Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Jiwa
Di Universitas Islam Sultan Agng
Disusun oleh:
Achmad Rizki Fadilah
30101206593
Pembimbing:
dr. Elly Noerhidajati, Sp.KJ
1
1.1 Definisi MMSE
2
diklasifikasikan sebagai gila, dan pada pasien dengan tingkat pendidikan tinggi bisa
tidak terdeteksi. Skor MMSE umumnya menurun dengan bertambahnya usia.
Skor 30 tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti
tidak ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi untuk tes
fungsi frontal/ eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya parietal kanan). Tugas
segilima pada MMSE memerintahkan pasien menirukan gambar dan tidak menilai
kemampuan merencanakan. Sebagai akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan
untuk mendeteksi demensia non Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke,
dan demensia frontotemporal atau subkortikal pada fase awal (Tangalos,1996).
Untuk mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes
lain seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE) diperkenalkan
sebagai upaya menurunkan variasi skor inter rater (Parker,2004). The Abbreviated
Mental Test (AMT), Mini-Cog (dapat dikerjakan dalam 3 menit) dan Six-Item
Screener (SIS) (mempunyai 6 pertanyaan) sehingga lebih memungkinkan
penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia lanjut di rumah sakit yang sibuk
atau di UGD. Clock Drawing Test (CDT) mempunyai keuntungan relatif terhindar
dari bias karena faktor tingkat intelektual, bahasa, dan budaya. The General
Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG) digunakan untuk menguji memori
kejadian yang baru terjadi dan orientasi. Six-Item Cognitive Impairment Test (6CIT)
menggunakan beban skor yang berbeda pada masing-masing item (Holmes,1996;
Tangalos,1996; Swain,1999).
3
1.3.GANGGUAN KOGNITIF BERDASARKAN PPDGJ
F00-F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK
F00 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER
F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset lambat
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran
F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT
F01 DEMENSIA VASKULER
F01.0 Demensia vaskuler onset akut
F01.1 Demensia multi-infark
F01.2 Demensia vaskuler subkortikal
F01.3 Demensia vaskuler campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia vaskuler lainnya
F01.9 Demensia vaskuler YTT
F02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDK
F02.0 Demensia pada penyakit Pick
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntinghon
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit Human Immunideficiency Virus (HIV)
F02.0 Demensia pada penyakit lain YDT YDK
F03 DEMENSIA YTT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03
sebagai berikut:
.x0 Tanpa gejala tambahan
.x1 Gejala lain, terutama waham
.x2 Gejala lain, terutama halusinasi
.x3 Gejala lain, terutama depresi
.x4 Gejala campuran lain
F04 SINDROM AMNESTIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan
ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
4
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA
F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainnya
F05.9 Delirium YTT
F06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN dan
DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK
F06.0 Halusinosis organik
F06.1 Gangguan katatonik organik
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan organik
.30 Gangguan manik organik
.31 Gangguan bipolar organik
.32 Gangguan depresif organik
.33 Gangguan afektif organik campuran
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan
F06.8 Gangguan mental organik YDK akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
F06.9 Gangguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT KERUSAKAN
dan DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitik
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik lain akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak
5
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik YTT akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak
F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK ATAU SIMTOMATIK YTT
1.4.SASARAN OBJEK
Mini Mental Stage Examination (MMSE) ini diindikasikan bagi lansia yang
mengalami penurunan status mental ataupun kognitifnya, baik lansia yang tinggal
dengan keluarga, di panti keluarga, dan komunitas.
1.5.Tujuan MMSE
Mini mental state examination (mmse) merupakan tes kognitif yang bertujuan
untuk menentukan derajat fungsi kognitif secara umum dan untuk skrining
penurunan fungsi kognitif. Selain itu MMSE bertujuan untuk menilai status mental
pasien. Awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta
terstandarisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organic
dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya penggunaan tes ini
selama betahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk
mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan
kelainan neurodegenarif, misalnya penyakit Alzheimer. Domain kognitif yang
diperiksa meliputi orientasi, registrasi, atensi, pengujian memori jangka pendek dan
jangka panjang, dan berhitung. MMSE ini sering digunakan untuk menilai
penurunan status metal pada lansia seiring bertambahnya usia pasien.
6
PENGERTIAN Status mental lansia merupakan keadaan umum tingkat lasia
yang menandakan lansia dalam keadaan sadar penuh terhadap
kondisi dan keadaan lansia terkait dengan proses penuaan yang
dialaminya
KONTRAINDIKASI -
Agama : Suku :
Alamat :
Pewawancara :
Maksimal Klien
1 Orientasi
7
Dimana kita negara bagian, 5
wilayah, kota , tempat,
lantai?
2 Registrasi
4 Mengingat
5 Bahasa
8
HASIL Cara Analisis:
- Kaji Tingkat kesadaran Sepanjang Kontinum
Keterangan
- Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan lanjut
9
1.7. Format Pemeriksaan MMSE
Pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE)
Nama Responden : …………………………………….. (Lk/Pr)
Pendidikan : ……………………………………..
Riwayat Penyakit : Stroke ( ), DM ( ), Hipertensi ( ), Peny. Jantung ( )
Peny. Lain………………………
Pemeriksa : ……………………………… Tgl……………………
Item Tes Nilai maks Nilai
ORIENTASI
10
hitungan. (93, 86, 79, 72, 65) beri angka 1
bagi tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini
dapat diganti dengan tes mengeja
“KARTU” (UTRAK).
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
11
sampai 1,5 cm tiap sisi dan suruh
pasien mengkopinya, berilah angka 1
bila semua sisi digambarnya dan
potongan antara segi lima tersebut
membentuk segi empat.
Jumlah 30 (…………)
1.8.Cara Penilaian
Skor Nilai :
Alat bantu periksa : Kertas kosong, pensil, arloji, tulisan yang bisa dibaca dan
gambar yang harus ditiru/disalin.
1.9.Kelebihan MMSE
Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes retest
dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen
demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat
dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa
12
pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor berdasarkan umur
dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia.
1.10. Kelemahan MMSE
Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau
ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu
di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya
item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment),
MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan
(terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi). Walaupun batasan-
batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang
sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif (Rush, 2000).
13
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/340103425/Makalah-MMSE-Kelompok-1
14