BLADDER STONE
Oleh:
Yeni Ulvia
Pembimbing:
BAGIAN/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU BERU
BANDA ACEH
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Bladder Stone”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Bedah RS Datu Beru
Takengon. Ucapan terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan
kepada dokter pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing
penulis dalam penulisan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran dan berguna
bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran
pada umumnya dan ilmu kesehatan mata khususnya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk laporan kasus ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukannya batu pada
kandung kemih seseorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di
dunia tidak terkecuali penduduk Indonesia. Penyakit ini merupakan tiga penyakit
terbanyak di bidang urologi di samping infeksi saluran kemih dan pembesaran
prostat benigna. Kejadian batu saluran kemih meningkat dengan adanya
peningkatan konsumsi protein hewani. (Prenggono D, 2006)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
memberikan rangsangan pada saraf aferen dan mengaktifkan pusat miksi di
medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot
detrusor, terbuka lehernya buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah
proses miksi. Buli-buli mendapat perdarahan dari cabang arteri iliaka interna,
yakni arteri vesikalis superior yang menyilang di depan ureter. Sistem vena dari
buli-buli bermuara ke vena iliaka interna. (Prenggono D, 2006)
Secara histologi, lapisan penyusun dinding kantung kemih terdiri dari tiga
lapisan. Adapun penyusun lapisan dalam ke luar adalah : (Prenggono D, 2006 et
Purnomo BB, 2011)
1. Tunika Mukosa
Lapisan ini merupakan lapisan paling dalam yang berbatasan secara
langsung dengan lumen. Lapisan ini tersusun atas sel epitel berlapis dan
lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat areolar yang mengandung
banyak serabut elastin. Saat kandung kemih kosong, sel epitel penyusun
mukosa berbentuk kubus, namun saat kandung kemih terisi penuh,
bentuknya pun menjadi pipih dan lumen menjadi luas. Sehingga sel epitel
pada mukosa kandung kemih disebut epitel transisional.
2. Tunika Muskularis
Lapisan ini terdiri dari tiga lapis otot polos detrusor yang saling
beranyaman. Lapisan paling dalam terdiri dari otot longitudinal, bagian
tengah merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot
lungitudinal.
3. Tunika Adventisia
Lapisan ini merupakan bagian terluar dari lapisan penyusun kandung
kemih. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat yang dikelilingi oleh mesotel.
Di bagian paling luar lapisan ini terdiri saraf simpatik yang disebut plexus
vesicalis yang berperan dalam mengontrol proses kencing.
2.2 Definisi
Vesikolitiatis atau batu buli-buli adalah suatu keadaan ditemukannya batu
di dalam vesika urianaria. Batu tersebut akan menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-
tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Batu yang terjebak di
6
vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang
menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. (Prenggono D, 2006 et
Purnomo BB, 2011)
7
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yangdikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi
rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang
berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih. Diet banyak purin,
oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas atau sedentary life.
2.4 Patogenesis
Secara teoritis, batu dapat terbentuk di saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine, yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Batu terdiri dari atas kristal-kristal yang tersusun oleh
bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-
kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine
jika ada. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) sehingga menjadi kristl yang lebih besar. (Prenggono D, 2006,
Purnomo BB, 2011 et Jung JH, Chung H, 2018)
8
mampu mencegah timbulnya batu. Ada beberapa zat yang dapat menghambat
terbentuknya batu saluran kemih, yaitu yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi
kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi
kristal hingga retensi kristal. (Purnomo BB, 2011)
2. 5 Komposis Batu
Batu Kalsium
Batu jenis ini kurang lebih penyebab 70-80% penyebab dari seluruh
kejadian batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kaslium fosfat, atau campuran keduanya. Kalsium oksalat adalah
yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih (70 75%). Faktor
terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuria, hiperoksaluria,
hiperurikosaria, hiposisatruria, hipomagnesuria.
Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi oleh karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease
dan merubah urine menjadi suasana basa sehingga memudahkan
pembentukan batu magnesium amonium fosfat. Kuman yang termasuk
pemceha urea adalah protease sp, Klebsiella, Pseudomonas. Meskipun
9
E.coli sering menyebab infeksi saluran kemih, namun E.coli bukan bakteri
pemecah urea.
Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Asam urat relatif tidak larut di
dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk
kristal asam urat selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah urine yang terlalu asam
(pH <6), volume urine yang jumlahna sedikit (<2 L/hari), atau dehidrasi,
dan hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi.
Batu Jenis Lain
Batu lain yang dapat menyebabkan vesikolitiasis adalah batu sistin, xantin,
triamteren, dan batu silikat. Namun kondisi ini sangat jarang terjadi.
2.6 Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Adapun manifestasi klinis urolitiasis bergantung pada posisi batu, besar
batu, dan penyulit yang telah terjadi. Gejala khas batu buli-buli adalah berupa
gejala iritasi antara lain: nyeri saat kencing (disuria) hingga stranguri, perasaan
tidak enak sewaktu kencing, dan kencing tiba-tiba berhenti kemudian menjadi
lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi sering kali
dirasakan pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak
keluhan yang muncul sering berupa enuresis nokturna, di samping sering menarik-
narik penisnya atau menggosok-gosok vulva. Hematuria sering kali dikeluhkan
oleh pasien akibat trauma mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.
(Purnomo BB, 2011 et Jung JH, 2018)
Di negara berkembang sering dijumpai batu endemik pada buli-buli yang
banyak dijumpai pada anak-anak yang menderita kurang gizi atau yang sering
menderita dehidrasi atau diare. Seringkali komposis batu buli-buli terdiri atas
asam urat atau struvit jika penyebabnya adalah infeksi, sehingga tidak jarang pada
pemeriksaan foto polos tidak tampak sebagai bayangan opak pada kavum pelvis.
(Sjamsuhidayat, 2010)
10
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kostovertebrae, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-
tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan
demam/menggigil. (Purnomo BB, 2011)
2. 7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sedimen
urine. Pada pemeriksaan ini akan dijumpai leukosituria, hematuria, dan dijumpai
kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine juga dapat menunjukkan
kuman-kuman pemecah urea. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan faal ginjal yang
bertujuan untuk melihat fungsi ginjal untuk mencari kemungkinan terjadinya
penurunan fungsi ginjal, selain juga untuk persiapan pemeriksaan foto IVU.
Pemeriksaan elektrolit juga penting dilakukan untuk menilai faktor penyebab
timbulnya batu saluran kemih antara lain : kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat di
dalam darah maupun urine.(Purnomo BB, 2011 et Sjamsuhidayat, 2010)
Foto polos abdomen
Pemeriksaan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radiopak di saluran kemih. Urutan radioopasitas beberapa
batu adalah :
Tabel 1. Urutan radioopasitas beberapa batu
Jenis Batu Radio-opasitas
Opak
Kalsium
Semiopak
MAP / Struvit
Non Opak
Urat/ Sistin
11
USG dapat menilai adnaya batu di ginjal atau di buli-buli yang akan
ditunjukkan sebahai echoic shadow, hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengerutan ginjal. (Hartono, 2005 et Dyer RB, 2004)
2.8 Tata Laksana
Adapun indikasi untuk tindakan/terapi batu pada saluran kemih adalah jika
batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu
indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan secara medikamentosa maupun dengan
intervensi. Terapi medikamentosa ditujukan pada batu yang berukuran kurang dari
5 mm dengan harapan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan dianjurkan untuk minum banyak supaya mendorong batu keluar
dari saluran kemih.( Purnomo BB, 2011 et Wu J, 2017)
Tindakan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan esktracorporeal
shockwave lithotripsy (ESWL) untuk memecah batu menjadi fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan, endourologi yang merupakan tindakan invasif
minimal dengan memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Intervensi
lainnya adalah tindakan bedah laparoskopi, pembedahan ini dilakukan untuk
untuk mengambil saluran kemih. Namun, pada instansi yang belum mempunyai
fasilitas yang memadai, tindakan pengambilan batu masih menggunakan bedah
terbuka. (Prenggono D, 2006 et Wu J, 2017)
2.9 Pencegahan
Upaya pencegahan perlu dilakukan pada pasien yang telah mendapatkan
terapi untuk menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan dilakukan
berdasarkan kandungan unsur batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis
batu. Pencegahan dapat berupa : 1) menghindari dehidrasi dengan minum cukup
dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari, 2) diet untuk
mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, 3) aktivitas harian yang cukup,
dan 4) pemberian medikamenstosa sesuai jenis batu. (Purnomo BB, 2011 et Liu
Y, 2018)
12
BAB III
LAPORAN K ASUS
13
1.5 Riwayat Obat-obatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selamaini
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama
1.7 Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien seorang karyawan swasta yang saat bekerja lebih banyak duduk,
pasien jarang mengkonsumsi air yang cukup. Pasien menyukai daging baik
akan tetapi pasien sering mengkonsumsi sayur-sayuran hijau.
14
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
Peningkatan TVJ : R-2 cmH2O
Axilla : Pembesaran KGB (-)
Thorax
a) Inspeksi : Normochest, pergerakan simetris, retraksi (-)
b) Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
c) Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
d) Auskultasi
Suara nafas Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Ves (+) Rh(-) , Wh(-) Ves (+) Rh(-) , Wh(-)
Lap.Paru tengah Ves (+) Rh(-) , Wh(-) Ves (+) Rh(-) , Wh(-)
Lap.Paru bawah Ves (+) Rh(-) , Wh(-) Ves (+) Rh(-) , Wh(-)
15
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 2 jari lateral linea
midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas : ICS III sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas Kiri : 2 jari lateral linea midclavicula
sinistra
- Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, gallop(-)
Abdomen
- Inspeksi : asites (-), collateral vein (-)
- Palpasi : Kandung kemih penuh, Nyeri tekan (+)
- Perkusi : shifting dullnes (-), asites (-)
- Auskultasi : Peristaltik usus (N) (4-6 kali/menit)
16
3.3 Pemeriksaan penunjang
Hitung jenis:
Eosinofil 6,6 0-6 %
Basofil 0 0-2 %
Neutrofil 55 50-70 %
Limfosit 29 20-40 %
Monosit 8 2-8 %
Ureum 27 10-50
17
3.4 Pemeriksaan Radiologi
18
Gambar 3. Pemeriksaan USG
Kesan : Kaliektasis kidney sinistra + vesikolitiasis
19
FOLLOW UP HARIAN
23-10-2018 S/ Th/
- nyeri saat BAK, BAK -Diet MB
tidak lancar, dan menetes, -IVFD RL 20 gtt/i
demam (+) -Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j
O/ -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
TD : 100/60 - Urinter 2 x 400 mg
HR : 75x/i - PCT 3 x 500 mg
RR : 18x/i
T : afebris
A/ P/ USG abdomen ginjal +
Retensi urin ec dd/ buli
1. Nefrilitiasis
2. ISK
24-10-2018 S/ Th/
- nyeri perut, mencret -Diet MB
O/ -IVFD RL 20 gtt/i
TD : 110/70 -Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j
HR : 75x/i -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
RR : 18x/i - Urinter 2 x 400 mg
T : afebris - PCT 3 x 500 mg
A/ - Lacbon 3x1
Retensi urin ec dd/
1. Nefrilitiasis
2. ISK P/ Rawat alih bedah
25-10-2018 S/ Th/
- nyeri perut, BAB cair, -Diet MB
perut terasa panas, pusing -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j
TD : 110/80 -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
HR : 80x/i - Urinter 2 x 400 mg
RR : 22x/i - PCT 3 x 500 mg
20
T : 36,5 -lacbon 3x1
A/
Retensi urin ec dd/
1. Nefrilitiasis P/ BNO-IVP
2. ISK
27 -10-2018 S/ Th/
- nyeri perut, BAB cair, -Diet MB
perut terasa panas, pusing -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j
KU : sedang -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
TD : 110/80 - Urinter 2 x 400 mg
HR : 81x/i - PCT 3 x 500 mg
RR : 18x/i -lacbon 3x1
T : 36,1 C
A/
Retensi urin ec dd/ P/ Transfusi PRC 1 kolf
1. Nefrilitiasis Premed:
2. ISK Dexamethason +
Furosemid
28 -10-2018 S/ Th/
- nyeri perut, perut panas, -Diet MB
pusing (-) -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j
KU : sedang -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
TD : 100/80 - Urinter 2 x 400 mg
HR : 81x/i - PCT 3 x 500 mg
RR : 18x/i -lacbon 3x1
T : 36,1 C
A/ P/ Transfusi PRC 1 kolf
Vesikolitiasis
29 -10-2018 S/ Th/
- nyeri perut,perut panas, -Diet MB
21
pusing (-) -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j
KU : sedang -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
TD : 120/80 - Urinter 2 x 400 mg
HR : 82x/i - PCT 3 x 500 mg
RR : 18x/i -lacbon 3x1
T : 36,1 C
A/ P/
Vesikolitiasis + Anemia -Transfusi PRC 1 kof
- Inj. Meropenem 1 gr/24 j
-Cek Hb ulang post
transfusi
-Persiapan operasi
30 -10-2018 S/ Th/
- nyeri perut,perut panas, -Diet MB
pusing (-) -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
KU : sedang -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
TD : 120/80 - Urinter 2 x 400 mg
HR : 82x/i -Metronidazol 3 x 500 mg
RR : 18x/i - Ondansetron 3 x 500 mg
T : 36,1 C - PCT 3 x 500 mg
A/ -lacbon 3x1
Vesikolitiasis + Anemia
P/
-Irigasi 80 gtt/i
31 -10-2018 S/ Th/
- nyeri post op, pusing (+), -Diet MB
leher tegang, demam (+) -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
KU : sedang -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
TD : 120/80 - Urinter 2 x 400 mg
22
HR : 82x/i -Metronidazol 3 x 500 mg
RR : 18x/i - Ondansetron 3 x 500 mg
T : 37,5 C - PCT 3 x 500 mg
A/ -lacbon 3x1
Vesikolitiasis + Anemia
(POD1) P/
-Irigasi 80 gtt/i
- Vakum drain
- inj. Tramadol drip
Inj. Stesolid 1 amp
(malam)
1 -11-2018 S/ Th/
- nyeri post op, demam (+) -Diet MB
O/ -IVFD RL 20 gtt/i
KU : sedang -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
TD : 120/80 -Inj. Metronidazol 1 fls/8j
HR : 82x/i - Inj. Ondansetron amp/8j
RR : 18x/i -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
T : 39,3 C - inj. Tramadol drip
A/ - Urinter 2 x 400 mg
Vesikolitiasis + Anemia - PCT 3 x 500 mg
(POD2) -lacbon 3x1
P/
-Irigasi aff
- GV
- Drip PCT 4x1
- Dulcolax supp
2 -11-2018 S/ Th/
- nyeri post op, demam (-) -Diet tinggi serat
O/ -IVFD RL 20 gtt/i
KU : sedang -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
23
TD : 140/80 -Inj. Metronidazol 1 fls/8j
HR : 82x/i - Inj. Ondansetron amp/8j
RR : 18x/i -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
T : 36,5 C - inj. Tramadol drip
A/ -Inj PCT fls/8j
Vesikolitiasis + Anemia - Urinter 2 x 400 mg
(POD3) -lacbon 3x1
Dulcolax supp
P/
- GV
- Drain vakum ganti urin
bag
3 -11-2018 S/ Th/
- nyeri post op, demam (-), -Diet tinggi serat
pusing -IVFD RL 20 gtt/i
O/ -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
KU : sedang -Inj. Metronidazol 1 fls/8j
TD : 130/80 - Inj. Ondansetron amp/8j
HR : 82x/i -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
RR : 18x/i - inj. Tramadol drip
T : 36,5 C - Inj PCT fls/8j
A/ - Urinter 2 x 400 mg
Vesikolitiasis + Anemia -lacbon 3x1
(POD4) Dulcolax supp
P/
- Drain aff
- Threeway
- Pasang stagen
- Ergotamin 2 x 1
- Neurodex 2 x 1
24
4 -11-2018 S/ Th/
- nyeri post op -Diet tinggi serat
O/ -IVFD RL 20 gtt/i
KU : sedang -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
TD : 110/80 -Inj. Metronidazol 1 fls/8j
HR : 78x/i - Inj. Ondansetron amp/8j
RR : 18x/i -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
T : 36,5 C - Inj PCT fls/8j
A/ - Urinter 2 x 400 mg
Vesikolitiasis + Anemia - Ergotamin 2 x 1
(POD5) - Neurodex 2 x 1
-lacbon 3x1
Dulcolax supp
P/
Aff kateter
5 -11-2018 S/ Th/
- nyeri post op -Diet tinggi serat
O/ -IVFD RL 20 gtt/i
KU : sedang -Inj. Meropenem 1 gr/24 j
TD : 110/80 -Inj. Metronidazol 1 fls/8j
HR : 80x/i - Inj. Ondansetron amp/8j
RR : 18x/i -Inj. Ketorolak 1 amp/8 j
T : 36,5 C - Inj PCT fls/8j
A/ - Urinter 2 x 400 mg
Vesikolitiasis + Anemia - Ergotamin 2 x 1
(POD6) - Neurodex 2 x 1
-lacbon 3x1
Dulcolax supp
P/
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa buang air kecil sejak tiga
hari yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri saat buang air kecil, kencing seperti
menetes, dan merasa tidak tuntas setiap kali buang air kecil. Pasien mengaku perut
semakin membesar dan terasa panas. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri
pinggang terutama pinggang kiri namun tidak menjalar. Riwayat demam sejak
tiga hari yang lalu, riwayat buang kecil berpasir disangkal, dan riwayat kencing
berdarah juga disangkal. Pasien juga mengaku pernah mengalami keluhan nyeri
saat buang air kecil namun keluhan sembuh dengan sendirinya.
Manifestasi klinis urolitiasis bergantung pada posisi batu, besar batu, dan
penyulit yang telah terjadi. Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi
antara lain: nyeri saat kencing (disuria), perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan
kencing tiba-tiba berhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi sering kali dirasakan pada ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Jika pasien mengalami demam,
kemungkinan sudah terjadi urosepsis. Salah satu faktor terjadinya pembentukan
batu pada saluran kemih adalah adanya infeksi berulang pada saluran kemih.
(Prenggono D, 2006)
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, anemia, dan
peningkatan asam urat. Hal ini menunjukkan sedang berlangsungnya proses
infeksi dan terjadinya anemia yang dapat disebabkan oleh defisiensi besi maupun
penyakit kronik. Peningkatan asam urat merupakan salah satu faktor penyebab
terbentuknya batu kalsium oksalat dan batu urat. Pada pemeriksaan sedimen urine
dijumpai leukosituria, hematuria, dan adanya koral kalsium. Hal ini juga
menunjukkan terjadinya urosepsis. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien
akibat trauma mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Meskipun
terkadang hanya ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. (Purnomo BB, 201)
Pada pemeriksaan radiologi foto polos abdomen dijumpai bayangan opak
pada rongga pelvis dengan kesan vesikolitiasis. Bayangan opak umumnya
26
dihasilkan oleh batu kalsium. Pada foto IVP didapatkan juga didapatkan adanya
kesan vesikolitiasis dan fungsi ginjal kiri tidak tampak. Pada pemeriksaan USG
ditemukan korteks ginjal kiri dilatasi dan batu dengan acustic shadow di buli-buli.
Salah satu akibat dari adanya batu saluran kemih adalah hidronefrosis akibat
obstruksi. Pada pasien dengan batu kandung kemih akan memberikan gambaran
acustic shadow dengan opasitas tinggi berukuran 1,13 cm.(Dyer RB,2004)
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien diberikan terapi medikamentosa dan terapi pembedahan. Adapun terapi
medikamentosa yang diberikan berupa Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Inj. Ketorolac
1 amp/8 jam, Urinter 2 x 400 mg, Parasetamol 3x 500 mg, Lacbon 3 x 1.
Pemberian terapi antibiotik bertujuan untuk mencegah urosepsis dan sebagai
terapi infeksi saluran kemih. Pemberian analgetik bertujuan sebagai terapi
simtomatik. Pasien juga dilakukan transfusi PRC akibat kondisi anemia dan untuk
persiapan operasi. Pasien direncanakan untuk dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Umumnya pembedahan dilakukan pada
ukuran batu > 5 mm. ( Sjamsuhidayat,2010)
27
DAFTAR PUSTAKA
28