Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI DIRI Pendidikan Agama

PENGAJIAN BULANAN
PENCERAMAH : Ustadz Nur Fitri Hadi, M. A
JUDUL : Ingkar Terhadap Nikmat Allah

Ada seseorang kehujanan di tengah malam. Kemudian ia berteduh di teras rumah yang tak ia kenal, tapi tuan rumah
menyambutnya dengan baik dan mmpersilahkannya masuk, menyuguhinya minuman hangat yang membuat dinginnya hujan tak lagi
begitu berarti. Setelah hujan reda, orang itu pun pamit melanjutkan perjalanan pulang.
Sekiranya setelah keluar rumah orang tersebut melempari atap atau jendela hngga pecah menggunakan batu, tentu anda akan
menyebutnya sebagai seorang yang tak bersyukur. Tak tahu terima kasih dan memiliki akhlak yang buruk.
Mungkin inilah gambaran seseorang yang mengingkari nikmat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala menciptakan dari yang tidak ada
menjadi ada. Memeberinya tempat tinggal di bumi-nya. Disediakan udara, makanan, air, dan berbagai kenikmatan lainnya. Tapi di bumi
itu pula ia mengkufurinya, tidak beriman kepada-Nya dan kepda Nabi-Nya, melakukan perbuatan maksiat yang membuat-Nya murka,
dan lainnya

MENGHITUNG NIKMAT ALLAH


Untuk menyadari betapa banyaknya nikmat Allah Ta’ala, seseorang tidak perlu berpikir berat. Cukup dia tolehkan pandangannya
ke arah yang ia suka. Ia tarik nafasnya menghisap udara. Ia duduk diam mendengarkan suara sekelilingnya. Ia duduk, berjalan, dan
berlari. Ia sadar, betapa banyaknya nukmat Allah untuknya.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya” (QS. An-Nahl : 18)
“Dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur” (QS. As-Sajadah :9)

Betapapun besar perusahaan menggaji sesorang, perusahaan itu tak akan mampu memberi jantung yang bisa berdetak. Siapa
yang memberinya ? Allah Ta’ala.
Alangkah bahagianya seseorang yang difasilitasi perusahaanya dengan mobil mewah. Ia makin giat bekerja, bertambah
produktif, dan menjadi karyawan yang disiplin karena ingat dengan jasa perusahaan yang telah menyediakan fasilitas kepadanya. Tapi
Allah Ta’ala telah memberinya khaki yang menopang badannya, mengkokohkannya saat berdiri, dan mampumembuatnya berpindah
dengan melangkah dan berlari. Ia tak mau kaki itu ditukar dengan mobil semewah apapun. siapa yang memberinya kaki ? Allah Ta’ala.
Kalaulah kenikmatan kaki lebih brharga dari mobil mewah, bagaimana sikap kita terhadap dzat yang memberi kaki itu?
Allah Ta’ala menjadikan siang dan malam. Cahaya siang memudahkan sesorang untuk bekerja. Teduhnya malam membuat
nyaman untuk beristirahat. bagaimana kalo siang terjadi secara terus menerus dan malam pun tak pernah habis ? manusia akan
kebingungan sementara mereka tidak mampu menggantikan siang dan malam itu.

Katakanlah : “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus
sampai hari kiamat, siapakah tuhan selain Allah yang mendatangkan sinar terang kepadamu? maka
apakah kamu tidak mendengar ?” (QS. Al-Qashash : 71)
Katakanlah : “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikannya untukmu siang itu terus menerus
sampai hari kiamat, siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? maka
apakah kamu tidak memperhatikan ?” (QS. Al-Qashash : 72)

Allah Ta’ala mengingatkan kita, apakah kita tidak memperhatikan hebatnya pergantian siang dan malam ini ? tidak ada yang
mampu menggantikannya. sehebat apapun orang itu dan secanggih apapun teknologi yang ia kuasai. Setelah diciptakan, diberi tempat
tinggal di bumi, digantikannya siang dan malam agar manusia tidak jenuh, Allah juga menumbuhkan tanaman dan menurunkan hujan
untuk kebutuhan manusia. Agar manusia nikmat memandang bumi yang hujan. Agara mereka tidak kelaparan dan kehausan. Agar
mereka tidak merasakan terik yang membuat putus asa karena begitu dahaga. Allah Ta’ala berrman,
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yng kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau
kamikah yang menumbuhkannya ? kalau kami kehendaki, benar-bnar kami jadikan dia hancur dan
kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang” (QS. Al-Waaqi’ah : 63-65)

Arrazi Nozomi - 150116058


REFLEKSI DIRI Pendidikan Agama

Contoh-contoh diatas adalah contoh yang kasat mata. Seseorang tidak butuh penelitian dan biaya untuk menyelmi hakikatnya.
Cukup mereka renungkan karena Allah Ta’ala pun telah memberikan mereka modal untuk berpikir, yakni akal.
Allah Ta’ala menyebutkan nikmat-nikmat ini bukanlah untuk mengungkit-ungkit kebaikan itu. Tapi Allah Ta’ala hendak mengajak
manusia berpikir. Setelah demikian banyak kenikmatan yang dia berikan, apakah manusia layak menyembah tuhan selain dia. Dia
mengingatkan, agar manusia kembali melakukan ketaatan. Ketatan yang akan membawa kebaikan bagi mereka sendiri. Allah Ta’ala
sama sekali tidak butuh ketaatan orang yang taat. dan tidak rugi dengan maksiat orang-orang yang berbuat maksiat.

KUFUR NIKMAT
Kufur nikmat atau mengingkari nikmat adalah lawan dari syukur. Bersyukur adalah menggunakan pemberian sesuai dengan
fungsinya. Apabila seseorang diberi baju yang bagus dan mahal. Selayaknya, selayaknya pakaian itu digunakan di acara-acara besar
dan terhormat. Dan inilah wujud dari terima kasih dan syukur kepada si pemberi. Ketika pakaian mahal itu digunakan sebagai kain pel,
tentu yang memberi akan kecewaatau bahkan marah karena pemberiannya digunakan bukan pada tempat selayaknya.
Begitu juga dengan manusia. Allah Ta’ala ciptakan manusia dalam keadaan mulia. Allah Ta’ala berrman,

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di daratan dan
lautan, Kami beri mereka rezeki dari ang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Israa’ : 70)

Setelah diangkat dengan kedudukan yang tinggi, lalu sebagian manusia malah ada yang merendahkan diri dihadapan jin,
manusia bahkan hewan. Diantara mereka rela menjadi budak dan hamba jin dan setan, padahal manusia diciptakan dengan tujuaan
beribadah kepada Allah Ta’ala,

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
(QS. Adz Dzaariyat : 56)

Manusia diciptakan untuk tujuan mulia, beribadah kepada Allah Ta’ala, menghambakan diri hanya kepada -Nya. Bukan
menghamba pada malaikat, jin, setan, atau dunia. Manusia tidak diciptakan untuk menumpuk harta dan hidup berfoya-foya. Manusia
tidak diciptakan tanpa arti begitu saja. Ada perintah dan larangan yang dibebankan kepada mereka.
Allah Ta’ala tidak menyalahkan manusia saat mereka miskin atau memberi pahala dan kedudukan tinggi di akhirat bagi mereka
yang kaya. Tidak. Mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dan kepada-Nya pula manusia kembali.
Saat manusia melenceng dari tujuan ini dan mengabdikan diri kepada selain Allah, artinya mereka menyalah gunakan tujuan
penciptaan. Oleh karna itu, hal ini termasuk ingkar terhadap nikmat Allah Ta’ala.

REFLEKSI DIRI
Dari yang saya pelajari dari ceramah yang diatas yaitu tentang bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah Ta’ala, Menurut saya
itu memang wajib atas bersyukur atas apa yang telah diberikan sang pencipta. Karna tanpa Nya kiat bukanlah apa-apa. Mau dia
professor atau ilmuwan besar dan lain-lain, tetap bukan apa-apa dibanding dengan Allh Ta’ala.
Seperti kata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, “Yakni bersyukurlah terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada
kalian dan juga terhadap tercegahnya adzab dari kalian. Di dalam syukur harus terkndung pengakuan dan kesadaran bahwa nikmat itu
semata mata dari Allah. Dzikir dari pujian yang diucapkan melalui lisan serta ketaatan anggota badannya untuk semakin tunduk dan
patuh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya”.
Beliau juga menambahkan, “Dan karena lawan dari syukur adalah kufur, maka Allah Ta’ala telah melarangnya, Dan janganlah
kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku. Yang dimaksud dengan kufur ini adalah sesuatu yang menjadi lawan dari syukur, yakni kufur terhadap
nikmat-Nya. Namun terkandung juga di dalamnya, makna kufur yang sifatnya umum, yang paling besar adalah kufurr kepada Allah,
kemudian berbagai macam dan jenis maksiat. (Tafsir Karimir Rahman).
Dan pada tafsir diatas saya sudah belajar banyak dalam masalah mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Ilahi. Dan.
memang sepantasnya kita sebagai manusia harus menyadari itu, bahwa tujuan hidup kita didunia ini adalah mengabdi kepada-Nya .
Mematuhi apa yang diperintahkan dan dijauhkan apa yang dilarangnya.

Arrazi Nozomi - 150116058

Anda mungkin juga menyukai