Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan bimbingan-Nya Panduan Penanganan dan pengendalian Kejadian
Luar Biasa (KLB) Rumah Sakit Advent Manado tahun 2017 ini dapat kami susun
dengan segala keterbatasannya.
Panduan ini disusun untuk menjadi landasan kerja bagi Komite PPI dan
unit yang terlibat ketika Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di RS Advent
Manado. Kami menyadari dalam penyusunan Penilaian Risiko Infeksi masih
banyak yang perlu disempurnakan, untuk itu besar harapan kami agar diberikan
masukan/saran yang bersifat membangun agar Program PPI lebih baik dari
sebelumnya.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
dengan tulus telah berkontribusi dalam penanganan KLB jika hal itu terjadi.

BAB I
DEFINISI PENANGANAN DAN PENGENDALIAN
KEJADIAN LUAR BIASA

I. Definisi
1. Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah
tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah
wabah.
2. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
3. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya
penderita atau kematian baru pada Kejadian Luar Biasa yang sedang
terjadi.
4. Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang
bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan upaya perbaikan
kondisi rentan KLB, kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya
KLB dan tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang cepat
dan tepat.
5. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan
terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara
terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit
berpotensi KLB dan perubahan kondisi rentan KLB agar dapat
mengetahui secara dini terjadinya KLB.
6. Penyakit berpotensi KLB adalah jenis penyakit yang dapat
menimbulkan KLB. Jenis-jenis penyakit penyebab terjadinya KLB
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan, yang secara
operasional bergantung pada kajian epidemiologi yang dilakukan secara
nasional, propinsi atau kabupaten/kota menurut waktu dan daerah.
7. Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku,
dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor
risiko terjadinya KLB.

1. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik
secara klinis maupun dengan menilai hasil pemeriksaan laboratoriumnya.
Setelah itu ditentukan klasifikasi individu yang menderita infeksi.
sebaiknya dilakukan perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas terhadap
kultur kuman dan melakukan isolasi setiap sumber yang diduga
menyebabkan infeksi à cairan, alat medis.

Persyaratan definisi kasus :


 Kriteria klinis
 Bedakan menurut waktu , tempat, orang
 Data laboratorium
 Terapkan secara konsisten dan tanpa bias terhadap seluruh kasus yang
diteliti
 Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko
misal dokter, perawat , petugas kebersihan, keluarga pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP KEJADIAN LUAR BIASA

Secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Dapat juga
bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar keadaan biasa dalam suatu
periode pada kelompok orang / pasien tertentu.
Dikatakan Kejadian Luar Biasa apabila :
1. Terjadi peningkatan jumlah atau virulensi dari penyebab.
2. Adanya penyebab baru yang sebelumnya tidak pernah ada.
3. Terjadi peningkatan kecepatan penularan penyakit sehingga kelompok
populasi rentan yang terekspos jauh lebih banyak.
4. Terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyebab
KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau
airborne), maupun benda perantara (common source vehicle).
I. Sumber penyebab KLB antara lain :
1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan
oleh pasien. Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk
transfusi, cairan dialisis, yang merupakan produk yang langsung masuk ke
pembuluh darah, maupun produk sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan,
susu bayi.
2. Peralatan tercemar
Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi
tidak benar, mesin pencuci automatik tidak bekerja dg baik dan penanganan
peralatan steril yang tidak benar.
3. Prosedur yang tidak benar
 Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritoneal dialisis
 Tindakan operasi : antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus
hemolitik grup A, Candida, Hepatitis B/C, HIV dan menularan penyakitnya
pada pasien.
5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB
adalah air dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri
Pseudomonas, Acinetobacter, Mycobacteria other than TB (MOTT) dan
Legionella. Sedangkan organisme yang seringkali didapatkan pada tanah
adalah Aspergillus sp.
BAB III
TATALAKSANA PENANGANAN DAN PENGENDALIAN KLB

Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk
Tim Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh Infection Prevention and
Control Officer RS Advent Manado dan beranggotakan :
 Panitia PPI RS Advent Manado
 Infection Prevention and Control Nurse dan Link Nurse
 Direktur Pelayanan Medik
 Komite Medik
 Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
 Dokter Penanggung Jawab Pasien
 Dokter Spesialis Patologi Klinik
 Manager Keperawatan
Tim Pengendali KLB ini bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
kasus. Sehingga tim bisa segera mengambil keputusan berdasarkan pengamatan
kasus per kasus sebelum terjadi KLB (angka pra KLB) dan besar angka kejadian
di atas nilai angka endemik (angka kejadian KLB). Tujuannya adalah untuk
mencegah, mengatasi dan mengendalikan KLB sehingga KLB tidak terjadi lagi
di masa yang akan datang.
Langkah-langkah penanganan KLB adalah :
A. INVESTIGASI
Tujuan dilaksanakannya investigasi :
 Menjelaskan situasi KLB dan penemuan kasus
 Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara penyebaran
 Memutus rantai penyebaran
 Mencegah terulangnya kejadian serupa
Sebelum dilakukan investigasi, Tim PPI dan para ahli mempersiapkan bahan
literatur, konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa masalah, konsultasi
dengan bagian laboratorium untuk jenis spesimen dan biaya, serta
menyiapkan peralatan kesekretariatan yang diperlukan (komputer, kamera,
dll).
2. Investigasi KLB meliputi : Epidemiologi Deskriptif
1) Identifikasi Informasi :
 Ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
 Hasil laboratorium
 Periksa untuk ada tidak duplikasi data
 Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
2) Demografi :
Tentukan karakteristik orang / petugas untuk populasi definitif yang
beresiko
Informasi ini didapatkan dari :
1) Penemuan klinis
- Definisi kasus jelas
- Waktu terjadinya kasus
- Data suplemen (kematian)
2) Informasi faktor resiko : dapat digunakan untuk penyakit spesifik
yang masih dalam pertanyaan
3) Informasi pelapor : identitas pembuat laporan
3. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik
penyakit. Apa penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya
dan faktor resiko apa yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal-hal
tersebut harus ditanyakan pada pasien dan staff rumah sakit dan kemudian
gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar pembuatan hipotesa.
4. Uji Hipotesa
5. Pengawasan sumber penularan
6. Menyempurnakan Hipotesa
7. Membuat dan mendistribusi laporan KLB
8. Diagnosa yang jelas
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan
laboratoris (jika memungkinkan) atau diagnosa ditegakkan berdasarkan
kriteria standart untuk definisi kasus yang dipakai. Untuk menegakkan
diagnosa ini diperlukan pengumpulan informasi yang detail mengenai
gejala klinis dan kriteria diagnostik serta konsultasi dengan dokter
penanggung jawab pasien untuk mempertegas penegakan diagnosa klinis.
Dikonfirmasi apakah benar terjadi infeksi dengan menilai kembali gejala
klinik dan hasil kultur dari laboratorium. Periksa kembali dengan petugas
laboratorium penyebab terjadi peningkatan infeksi untuk memastikan
diagnosa dan tidak terjadi kesalahan di laboratorium. Selain itu dilakukan
anamnesa penderita mengenai etiologi, transmisi dan penyakit lain yang
hampir mirip.
9. Konfirmasi terjadi KLB
Setelah diagnosa tegak, dilakukan konfirmasi ulang terjadinya KLB.
Apakah kejadian ini dianggap sebagai masalah, dengan membandingkan
kasus yang yang diamati dengan kasus yang terjadi infeksi/KLB, dari data
surveilans, laboratorium, rekam medik RS, angka kematian dan angka
kesakitan.
Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus/insidens suatu penyakit.
Angka ini didapatkan dengan cara membandingkan kasus/insidens dengan
jumlah kasus/insidens pada minggu, bulan atau beberapa tahun
sebelumnya dalam periode waktu yang sama. Harus selalu diingat bahwa
peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan periode waktu
sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB. Selain karena KLB
peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain :
 Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus.
 Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih
antusias untuk berobat.
 Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.
B. KOMUNIKASI
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB
dengan prosedur :
1. Melaporkan kepada Direktur RS
2. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
3. Bila KLB bertambah banyak , lapor ke Dinas Kesehatan
4. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu
C. MANAJEMEN
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan
mengetahui diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah
dilaksanakan segera. Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan anggaran perlu
dibicarakan dengan pihak manajemen Rumah Sakit.
D. PENGAWASAN
Pada proses pengawasan, Panitia PPI mengatur mengenai hal-hal sebagai
berikut :
1. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
2. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
3. Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan
4. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
5. Definisikan pertemuan dengan anggota
6. Evaluasi pengawasan
E. KLB BERAKHIR
Pada saat KLB berakhir, Panitia PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah
berakhir secepatnya. Kemudian Panitia PPI membuat laporan lengkap KLB
kepada Direktur RS Advent Manado. Pelaporan dan Diseminasi.Jika semua
informasi mengenai masalah yang diidentifikasikan sudah terkumpul maka
perlu dibuat laporan baik mengenai seluruh data yang diperoleh maupun
masalah pencegahan dan pemberantasan infeksi yang ditentukan selama
proses.

Mekanisme pelaporan hasil:


Laporan dibuat dengan baik dan lengkap berdasarkan data perhitungan di atas
Isi laporan mengenai seluruh data yang diperoleh, masalah pencegahan dan
penanggulangan yang ditemukan selama proses data.
Informasi disebarluaskan kepada semua pihak yang membutuhkan, terutama
pimpinan rumah sakit sebagai pembuat keputusan.
Sebelum laporan disebarluaskan, sebaiknya dibawa dalam forum Komite
untuk didiskusikan dengan anggota lain dan direktur rumah sakit.
Hasil laporan disampaikan juga kepada anggota tim agar pihak terkait dapat
memanfaatkan informasi tersebut.

Langkah – langkah investigasi KLB

1.Persiapan 2. Memastikan KLB 3. Vertifikasi


lapangan DX

6. Membuat 5. Pengelolahan data 4. Defenisi &


Hipotesa deskriptif Penentuan kasus

8. Memperbaiki 10. Komunikasi Hasil


7. Evaluasi Hypotesa Temuan
Hypotesa

9. Pencegahan & pengendalian


PENANGANAN OUT BREAK

DIREKTUR RUMAH SAKIT

TIM PENGENDALI/PENANGANAN KLB

PANITIA PPI

INFECTION PREVENTION AND


CONTROL NURSE / ICN

KETERANGAN :
Petugas Pelaksana / ICN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada
pasien yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Panitia PPI bisa mengetahui
kejadian infeksi atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas
pelaksana/ ICN Melaporkan ke Panitia PPI. Kemudian Panitia PPI mengecek
kebenarannya ke tempat yang melaporkan. Setelah itu, atas persetujuan Direktur
Rumah Sakit, Panitia PPI membentuk Tim Pengendali KLB. Hasil investigasi Tim
Pengendali KLP selanjutnya dilaporkan pada Direktur RS Advent Manado
BAB IV
DOKUMENTASI

 Investigasi KLB

Anda mungkin juga menyukai