Anda di halaman 1dari 15

NAMA : Muhammad Faruq Afifuddin

NIM / PRODI : 1601100031 / DIII Keperawatan Malang

LAPORAN PENDAHULUAN
CA RECTI

I. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang
bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal
dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari
polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang
berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2006).

2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko
telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat
(Brunner & Suddarth, 2001).
a. Polip di usus (Colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi
pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Ulseratif Kolitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1%
dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan
kanker pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding
lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis.
c. Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih
besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk
menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif
kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar
20%. Pasien dengan struktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari
adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada
tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus
dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa
squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien
dengan crohn’s disease.
d. Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker
kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang
mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker
kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak
memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.
e. Faktor Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk
memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan
merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk
menderita adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara
aktifitas, obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses Health
Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan
terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan
meningkatkan risiko terjadinya adenoma.
f. Diet atau Pola Makan
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan
penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya
hubungan antara serat dan kanker kolorektal.
3. KLASIFIKASI
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging
system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) antara
lain :
a. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
c. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.

Stadium Deskripsi Kanker


Stadium Deskripsi
T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum
T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal
T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan
T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal
T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal
(The American Joint Committee on Cancer 2006)
Stadium Modified Dukes (Stadium Deskripsi)
TNM Modifed
Deskripsi
Stadium Dukes
Stadium
T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa
T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria
T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural
T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric
T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan
Any T M1 D Metastasis jauh
(The American Joint Committee on Cancer 2006)
4. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum
dan kolon asendens.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa
mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi
seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi
mutasi lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-ras pada tahap awal dan
mutasi pada tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor
tumor mencegah apoptosis dan memperpanjang umur sel tanpa batas. Jika mutasi APC
diwariskan, akan berakibat pada sindrom poliposis adenomatosa kekeluargaan (Leggett,
2001). Secara histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular,
tubulovillous, dan villous adenoma. Mutasi K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit
telah diidentifikasi dalam hiperplastik polip. Oleh karena itu, hiperplastik polip
mungkin juga memiliki potensi ganas dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).

5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong
saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri
e. Penurunan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,
diantaranya ialah :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan
Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan
2. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining
awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,
pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,
tumor akan teraba keras dan menggaung.
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu
penonjolan tepi, dapat berupa :
a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu
plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi umumnya
mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol dengan
suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)
d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk cincin

3. Barium Enema
yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian
dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
4. Sigmoidoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui
rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
5. Colonoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui
rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
6. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu
sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel
skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated
tumors
7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.

7. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium
I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan
stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan
radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal
sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang
hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah
diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi
setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
 Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
 Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
b. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran
tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai
terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat
melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di
pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis
jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya
pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable.
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol (
Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira
- kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kesehatan masa lalu
Pengkajian Kebutuhan Dasar
1) Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
 Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada abdomen)
b. Data obyektif:
 Kelemahan umum.
2) Sirkulasi
a. Data Subyektif : -
b. Data obyektif :
 Hipotensi
3) Integritas Ego
a. Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan, kesulitan
berekspresi diri.
4) Eliminasi
Data Subyektif :
Konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh pada perut atau
nyeri
5) Makan dan minum
a. Data Subyektif :
 Nafsu makan hilang
 Nausea / vomitus
b. Data obyektif :
 Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
 Obesitas (faktor resiko)
6) Sensori neural
a. Data Subyektif :
 Nyeri abdomen
 Kelemahan
b. Data obyektif :
 Perubahan status mental dan gangguan fungsi kognitif
 Ekstremitas : kelemahan dan kekakuan
7) Nyeri (kenyamanan)
a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8) Respirasi
Data Subyektif : Perokok ( faktor resiko )
9) Keamanan
Data obyektif : Resiko jatuh
10) Interaksi social
Data obyektif : kepurtusasaan
11) Pengajaran pembelajaran
Data Subjektif : Riwayat kanker keluarga
12) Pertimbangan rencana pulang.
 Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
 Bantuan untuk transportasi, , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan
rumah.
(Doenges E, Marilynn,2000)
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh
darah, diare
b. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus, metastase kanker
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual / muntah
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon
3. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
keseimbangan cairan tubuh adekuat
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas
denyut nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran
urine yang sesuai
Intervensi
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.
R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi
intervensi
- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada
sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi
ataupun obstruksi sistem urinarius
- Pantau tanda-tanda vital
R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan
cairan
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.
- Anjurkan klien untuk meningkatkan inteke oral
R/ memnuhi kebutuhan cairan klien
b. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran
yang terus-menerus, metastase kanker
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan
pergerakan yang berarti sesuai toleransi.
Intervensi
- Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-10)
R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan
R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan
- Berikan informasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional
- Ajarkan tekhnik relaksasi
R : mengurangi nyeri dengan teknik non farmakologi
- Observasi efek analgetik
R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
klien mampu mempertahankan & meningkatkan intake nutrisi
Kriteria hasil : klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal, klien mengrti dan
mengikuti anjuran diet, tidak ada mual / muntah.
Intervensi :
- Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi pasien
R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
- Timbang berat badan sesuai indikasi
R : mengawasi kefektifan secara diet
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan
- Tawarkan minum saat makan bila toleran
R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
- Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot
abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pola
eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk
Kriteria hasil : klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang
di butuhkan, melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
Intervensi
- Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan
nyeri tekan abdomen
R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana
selanjutnya.
- pantau tanda gejala rupture usus.
R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan
peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.
- Kaji faktor penyebab konstipasi
R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi
yang tepat
- Anjurkan klien makan makanan tinggi serat
R : membantu melancarkan BAB
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang
berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi
Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :

- klien mampu merencanakan stategi koping untuk situasi yang membuat stress.
- Klien mampu mempertahankan penampilan peran
- Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
- Klien melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.
Intervensi ;
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
R : memudahkan intervensi
- Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi ansietas di
masa lalu
R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas
- Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
8. PATHWAYS

Polip usus, ulseratif kolitis


Faktor gaya hidup
Riwayat kanker / polip

Defifit thiamin, asam folat, reboflafin

Gang. Organesis usus

Cancer kolorektal

Obstruksi rektum

Konstipasi penumpukan gas

Mual, mmuntah
Colonsoscopy, sigmoidoscopy,
darah lengkap, biopsi, rontgen intake oral menurun

Ditemukan massa pada


Gang. Pemenuhan
kolon atau rektum nutrisi kurang dari
keb. tubuh
Operatif atau pembedahan Konservatif

Insisi jaringan pemberian laksatif

diare

Luka operasi
Gang. Keseimbangan
cairan dan elektrolit

Trauma saraf penurunan Terputusnya


mobilitas fisik kontinuitas jaringan

peristaltik usus
menurun

Nyeri Gang. Eliminasi


Resiko tinggi
bowel :
konstipasi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society Inc.
Atlanta
Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center, University
of Texas.
De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media
Aesculapius. Jakarta
Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM.
National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003, Available from
http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html. (Download : 07 Januari 2013)
Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from http://www.apocp.org/
cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,. (Download : 07 Januari 2013)

Sylvia A. Price & Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi (Vol 1 & 2). Edisi 6. EGC
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai