMMYT adalah 78.50 dan data ternedah adalah 59.20.

Sedangkan pada varietas CI#, data tertinggi yaitu 79.50 dan data terenah adalah

40.8.

Pada kegiatan praktikum dilakukan persilangan antara tanaman jagung

yang bertujuan untuk memperluas keragaman genetik dalam suatu spesies.

Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk

memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman dapat dibedakan

menjadi persilangan sendiri (selfing) dan pembastaran (crossing). Selfing adalah

persilangan yang dilakukan pada tanaman itu sendiri artinya tidak ada perbedaan

genotip dari kedua tanaman yang disilangkan. Sedangkan crossing atau

pembasteran adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau

genotipnya. Tujuan dilakukannya persilangan pada tanaman jagung adalah untuk

menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotip baru, memeperluas

keragaman genetik dan menguju potensi tetua. Hal ini sesuai dengan literatur

Dewi (2016) yang menyatakan bahwa kegiatan ini adalah langkah awal pada

program pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah dilakukannya

pemilihan tetua atau parental terutama pada tanaman menyerbuk sendiri.

Sedangkan pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji

potensi tetua dalam pembentukan varietas hibrida.

Penyerbukan pada tanaman jagung (Zea mays L) terjadi secara silang.

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoeciuos) dimana bunga

jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman namum berbeda bunga. Posisi

bunga jantan berada di atas bunga betina, biasanya penyerbukan alaminya dibantu
29

oleh angin. Meskipun tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu

(monoeciuos) namum fisiologis dari tanaman jagung tidak memungkinkan untuk

terjadinya penyerbukan sendiri hal ini dikarenakan masa matang bunga jantan dan

bunga betina berbeda sehingga tanaman jagung melakukan penyerbukan silang.

Hal ini sesuai dengan literatur Panjaitan (2013) yang menyatakan bahwa tanaman

jagung dikenal dengan istilah monoeciuos sebab ia tergolong tumbuhan berumah

satu. Kedua bunga diklin atau terpisah. Pada tiap kuntum bunga jagung terdapat

struktur yang khas dari kelompok Poaceae yang dinamakan floret. Pada tanaman

jagung sendiri, floret menjadi terbatas sebab terdapat gulmae.

Dalam pelaksanaan praktikum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam melakukan persilangan anatara lain pemilihan tetua, hal ini dimaksudkan

dalam tujuannya untuk merakit varietas unggul dengan sifat sifat baik yang

diinginkan. Selain itu seorang pemulia harus mengetahui karakter morfologis dan

fisiologis dari tanaman yang akan disilangkan dalam hal ini tanaman jagung,

dimana tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina dalam satu tanaman

tetapi masa matang kedua bunga tersebut tidak sama sehingga pada tanaman

jagung terjadi penyerbukan silang, selain itu faktor ekstenal yang memepengaruhi

keberhasilan persilanhan adalah faktor cuaca yang terutama angin dan hujan

dimana ketika terjadi hujan maka persilangan tidak dapat dilakukan. Ketepatan

waktu dalam melakukan persilangan juga sangat mempengaruhi persentasi

keberhasilan. Hal ini sesuai dengan literatur Aini (2008) yang menyatakan bahwa

banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pesilangan,

diantaranya adalah kondisi pollen yang digunakan dan tingkat kompatibilitas.

Kompatibilitas persilangan merupakan kemampuan dalam membentuk buah.


30

Persilangan yang menghasilkan buah disebutkompatibel, sedangkan yang tidak

menghasilkan buah disebut inkompatibel.

Pada praktikum ini, peryerbukan tanaman jagung dilakukan secara buatan

oleh manusia. Dalam pelaksanaan perilangan ini, ketepatan waktu sangat

mempengaruhi keberhasilan dalam persilangan. Waktu yang optimal untuk

melakukan persilangan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari yaitu antara

pukul 07.00 – 10.00 WIB. Hal ini sesuai dengan literatur Wasisa (2014) yang

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suatu hibridisasi efektif dan

efisien antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu emaskulasi dan waktu

penyerbukan. Teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh tentu pada hasil

hibridisasi buatan telah dilaporkan bervariasi 38-70% tergantung pada teknik yang

digunakan dan efisiensi operator.

Pada pelaksanan praktikum, persilangan pada tanaman jagung dilakukan

melalui beberapa tahapan. Teknik persilangan tanaman jagung diantaranya

pemilihan bunga sebagai induk, kastrasi yaitu kegiatan membersihkan bagain

tanaman yang ada disekitar bunga yang akan diserbuki dari kotoran, serangga,

kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang

menggaggu persilangan, isolasi dilakukan agar bunga tidak disebuki oleh serbuk

sari asing. Dengan demikian baik bunga betina maupun bunga jantan harus

dikerudungi dengan kantung. Setelah lebih kurang 2 hari setelah penyungkupan

bunga jantan dilakukan pengumpulan serbuk sari yang kemudian akan disilangkan

pada bunga betina. Proses emaskulasi pada persilangan tanaman jagung tidak

dilakukan, emaskulasi biasanya dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri pada

tanaman menyerbuk silang proses emaskulasi diganti dengan proses


31

penyungkupan atau isolasi. Hal ini sesuai dengan literatur Yunianti et.al (2010)

yang menyatakan bahwa pada garis besarnya persilangan mencakup kegiatan

persiapan, kastrasi, emaskulasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari, penyerbukan

dan pelabelan. Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan

silang perlu disediakan alat-alat antara lain: pisau kecil yang tajam, gunting kecil,

pinset dengan ujung yang runcing, jarum yang panjang dan lurus, alcohol (75-

85%) atau spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, wadah

untuk tempat benang sari, sikat kecil untuk mengeluarkan serbuk sari dari benang

sari, kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik dan kaca pembesar

untuk memeriksa kebersihan kepala putik.

Berdasarkan hasil praktikum, hasil persilangan tanaman jagung

menunjukkan keberhasilan yang tinggi yaitu 100%. Pada praktikum dilakukan 5

sampel persilanngan diantaranya CIMMYT1XCI#1, CIMMYT2XCI#2,

CIMMYT3XCI#3. CIMMYT4XCI#4, CIMMYT5XCI#5. Keberhasilan dari

persilangan dapat dilihat satu minggu setelah persilangan dilakukan. Keberhasilan

ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutaman iklim dan kelembaban serta

curah hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Kusumanungsari et.al (2012) yang

menyatakan bahwa penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada serbuk sari

sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi. Cuaca yang cerah

dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan.

KESIMPULAN DAN SARAN


32

Kesimpulan

1. Pada dasarnya teknik persilangan tanaman menyerbuk silang hampir sama

dengan teknik persilangan menyerbuk sendiri.

2. Tahapan persilangan tanaman jagung adalah pemilihan bunga sebagai induk

betina, kastrasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari dan penyerbukan.

3. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal dan

faktor eksternal.

4.Kelebihan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan.

5. Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan penyesuaian waktu berbunga.

Saran

Diharapkan praktikan teliti dalam melakukan percobaan, lebih sering

mengambil data ke lahan, dan kedepannya lebih baik dalam praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
33

Aini, M,N. 2008. Pengaruh Macam Persilangan Terhadap Hasil Dan Kemampuan
Silang Buah Naga Jenis Merah (Hylocereus polyrhizus). Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.
Anggraini, A. 2016. Respon Pertumbuhan, Serapan Hara, Dan Hasil Produksi
Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata Sturt), Kultivar Valentino
Terhadap Pemberian Biofertilizer Dan Trichokompos. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Atmadja, G,S. 2006. Pengembangan Produk Pangan Berbahan Dasar Jagung
Quality Protein Maize (Zea mays L.) Dengan Menggunakan
Teknologi Ekstrusi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Baskara, P,Y. 2013. Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang. Universitas Jenderal
Soedirman: Purwokerto
Desentia, C. 2015. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung
(Zea mays L.). Universitas Halu Oleo: Maluku.
Dewi, E, S. 2016. Pemuliaan Tanaman. Universitas Malikussaleh: Aceh.
Dongoran, D. 2009. Respon Pertummbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung
Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Cair
TNF Dan Pupuk Kandang Ayam. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Fauzi, R. 2012. Mempelajari Tingkat Kekerasan Biji Jagung Selama Pengeringan


Lapisam Tipis. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Finilih, E. 2003. Analisis Persilangan Dialel sifat-sifat Stek Klon Kopi Robusta.
Institut Pertanian Bogor.
Gani, RA. 2015. Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) Terhadap
Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) Dalam
Sistem Olah Tanah Minimum. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Hartoyo, E. 2008. Pengaruh Pemupukan Semi Organik Dengan Berbagai Sumber
Pupuk Kandang Terhadap Serapan N, Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Jagung. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Henwi, L. 2010. Tahapan Persilangan Pada Tanaman Menyerbuk Silang dan
Sendiri. Universitas Lampung: Lampung.
Indrawan, V,V. 2012. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Tanaman Kopi
Robusta (Coffea canephora (L) Pierre.). Universitas Brawijaya:
Malang.
Indrawuri, I. 2010. Peranan Tepung Jagung Termodifikasi Terhadap Mutu Dan
Penerimaan Konumen Mi Jagung. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
34

Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perkecambahan


Biji Jagung (Zea mays L.). Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang: Malang.
Khairani, I. 2008. Pengaruh Kascing Dan Pupuk Anorganik Terhadap
Ketersediaan Nitrogen Pada Alfisols Jumantono Dan Serapannya Oleh
Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata). Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.
Kusumaningsari, B., I. Anaz, S. Tanjung dan R. Wahyudi. 2012. Laporan Akhir
Praktikum: Hibridisasi Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
Larasati, G,K. 2011. Respon Populasi Hasil Persilangan Tanaman Jagung
Terhadap Pemupukan Fosfor. Universitas Jember: Jember.
Murni, A, H, dan Arief, R, W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung: Lampung.
Nasir,M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman.Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Panjaitan, Y. 2013. Budidaya dan Pasca Panen Jagung Manis. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Purnama, A. 2015.Strategi Kemitraan Pola Inti-Plasma Dengan Perusahaan F1
Aina Untuk Meningkatkan Keuntungan Pada Usaha Budidaya Jagung
Manis (Zea mays Saccharata Sturt.). Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh: Payakumbuh.
Sari, N,R. 2015. Pengaruh Masker Jagung Dan Minyak Zaitun Terhadap
Perawatan Kulit Wajah. Universitas Negeri Semerang: Semarang.

Sembiring, S. 2007. Studi Karakteristik Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.)
Hasil Three Way Cross. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Soemedi. 1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman.
Purwokerto.
Suliswaty, H. 2016. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Jagung (Zea mays L.). Universitas Lampung: Lampung.
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.
Suwardi.2009.Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung
Hibrida. Posiding Seminar NasionalSeralia.Vol.7(2):307-312.
Syukur, M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti. 2010. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
35

Syukur,M ;Sujiprihati,S ; Yunianti,R. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian


Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan
Hotikultura IPB. Bogor.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Wasisa, A. 2014. Hibridisasi dan Pewarisan Karakter Tipe Pertumbuhan Kacang
Tanah Keturunan Persilangan Antara K/SR 3 Atau NC 7 Dan Lima
Varietas Unggul Nasional. Universitas Lampung: Lampung.
Widyastuti, Y., Rumanti, I, A., dan Satoto. 2012. Perilaku Pembungaan Galur-
Galur Tetua Padi Hibrida. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi:
Subang.
Yunianti, R., S. Sujiprihati dan M. Syukur. 2010. Teknik Persilangan Buatan.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
36

LAMPIRAN

Alur Silsilah Persilangan

Bagan Seluruh Lahan


37

20 cm

30 cm

2m

1,5 m
Foto Lengkap

Proses Penyungkupan

Gambar 1.1. Proses Penyungkupan Benang Sari Dengan Amplop Coklat


38

Gambar 1.2. Proses Pelapisan Amplop Coklat Gambar 1.3. Proses Pengikatan Sungkupan
Dengan Platik Transparan

Gambar 1.3. Proses Penyungkupan Putik

Proses Persilangan

Gambar 2.1. Proses Persilangan Dengan Gambar 2.2. Proses


Menempelkan Serbuk Sari (Pollen) Penyungkupan Kembali
ke Kepala Putik Putik

Gambar 2.2. Proses


Pelabelan

Anda mungkin juga menyukai