Anda di halaman 1dari 5

1.

Konsep Dasar Askep Gangguan Sistem Pernapasan Akibat Neoplasma


1.1. Kanker Nasopharing

Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma
yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau
stadium lanjut.

Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel ephitalial yang cenderung
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis (Mangan, 2009).
Nasofaring adalah suatu rongga dengan dinding kuku di atas, belakang dan lateral yang
anatomi termasuk bagian faring (Pearce, 2009).
Karsinoma Nasofaring sebagian besar adalah tipe epidermoid dengan potensi invasi ke dasar
tulang tengkorang yang menyebabkan neuropati kranial (Lucente, 2011)

Etiologi ca nasofaring

1.Genetic

Analisis korelasi menunjukkan gen HLA ( Human luekocyte antigen ) dan gen pengode enzim
sitokrom p4502E ( CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap Ca Nasofaring,
mereka berkaitan dengan timbulnya sebagian besar Ca Nasofaring .

2.Virus Epstein Barr


Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini.

a. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.


b. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
c. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas
kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
d. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
e. Radang kronis nasofaring
3. Faktor Lingkungan (Zulkarnain Haq, 2011)
Faktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat
berikut berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring :
a. Hidrokarbon aromatik, pada keluarga di area insiden tinggi kanker nasofaring
kandungan 3,4- benzpiren dalam tiap gram debu asap mencapai 16,83 ug,
jelas lebih tinggi dari keluarga di area insiden rendah.
b. Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinognesis pada proses
timbulnya kanker nasofaring.
c. Golongan nitrosamin : banyak terdapat pada pengawet ikan asin. Terkait
dengan kebiasaan makan ikan asin waktu kecil, di dalam air seninya
terdeteksi nitrosamin volatil yang berefek mutagenik.

a. Gejala dini
Gejala pada telinga dapat dijumpai sumbatan Tuba Eutachius. Pasien mengeluh rasa penuh di telinga,
rasa dengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang
sangat dini. Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga. Keadaan ini merupakan kelainan
lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba
Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan
dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-
ulang,
a. Gejala lanjutan
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5 sentimeter di bawah daun
telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama
sebelum tumor meluas ke bagian tubuh yang lebih jauh. Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga
sering diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar
patofisiologi
Sel-sel epitel ganas nasofaring adalah sel poligonal besar dengan komposisi syncytial. Sel-sel
tidak menunjukkan parakeratosis atau kornifikasi dan sering bercampur dengan sel-sel limfoid di
nasofaring, sehingga dikenal sebagai lymphoepithelioma.
Sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protin tertentu yang berfungsi untuk proses
proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di dalam sel host. Protein tersebut dapat
digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan LMP-2B.
EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan dalam mempertahankan genom virus. EBV
tersebut mampu aktif dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat
karsinogen yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol
Penggolongan Ca Nasofaring (Huda Nurarif & Kusuma, 2013) :
Tumor Size (T)
1. T : Tumor primer
2. T0 : Tidak tampak tumor
3. T1 : Kanker terbatas di rongga nasofaring
4. T2 : Kanker menginfiltrasi kavum nasal, orofaring atau di celah parafaring di
anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus stiloideus dan margo
posterior garis tengah foramen magnum os oksipital ).
5. T3 : Kanker di celah parafaring di posterior garis SO atau mengenai basis kranial,
fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal syaraf kranial
kelompok anterior atau posterior.
6. T4 : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak, atau kanker
mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa infra-temporal.
Regional Limfe Nodes (N)
7. N0 : Belum teraba pembesaran kelenjar limfe .
8. N1 : Kelenjar limfe koli superior berdiameter < 4 cm.
9. N2 : Kelenjar koli inferior membesar atau berdiameter 4-7 cm.
10. N3 : Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau berdiameter > 7 cm
Metastase Jauh (M)
11. M0 : Tak ada metastasis jauh.
12. M1 : Ada metastasis jauh.

Penggolongan stadium klinis, antara lain :


1. Stadium I : T1N0M0
2. Stadium II : T2N0 – 1M0, T0 – 2N1M0
3. Stadium III : T3N0 - 2M0, T0 – 3N2M0
4. Stadium Iva : T4N0 – 3M0, T0 – 4N3M0
5. Stadium Ivb : T apapun, N Apapun, M1
1.1.1.1. Penatalaksanaan Karsinoma Nasopharing
a. Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan standar untuk karsinoma nasofaring
Kemoterapi
Kemoterapi meliputi kemoterapi neodjuvan, kemoterapi adjuvan dan kemoradioterapi
konkomitan
b. Kemoterapi
Kemoterapi meliputi kemoterapi neodjuvan, kemoterapi adjuvan dan kemoradioterapi
konkomitan

c. Terapi Herbal TCM


Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi reaksi radiokemoterapi ,
fuzhengguben ( menunjang, memantapkan ketahanan tubuh) , kasus stadium lanjut
tertentu yang tidak dapat diradioterapi atau kemoterapi masih dapat dipertimbangkan
hanya diterapi sindromnya dengan TCM. Efek herba TCM dalam membasmi langsung
sel kanker dewasa ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

d. Terapi Rehabiltatif
Pasien kanker secara faal dan psikis menderita gangguan fungsi dengan derajat
bervariasi. Oleh karena itu diupayakan secara maksimal meningkatkan dan
memperbaiki kualitas hidupnya.

e. Rehabilitas Psikis
Pasien kanker nasofaring harus diberi pengertian bahwa pwnyakitnya berpeluang
untuk disembuhkan, uapayakan agar pasien secepatnya pulih dari situasi emosi
depresi.

f. Rehabilitas Fisik
Setelah menjalani radioterapi, kemoterpi dan terapi lain, pasien biasanya merasakan
kekuatan fisiknya menurun, mudah letih, daya ingat menurun. Harus memperhatikan
suplementasi nutrisi , berolahraga fisik ringan terutama yang statis, agar tubuh dan
ketahanan meningkat secara bertahap.

g. Pembedahan
Dalam kondisi ini dapat dipertimbangkan tindakan operasi :
1. Rasidif lokal nasofaring pasca radioterapi , lesi relatif terlokalisasi.
2. 3 bulan pasca radioterapi kurtif terdapat rasidif lesi primer nasofaring
3. Pasca radioterapi kuratif terdapat residif atau rekurensi kelenjar limfe leher.
4. Kanker nasofaring dengan diferensiasi agak tinggi seperti karsinoma skuamosa
grade I, II, adenokarsinoma.
1.2. Kanker Paru

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok
(Suryo, 2010 : 27).
etiologi
1.roko

2.Pengaruh paparan industri

Yang berhubungan dengan paparan zatkaninogen, seperti :


1) Asbestos, sering menimbulkan mesoteliom, dinyatakan bahwa asbestos dapat
meningkatkan risiko kanker 6-10 kali
2) Radiasi ion pada pekerja tambang uranium, para penambang uranium mempunyai resiko
menderita kanker paru 4 kali lebih besar daripada populasi umum.
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum
terjadi.proses ini berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara.
NSCLC merupakan jenis kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya
adalah rokok.
2. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari
sel – sel yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran
udara. jenis ini lebih umum terjadi.
3. Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang
apabila dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di
sebut undiferentiated carcinoma.
Tanda dan gejala
1. Terjadi sesak napas.
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4. Batuk berdarah.
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
Gejala-gejala dapat bersifat :
 Lokal (tumor setempat) :
- /Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Aelektasis
 Invasi local :
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis

Anda mungkin juga menyukai