Anda di halaman 1dari 25

“RETARDASI MENTAL”

PATOLOGI NEUROMUSKULAR
MAKALAH

Kelompok 2

Oleh :
Aufa Nazhirah
Ghina Aufa Sari

DIII PRODI FISIOTERAPI


POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah meberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RETERDASI
MENTAL”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Patologi Neuromuskular. Kami berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan
khususnya dalam bidang medis. Serta para pembaca dapat mengetahui tentang lebih dalam
tentang reterdasi mental.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyususnan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.

Banjarmasin, 26 September 2018

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Banyak orang tua menganggapbahwa anak – anak yang memiliki kebutuhan
khusus merupakan suatu aib yang sangat besar dan memalukan bagi keluarga. Dan
tidak jarang mereka membuang atu menggugurkan kandungan yang ada dirahim
mereka. Salah satu dari anak yang memiliki kebutuhan khusus itu adalah anak yang
memiliki IQ di bawah 70, dan pada umumnya orangtua akan menganggap anak
mereka bodoh. Anak-anak yang memiliki IQ dibawah 70 ini jarang sekali dapat
mengururs dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Untuk itu
peran orangtua sangat di butuhkan namun jarang sekali rangtua sadar dan mengerti
akan kebutuhan anaknya. Anak-anak dengan IQ yang di bawah normal biasanya
disebut dengan anak retardasi mental.
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara
bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan
bermanifestasi selama masa perkembangan. Klasifikasi retardasi mental adalah mild
retardation, moderate retardation, severe retardation dan profound retardation.
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari pranatal, perinatal dan postnatal.
Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab
terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari
penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas uji intelegensia saja,
melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah,
pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang.
Tata laksana retardasi mental mencakup tatalaksana medis, penempatan di panti
khusus, psikoterapi, konseling, fisioterapi dan pendidikan khusus. Pencegahan
retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi mental), atau sekunder
(mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu reterdasi mental ?
2. Bagaimana anatomi retardasi mental?
3. Bagaimana patofisiologi dari reterdasi mental ?
4. Apa saja penyebab dari reterdasi mental ?
5. Apa saja faktor resiko dari reterdasi mental ?
6. Apa saja komplikasi dari reterdasi mental ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan retardasi mental.
2. Dapat mengetahui dan mengerti tentang anatomi otak yang berhubungan dengan
retardasi mental.
3. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana patofisiologi dari retardasi mental.
4. Dapat mengetahui dan mengerti apa penyebab dari retardasi mental.
5. Dapat mengetahui dan memahami apa saja faktor resiko yang memperberat
terjadinya retardasi mental.
6. Dapat mengetahui dan mengerti apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari
retardasi mental.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Retardasi Mental
a. Menurut W.f. maramis
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan ( sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi
gejala yang utama ialah inteligensi yang terkebelakang. Retardasi mental disebut
juag oligofrenia (oligo; kurang atau sedikit dan fren; jiwa0 atau trauma mental
(W.f. maramis, 2005: 386).
b. Menurut WHO
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
c. Menurut Carter CH
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegasi yang
rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap
normal.
d. Menurut Crocker AC
Retardasi mental yaitu apabila jelas terhadap fungsi intelegensi yang rendah,
yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul
pada masa perkembangan.
e. Menurut Melly budhiman
Seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria :
1. Fungsi intelektual umum di bawah normal
2. Terdapat kendala dalam erilaku adaptif social
3. Gejala timbul dalam masa perkembangan yaitu di bawah usia 18 tahun.
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders, WHO,
Geneva tahun 1994 retardasi mental terbagi menjadi empat, yaitu:

Kemampuan
Kemampuan Usia Kemampuan Masa
Kisaran Usia Prasekolah
Tingkat Sekolah Dewasa
IQ (sejak lahir-5
(6-20 tahun) (21 tahun keatas)
tahun)

 Bisa  Bisa
membangun mempelajari  Biasanya bisa
kemampuan pelajaran kelas 6 mencapai
sosial & pada akhir usia kemampuan kerja &
komunikasi belasan tahun bersosialisasi yg
Ringan 52-68 cukup, tetapi ketika
 Koordinasi otot  Bisa dibimbing mengalami stres
sedikit terganggu ke arah pergaulan sosial ataupun
sosial ekonomi,
 Seringkali tidak memerlukan bantuan
terdiagnosis  Bisa dididik

 Bisa memenuhi
kebutuhannya sendiri
 Bisa
dengan melakukan
 Bisa berbicara mempelajari
pekerjaan yg tidak
& belajar beberapa
terlatih atau semi
berkomunikasi kemampuan sosial
terlatih dibawah
& pekerjaan
pengawasan
Moderat 36-51  Kesadaran
sosial kurang  Bisa belajar
 Memerlukan
bepergian sendiri
pengawasan &
 Koordinasi otot di tempat-tempat
bimbingan ketika
cukup yg dikenalnya
mengalami stres sosial
dengan baik
maupun ekonomi yg
ringan

Berat 20-35  Bisa  Bisa berbicara  Bisa memelihara diri


mengucapkan atau belajar sendiri dibawah
beberapa kata berkomunikasi pengawasan

 Mampu  Bisa  Dapat melakukan


mempelajari mempelajari beberapa kemampuan
kemampuan kebiasaan hidup perlindungan diri
untuk menolong sehat yg dalam lingkungan yg
diri sendiri

 Tidak memiliki
kemampuan
ekspresif atau sederhana terkendali
hanya sedikit

 Koordinasi otot
jelek

 Sangat
 Memiliki beberapa
terbelakang  Memiliki
koordinasi otot &
beberapa
berbicara
 Koordinasi koordinasi otot
Sangat 19 atau ototnya sedikit
 Bisa merawat diri
berat kurang sekali  Kemungkinan
tetapi sangat terbatas
tidak dapat
 Mungkin berjalan atau
 Memerlukan
memerlukan berbicara
perawatan khusus
perawatan khusus

2.2. Anatomi dari Reterdasi Mental

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan
mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti
detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Selain itu,
pada manusia otak berfungsi untuk bisanya manusia bertatap muka, melihat,
melakukan penciuman, mencicipi, berjalan, berpikir ingatan, mengingat kembali, dan
lain-lain. Syaraf menghubungkan otak ke bagian-bagian yang berbeda dari badan.
Apa yang kita rasakan, kita lihat atau dengar dibawa ke sensasi oleh syaraf otak
sebagai pesan. Penerima pesan, mereaksikan badan kearah perubahan yang
diputuskan oleh otak, melalui syaraf pesan dikirim kembali ke organ badan untuk
suatu tindakan.

Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan


pemikiran manusia. Dari situ dapat ditegaskan bahwa terdapat kaitan erat antara otak
dan pemikiran. Otak dan sel saraf di dalamnya dipercayai dapat mempengaruhi
kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan
psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan,
emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Otak sendiri terbagi menjadi Otak Besar, Otak Kecil, Batang Otak, dan Sistem
Limbik.

2.2.1. Otak Besar (Cereberum)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum
merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan
visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut
Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan
yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-
masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan
Lobus Temporal.

a. Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan
dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan
membuat alasan, kemampuan gerak, intelegensi, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian,
kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
terdapat Broca Area sebagai pusat bahasa untuk memproduksi
kata-kata.
b. Lobus Parietal
Lobus parietal ini berada di tengah, berhubungan dengan
proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Terdapat Wernicke Area yang berfungsi untuk menyesuaikan
kata-kata yang ditulis dengan yang diucapkan.
c. Lobus Temporal
Lobus temporal ini berada di bagian bawah berhubungan
dengan kemampuan pendengaran, daya ingat, pemaknaan
informasi (persepsi) dan bahasa dalam bentuk suara (pemahaman
musik).
d. Lobus Occipital
Lobus Occipital berada di bagian paling belakang, berhubungan
dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa
dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan
belahan otak kiri.
a. Otak Kiri
Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan
dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca,
serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat
Intelligence Quotient (IQ).
b. Otak Kanan
Otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional
Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi
dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak
kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan
merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti
menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan
kreatif lainnya.
2.2.2. Otak Kecil ( Cerebellum)

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala,


dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak
fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak
Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan
pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
2.2.3. Batang Otak (Brainstem)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau
rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur
fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur
suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber
insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat
datangnya bahaya.
Batang otak terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Mesencephalon
Disebut juga dengan otak tengah, adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan
Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b. Medulla Oblongata
Merupakan titik awal saraf tulang belakang dari sebelah
kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti
detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
c. Pons
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan
data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons
yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
2.2.4. Sistem Limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang


otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti
kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks
limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur
produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,
dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori
jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang
salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu
mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih
memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang
tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan emosional
yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci
seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal
ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang
yang Anda benci.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh
oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat
bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung
menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran
kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong
orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem
limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat
bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
2.2.5. 12 Pasang Saraf Kranial
a. Nervus Olfaktorius
Sifatnya sensorik menyerupai hidung membawa rangsangan
aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
Fungsinya: syaraf pembau yang keluar dari otak di bawah dahi
yang disebut lobus difaktorius, kemudian syaraf ini melalui lubang
yang ada di dalam tulang tapis akan menuju rongga hidung
selanjutnya menuju sel-sel panca indera.

b. Nervus Optikus
Sifatnya sensoris, mensyarafi bola mata membawa rangsangan
penglihatan ke otak.
Fungsinya: serabut mata yang serabut-serabut syarafnya keluar
dari bukit IV dan pusat-pusat didekatnya serabut-serabut tersebut
memiliki tangkai otak dan membentuk saluran optik dari bertemu
ditangkai hipofise dan membentang sebagai syaraf mata, serabut
tersebut tidak semuanya bersilang.
c. Nervus Okulomotoris
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot orbital (otot penggerak
bola mata). Di dalam syaraf ini terkandung serabut-serabut syaraf
otonom (parasimpatis)
Fungsinya: syaraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkai
otak dan menuju ke lekuk mata dan mengusahakan persyarafan
otot yang mengangkat kelopak mata atas, selain dari otot miring
atas mata dan otot lurus sisi mata.
d. Nervus Troklearis
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot orbital.
Fungsinya: syaraf pemutar mata yang pusatnya terletak di
belakang pusat syaraf penggerak mata, dan syaraf penggerak mata
masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring atas mata.
e. Nervus Trigeminus
Sifatnya majemuk (sensoris motoris), syaraf ini mempunyai 3
buah cabang, yaitu:
1. Nervus opthalmikus
Sifatnya sensorik, mensyarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2. Nervus maksilaris
Sifatnya sensoris, mensyarafi gigi-gigi atas, bibir atas, palatum,
batang hidung, rongga hidung dan sinus maksilaris.
3. Nervus mandibularis
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-serabut
motorinya mensyarafi otot-otot pengunyah, serabut-serabut
sensorinya mensyarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu,
serabut rongga mulut dan lidah dapat membawa rangsangan cita
rasa ke otak.
Fungsinya: sebagai syaraf kembar 3 di mana syaraf ini
merupakan syaraf otak terbesar yang mempunyai 2 buah akar
syaraf besar yang mengandung serabut syaraf penggerak. Dan di
ujung tulang belakang yang terkecil mengandung serabut syaraf
penggerak. Di ujung tulang karang bagian perasa membentuk
sebuah ganglion yang dinamakan simpul syaraf
f. Nervus Abdusen
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot orbital.
Fungsi: sebagai syaraf penggoyang sisi mata dimana syaraf ini
keluar di sebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak
selatursika. Sesudah sampai dilekuk mata lalu menuju ke otot lurus
sisi mata.
g. Nervus Facialis
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensyarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalam syaraf ini terdapat serabut-serabut syaraf otonom
(parasimaptis) untuk wajah dan kulit kepala.
Fungsinya: sebagai mimik wajah dan menghantarkan rasa
pengecap, yang mana syaraf ini keluar di sebelah belakang dan
beriringan dengan syaraf pendengar.
h. Nervus Vestibulokoklearis / Auditoris
Sifatnya sensoris, mensyarafi alat pendengar membawa
rangsangan dari pendengaran dari telinga ke otak.
Fungsinya: sebagai syaraf pendengar, yang mana syaraf ini
mempunyai 2 buah kumpulan serabut syaraf yaitu koklea, disebut
akar tengah adalah syaraf untuk mendengar dan vestibulum,
disebut akar tengah adalah syaraf untuk keseimbangan.

i. Nervus Glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mensyarafi faring,
tonsil dan lidah. Syaraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak, di dalamnya mengandung syaraf-syaraf otonom.
Fungsinya: sebagai syaraf lidah tekak dimana syaraf ini
melewati lorong diantara tulang belakang dan karang, terdapat 2
buah simpul syaraf yang di atas sekali dinamakan ganglion
jugularis dan yang di bawah dinamakan ganglion petrosum atau
ganglion bawah. Syaraf ini (syaraf lidah tekak) berhubungan
dengan nervus-nervus fasialis dan syaraf simpatis ranting 11 untuk
ruang faring dan tekak.
j. Nervus Vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), mengandung serabut-
serabut syaraf motorik, sensorik dan para simatis faring, laring,
paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen, dll.
Fungsinya: sebagai syaraf perasa, dimana syaraf ini keluar dari
sumsum penyambung dan terdapat di bawah syaraf lidah tekak.
k. Nervus Assesorius
Sifatnya motoris, mensyarafi muskulus sternokloide mastoid
dan muskulus trapezius.
Fungsinya: sebagai syaraf tambahan, terbagi atas 2 bagian yaitu
bagian yang berasal dari otak dan bagian yang berasal dari sumsum
tulang belakang.
l. Nervus Hipoglosus
Sifatnya motoris, mensyarafi otot-otot lidah.
Fungsinya: sebagai syaraf lidah dimana syaraf ini terdapat di
dalam sumsum penyambung, akhirnya bersatu dan melewati
lubang yang terdapat di sisi foramen oksipital. Syaraf ini juga
memberikan ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulang
lidah dan otot lidah.

2.3. Patofisisologi

Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan
umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain:
a. Fase Prodomal

Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun. Gangguan dapat


berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam
pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.

b. Fase Aktif

Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa


gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,
gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan
neurokimiawi.

c. Fase Residual

Pasien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan


gangguan peran, serangan biasanya berulang.
2.4. Penyebab Retardasi Mental

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari reterdasi mental. Untuk mengetahui
adaya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktoral.
Walaupun demikian beberapa faktor yang berpotensial berperan dalam terjadinya
retardasi mental adalah sebagai berikut:

1. Genetik
a. Kerusakan / kelainan Biokimiawi.
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal abnormalities)
c. Anak retaerdasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini adalah pada
umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma Mongol (mongolism)
dengan Iq antara 20 – 60, dan rata – rata mereka memiliki IQ 30 – 50.
2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal)
a. Infeksi Rubella ( cacar)
b. Faktor Rhesus (Rh)
3. Pada saat kelahiran (perinatal)
Reterdasi mental / tunagraita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada
saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan
lahir rematur.
4. Pada saat setelah lahir (post-natal)
Penyakit – penyakit akibat infeksi misalnya : Meningitis (peradangan pada
selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya : kekurangan
protein yang di derita bayi dan masa awal kanak – kanak dapat menyebabkan
retardasi mental.
5. Faktor sosio-kultural
Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual manusia.
6. Gangguan metabolisme / nutrisi
a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu gangguan
pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan
otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi
yodium.
Secara umum, Grossman et al, 1973, menyatakan penyebab reterdasi mental akibat
dari :

1. Infeksi dan /atau intoxikasi,


2. Rudapaksa dan /atau sebab fisik lain,
3. Gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi)
4. Penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir /post-natal)
5. Akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak diketahui,
6. Akibat kelainan kromosomal,
7. Gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),
8. Gangguan pasca – psikiatrik /gangguan jiwa berat (post – psychiatrik
disorders),
9. Pengaruh – pengaruh lingkungan, dan konsidi – kondisi lain yang tak
tergolongkan.

2.5. Faktor Resiko Reterdasi Mental


2.5.1. Faktor Biologis
Faktor biologis terbagi atas :
a. Pengaruh Genetik Kromosom
Penyebab retardasi mental sangat heterogen, dapat disebabkan faktor
genetik dan non genetik. Faktor genetik adalah kelainan kromosom dan
kelainan gen tunggal penyebab pasti retardasi mental hanya diketahui pada
50% kasus retardasi mental sedang hingga berat, sedangkan pada retardasi
mental ringan angka ini lebih kecil lagi.Trisomi 21 merupakan penyebab
utama retardasi mental secara genetik dimana terjadi kelainan pada jumlah
kromosom 21 dengan prevalensi sekitar 1 : 700 bayi baru lahir. Trisomi ini
sering juga dikaitkan dengan hubungan antara umur ibu dengan saat terjadi
pembuahan / kehamilan. Berdasarkan penelitian pada kromatin seks,
kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak ditemukan di antara
penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal. Diperkirakan
kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada
kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan
kriminalitas. Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan
retardasi mental adalah Fragile-X syndrome, yang merupakan kelainan
kromosom-X
b. Down Syndrome
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah
Down syndrome. Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun
1866 untuk pertama kali menulis tentang gangguan ini, yaitu bayi yang
mempunyai penampilan seperti mongol dan menunjukkan keterbelakangan
mental seperti idiot. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena sebagian besar
dari golongan ini termasuk retardasi mental sedangv(IQ antara 20 – 60,
dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50). Sindrom Down merupakan 10-
32% dari penderita retardasi mental. Diperkirakan insidens dari sindrom
Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Risiko timbulnya
sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang
berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000,
sedangkan ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk
timbulnya sindrom Down. Abnormalitas kromosom yang paling umum
menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh
adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan
kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47.
Anak dengan Down syndrome dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik
tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil
yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang
memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan
berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang
melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak
proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri
anak dengan Down syndrome. Hampir semua anak ini mengalami retardasi
mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti
gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan.

c. Fragile X Syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang
diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering
muncul setelah Down syndrome. Gen yang rusak berada pada area
kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome.
Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki
kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi
mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan
retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas
yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan
sindrom ini.
2.5.2. Kelainan Metabolik

Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah


Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak
mampu mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi
enzim hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar dibandingkan
perempuan dengan perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom
resesif. Diperkirakan insidens PKU adalah 1:12 000-15 000 kelahiran hidup.
Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental berat
dan 33,3% retardasi mental sedang.
Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi
mental baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju.
Diperkirakan 600 juta sampai 1 milyar penduduk dunia mempunyai risiko
defisiensi yodium, terutama di negara sedang berkembang. Penelitian WHO
mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika, 60 juta Amerika Latin,
dan 20-30 juta Eropa mempunyai risiko defisiensi yodium. Akibat defisiensi
yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang
pada ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan.3,5
Gambaran klinis beberapa gangguan metabolik dapat dicegah, seperti
hipotiroidisme dan fenilketonuria. Di negara maju, program spesifik telah
dilakukan tes kartu Guthrie atau tusukan tumit sebagai program skrining
neonatal di Inggris dan Belanda untuk deteksi dini dan penanganan gangguan
tersebut. Sayangnya, di sebagian besar negara berkembang, tidak ada program
skrining neonatal sistematis yang digunakan.
2.5.3. Faktor Prenatal
Penyebab paling umum retardasi mental di negara-negara industri
adalah sindrom alkohol janin dengan tingkat kejadian 1 dari 100 kelahiran.
Kebiasaan mengonsumsi alkohol pada wanita hamil dapat menimbulkan
gangguan pada anak yang dilahirkan atau disebut dengan fetal alcohol
syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental
adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang
buruk. Penyakit ibu juga dapat menyebabkan anak dengan retardasi mental
yaitu penyakit sifilis, herpes genital dan cytomegalovirus. Infeksi
cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi dapat
memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis
antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi
mental.Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala,
menjadi faktor yang lebih besar bagi anak dengan gangguan retardasi mental.
Kelahiran prematur juga menimbulkan resiko retardasi mental dan gangguan
perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis juga
dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti
cat yang mengandung timah juga dapat terkena retardasi mental.
2.5.4. Faktor Psikososial
Proses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu
penyebab retardasi mental. Sebenarnya bermacam-macam sebab dapat
bersatu untuk menimbulkan retardasi mental. Proses psikososial ini
merupakan faktor penting bagi retardasi mental tipe sosio-kultural, yang
merupakan retardasi mental ringan. Lingkungan rumah atau sosial yang
miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran,
atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi
kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. Anak-anak dalam keluarga
yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi
secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan keterampilan
bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar keterampilan-
keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban
ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat
menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-
anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada
permainan kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan
intelektual dapat berulang dari generasi ke generasi.

2.6. Komplikasi Retardasi Mental


2.6.1. Serebral Palsy
2.6.2. Gangguan Kejang
2.6.3. Gangguan Kejiwaan
2.6.4. Gangguang Konsentrasi / Hiperaktif
2.6.5. Defisit Komunikasi
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah
intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang
atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.

Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil
dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap
intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.

Retardasi Mental sebenarnya bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental


merupakan hasil dari proses Patologik di dalam otak yang memberikan gambaran
keterbatasan terhadap Intelektualitas dan fungsi Adaptif. Retardasi Mental ini dapat
terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.

3.2. Saran

Untuk Penulis kedepannya akan lebih


DAFTAR PUSTAKA

Chelly J, Khelfaoui M, Francis F, Cherif B and Bienvenu T.2006.Genetics and


Pathophysiology of mental Retardation European Journal of Human Genetics, Vol 14: 701-
713

Agradi P. (2008). Skrining Sitogenetika Pada Anak-Anak Retardasi Mental Di Slb


Negeri Semarang. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Krishnasubha S, Lakshmikalpana V , Ramesh M, Sudhakar G.2010. A Case - Control


Study on Risk Factors of Mental Retardation from an Urban Area of North Coastal Andhra
Pradesh. Journal Life Sci, Vol. 2 No. 2: 93-98.

Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak.

Jakarta: PT Indeks.

Mahadevan Vishy. 2012. Anatomy of the Cranial Nerves, Vol. 30: 95-98

Surgery (Oxford).

Feronze R.A, A.Ozpinar,N.Alan,R.F.Sekula Jr.2016.Cranial Nerves and Brainstem.

Kampert, A. L., & Goreczny, A.2007.Community involvement and socialization


among individuals with mental retardation.Research in Developmental Disabilities , 278-286.

Maslim R. Retardasi Mental.dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa-Rujukan


Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta. Hal.119-21.

Anda mungkin juga menyukai