PATOLOGI NEUROMUSKULAR
MAKALAH
Kelompok 2
Oleh :
Aufa Nazhirah
Ghina Aufa Sari
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah meberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RETERDASI
MENTAL”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Patologi Neuromuskular. Kami berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan
khususnya dalam bidang medis. Serta para pembaca dapat mengetahui tentang lebih dalam
tentang reterdasi mental.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyususnan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan
Kemampuan Usia Kemampuan Masa
Kisaran Usia Prasekolah
Tingkat Sekolah Dewasa
IQ (sejak lahir-5
(6-20 tahun) (21 tahun keatas)
tahun)
Bisa Bisa
membangun mempelajari Biasanya bisa
kemampuan pelajaran kelas 6 mencapai
sosial & pada akhir usia kemampuan kerja &
komunikasi belasan tahun bersosialisasi yg
Ringan 52-68 cukup, tetapi ketika
Koordinasi otot Bisa dibimbing mengalami stres
sedikit terganggu ke arah pergaulan sosial ataupun
sosial ekonomi,
Seringkali tidak memerlukan bantuan
terdiagnosis Bisa dididik
Bisa memenuhi
kebutuhannya sendiri
Bisa
dengan melakukan
Bisa berbicara mempelajari
pekerjaan yg tidak
& belajar beberapa
terlatih atau semi
berkomunikasi kemampuan sosial
terlatih dibawah
& pekerjaan
pengawasan
Moderat 36-51 Kesadaran
sosial kurang Bisa belajar
Memerlukan
bepergian sendiri
pengawasan &
Koordinasi otot di tempat-tempat
bimbingan ketika
cukup yg dikenalnya
mengalami stres sosial
dengan baik
maupun ekonomi yg
ringan
Tidak memiliki
kemampuan
ekspresif atau sederhana terkendali
hanya sedikit
Koordinasi otot
jelek
Sangat
Memiliki beberapa
terbelakang Memiliki
koordinasi otot &
beberapa
berbicara
Koordinasi koordinasi otot
Sangat 19 atau ototnya sedikit
Bisa merawat diri
berat kurang sekali Kemungkinan
tetapi sangat terbatas
tidak dapat
Mungkin berjalan atau
Memerlukan
memerlukan berbicara
perawatan khusus
perawatan khusus
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan
mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti
detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Selain itu,
pada manusia otak berfungsi untuk bisanya manusia bertatap muka, melihat,
melakukan penciuman, mencicipi, berjalan, berpikir ingatan, mengingat kembali, dan
lain-lain. Syaraf menghubungkan otak ke bagian-bagian yang berbeda dari badan.
Apa yang kita rasakan, kita lihat atau dengar dibawa ke sensasi oleh syaraf otak
sebagai pesan. Penerima pesan, mereaksikan badan kearah perubahan yang
diputuskan oleh otak, melalui syaraf pesan dikirim kembali ke organ badan untuk
suatu tindakan.
Otak sendiri terbagi menjadi Otak Besar, Otak Kecil, Batang Otak, dan Sistem
Limbik.
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum
merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan
visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut
Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan
yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-
masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan
Lobus Temporal.
a. Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan
dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan
membuat alasan, kemampuan gerak, intelegensi, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian,
kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
terdapat Broca Area sebagai pusat bahasa untuk memproduksi
kata-kata.
b. Lobus Parietal
Lobus parietal ini berada di tengah, berhubungan dengan
proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Terdapat Wernicke Area yang berfungsi untuk menyesuaikan
kata-kata yang ditulis dengan yang diucapkan.
c. Lobus Temporal
Lobus temporal ini berada di bagian bawah berhubungan
dengan kemampuan pendengaran, daya ingat, pemaknaan
informasi (persepsi) dan bahasa dalam bentuk suara (pemahaman
musik).
d. Lobus Occipital
Lobus Occipital berada di bagian paling belakang, berhubungan
dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa
dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan
belahan otak kiri.
a. Otak Kiri
Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan
dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca,
serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat
Intelligence Quotient (IQ).
b. Otak Kanan
Otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional
Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi
dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak
kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan
merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti
menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan
kreatif lainnya.
2.2.2. Otak Kecil ( Cerebellum)
b. Nervus Optikus
Sifatnya sensoris, mensyarafi bola mata membawa rangsangan
penglihatan ke otak.
Fungsinya: serabut mata yang serabut-serabut syarafnya keluar
dari bukit IV dan pusat-pusat didekatnya serabut-serabut tersebut
memiliki tangkai otak dan membentuk saluran optik dari bertemu
ditangkai hipofise dan membentang sebagai syaraf mata, serabut
tersebut tidak semuanya bersilang.
c. Nervus Okulomotoris
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot orbital (otot penggerak
bola mata). Di dalam syaraf ini terkandung serabut-serabut syaraf
otonom (parasimpatis)
Fungsinya: syaraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkai
otak dan menuju ke lekuk mata dan mengusahakan persyarafan
otot yang mengangkat kelopak mata atas, selain dari otot miring
atas mata dan otot lurus sisi mata.
d. Nervus Troklearis
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot orbital.
Fungsinya: syaraf pemutar mata yang pusatnya terletak di
belakang pusat syaraf penggerak mata, dan syaraf penggerak mata
masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring atas mata.
e. Nervus Trigeminus
Sifatnya majemuk (sensoris motoris), syaraf ini mempunyai 3
buah cabang, yaitu:
1. Nervus opthalmikus
Sifatnya sensorik, mensyarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2. Nervus maksilaris
Sifatnya sensoris, mensyarafi gigi-gigi atas, bibir atas, palatum,
batang hidung, rongga hidung dan sinus maksilaris.
3. Nervus mandibularis
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-serabut
motorinya mensyarafi otot-otot pengunyah, serabut-serabut
sensorinya mensyarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu,
serabut rongga mulut dan lidah dapat membawa rangsangan cita
rasa ke otak.
Fungsinya: sebagai syaraf kembar 3 di mana syaraf ini
merupakan syaraf otak terbesar yang mempunyai 2 buah akar
syaraf besar yang mengandung serabut syaraf penggerak. Dan di
ujung tulang belakang yang terkecil mengandung serabut syaraf
penggerak. Di ujung tulang karang bagian perasa membentuk
sebuah ganglion yang dinamakan simpul syaraf
f. Nervus Abdusen
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot orbital.
Fungsi: sebagai syaraf penggoyang sisi mata dimana syaraf ini
keluar di sebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak
selatursika. Sesudah sampai dilekuk mata lalu menuju ke otot lurus
sisi mata.
g. Nervus Facialis
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensyarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalam syaraf ini terdapat serabut-serabut syaraf otonom
(parasimaptis) untuk wajah dan kulit kepala.
Fungsinya: sebagai mimik wajah dan menghantarkan rasa
pengecap, yang mana syaraf ini keluar di sebelah belakang dan
beriringan dengan syaraf pendengar.
h. Nervus Vestibulokoklearis / Auditoris
Sifatnya sensoris, mensyarafi alat pendengar membawa
rangsangan dari pendengaran dari telinga ke otak.
Fungsinya: sebagai syaraf pendengar, yang mana syaraf ini
mempunyai 2 buah kumpulan serabut syaraf yaitu koklea, disebut
akar tengah adalah syaraf untuk mendengar dan vestibulum,
disebut akar tengah adalah syaraf untuk keseimbangan.
i. Nervus Glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mensyarafi faring,
tonsil dan lidah. Syaraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak, di dalamnya mengandung syaraf-syaraf otonom.
Fungsinya: sebagai syaraf lidah tekak dimana syaraf ini
melewati lorong diantara tulang belakang dan karang, terdapat 2
buah simpul syaraf yang di atas sekali dinamakan ganglion
jugularis dan yang di bawah dinamakan ganglion petrosum atau
ganglion bawah. Syaraf ini (syaraf lidah tekak) berhubungan
dengan nervus-nervus fasialis dan syaraf simpatis ranting 11 untuk
ruang faring dan tekak.
j. Nervus Vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), mengandung serabut-
serabut syaraf motorik, sensorik dan para simatis faring, laring,
paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen, dll.
Fungsinya: sebagai syaraf perasa, dimana syaraf ini keluar dari
sumsum penyambung dan terdapat di bawah syaraf lidah tekak.
k. Nervus Assesorius
Sifatnya motoris, mensyarafi muskulus sternokloide mastoid
dan muskulus trapezius.
Fungsinya: sebagai syaraf tambahan, terbagi atas 2 bagian yaitu
bagian yang berasal dari otak dan bagian yang berasal dari sumsum
tulang belakang.
l. Nervus Hipoglosus
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot lidah.
Fungsinya: sebagai syaraf lidah dimana syaraf ini terdapat di
dalam sumsum penyambung, akhirnya bersatu dan melewati
lubang yang terdapat di sisi foramen oksipital. Syaraf ini juga
memberikan ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulang
lidah dan otot lidah.
2.3. Patofisisologi
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan
umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain:
a. Fase Prodomal
b. Fase Aktif
c. Fase Residual
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari reterdasi mental. Untuk mengetahui
adaya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktoral.
Walaupun demikian beberapa faktor yang berpotensial berperan dalam terjadinya
retardasi mental adalah sebagai berikut:
1. Genetik
a. Kerusakan / kelainan Biokimiawi.
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal abnormalities)
c. Anak retaerdasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini adalah pada
umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma Mongol (mongolism)
dengan Iq antara 20 – 60, dan rata – rata mereka memiliki IQ 30 – 50.
2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal)
a. Infeksi Rubella ( cacar)
b. Faktor Rhesus (Rh)
3. Pada saat kelahiran (perinatal)
Reterdasi mental / tunagraita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada
saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan
lahir rematur.
4. Pada saat setelah lahir (post-natal)
Penyakit – penyakit akibat infeksi misalnya : Meningitis (peradangan pada
selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya : kekurangan
protein yang di derita bayi dan masa awal kanak – kanak dapat menyebabkan
retardasi mental.
5. Faktor sosio-kultural
Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual manusia.
6. Gangguan metabolisme / nutrisi
a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu gangguan
pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan
otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi
yodium.
Secara umum, Grossman et al, 1973, menyatakan penyebab reterdasi mental akibat
dari :
c. Fragile X Syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang
diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering
muncul setelah Down syndrome. Gen yang rusak berada pada area
kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome.
Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki
kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi
mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan
retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas
yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan
sindrom ini.
2.5.2. Kelainan Metabolik
3.1. Kesimpulan
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah
intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang
atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil
dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap
intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
3.2. Saran
Jakarta: PT Indeks.
Mahadevan Vishy. 2012. Anatomy of the Cranial Nerves, Vol. 30: 95-98
Surgery (Oxford).