RUSDI MEDAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
1. KELUHAN UTAMA
Pasien tidak mampu memanfaat tungkainya karena cedera atau lainnya pada
lumbal atau sacrum. (tidak mampu berjalan)
Pasien tidak bisa pindah dari tempat tidur ke kursi dan dari kursi ke bed.
Pasien terus menerus buang air kecil.
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Denyut nadi : 80 x / menit
Pernapasan : 24x/ menit
Temperatur : 37o C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 Kg
IMT : 19,53
Kesadaran : Composmentis (CM)
2. INSPEKSI/OBSERVASI
1) Wajah : Lesu
2) Pola jalan : Abnormal
3) Postur : Abnormal
4) Lesi pada tungkai
3. PALPASI
1) Tonus otot menurun
2) Suhu lokal pada regio lumbal panas
4) Tungkai terasa tak berdaya
4. JOINT TEST
Tes Integritas
- Gerak sendi tidak dinamis
- Kekakuan pada sendi
Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif fisiologis)
1. Aktif
Tidak bisa melakukan gerakan fleksi, ekstensi, adduksi dan abduksi HIP
Tidak bisa melakukan gerakan fleksi, ekstensi Knee
Tidak bisa menggerakkan plantarfleksi, dorsofleksi, inversi dan eversi ankle
Tungkai bawah tidak bisa melawan gravitasi
2. Pasif
Keterbatasan ROM ekstremitas bawah
Kelemahan fungsional tungkai bawah
3. Isometrik
Gastrocnemius : 1+
Tibialis anterior : 1+
Hamstring : 1+
Quadriceps : 1+
Gluteus max :1
5. MUSCLE TEST
Kekuatan otot : 1+
Kontrol otot : tidak adekuat
Panjang otot : (+)
Isometric melawan tahanan/provokasi nyeri : pasien tidak bias melawan gravitasi
Lingkar otot : Atropi
6. NEUROLOGICAL TEST
Pemeriksaan reflek : Reflex (-)
Myotom tes : Kelemahan otot
Dermatom tes : Deficit sensoris
Straight Leg Raising : Tidak ada nyeri otot
7.KEMAMPUAN FUNGSIONAL
Pasien tidak mampu berjalan
Sulit berpindah posisi
Bladder disfungsi
Tidak bisa mandi sendiri
8.PEMERIKSAAN SPESIFIK
Step test : (-) Tidak mampu
Biomechanical test : Power (-) & Energy (-)
Calf muscle length test : Tidak mampu (-)
Physiological test : Tidak mampu (-)
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Impairment
- Adanya keterbatasan ROM pada kaki serta lumbar spine
- Keterbatasan saat mengangkat kaki
- Otot pasien mengalami kelemahan
- Gallbladder
Functional Limitation
- Tidak dapat mengangkat kedua tungkai bawah
- Tidak dapat menoleh kebelakang
- Tidak dapat memakai celana sendiri
- Gangguan ADL
- Kesulitan berjalan
Disability/Participation restriction
- Endviromental factor
Lingkungan mendukung kesembuhan pasien dan membantu kesembuhan pasien
- Personal factor
Pasien optimis dan bersemangat untuk sembuh dan giat untuk terapi
E. PROGRAM FISIOTERAPI
Jangka pendek
-- meningkatkan kekuatan otot
-- meningkatkan sensoris
-- memperbaiki fungsi bladder pasien
Jangka panjang
-- mengembalikan kapasitas fisik
-- meningkatkan keseimbangan pasien
-- kemampuan fungsional pasien.
Intervensi Fisioterapi
Bladder training
Tujuan : Memperbaiki kontrol bladder
Dosis
Frekuensi : 5 hari – 2 minggu setiap hari
Intensitas : toleransi pasien
Tehnik : automatic bladder dan autonomous bladder
Time : 4 jam sekali
Balance exercise in sitting position
Tujuan : meningkatkan sensibilitas postur pasiem
Dosis
Frekuensi : 2x / hari
Intensitas : toleransi pasien
Tehnik : positioning
Time : 5 – 10 menit
Latihan ADL
Tujuan :mengembalikan ADL pasien
Dosis
Frekuensi: : setiap hari
Intensitas : sesuai toleransi
Tehnik : latihan duduk,berdiri dan berjalan.
Time : 5x repetisi / latihan
F. RENCANA EVALUASI
Subjektif : mengamati perubahan keluhan pasien
Objektif : - analisis kekuatan otot dengan MMT
- ROM
- Blood pressure
- Denyut nadi
- Respiratory Rates
Analitik : analisis penyebab patologi
Program : perkembangan terapi yang telah diberikan pada pasien paraparese
G. PROGNOSIS
- Peningkatan ROM lumbar secara perlahan
- Sensibilitas sensoris pasien mencul
- Proses bladder pasien sudah terkontrol
- Mengoptimalkan fungsi otot pasien
2. Minggu kedua
S : Pasien masih mengeluh tidak bisa control BAK.
O:
- ROM lumbal mulai bertambah
- control bladder belum normal
- Tensi : 125/85 mmHg
- Nadi : 72x/ menit
- RR : 18x/ menit
A : paraparese et causa perdarahan arteri lumbal
P : bladder training dengan intensitas latihan 2 jam sekali agar lebih
spesifik
Untuk evaluasi lanjutan dilakukan hal yang sama dengan terus memperhatikan
peningkatan yang terjadi pada pasien. Intensitas latihan ditingkatkan bila kondisi pasien
positif, dan penurunan intensitas latihan bila keluhan sudah hampir membaik.
Tindak lanjut : Edukasi pasien untuk untuk tetap optimis dengan motivasi control
personal pasien.
______________________
NIP.