Anda di halaman 1dari 4

MUSIBAH DI AKHIR TAHUN Bahagia terhadap momen-momen tertentu merupakan sesuatu yang sangat

manusiawi. Begitu pula dalam momen pergantian tahun ini. Maka alangkah
َ‫ت ِلل َعالَ ِميْنَ * َوأ َ ْشهدُ أ َ ْن ال‬ ْ ‫ي ش ََّرفَنَا بِخَات َ ِم النَّ ِبيِيْنَ ِإذْ ُكنَّا َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬ْ ‫ال َح ْمدُ هللِ الَّ ِذ‬ baiknya apabila rasa gembira dan bahagia tersebut didasari oleh spirit makna
yang terkandung pada setiap perayaan tahun baru dengan sedikit banyak
ُ‫س ِيِّ ِدنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُه‬ َ ‫أِلَـهَ ِإالَّ هللاُ َو ْحدَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق ْال ُم ِبي ِْن* َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن‬ mengetahui asal-usulnya.
‫ص َحابِ ِه‬ ْ َ ‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِلــ ِه َوأ‬ َ ‫س ِلِّ ْم َعلَى‬ َ ‫ص ِِّل َو‬ َ ‫س ْولُهُ َر ْح َمةً ِل ْلعَالَ ِميْنَ * الل ُه َّم‬ ُ ‫َو َر‬
‫ان إِلَى‬ ٍ ‫س‬َ ‫ص َحبِ ِه َو َم ْن تَبِعَ ُه ْم بَإ ِ ْح‬ ْ َ ‫سالَ ُمهُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آ ِلــ ِه َوأ‬ َ ‫صلَ َواتُ هللاِ َو‬ َ * َ‫أ َ ْج َم ِعيْن‬ Kaum Muslimin... !
‫ قال‬.* َ‫َّاي بِت َ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَازَ ْال ُمتَّقُ ْون‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َوإِي‬ ِ ‫ أ ُ ْو‬، ِ‫يَ ْو ِم ال ِدِّي ِْن* أ َ َّما بَ ْعد ُ فَيَا ِعبَادَ هللا‬ Ada beberapa makna yang dapat kita jadikan spirit pada perayaan tahun
. َ‫ يـاـأ َ يُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُـقَا ِت ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن ِإالَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬: ‫هللا تعالى‬ baru ini, pertama, bahwa tahun baru adalah tahun harapan dan optimis. Ada
banyak sistem penanggalan di dunia terkait dengan pergantian tahun secara
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadhirat Allah SWT. dalam pujian yang periodik selain tahun baru masehi saat ini, yang pada umumnya bermuatan
benar-benar keluar dari kesadaran jiwa kita akan karunia Allah yang tiada batas, relijius, dilatarbelakangi oleh sejarah perubahan sosial dari masa kelam kepada
ni’matNya yang tiada terhitung, terutama ni’mat Iman dan Islam, ni’mat yang masa yang bersinar, syarat dengan pesan-pesan moral dan lambang kemenangan
tidak bisa ditukar dengan materi apapun didunia ini. bagi kebaikan. Maka kerap saja bahwa pergantian tahun dari generasi ke generasi
Shalawat dan Taslim kita persembahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar selalu memunculkan rasa optimisme dan harapan-harapan baru yang akan
Muhammad saw. serta para sahabat, keluarga dan ahli warisnya sekalian. dicapai bagi setiap penganutnya.
Sejatinya, harapan dan rasa optimisme itu dibangun tidak pada saat tahun
Kaum Muslimin... ! baru saja, namun pada setiap saat, setiap detik waktu kita tidak boleh putus akan
Waktu mengalir terus. Dan “tanpa terasa” beberapa hari lagi kita sampai harapan. Namun barangkali karena sifat manusia lalai dan pelupa, maka
kepada pergantian tahun baru masehi. Detik menuju menit, jam, hari, bulan, disediakanlah oleh Allah fasilitas-fasilitas waktu istimewa untuk menumbuhkan
hingga tahun senantiasa bergerak maju yang berarti semakin bertambah pula usia kesadaran untuk memperbaiki diri, salah satunya adalah tahun baru masehi yang
manusia. Yang perlu menjadi catatan adalah: apakah bertambah pula keberkahan saat nanti kita jelang bersama.
usia kita? Ini pertanyaan singkat dan hanya bisa dijawab dengan merefleksikan
secara panjang-lebar jejak perjalan hidup kita yang sudah lewat. Kaum Muslimin... !
Di tengah krisis multidimensi yang menimpa bangsa kita ini, mulai dari
Kaum Muslimin... ! krisis moral, krisis ideologi, krisis ekonomi, dan lain sebagainya ditambah lagi
Ada pemandangan yang hampir selalu kita temui tiap momen pergantian beberapa bencana gempa, tsunami dan liquifaksi yang menimpa kita dan
tahun, yakni banyak orang-orang larut dalam suka cita hingga kadang merasa beberapa daerah di Indonesia, marilah kita renungkan firman Allah berikut ini :
perlu untuk merayakannya dengan kegiatan-kegiatan khusus. Tahun baru seolah   
menjadi saat-saat yang paling dinanti. Di detik-detik pergantiannya pun nyaris   
  
tiap orang rela berjaga, lalu meluapkan rasa bahagia dengan aneka petasan,
  
kembang api, atau sejenisnya, ketika saat-saat yang ditunggu itu tiba.   
  
          
     
        
       
     
Artinya : Artinha : Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan Kaum Muslimin... !
mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Setelah Nabi Nuh ‘alaihis salâm berdoa seperti itu, terjadilah banjir besar
yang sangat dahsyat dan menewaskan sebagian besar kaumnya yang menolak
Kaum Muslimin... ! beriman kepada Allah subhanahu wataa’la. Mereka tetap berbuat syirik, yakni
Banyak orang mengaitkan bencana alam dengan dosa-dosa syirik yang menyekutukan Allah. Jadi secara teologis, bencana banjir itu memiliki korelasi
dilakukan oleh manusia. Pengaitan seperti itu didasarkan pada pemahaman dengan doa Nabi Nuh 'alaihis salâm.
mereka atas beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang mengisahkan tentang umat- Allah memang mengabulkan doa itu. Namun kelak Allah sangat marah atas
umat terdahulu seperti umat Nabi Nuh dan Nabi Hud yang tertimpa bencana. doa ini dengan kemarahan yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya.
Namun, pakar ilmu Al-Qur’an KH Dr. Ahsin Sakho Muhammad tidak mendukung Kemarahan Allah itu membawa akibat Nabi Nuh tidak diperkenankan oleh Allah
pengaitan seperti itu. untuk memberikan syafaat kepada manusia di Hari Pembalasan nanti. Hal ini
Beliau mengajak mengajak masyarakat untuk tidak mengaitkan bencana sebagaimana diakui sendiri oleh Nabi Nuh sebagaimana dikisahkan dalam suatu
alam seperti gempa dan Tsunami atau musibah lainnya dengan dosa seseorang hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu sebagai berikut
atau sekelompok orang. Alasannya adalah “dosa tidak bisa dijadikan alat ukur yang artinya :
terjadi bencana sebab ada orang atau komunitas lain yang lebih banyak dosanya, “Sungguh, pada hari ini Allah telah marah dengan marah yang sebenar-
justru tidak mendapatkannya.” benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan marah
Pertanyaannya adalah mengapa umat Nabi Nuh 'alaihis salâm dan Nabi Hud setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu doa yang aku gunakan
'alaihis salâm ditimpa bencana? Dua kisah di bawah ini memberikan sebagian untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafa’at, pergilah menemui
jawaban atas pertanyaan tersebut. selainku! Pergilah menemui Ibrahim!”
Pertama, kisah banjir bandang yang menimpa umat Nabi Nuh. Sebuah banjir
bandang menimpa umat Nabi Nuh ‘alaihis salâm di masa lalu dan menewaskan Kaum Muslimin... !
hampir seluruh pengikutnya. Bencana itu sesungguhnya tidak lepas dari doa Nabi Kedua, kisah angin ribut yang menimpa umat Nabi Hud. Nabi Hud 'alaihis
Nuh sendiri kepada Allah untuk membinasakan mereka. Hal ini dapat ketahui dari salam diutus oleh Allah subhanahu wataa’la kepada kaum 'Aad. Kaum ini
kandungan surat Nuh, ayat 26 dan 27 sebabagi berikut : bertempat tinggal di lembah-lembah berbukit pasir disebut Al-Ahqaf yang terletak
di Hadramaut Yaman. Nabi Hud mengajak mereka menyembah kepada Allah
subhanahu wata’ala semata. Namun mereka menolak ajakan itu dengan penuh ribut yang dahsyat dan membinasakan mereka sebagaimana diabadikan dalam
kesombongan. surat Al-Haqqah ayat 6-8 sebagai berikut :
Pada suatu hari, awan hitam menggumpal di atas langit mengelilingi kaum    
'Aad. Mereka mengira awan tebal itu akan menjadi hujan yang akan menyirami    
tanah dan tanam-tanaman yang mereka miliki dan juga ternak-ternak mereka    
akan dapat minum dari air itu. Apa yang mereka perkirakan itu tidak benar    
   
karena awan tebal itu sebetulnya adalah angin ribut yang akan membinasakan
     
mereka.   
Mereka memang telah bersikap sombong atas ajakan Nabi Hud 'alaihis salâm Artinya : “Adapun kaum 'Aad Maka mereka telah dibinasakan dengan angin
untuk meninggalkan semua sesembahan mereka. Kesombongan mereka amat yang sangat dingin lagi Amat kencang, Yang Allah menimpakan angin itu kepada
jelas melalui kata-kata yang mereka ucapkan kepada Nabi Hud sebagaimana dapat mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat
kita temukan dalam surat Al-Ahqaf, ayat 22 sebagai berikut : kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul
   pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun
    yang tinggal di antara mereka.
   
  Kaum Muslimin... !
Artinya : “Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada Kami untuk Dua kisah tersebut memberikan argumentasi yang cukup kuat bahwa
memalingkan Kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah bencana alam yang menimpa suatu kaum hendaknya tidak dikaitkan dengan
kepada Kami azab yang telah kamu ancamkan kepada Kami jika kamu Termasuk perbuatan syirik yang mereka lakukan. Bencana yang menimpa umat Nabi Nuh
orang-orang yang benar". 'alaihis salâm berupa banjir bandang sebetulnya tidak terlepas dari doa Nabi Nuh
sendiri kepada Allah untuk membinasakan mereka. Sedangkan bencana yang
cara tersurat dan tersirat kaum 'Aad telah menunjukkan kesombongannya menimpa umat Nabi Hud 'alaihis salâm berupa angin ribut sebetulnya akibat
dengan menantang Nabi Hud untuk mendatangkan bencana. Kesombongan itu kesombongan mereka sendiri, yakni menantang didatangkan azab dari Allah
sama saja menantang Allah dengan mengambil selendang kebesaran-Nya. Sebuah subhanahu wata’ala.
hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu Semoga saudara-saudara kita di Lombok, Palu, Sigi, dan Donggala, diberi
‘anhuma berbunyi yang artinya : kesabaran, ketabahan, kekuatan, kemudahan dalam menghadapi semuanya.
“Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan Dan Semoga Tsunami yang terjadi di Selat Sunda dan Lampung menjadi
sombong adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Azab bencana yang terakhir yang terjadi di negeri kita, Indonesia.
dia.” Ya Allah jadikanlah negeri ini menjadi Negara yang aman dan selamat dari
Atas kesombongan kaum 'Aad, Allah subhanahu wata’ala memberikan azab. segala musibah, negara yang tentram, makmur, dan selalu mendapatkan
Jadi azab yang menimpa kaum 'Aad merupakan akibat kesombogan mereka perlindunganmu ya Allah. Negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun
sendiri yakni menantang diberi azab dan bukan semata karena perbuatan syirik ghafur. Amîn ya rabbal ‘alamin.
yang mereka lakukan. Tantangan itu dijawab Allah dengan azab berupa angin
‫آن ْال َك ِري ِْم* َونَ َف َعنِ ْي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِمنَ اْآل َيا ِ‬
‫ت َوال ِذِّ ْك ِر‬ ‫ار َك هللاُ لي ِ َولَ ُك ْم في ِ ْالقُ ْر ِ‬ ‫َب َ‬
‫س ِم ْي ُع ْالعَ ِل ْي ُم* فَآ ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُ إِنَّهُ ُه َو ْالغَفُ ْو ُر‬
‫ْال َح ِكي ِْم* َو تَقَب َّْل ِم ِنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َو ال َّ‬
‫الر ِح ْي ُم*‬
‫َّ‬

Anda mungkin juga menyukai