Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Gejala penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi dua yaitu gejala
angkut dan gejala kronik.
o Gejala akut dikenal beberapa istilah :
 Hipoglikemia : keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah di
bawah nilai normal. Gejala ini ditandai dengan munculnya rasa
lapar, gemetar, mengeluarkan keringat, pusing, gelisah dan
penderita bisa jadi koma.
 Ketoasidosis diabetik yang diartikan sebagai keadaan tubuh yang
sangat kekurangan insulin dan bersifat mendadak akibat infeksi,
luka suntik insulin, pola makan yang terlalu besar atau setres.
 Koma hiposmoler non kronik yang diakibatkan adanya dehidrasi
berat, hiotensi, dan shock.
o Gejala kronik
Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang
akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal,
dan gangguan saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan berdasarkan
bagian tubuh yang mengalami kelainan, seperti kelainan di bagian mata,
mulut, urogenital, saraf dan kulit. Kadang – kadang penderita diabetes
melitus tidak menunjukan gejala angkut atau mendadak tetapi baru
menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit diabetes melitus . Gejala kronik yang sering timbul
pada penderita diabetes melitus adalah kesemutan, kulit terasa panas,
rasa tebal dikulit, kram, capai, mudah mengantuk, mata kabur, gatal
disekitar kemaluan, gigi mudah goyang atau mudah lepas, kemampuan
seksual menurun atau bahkan impotensi, bagi ibu hamil sering
mengalamin keguguran atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.
(Tjokroprawito,2006).

B. Etiologi dan Patofisiologi


o Etiologi
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darah
terganggu , insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam
darah bertambah tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat
seluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui
ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan didalam air kemih ketika makan makanan
yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula dalam darah sangat
cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah
diabetes mellitus. (Tjokroprawiro, 2006 ).
Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna
menjamin kecukupan gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan
dan organ, sehingga proses-proses kehidupan utama bisa berkesinambungan.
Pelepasan insulin dihambat oleh adanya hormon – hormon tertentu lainnya,
terutama adrenalin dan nonadrenalin, yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin, dan somatostatin.(Bogdan
Mc Wright, MD. 2008).
o Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung
dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah
menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein
menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu
akan diserap oleh usus dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan
diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam
tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat
makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam
sel, zat makan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit,
yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting
yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Suyono, 2004).

Pada DM type II jumlah insulin normal, malah mungkin lebih


banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang. Reseptor insulin ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang,
hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang
kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit,
sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam
pembuluh darah meningkat (Suyono, 2004).

Efek samping insulin adalah penambahan berat badan yang mungkin


diduga karena tiga penyebab : (Bogdan Mc Wright, MD. 2008)

1. Insulin diketahui memiliki efek anabolik (pembentukan tubuh).


2. Ketika kontrol terdapat glisemia yang baik mulai dicapai karena
adanya terapi insulin, sedikit gula yang hilang didalam urin.
3. Pengobatan insulin membuat orang merasa lebih baik.

C. Penyebab Diabetes Mellitus


Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya
gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa
dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam
sesudah makan (orang normal) (Tjokroprawiro, 2006).
Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang
berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM
sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih
besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang
tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan
penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya (Maulana, 2008).
b. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan DM adalah rubella, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa
dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan
menyebabkan DM (Maulana, 2008).
c. Bahan Toksin atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari
sejenis jamur) (Maulana, 2008).
d. Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan
dengan asupan makanan, baik sebagai factor penyebab maupun pengobatan.
Asupan makanan yang berlebihan merupakan factor risiko pertama yang
diketahui menyebabkan DM. Salah satu asupan makanan tersebut yaitu
asupan karbohidrat. Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar
kemungkinan terjangkitnya DM (Maulana, 2008).
e. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau
obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan
sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai
adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak
gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini,
2009).
D. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi DM adalah semua penyakit yang timbul sebagai akibat dari DM,
baik sistemik, organ ataupun jaringan tubuh lainya. Proses glikosilasi (pengaruh
gkukosa pada semua jaringan yang mengandung protein) sangat berpengaruh pada
timbulnya komplikasi konis. Akhir-akhir ini AGE (Advanced Glycosylated
Endoproduct) diduga yang bertanggung jawab atas timbulnya komplikasi kronis.
Karena AGE inilah yang merusak jaringan tubuh terutama yang mengandung
protein, dan juga disebabkan disfungsi endotel dan disfungsi makrofag
(Tjokroprawiro, 2007).
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara angkut maupun kronik ,
yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap penyakit Diabetes
Mellitus. (Tjokroprawito,2006)
E.
Komplikasi akut yang sering timbul adalah hipoglikemia dan koma
diabetik. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa,
dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing.Berlawanan
dengan koma hipoglikemik, koma diabetin ini timbul karena kadar darah dalam
tubuh semakin tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik
adalah nafsu makan menurun, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah,
napas menjadi cepat dan berbau aseton, sering disertai panas karena terjadi infeksi.
. (Tjokroprawito,2006)

Komplikasi kronik yang sering timbul adalah bila penderita lengah, komplikasi
Diabetes Mellitus dapat menyerang seluruh alat tubuh, mulai rambut sampai ujung kaki
termasuk semua alat tubuh di dalamnya. Sebaliknya, komplikasi tersebut tidak akan
muncul jika perawatan Diabetes Mellitus dilaksanakan dengan tertib dan teratur.
(Tjokroprawito,2006).

Klasifikasi komplikasi DM dibagi menjadi : (Aryono, 2008 )

1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan komplikasi yang serius pada
pengelolaan DM Tipe 2 terutama pada penderita DM usia lanjut,
pasien dengan insufisiensi renal, dan pasien dengan kelainan mikro
maupun makroangiopati berat. Upaya untuk mencegah terjadinya
komplikasi diperlukan kendali gula darah yang berat mendekati
normal, sedangkan akibat dari kendali gula darah yang berat resiko
terjadinya hipoglikemi semakin bertambah berat.

Diagnosis hipoglikemi umumnya berdasarkan atas Trias


Whipple yaitu adanya gejala hipoglikemi, dengan darah berkadar
gula yang rendah dan akan membaik bila kadar gula kembali normal
setelah pemberian gula dari luar. disebut gula darah rendah adalah
bila gula darah vena < 60 mg/dl. Penyebab terjadinya hipoglikemi :

- olah raga yang berlebih dari biasanya


- dosis obat diabetes berlebihan
- jadwal makan yang tidak tepat dengan obat diabetes yang diminum
- menghilangkan atau tidak menghabiskan makan atau snack
- minum alcohol
- tidak pernah kontrol sehingga obat yang diberikan dosisnya tidak
tepat
b. Keto Asidosis Diabetes ( KAD )
Merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit DM. Kriteria diagnosis KAD adalah sebagai
berikut :

 Klinis : poliuria, polidipsia, mual dan atau muntah, pernafasan


Kussmaul ( dalam dan frekuen ), lemah, dehidrasi, hipotensi
sampai syok, kesadaran terganggu sampai koma.
 Darah : hiperglikemi lebih dari 300 mg/dl (biasanya melebihi 500
mg/dl). Bikarbornat kurang dari 20 mEq/l dan pH < 7,35 ( asidosis
metabolik ), ketonemia.
 Urine : glukosuria, ketonuria.
c. Koma Hiperosmoler Non – Ketotik ( K. HONK )
Diagnosis klinis dikenal dengan sebutan tetralogi HONK : 1 yes, 3 no,
yaitu :
1. Glukosa > 600 mg/dl ( hiperglikemia YES ) dengan tidak ada riwayat
DM sebelumnya ( NO DM ), bikarbonat > 15 mEq/l, tidak ada
Kussmaul, pH darah normal (NO Asidosis Metabolik), tidak ada
ketonemia atau ketonuria ( NO ketonemia ).
2. Dehidrasi berat, hipotensi sampai terjadi syok hipovolemi, didapatkan
gejala neurologi.
3. Diagnosis pasti ditegakkan apabila terdapat gejala klinis ditambah
dengan osmoloritas darah > 325-350 mOSM/l.
F. Faktor-faktor resiko Diabetes Mellitus
1. Faktor Gaya Hidup Memberatkan Diabetes Mellitus
a. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak
Perilaku makan yang buruk seperti terlalu banyak mengkonsumsi
makanan berlemak dan makanan manis ternyata bisa merusak kerja organ
pankreas. Organ tersebut mempunyai sel beta yang berfungsi memproduksi
hormon insulin. Insulin berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran
darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Glukosa yang
tidak dapat diserap oleh tubuh karena ketidakmampuan hormon insulin
mengangkutnya, mengakibatkan terus bersemayam dalam aliran darah,
sehingga kadar gula menjadi tinggi. Sebagian glukosa juga bisa terbuang
melalui urin sehingga air seni menjadi manis (Soegondo, 2010).
Penyakit DM, hampir 90 % orang dengan DM tipe2 mengalami
resisten insulin. Artinya, meski tubuh mampu menghasilkan insulinnya
sendiri, namun tubuh tidak dapat menggunakan sebagaimana mestinya,
dikarenakan sensitivitas reseptor terganggu sehingga kadar gula dalam
darah menjadi meningkat, dan akibatnya tubuh tidak mendapat asupan
glukosa, menyebabkan timbul keinginan untuk makan dan minum terus
(Soegondo, 2010).

Hal yang perlu diwaspadai adalah walaupun sering makan, berat


badan malah turun drastis. Bila kondisi itu tidak segera diantisipasi, maka
organ pankreas akan mengalami kelelahan dan memperberat kerja sel beta.
Diabetes tipe dua yang semakin parah karena resistensi insulin dan disfungsi
beta sel akan menyebabkan tubuh sulit mengendalikan kadar glukosa dalam
darah (Soegondo, 2010).

Bila terdapat kelainan lemak darah, disarankan tidak lebih dari 7%


total kalori berasa1 dari asam lemak jenuh dan asupan kolesterol kurang dari
200mg/hari. Bila terdapat hipertrigliseridemia disarankan untuk
mengkonsumsi Monounsaturated Fatty Acid (MUFA). MUFA terdapat di
olive oil, canola oil dan minyak kacang (Pudjiadi, 2009).
b. Kebiasaan Merokok

Perokok dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yakni perokok


aktif dan perokok pasif. Perokok pasif adalah asap rokok yang dihisap oleh
seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan
polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Menurut Bustan (1997; 86)
perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap
utama pada rokok yang dihisap (mainstream).

2. Faktor meringankan Diabetes Mellitus


a. Konsumsi sayur dan buah
Kebiasaan konsumsi sayur dan buah sangatlah penting untuk menghambat
penyerapan hidrat arang, protein dan lemak. Konsumsi tinggi serat
memberikan keuntungan perasaaan kenyang dan puas yang membantu
mengendalikan nafsu makan. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori
sehingga membantu penurunan berat badan. Jenis serat tertentu (terutama
terdapat pada beberapa jenis buah seperti apel dan jeruk serta kacang-
kacangan) memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai
pengaruh pada penurunan gluosa darah. (Halter, 2000;Reuben, 2009).

Asupan serat yang disarankan adalah 5 porsi per hari. Serat terdapat antara
lain pada sereal, buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan. Serat larut yang
terdapat pada kacang-kacangan, buah dan beberapa sayuran dapat membantu
menghambat penyerapan glukosa di usus, selain itu serat larut dapat
membantu menurunkan kolesterol total dan LDL (Pudjiadi, 2009).

b. Faktor umur
Umur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya
terhadap prevalensi DM maupun gangguan toleransi glukosa. Prevalensi DM
maupun gangguan toleransi glukosa naik bersama bertambahnya umur, dan
membentuk suatu plateu dan kemudian menurun. Waktu terjadinya kenaikan
dan kecepatan kenaikan prevalensi tersebut serta pencapaian puncak dan
penurunannya sangat bervariasi diantara studi pernah dilakukan. Namun
demikian tampaknya para peneliti mensepakati bahwa kenaikan prevalensi
didapatkan mulai sejak awal masa dewasa (Rochmah, 2006).
WHO menyatakan bahwa setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka
kadar glukosa darah akan naik 1-2% per tahun pada saat puasa dan akan naik
sekitar 5,6-13mg% pada 2 jam setelah makan. Berdasarkan hal tersebut tidaklah
mengherankan apabila umur merupakan faktor utama terjadinya peningkatan
prevalensi DM serta gangguan toleransi (Rochmah, 2006).
c. Faktor genetik

Setiap orang mempunyai potensi yang sama untuk terkena diabetes. Namun,
orang-orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga diabetes berpotensi
terkena diabetes lebih dini, bila menjalankan hidup tidak sehat seperti banyak
mengkonsumi makanan berlemak, bergula dan kurang beraktivitas. Riwayat
kesehatan keluarga sangat perlu diperhatikan. Tidak hanya dilihat dari
kondisi kesehatan ayah dan ibu, tetapi juga kakek, nenek, paman, bibi atau
sepupu yang memiliki hubungan darah. Kalau salah satu diantara mereka ada
yang terkena, hendaknya mulai dari sekarang mengatur pola makan agar
tidak menyesal di kemudian hari (Sidartawan, 2010).

Anda mungkin juga menyukai