Anda di halaman 1dari 73

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)

RUANG ICU
RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan


Departemen Keperawatan Bedah

Disusun Oleh:

DEVI FATMAWATI
180070300011028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : Bedah Persepti : Devi Fatmawati


Periode :I Perseptor Klinik :
Ruang : ICU Minggu : IV

A. Target Yang Ingin dicapai


1. Membuat 1 Rencana kegiatan mingguan
2. Membuat 1 laporan pendahuluan
3. Mampu melakukan pengkajian pada pasien kasus bedah di ruang ICU
4. Membuat analisa data yang diperoleh dari pengkajian pada pasien kasus
bedah di ruang ICU
5. Menentukan masalah keperawatan yang muncul dan dapat memprioritaskan
masalah
6. Mengintrepetasikan masalah keperawatan yang didapat, meliputi tujuan dan
kriteria hasil yang ingin dicapai
7. Membuat rencana intervensi keperawatan dengan masalah keperawatan
yang muncul
8. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah dibuat
kepada pasien Meliputi :
1) Memenuhi kebutuhan oksigen
2) Memenuhi kebutuhan sirkulasi dan cairan
3) Memenuhi kebutuhan nutrisi
4) Memenuhi kebutuhan eliminasi
5) Memenuhi kebutuhan mobilisasi/pergerakan/imobilisasi
6) Memenuhi kebutuhan istirahat tidur
7) Memenuhi kebutuhan personal hygiene
8) Memenuhi kebutuhan suhu tubuh normal
9) Memenuhi keselamatan klien
10) Memenuhi kebutuhan dalam komunikasi
11) Memenuhi kebutuhan spiritual
12) Penatalaksanaan pemberian obat
13) Penatalaksanaan dengan model keperawatan kronis
9. Membuat catatan perkembangan pasien setelah dilakukan implementasi
10. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien lain selain pasien
kelolaan (Resume)
B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Melakukan pengkajian awal, terdiri dari: alergi, Hari 1 Terlaksana
alasan masuk RS, riwayat kesehatan
(genogram)
2 Melakukan pemeriksaan fisik (head to toe, B1- Hari 1 Terlaksana
B6)

3 Melakukan pemeriksaan neurologi dasar: Hari 1 Terlaksana


GCS, Pupil, fungsi motorik, fungsi sensibilitas,
fungsi saraf kranial, tanda rangsang
meningeal, tingkat keperahan stroke dengan
skala NHSS, tingkat kecacatan/ketunaan
dengan skala rangking, prognosis stroke
dengan skala orpington, skrining fungsi
menelan
4 Melakukan pemeriksaan dan analisis Hari 1 Tidak
spirometri Terlaksana
5 Melakukan pengkajian status psikososial dan Hari 1 Terlaksana
ekonomi

6 Melakukan pengkajian resiko jatuh Hari 1 Terlaksana

7 Melakukan pengkajian status fungsional Hari 1 Terlaksana

8 Melakukan pengkajian status nyeri denga n Hari 1 Terlaksana


VAS/CPOT/NRS

9 Melakukan pengkajian skrining gizi Hari 1 Terlaksana

10 Melakukan pengkajian kebutuhan edukasi Hari 1 Terlaksana

11 Melakukan pengkajian kebutuhan discharge Hari 1 Terlaksana


planning
12 Menganalisis data dari hasil pengkajian Hari 1 Terlaksana

13 Menetapkan diagnose dan prioritas masalah Hari 1 Terlaksana


keperawatan
14 Menetapkan tujuan sesuai kriteria hasil Hari 2 Terlaksana

15  Mencari literature untuk membuat Hari 2 Terlaksana


intervensi keperawatan
 Membuat renpra
16 Melakukan implementasi Hari ke Terlaksana
Melakukan skill/keterampilan sebagai berikut: 1-6
1) Monitoring tanda perburukan fungsi
pernafasan
2) Memberikan oksigen: simple mask,
rebreathing mask,
3) non-rebreathing mask, tracheostomy
mask
4) Melakukan suctioning: nasotracheal,
oropharyngeal, nasopharyngeal, closed
suction
5) Melakukan perawatan trakeostomi:
perawatan tube, membersihkan luka, ganti
balutan
6) Melakukan fisioterapi dada
7) Melakukan postural drainage*
8) Melakukan perawatan dengan ventilator
mekanik
9) Memenuhi kebutuhan sirkulasi dan cairan
10) Melakukan interpretasi rekaman EKG
11) Melakukan pemberian transfusi darah :
mengecek instruksi,
12) mencocokan identitas, memberikan darah,
monitor
13) selama pemberian, evaluasi reaksi
transfusi
14) Menentukan kebutuhan resusitasi cairan
pada pasien luka bakar
15) Melakukan pemberian posisi kepala netral
16) Melakukan tatalaksana klien terpasang
External Ventrikular Drainage (EVD)
17) Melakukan tatalaksana klien dengan
peningkatan tekanan Intrakranial
18) Melakukan aspirasi pada klien dengan
ekstravasasi
19) Memberikan kompres hangat/ dingin pada
klien dengan ekstravasasi*
20) Melakukan perawatan Central
line/Peripherally Inserted Central
Line(PICC) catheter
21) Melakukan tatalaksana keperawatan klien
yang akan diberikan transfusi dan produk
darah yg membutuhkan observasi khusus
22) Melakukan Perawatan AV shunt/ CDL*
23) Mengukur CVP
24) Melakukan penekanan di area perdarahan
pada klien dengan radioterapi/
hemodialisis*
25) Memenuhi kebutuhan nutrisi
26) Melakukan pemasangan tube feeding /
nasogastric pda klien dengan kondisi kritis
atau kondisi khusus
27) Memberikan nutrisi per oral pada pasien
berisiko tinggi
28) Memberikan nutrisi melalui tube feeding /
nasogastric
29) Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
gula darah
30) Melatih fungsi menelan pada klien dengan
disfagia
31) Pemberian nutrisi parenteral
32) Melakukan irigasi NGT
33) Memberikan makan secara oral pada klien
post tindakan brakhiterapi nasofaring*
34) Memenuhi kebutuhan eliminasi
35) Melakukan pemasangan intermitten
kateter**
36) Melakukan pemasangan kateter urin /
Douer katheter laki-laki/ perempuan
37) Melakukan enema/peroral*
38) Melakukan manual evakuasi feses*
39) Melakukan perawatan sistostomi
40) Melakukan perawatan kolostomi
41) Melakukan monitoring dan evaluasi
keseimbangan cairan
42) Melepas kateter menetap
43) Melakukan irigasi kateter / bladder
44) Memenuhi kebutuhan
mobilisasi/pergerakan/ immobilisasi
45) Mengkaji risiko dekubitus (Skala Norton/
Skala Braden)
46) Melakukan perawatan kulit pada klien
resiko tinggi
47) Melaksanakan alih baring dengan five
pillow
48) Melakukan Range of Motion (ROM) pada
kasus pathologis
49) Melakukan perubahan posisi dengan
metode logroll
50) Melakukan mobilisasi pada klien paska
operasi
51) Melakukan perawatan klien dengan traksi:
skin traksi,skeletal traksi, hallow traksi,
kotrel traksi
52) Melatih mobilisasi pada klien paska
amputasi
53) Melakukan penatalaksanaan posisi pada
klien gangguan jantung*
54) Melatih mobilisasi pada klien dengan
gangguan jantung
55) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
56) Mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi masalah tidur
57) Melakukan penilaian skala nyeri
58) Melakukan evaluasi pemberian relaksan*
59) Melakukan pencegahan cidera selama
klien tidur
60) Melakukan tindakan untuk penurunan
distraksi Lingkungan
61) Memenuhi kebutuhan personal hygiene,
integumen
62) Memandikan klien dengan kondisi kritis/
luka bakar
63) Melakukan perawatan mulut klien dengan
penurunan kesadaran
64) Monitoring dan evaluasi pencapaian
pemenuhankebutuhan personal hygiene
65) Melakukan pengkajian luka kronis
66) Melakukan perawatan luka amputasi
67) Melakukan perawatan drain
68) Melakukan perawatan luka post operasi
diameter > 5 cm
69) Melakukan perawatan luka kanker
dewasa atau anak dengan perdarahan,
high exudatif, infeksi, bau, dan nyeri
70) Melakukan perawatan luka percutaneus
tube: gastrostomi, neprostomi,
trachesotomi, sistostomi, trans bilier
hepatic dengan infeksi, maserasi,
eskoriasi.
71) Melakukan perawatan luka simple fistula
dengan high exudatif, maserasi, eskoriasi
72) Melakukan perawatan luka kaki diabetik
tanpa penyulit
73) Melakukan perawatan luka arterial dan
venous ulcer dan bandaging tanpa
penyulit***
74) Memenuhi kebutuhan suhu tubuh normal
75) Melakukan pemberian antipiretik
76) Melakukan monitoring suhu tubuh klien
77) Memenuhi keselamatan klien
78) Melakukan pengkajian ulang jatuh dengan
Skala Morse, Hamty Damty, Time Up and
Go
79) Melakukan edukasi klien yang beresiko
jatuh tinggi
80) Melakukan tindakan pencegahan
mencederai diri dengan restrain fisik
81) Melakukan tindakan pencegahan
mencederai diri dengan restrain obat
82) Melakukan evaluasi efektifitas
penggunaan matras Antidekubitus
83) Melakukan penggantian alat tenun pada
klien kondisi kritis
84) Memenuhi kebutuhan dalam komunikasi
85) Memenuhi kebutuhan spiritual
86) Melakukan perawatan terminal dengan
pendekatan spiritual
87) Melakukan pelepasan infus saat terjadi
ekstravasasi ***
88) Mendampingi klien selama simulasi :
observasi perdarahan dan aspirasi
89) Melakukan timbang terima klien ke
perawat ruangan
90) Melakukan observasi kesadaran
91) Melakukan penatalaksanaan keperawatan
neurodiagnostik
92) Melakukan pemeriksaan menggunakan
tools: MMSE (Mini Mental State Exam)
93) Melakukan persiapan klien paska operasi
kasus bedah syaraf
94) Penatalaksanaan pemberian obat
95) Melakukan pemberian obat melalui
nasogastrik
96) Melakukan pemberian obat oral
97) Melakukan pemberian obat melalui
nebulization
98) Melakukan pemberian obat melalui central
line
99) Observasi pemberian obat Patient
Controlled Analgesia (PCA)
100) Melakukan pemberian obat Metered
Dose Inhaler (MDI) dengan inhaler
101) Melakukan pemberian obat non
narcotic agents
102) Penatalaksanaan dengan model
keperawatan kronis
103) Melakukan tindakan dengan
menggunakan model keperawatan kronis

7 Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan Hari 1-6


dan evaluasi proses keperawatan secara
keseluruhan

C. Evaluasi Diri Praktikan


1. Praktikan dirasa sudah mempunyai bekal dan pengetahuan yang cukup
dalam melakukan intervensi kepada pasien dengan supervisi dari preceptor
klinik
2. Preceptor klinik telah menjelaskan SOP tindakan-tindakan yang boleh
dilakukan praktikan sehingga meminimalisir terjadinya KTD.

D. Rencana Tindak Lanjut


1. Untuk kegiatan yang tidak dapat terlaksana di stase bedah akan dilanjutkan
dan diimplementasikan di stase berikutnya yang memungkinkan adanya
pasien dengan masalah terkait.

Malang, Januari 2019


Mengetahui Persepti
Perseptor Ruang ICU

( ) (Devi Fatmawati)
LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Bedah


di Ruang ICU Rumah Sakit Tingkat II Dr. Soepraoen Malang

Disusun oleh:
Devi Fatmawati
NIM. 180070300011028
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA

1. Definisi
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi
atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-
organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan
esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus
dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia (Carcangiu, 2008).

2. Klasifikasi
Berdasakan fisiologisnya menurut Nikiforov (2009) struma dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis
menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacm ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi
secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar. untuk mempertahankan
kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai
kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif
terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit
kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan
kemampuan bicara.
3. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon
jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan.Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah
yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan
tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan
menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara
dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada
tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok,
dan atrofi otot.

Sementara secara klinis menurut Khan (2010) klasifikasi dtruma antara lain:
1. Struma toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa
toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi
dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan
tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik
teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik
(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh
hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave
(gondok eksoftalmik/exophtalmic. goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak
ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.
2. Struma non toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa
non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat
kimia.Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang
maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat
urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan
prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat
di atas 30 %.

3. Etiologi dan Faktor Risiko


Menurut Marianti (2016) etiologi dan faktor risiko yang menyebabkan struma antara
lain:
1. Hipertiroidisme dan hipotiroidisme: penyakit gondok dapat terjadi karena kinerja kelenjar
tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) atau menurun (hipotiroidisme). Keduanya akan
memicu pembengkakan kelenjar tiroid. Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh
penyakit graves. Sementara hipotiroidisme dapat dipicu oleh kekurangan yodium atau
penyakit Hashimoto. Penyakit hashimoto dan penyakit graves merupakan kondisi
autoimun.
2. Defisiensi yodium: yodium dibutuhkan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid.
Zat ini dapat ditemukan dalam ikan, tiram, rumput laut, sereal, biji-bijian, serta susu sapi.
Karena kekurangan yodium, kinerja kelenjar tiroid akan menurun dan mengalami
pembengkakan.
3. Merokok: asap tembakau yang mengandung senyawa tiosianat dapat mempengaruhi
kemampuan tubuh dalam menyerap yodium
4. Keberadaan nodul dalam kelenjar tiroid. Kebanyakan nodul ini bersifat jinak namun
demukian tetap memerlukan pemeriksaan yang menyeluruh untuk menyingkirkan
kemungkinan keganasan
5. Pengaruh kanker tiroid
6. Inflamasi kelenjar tiroid akibat infeksi virus, bakteri, atau obat-obatan tertentu
7. Perubahan hormon karena pubertas, kehamilan, dan menopause
8. Pajanan radiasi, misalnya saat menjalani radioterapi
9. Pengaruh obat litium yang umumnya digunakan untuk menangani depresi dan gangguan
bipolar

4. Epidemiologi
Dilaporkan pada tahun 2009 di Amerika ditemukan kasus struma pada sejumlah
lebih dari 250.000 pasien. Menurut WHO Indonesia sendiri merupakan negara yang
dikategorikan endemis kejadian struma. Penyakit ini dominan terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki, pada umumnya 95% kasus struma bersifat jinak dan sisanya 5%
kemungkinan bersifat ganas (maligna). Pada area endemik kekurangan iodium, struma
nodular toksik terjai sekitar 58% dari kasus hipertiroidism, 10% berbentuk nodul toksik
yang solid. Grave disease terjadi sekitar 40% dari kasus hipertiroidism. Kompersi lokal
yang terjadi berhubungan dengan perkembangan nodul dan kelenjar mengakibatkan
terjadinya dyspnea, serak, dan dysphagia. Struma nodular toksik lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria. Pada wanita dan pria berusia diatas 40 tahun rata-rata prevalensi
nodul yang bisa teraba adalah 5-7% dan 1-2%. Kebanyakan pasien struma nodular toksik
berusia lebih dari 50 tahun. Thyrotoksikosis sering terjadi pada pasien dengan riwayat
struma yang berkepanjangan. Toksisitas terjadi pada pasien dengan perkembangan
fungsi yang otonomik. Toksisitas meningkat pada dekade 6 dan 7 dari kehidupan
khususnya orang dengan riwayat keluarga mengalami struma nodular toksik.

5. Patofisiologi

Pada orang sehat, hipotalamus menghasilkan thyrotropin-releasing hormone (TRH)


yang merangsang kelenjar pituitari anterior untuk menyekresikan thyroid-stimulating
hormone (TSH) dan hormon inilah yang memicu kelenjar tiroid melepaskan hormon
tiroid. Tepatnya, kelenjar ini menghasilkan prohormone thyroxine (T4) yang mengalami
deiodinasi terutama oleh hati dan ginjal menjadi bentuk aktifnya, yaitu triiodothyronine
(T3). T4 dan T3 terdapat dalam 2 bentuk: 1) bentuk yang bebas tidak terikat dan aktif
secara biologik; dan 2) bentuk yang terikat pada thyroid-binding globulin (TBG). Kadar
T4 dan T3 yang bebas tidak terikat sangat berkorelasi dengan gambaran klinis pasien.
Bentuk bebas ini mengatur kadar hormon tiroid ketika keduanya beredar di sirkulasi
darah yang menyuplai kelenjar pituitari anterior.
Dari sudut pandang penyakit Graves, patofisiologi terjadinya tirotoksikosis ini melibatkan
autoimunitas oleh limfosit B dan T yang diarahkan pada 4 antigen dari kelenjar tiroid:
TBG, tiroid peroksidase, simporter natrium-iodida, dan reseptor TSH. Reseptor TSH
inilah yang merupakan autoantigen utama pada patofisiologi penyakit ini. Kelenjar tiroid
dirangsang terus-menerus oleh autoantibodi terhadap reseptor TSH dan berikutnya
sekresi TSH ditekan karena peningkatan produksi hormon tiroid. Autoantibodi tersebut
paling banyak ditemukan dari subkelas imunoglobulin (Ig)-G1. Antibodi ini
menyebabkan pelepasan hormon tiroid dan TBG yang diperantarai oleh 3,’5′-cyclic
adenosine monophosphate (cyclic AMP). Selain itu, antibodi ini juga merangsang
uptake iodium, sintesis protein, dan pertumbuhan kelenjar tiroid.
Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon hormon
tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat yang melibatkan banyak sistem organ
dan merupakan bentuk paling berat dari tirotoksikosis. Gambaran klinis berkaitan
dengan pengaruh hormon tiroid yang semakin menguat seiring meningkatnya
pelepasan hormon tiroid (dengan/tanpa peningkatan sintesisnya) atau meningkatnya
intake hormon tiroid oleh sel-sel tubuh. Pada derajat tertentu, respon sel terhadap
hormon ini sudah terlalu tinggi untuk bertahannya nyawa pasien dan menyebabkan
kematian. Diduga bahwa hormon tiroid dapat meningkatkan kepadatan reseptor beta,
cyclic adenosine monophosphate, dan penurunan kepadatan reseptor alfa. Kadar
plasma dan kecepatan ekskresi urin epinefrin maupun norepinefrin normal pada pasien
tirotoksikosis.
Meskipun patogenesis krisis tiroid tidak sepenuhnya dipahami, teori berikut ini telah
diajukan untuk menjawabnya. Pasien dengan krisis tiroid dilaporkan memiliki kadar
hormon tiroid yang lebih tinggi daripada pasien dengan tirotoksikosis tanpa komplikasi
meskipun kadar hormon tiroid total tidak meningkat. pengaktifan reseptor adrenergik
adalah hipotesis lain yang muncul. Saraf simpatik menginervasi kelenjar tiroid dan
katekolamin merangsang sintesis hormon tiroid. Berikutnya, peningkatan hormon tiroid
meningkatkan kepadatan reseptor beta-adrenergik sehingga menamnah efek
katekolamin. Respon dramatis krisis tiroid terhadap beta-blockers dan munculnya krisis
tiroid setelah tertelan obat adrenergik, seperti pseudoefedrin, mendukung teori ini. Teori
ini juga menjelaskan rendah atau normalnya kadar plasma dan kecepatan ekskresi urin
katekolamin. Namun, teori ini tidak menjelaskan mengapa beta-blockers gagal
menurunkan kadar hormon tiroid pada tirotoksikosis.
Teori lain menunjukkan peningkatan cepat kadar hormon sebagai akibat patogenik dari
sumbernya. Penurunan tajam kadar protein pengikat yang dapat terjadi pasca operasi
mungkin menyebabkan peningkatan mendadak kadar hormon tiroid bebas. Sebagai
tambahan, kadar hormon dapat meningkat cepat ketika kelenjar dimanipulasi selama
operasi, selama palpasi saat pemeriksaan,atau mulai rusaknya folikel setelah terapi
radioactive iodine (RAI). Teori lainnya yang pernah diajukan termasuk perubahan
toleransi jaringan terhadap hormon tiroid, adanya zat mirip katekolamin yang unik pada
keadaan tirotoksikosis, dan efek simpatik langsung dari hormon tiroid sebaai akibat
kemiripan strukturnya dengan katekolamin.

Pathway Struma

G3 organik kelenjar G3 Fungsi Hipotalamus

tiroid /hipofisis

Produksi TSH meningkat

Produksi hormone

tiroid meningkat

Metabolisme tubuh Peningkat Peningkata


Proses
Aktifitas
meningkat
an aktv n glikogenesis
GI
rangsangan meningkat
SSP meningk
Produksi Kebutuhan Perub Peningkata
SSP Proses at
kalor Nafsu
cairan konduksi n aktivitas
meningkat pembakaran makan
meningkat
listrik SSP
Peningkatan lemak meningk
Disfungsi
Defisit Beban kerja Penurunan
jantung meningkat
suhu tubuh at
6. Manifestasi Klinis
Menurut Mayo Clinic (2018) manifestasi klinis dari struma diantaranya:
1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi
Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja perangsangan
jantung, sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Bila
akhirnya penyakit ini menghebat, bias timbul fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung
kongestif. Tekanan nadi hampir selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer
biasanya terdapat pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas. Pembuluh darah di
perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi glomerulus, aliran plasma ginjal, serta traspor
tubulus akan meningkat di ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid dan
obat akan dipercepat.
2. Meningkatnya pengeluaran keringat
Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan metabolisme panas,
proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh tubuh. Metabolisme basal hampir
mendekati dua kalinya menyebabkan pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan
mudah berkeringat.

3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat kurangnya
atau tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh usus. Maka dari itu system
eliminasi pada penderita struma terganggung.
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu, timbul tremor
halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia saraf tepi oleh
karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan
sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien
lebih mudah terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang
sepele

6. Penurunan berat badan


Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel lemak tubuh)
menyebabkan berat badan menurun, asam lemak bebas dihasilkan menuju aliran darah
dan bersirkulasi ke tubuh. Lipolisis juga menyebabkan hiperlipidasidemia dan
meningkatnya enzim proteolitik sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan
dengan peningkatan pembentukan dan ekresi urea.
7. Pembesaran mata
Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis yang sekunder,
gejala mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak seberapa jelas. Pada hipertiroidisme
imunogenik (morbus Graves) eksoftalmus dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan
abnormal di belakang bola mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang
berlebihan, dan peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada reaksi imun terhadap
antigen retrobulbar yang tampaknya sama dengan reseptor TSH. Akibatnya, terjadi
inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan bola mata, infiltrasi limfosit, akumulasi asam
mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan ikat retrobulbar.
8. Nyeri pada tenggorokan
Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan ). Dibagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma mendorong trachea
sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada gangguan pemenuhan
oksigen.
9. Suara serak
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa struma menurut
Khan (2010) antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika
terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu
lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakanpada saat
pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
b. Palpasi: Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid
dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Tes fungsi hormon: Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan
perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar
total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas
serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar
TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma
sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien
hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien
peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian
pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI)
digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan
mengubah yodida.
b. Foto rontgen leher: Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah
menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).
c. Ultrasonografi (USG): Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok
akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan
kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan
leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista,
adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
d. Sidikan (Scan) tiroid: Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif
bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah.
Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama
beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid.
e. Biopsi aspirasi jarum halus: Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan
suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan
bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil
negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar
dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi
oleh ahli sitologi.

8. Penatalaksanaan
Menurut Mayo Clinic (2018) penatalaksanaan struma antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan
dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak
mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti
tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan
tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total
tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka
perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan
tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian
diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup
memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.
2. Yodium radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif
tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap
jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau
kelainan genetik. Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang
harus diminum di rumah sakit,obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah
operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
3. Pemberian tiroksin dan obat anti tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan
TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan
metimasol/karbimasol.dsd

9. Komplikasi
Menurut American Thyroid Association (2015) komplikasi dari struma antara lain:
1. Suara menjadi serak/parau
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau
2. Perubahan bentuk leher
Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dan tidak
simetris

3. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak pada gangguan
pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.
4. Kesulitan bernapas
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada
gangguan pemenuhan oksigen
5. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh
hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi
sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50
tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung
6. Oftalmopati graves
Oftalmopati graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata
yang belebihan, dan peningkatan gotofobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien
sehingga aktvitas rutin pasien terganggu
7. Dermopati graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama pada kulit di bagian atas tibia bagian
bawah (miksedema pretibia) yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans. Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas: meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, pekerjaan, agama,
alamat, dan nama kerabat pasien
b. Keluhan utama: pasien mengeluh adanya benjolan di leher
c. Riwayat penyakit terdahulu: perlu ditanyakan terkait riwayat penyakit terdahulu yang
berhubungan dengan struma, misalnya pernah menderita struma lebih dari 1 kali,
tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit struma.
d. Riwayat kesehatan keluarga: anggota keluarga biasanya pernah menderita struma
e. Riwayat psikososial: Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
f. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan
suhu yang berubah.
- Kepala dan leher: Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam
dua sampai tiga hari.
- Sistem pernapasan: Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
- Sistem neurologi: Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
- Sistem gastrointestinal: Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan
hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang
g. Pengkajian data dasar
- Aktivitas dan istirahat: insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
- Eliminasi: urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare
- Integritas ego:mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, depresi.
- Makanan/cairan: kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid
- Rasa nyeri/kenyamanan: nyeri orbital, fotofobia.
- Keamanan: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas
37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan
lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi
eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
- Seksualitas: Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.

2. Diagnosa yang mungkin muncul


a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah
esofagus
c. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laryngeal
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
e. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema
otot, terputusnya jaringan syaraf
f. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi
g. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah
sekunder terhadap pembedahan.
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.
i. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
j. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
otak
k. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
l. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan denganpeningkatan
metabolisme ( peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)

3. Asuhan Keperawatan
a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan
cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria hasil :
- Tidak sesak
- Tidak ada sumbatan pada trachea
Intervensi :
- Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
- Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
- Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
- Atur posisi semifowler
- Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
- Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
- Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.

b. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal


yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
Tujuan : Klien dapat komunikasi secara verbal
Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.
Intervensi :
- Kaji pembicaraan klien secara periodic
- Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
- Kunjungi klien sesering mungkin
- Ciptakan lingkungan yang tenang.

c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema


otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yang
menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
- Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
- Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
- Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat
alih posisi .
- Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
- Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

d. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai


dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
Intervensi :
- Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
- Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan
laut, kedelai, Lobak cina dll.
- Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.

e. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah


sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan :tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital.
- Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
- Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.(> 50 cc).

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah


esophagus
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil : berat badan kembali normal,napsu makan klien bertambah, klien
mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi :
- Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan alasan untuk tidak makan
- Observasi dan catat asupan pasien ( cair dan padat )
- Tentukan makanan kesukaan klien
- Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit


Tujuan :klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri
Kriteria hasil :mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya, mengakui
dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
Intervensi :
- Berikan waktu untuk pasien mengekspresikan perasaanya tentang perubahan
dan penampilan dan fungsi
- Identifikasi dan tekankan kekuatan pasien serta bantu pasien menyusun tujuan
realistik
- Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
- Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
- Dorong pasien melakukan perawatan diri
- Bimbing dan kuatkan pasien pada aspek – aspek positif dari penampilannya dan
upayanya dalam menyusaikan diri dengan perubahan citra tubunya
- Ajarkan dan dorong strategi koping dan sehat

h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.


Tujuan :
Mencapai Pemeliharaan Suhu Tubuh Normal dengan kriteria : Suhu dalam batas normal
36,5
Intervensi :
a. Pantau Tanda Vital (Suhu ) Tiap 2 jam (Menilai peningkatan dan penurunan suhu
tubuh)
b. Berikan Tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut (Meminimalkan
Kehilangan Panas)
c. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (Mengurangi vasodilatasi
perifer dan kolaps vaskuler)
d. Lindungi Terhadap Pajanan hawa dingin dan hembusan angin (Meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas)

i. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan motilitas usus


Tujuan : keseimbangan cairan tubuh
a. Tanda-tanda vital tetap stabil
b. Warna kulit dan suhu normal
c. Volume cairan tetap adekuat
d. Pasien memproduksi volume urine yang adekuat
e. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembab
f. Volume cairan dan darah kembali normal
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai
stabil.
(Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit)
2) Kaji turgor kulit dan membrane mukosa mulut setiap 8 jam
(Untuk memeriksa dehidrasi dan menghindari dehidrasi membrane mukosa)
3) Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang
signifikan termasuk urine.
(Haluaran urin yang rendah mengindikasikan hipovolemi)
4) Berikan cairan IV sesuai instruksi.
(Untuk mengganti cairan yang hilang)
5) Timbang pasien pada waktu yang sama setiap hari
(Berat badan merupakan indicator yang baik untuk status cairan)

j. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak


Tujuan:
a. Pasien mempertahankan atau meningkatan tingkat kesadaran saat ini
b. TIK normal
c. Tekanan darah cukup untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral tetapi
cukup rendah untuk mencegah peningkatan perdarahan
d. Hiperkapnia dapat dicegah
e. Pasien terbebas dari nyeri
f. Factor resiko perubahan perfusi jaringan serebral dapat dikurangi semaksimal
mungkin.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian neurologis setiap 1 sampai 2 jam pada awalnya selanjutnya
setiap 4 jam bila pasien sudah stabil
(Untuk menskrining perubahan tingkat kesadaran dan status neurologis)
2) Ukur tanda-tanda vital setiap 1 sampai 2 jam kemudian setiap setiap 4 jam jika
pasien sudah stabil
(Untuk mendeteksi secara dini tanda-tanda penurunan perfusi jaringan serebral atau
peningkatan TIK)
3) Tinggikan kepela tempat tidur pasien 30 derajat
(Untuk mencegah peningkatan tekanan intraserebral dan untuk memfsilitasi drainase
vena sehingga menurunkan edema serebral)
4) Pertahankan kepala pasien dalam posisi netral
(Untuk mempertahankan arteri karotis tanpa halangan sehingga dapat memfasilitasi
perfusi)
5) Bila skor GCS pasien kurang dari 10 hiperventilasikan pasien dengan ventilator
sesuai dengan kebijakan
(Layanan untuk meningkatkan oksigenasi dan mencegah pembengkakan serebral dan
hiperkapnia)
6) Pertahankan lingkungan dan pasien tetap tenang. Berikan sedasi bila perlu
(Tindakan tersebut mengurangi peningkatan TIK)

k. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan


hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
Tujuan :
Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan kriteria hasil :
a. Nadi perifer dapat teraba normal.
b. Vital sign dalam batas normal.
c. Pengisian kapiler normal
d. Status mental baik
e. Tidak ada disritmia
Intervensi :
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
(Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer
yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi)
2) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
(Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau
iskemia)
3) Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels).
(S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada
keadaan hipermetabolik)
4) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi,pengisian kapiler lambat
(Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan
menurunkan curah jantung)
5) Catat masukan dan haluaran (Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat
menimbulkan dehidrasi berat)
6) Kolaborasi : berikan obat sesuai dengan indikasi
a. Penyekat beta seperti: propranolol, atenolol, nadolol
(diberikan untuk mengendalikan pengaruh tirotoksikosis terhadap takikardi, tremor dan
gugup serta obat pilihan pertama pada krisis tiroid akut. Menurunkan frekuensi/ kerja
jantung oleh daerah reseptor penyekat beta adrenergic dan konversi dari T 3dan T4.
Catatan: jika terjadi bradikardi berat, mungkin dapat diberikan atropine)
b. Kortikosteroid, sepert deksametason
(memberikan dukungan glukokortikol. Menurunkan hipertermia, menghilangkan
kekurangan adrenal secara relative menghalangi absorbsi kalsium dan menurunkan
perubahan T3 dan T4 di daerah perifer)
7) Kolaborasi :
a. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
· Kalium serum (berikan pengganti sesuai indikasi)
(hipokalemi sebagai akibat dari kehilangan melalui gastrointestinal )
· Kalsium serum
(terjadi peningkatan dapat mengubah kontraksi jantung)
· Kultur sputum
(infeksi paru merupakan factor pencetus krisis yang paling sering)
b. Berikan selimut dingin sesuai indikasi
(kadang – kadang digunakan untuk menurunkan hipertermi yang tidak terkontrol (lebih
tinggi dari 40°C) untuk menurunkan kebutuhan metabolisme atau konsumsi oksigen
dan menurunkan beban kerja jantung )

l. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan denganpeningkatan


metabolisme ( peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
Tujuan :
a. Nafsu makan baik.
b. Berat badan normal
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
(Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi
resisten yang mengakibatkan hiperglikemia)
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
(Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid)
c. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkn jumlah makanan dengan makanan
tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
(Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambah kalori tetapi
tinggi pada pengguanaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik)
d. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
(Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai)
Daftar Pustaka

American Thyroid Association, 2015, Goiter, (Online), (https://www.thyroid.org/goiter/,


diakses 10 Juli 2018).
Carcangiu ML. Thyroid. In: Mills SE. Histology for Pathologist. 3rd ed. Lippincott Williams &
Wilkins, 2008: 1130-42.
Khan A, Nose V. Pathology of Thyroid Gland. In : Lloyd RV. Endocrine Pathology.
Differential Diagnosis and Molecular Advances. 2nd ed. USA. Springer; 2010: 181-235.
Mayo Clinic, 2018, Goiter, (Online), (https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/goiter/diagnosis-treatment/drc-20351834, diakses 10 Juli 2018)
Nikiforov YE, Biddinger PW, Thompson LDR. Diagnostic Pathology and Molecular Genetics
of the Thyroid. Lippincott Williams & Wilkins; 2009: 95- 356.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN STRUMA
DI RUANG ICU RST TK II Dr. SOEPRAOEN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Profesi Ners
Departemen Surgical (Bedah)

Disusun Oleh:
Devi Fatmawati
180070300011028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
P
A
JURUAN KEPERAWATAN G
E
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Devi fatmawati Tempat Praktik


: R. ICU
NIM : 180070300011028 Tgl. Praktik : 18-24 Februari 2019

A. Identitas Klien
Nama :Ny. S ............................................ No. RM :32 18 67
Usia :42 tahun ......... Tgl. Masuk :19/02/2019
........................ Jam Masuk RS : 13.00 WIB
Jenis kelamin :Perempuan .................................. Tgl. Pengkajian :19/02/2019
Alamat :Selorejo, Blitar .............................. Jam Pengkajian : 13.00 WIB
...................................................... Sumber informasi :Pasien, kakak
No. telepon :0853 xxxx xxxx ............................. Nama klg.
...................................................... dekat yg bisa dihubungi:Ny. T
Status pernikahan :Kawin ...........................
Agama : Islam ............................................ Status :kakak kandung .................
Suku : Jawa ............................................ Alamat:jl Seruni, Sengkaling
Pendidikan :SMA.............................................. No. telepon :0822xxxxxxxx ...................
Pekerjaan :Swasta ........................................ Pendidikan :Sarjana .............................
Lama berkerja : Sejak awal menikah .................... Pekerjaan :IRT ....................................

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama saat pengkajian:
Klien mengeluh jantung terasa berdebar-debar dan napas ampek
a. P : setiap saat dan terlebih saat dibuat aktivitas
b. Q : jantung berdebar-debar sampai terasa saat diraba dan dada ampek seperti ada
yang menekan dan tidak bisa pipis sejak pagi
c. R : dada sebelah kiri
d. S : -
e. T : sewaktu-waktu
2. Lama keluhan : terus-menerus
3. Kualitas keluhan : dada ampek seperti ditekan beban berat dan jantung
berdebar-debar
P
A
4. Faktor pencetus : sewaktu-waktu G
E
5. Faktor pemberat : aktivitas
1
6. Upaya yg. telah dilakukan : Lapor kepada perawat jaga yang bertugas
1
7. Diagnosa medis :
- Struma toksik 19 Februari 2019
- Heart failure (HF) 19 Februari 2019
- Atrial Fibrilasi 19 Februari 2019

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Klien mengatakan memiliki benjolan di leher sebelah kanan sudah dari 5 tahun
yang lalu. Klien mengatakan tidak terlalu memperdulikan benjolan yang ada karena tidak
ada keluhan yang dirasakan, seperti tidak ada nyeri dan tidak ada gatal, klien juga
mengatakan tidak memiliki kesulitan dalam menelan. Sejak dua hari sebelum MRS Klien
mengatakan jantung sering berdebar-debar seperti mau copot, tangan gemetara, sering
keringat dingin dan kepala gliyengan, dada terasa ampek. Keluhan memberat pada
tanggal 19 februari 2019 pasien mengeluh jantung berdebar-debar hebat dan sesak
napas, lalu keluarga memutuskan untuk membawa Klien ke IGD Rumah Sakit
Soepraoen Malang hari itu juga pukul 10.00 WIB. Setelah dilakukan pemerikasaan di IGD
didapatkan diagnosa AF, HF dan Tiroitoksik. Klien dilakukan pemasangan infus, EKG,
pemerikasaan Laboratorium, foto thorax, dan diberikan oksigenasi menggunakan nasal
kanul 4 liter. Pasien dipindahkan ke CVCU pada pukul 13.00 WIB dan mengeluh perut
terasa penuh dan sakit serta tidak bisa BAK.

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Tidak pernah
b. Operasi (jenis & waktu) : Tidak pernah
c. Penyakit:
 Kronis : tidak ada
 Akut : Tidak ada
2. Terakhir masuki RS : sudah lama sekali (klien tidak ingat)
3. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4. Imunisasi: Pasien tidak mengetahui
(√) BCG (√ ) Hepatitis
(√) Polio (√) Campak
P
A
(√) DPT (√) ................. G
E

1
1

5. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok Tidak pernah tidak ada tidak ada
Kopi Tidak Pernah tidak ada tidak adaAlkohol
Tidak pernah tidak ada tidak ada

6. Obat - obatan

Klien mengatakan selama ini kalau sakit hanya beli obat di warung tanpa periksa
terlebih dahulu

E. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan ibu klien pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi.

GENOGRAM

HT

Struma

Keterangan:
: Laki-laki : Pasien/ Klien
: Perempuan : Menikah
: Tinggal satu rumah : Meninggal
: Hubungan anak kandung
P
A
G
E

1
1

F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan Disapu 2x/hari Disapu 2x/hari
 Bahaya Minimal, rumah bersih, lantai Minimal, rumah bersih, lantai
kecelakaan tidak licin, perabotan ditata rapi tidak licin, perabotan ditata
rapi.
 Polusi Tidak ada, rumah bebas dari Tidak ada, rumah bebas dari
bau yang tidak sedap, sumber bau yang tidak sedap, sumber
suara yang ramai suara yang ramai
 Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari. Baik, jendela dibuka setiap
Jumlah jendela yang ada di hari. Jumlah jendela yang ada
rumah tidak terkaji di rumah tidak terkaji
 Pencahayaan Baik, cahaya dapat masuk ke Baik, cahaya dapat masuk ke
rumah. Klien bisa membedakan rumah. Klien bisa
siang dan malam dari dalam membedakan siang dan malam
rumah. dari dalam rumah.

G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
 Makan/minum 0 ................................................... 2
 Mandi 0 ................................................... 2
 Berpakaian/berdandan 0 ................................................... 2
 Toileting 0 ................................................... 2
 Mobilitas di tempat tidur 0 ................................................... 1
 Berpindah 0 ................................................... 1
 Berjalan 0 ................................................... 2
 Naik tangga 0 ................................................... tidak terkaji...................................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 =
dibantu orang lain (> 1 orang), 4 = tidak mampu

H. Pola Nutrisi Metabolik


P
A
Jenis Rumah Rumah Sakit G
E
 Jenis diit/makanan Nasi, Buah, Sayur, Lauk- Diet lunak
1
Pauk
1
 Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
 Porsi yang dihabiskan 1 porsi ½ porsi
 Komposisi menu Nasi,sayur, lauk nasi lunak, sayur dan lauk
 Pantangan Tidak ada Sesuai anjuran dari RS
 Nafsu makan Baik Agak turun
 Fluktuasi BB 6bln terakhir Ada turun 10 Kg dalam 4 Tidak ada
bulan
 Jenis minuman Air putih Air putih
 Frekuensi/pola 2-3 x/hari 3-4 x/hari
 Gelas yang dihabiskan ±4-5 gelas/hari ± 1500 cc/hari
(1500 cc)

 Sukar menelan Tidak ada Tidak ada


 Pemakaian gigi palsu Tidak ada Tidak ada
 Rwt peyembuhan luka lama Tidak ada Tidak ada

I. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
 Frekuensi/pola 2hari sekali Belum BAB
 Konsistensi Padat Tidak terkaji
 Warna dan bau Warna kuning, bau khas Tidak terkaji
 Kesulitan Ada Tidak terkaji
 Upaya mengatasi Tidak ada Belum ada
BAK
 Frekuensi/pola 4-5x/hari Belum BAK sama sekali
sejak pagi
 Konsistensi Cair Tidak terkaji
 Warna dan bau Kekuningan, bau khas
 Kesulitan Tidak ada Tidak bisa keluar padahal
blader penuh
 Upaya mengatasi Tidak ada Dipancing menggunakan
air hangat

J. Pola Tidur-Istirahat
P
A
Jenis Rumah Rumah Sakit G
E
Tidur siang
1
 Lamanya 2 jam Tidak bisa tidur
1
 Jam .... s/d .... 09.00-11.00 WIB -
 Kenyamanan setelah tidur Nyaman Tidak nyaman
Tidur malam
 Lamanya 7 jam Belum terkaji
 Jam .... s/d .... 21.00 – 04.00 Belum terkaji
 Kenyamanan setelah tidur Nyaman Belum terkaji
 Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Belum terkaji
 Kesulitan Tidak ada Belum terkaji
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

K. Pola Kebersihan Diri


Jenis Rumah Rumah Sakit
 Mandi/frekuensi 2x/hari Belum mandi
 Penggunaan sabun Menggunakan sabun -
 Keramas/frekuensi 3-4 hari sekali Belum keramas
 Penggunaan shampoo Menggunakan -
shampoo
 Gosok gigi/frekuensi Tidak Belum
 Penggunaan odol Tidak -
 Ganti baju/frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Memotong kuku/frekuensi 1x/minggu Belum potong kuku, kuku
masih pendek
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya yang dilakukan Tidak ada Tidak ada

L. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan: () sendiri (v) dibantu orang lain, sebutkan: kakak
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri,
dll): Pasien terdaftar sebagai pasien dengan JKN kesehatan
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: bercerita kepada kakak
4. Harapan setelah menjalani perawatan:ingin bisa terus sehat dan beraktivitas seperti
biasa
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: badan terasa lemas dan tidak bisa bugar
P
A
M. Konsep Diri G
E
1. Gambaran diri: Klien mengatakan menerima dengan kondisinya
1
2. Ideal diri: menjadi ibu dan istri yang baik bagi anak dan suami
1
3. Harga diri: Klien mengatakan tidak rendah diri, keluarganya selalu memberikan
dukungan
4. Peran: Sebagai ibu bagi anaknya.
5. Identitas diri: Ny. S .berusia 42 tahun yang berperilaku dan berpakaian sesuai dengan
jenis kelaminnya.

N. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga: sebagai orang tua dari satu anak perempuan, sebagai tempat
konsultasi dalam penyelesaian masalah remaja putrid.
2. Sistem pendukung: anak dan kakak dan suami
3. Kesulitan dalam keluarga:
( ) Hub. dengan orang tua () Hub.dengan pasangan
( )Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
( ) Lain-lain sebutkan, Tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Klien
ingin sehat terus dan dapat beraktifitas
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: patuh dengan program pengobatan.
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: (√ ) Normal (√) Bahasa utama: Indonesia
( ) Tidak jelas (√) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar () Rentang perhatian: datar
(√ ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain(√) Afek: memberi feedback
2. Tempat tinggal:
() Sendiri
( ) Kos/asrama
(√) Bersama orang lain, yaitu: Anak - anaknya
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 () Rp. 1 juta – 1.5 juta
() Rp. 250.000 – 500.000(√) Rp. 1.5 juta – 2 juta
() Rp. 500.000 – 1 juta() > 2 juta
P
A
P. Pola Seksualitas G
E
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada ( ) ada
1
2. Upaya yang dilakukan pasangan: tidak ada
1
() perhatian ()sentuhan ()lain-lain, seperti:

Q. Pola Nilai & Kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda: Ya
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat wajib
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: tidak ada
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: membantu
melakukan sholat

R. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: lemah,terbaring ditempat tidur dengan posisi lurus, pasien masih
bedrest pada saat dilakukan pengkajian, terpasang infuse IV line di tangan kiri. Wajah
Klien tampak tegang.
a. Kesadaran: kompos mentis, GCS 456
b. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 162/103 mmHg
Nadi : 118 x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 32 x/menit
TB : 157 cm, BB : 50 kg IMT : 20,28 (Kategori normal)
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
- Inspeksi: tidak ada massa atau edema, rambut panjang, warna sebagian besar
sudah memutih dan tidak ada luka bekas operasi, rambut bersih. Wajah tampak
tegang
- Palpasi: Tidak teraba adanya massa dan oedema
b. Mata:
- Inspeksi: terdapat ephsoltamus kanan kiri, Konjungtiva tidak anemis, tidak ada
ikterik, reflek cahaya normal,mampu mengenali objek dangan baik, klien tidak
memakai kacamata.
c. Hidung:
- Inspeksi:tidak ada perdarahan, fungsi penciuman baik, tidak ada abrasi, tidak
ada memar, pernapasan cuping hidung (-).
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan/benjolan
d. Mulut & tenggorokan: mulu normal tidak ada lesi atau massa
P
A
e. Inspeksi: Mukosa bibir lembab, gigi lengkap, tidak ada massa, tidak ada G
E
perdarahan gusi, tidak ada gangguan berbicara, indra pengecap dapat merasakan
1
manis, asin, dan pedas.
1
f. Telinga:
- Inspeksi: tidak ada luka, daun telinga simetris kanan dan kiri, terdapat lubang
bekas anting di kedua daun telinga, fungsi pendengaranbaik.
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
g. Leher:
- Inspeksi: terdapat distensi vena jugularis,
- Palpasi: teraba massa struma di leher kanan di leher bagian kanan yang
diameter sekitar 3 cm, tidak nyeri., tidak terdapat deviasi trachea.
3. Thorak & Dada:
 Jantung
- Inspeksi: normal, dada simetris.
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula sinistra, 2 cm lateral,
palpasi nadi teraba kuat irreguler.
- Perkusi : Dullness/ pekak dari ICS 2 – ICS IV parasternal
- Auskultasi: S1 tunggal terdengar di parasternal sinistra ICS5 dan S2 tunggal
terdengar di ICS 2 parasternal sinistra, tidak ada gallop dan tidak ada murmur.
 Paru
- Inspeksi: Dada kanan dan kiri simetris, pergerakan dinding dada normal, pernafasan
otot bantu dada (-), bentuk dada normal, napas cepat dan berat
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area sekitar dada, traktir vermitus +
- Perkusi: terdengar bunyi sonor
- Auskultasi:
- - - -
Ronkhi Wheezing
- - - -
4. Payudara & Ketiak
- - - -
Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan, dan kondisi
payudara simetris kanan dan kiri.
5. Punggung & Tulang Belakang
Tidak ada perubahan bentuk tulang belakang, seperti lordosis, kifosis, dan scoliosis.
Tidak ada luka tusuk, tidak ada trauma, dan tidak ada jejas.
6. Abdomen
 Inspeksi: area pubis terlihat membesar, tidak terdapat adanya luka bekas operasi
 Palpasi: ada nyeri tekan dan tidak ada kekakuan pada abdomen
P
A
 Perkusi: thimpani G
E
 Auskultasi: bising usus (+) 9x/menit
1
7. Genetalia & Anus 1
 Inspeksi: vagina bersih, pasein mengatakan sedang haid
 Palpasi: tidak terkaji.
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluhan berkaitan dengan genitalia dan anus klien.
8. Ekstermitas
 Ekstermitas Atas:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, pergerakan
normal,kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang.

b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, pergerakan normal,
kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang, terpasang infus RL 20 tpm.
 Ekstermitas Bawah:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema di kaki kiri, tidak ada luka,
pergerakan normal,kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang dan akral dingin.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan, terdapat edema di kaki kiri, tidak ada luka, pergerakan
normal,kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang dan akral dingin.
9. Sistem Neorologi
Reflek fisiologis : refleks patela normal, reflek otot bisep trisep normal
Reflek patologis : refleks babinski (-), kaku kuduk (-)

10. Kulit & Kuku


a. Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit normal, tidak pucat, kulit lembab
b. Kuku : Kuku klien tampak rapi, CRT <2 detik

S. Hasil Pemeriksaan Penunjang

T. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Jenis Pemeriksaan
Hasil Satu Nilai Rujukan Keterangan
P
A
an Dewasa Normal G
E
Hematologi
1
1
Hemoglobin 11,6 g/dL 11,4-15,1 Dalam batas normal

Leukosit 8.170 103/ 4,7-11,3 Meningkat

µL

Trombosit 145.000 103/ 142-424 Dalam batas normal

µL

LED Mm/j 4-20

am

PCV 34,2 % 40-50 Dalam batas normal

Diabetes (God PAP) Dalam batas normal

GDS 95 Mg/d <125

Faal Ginjal

Ureum (Bartelot) 18 Mg/d 15 – 45 meningkat

Creatinin (Jeffe) 0.60 Mg/d 0,7 – 1,4 Dalam batas normal

l
P
A
G
E

1
1

U. Terapi
- IVFD : NaCl 0,9% 10 tpm
- Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
- Omeprazol 2x1
- Injeksi Antrain 3x1 ampul
- PO amlodipine 5 mg 1x1 tablet
- PO mikardis 80 mg 1x1 tablet
V. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Klien mengungkapkan bahwa penyakit yang dideritanya adalah merupakan makanan
dan juga sudah ketentuan dari takdir.

W. Kesimpulan
Klien mengalasi tiroid krisis

X. Perencanaan Pulang
m.
n. Belum ada perencanaan pulang ataupun pidah ruang rawat biasa pada tanggal 18
Februari 2019 untuk Ny S Hal tersebut didasarkan pada masalah utama yang belum
teratasi, diantaranya : Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung,
ansietas

Klien dapat direncanakan pulang apabila masalah utama teratasi dengan indikator :

No Masalah Kriteria
P
A
G
2 Resiko 1. Denyut jantung lebih teratur E
ketidakefektifan 2. Tidak ada sakit kepala
1
perfusi jaringan 3. Tidak ada pusing 1
perifer 4. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah systole
5. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah diastole

3 Ansietas 1. Rasa cemas yang disampaikan secara lisan :


pasien mengatakan tidak cemas lagi
2. Tidak terjadi peningkatan nadi
 Tujuan pulang: ke tempat tinggal klien di Jl. Seruni, Sengkaling
 Transportasi pulang: mobil
 Dukungan keluarga: dukungan anak dan kakak
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: biaya pengobatan menggunakan JKN
kesehatan
 Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang:perawatan diri/personal hygiene,
nutrisi sesuai anjuran,melakukan aktivitas sesuai anjuran, mengkonsumsi obat secara
teratur.
 Pengobatan:
Rencana kontrol ke Poli Bedah dan poli jantung
 Rawat jalan ke: Poli Bedah dan jantung
 Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: keluarga patut waspada jika terjadi pada
pasien antara lain pasien pingsan, sesak napas, jantung berdebar-debar kencang,
tidak sadarkan diri. Selain itu keluarga juga harus memperhatikan penyakit penyerta
pada klien seperti hipertensi yang dimiliki, agar selalu kontrol rutin untuk tekanan
darah klien.
 Keterangan lain: Rutin mengkonsumsi obat yang diresepkan.
P
A
ANALISA DATA G
E
Masalah
No. Data Etiologi 1
keperawatan 1
1 DS: pasien mengatakan Struma Ketidakefektifan
sesak napas dan dada
pola napas b.d
ampek
hiperventilasi

DO: N: 118 x/ menit Produksi hormon T3 T4


RR: 32 x/menit
meningkat
 Kesadaran : compos
menthis
 GCS: 4 5 6
 Hormom T4 >320,00 (6- Metabolisme tubuh
320 mmol)
meningkat
 Retraksi dinding dada (+)
 Terpasang O2 nasal canul
4 liter per menit

Asupan oksigen

meningkat

Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola

napas

2 DS: Struma Penurunan


curah jantung
Pasien mengatakan jantung
b.d perubahan
berdebar-debar dan dada
frekuensi
terasa ampek Produksi hormon T3 T4 jantung
P
A
meningkat G
E
DO:
1
1
 Wajah tegang
 Terpasang O2 nasal kanul Peningkatan aktv SSP
4 liter
 TD: 162/103 mmHg
N: 118 x/ menit
RR: 32 x/menit Perub konduksi listrik
S: 36,5 C
jantung
 Nadi tidak teratur/ disritmia
 Hasil EKG: AF
 Hasil foto thorax
cardiomegali dengan
Beban kerja jantung naik
kongesti paru
 Hormom T4 >320,00 (6-
320 mmol)
 Hormon TSH <0,05 (0,25-5
Aritmia, takikardi
uIU/ml)

4 DS: Ansietas b.d


 Klien bertanya tentang Klien bertanya-tanya
ancaman
kondisinya saat ini perubahan
tentang status
 Klien bertanya apa makna kesehatannya saat ini
status saat ini
dari gambaran yang ada di ↓
monitor Kurang Pengetahuan
 Klien bertanya kenapa ↓
jantungnya berdebar-debar Ansietas
terus
DO:
 KU: lemah
 GCS: 4,5,6
P
A
 Kesadaran: compos mentis G
E
 Wajah klien tampak tegang
1
dan gelisah 1
 Setiap ada perawat yang
mendekat selalu ditanyai
 Tanda tanda vital :
o TD : 160/90 mmHg
o N : 97 x /menit
o R : 26 x/menit
o T : 36,3 oC

Daftar Prioritas Masalah Keperawatan

Tanggal
No Diagnosa Keperawatan TTD
Muncul

1 19 Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi

Februari

2019

2 19 Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung

Februari

2019

3 19 Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status

Februari kesehatan terkini

2019
P
A
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN G
E

Diagnosa 1
Tgl Tujuan Kriteria Standart 1 Intervensi
Keperawatan
19/02/2019 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit
diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: 1. Kaji bunyi paru, frekuensi
pola napas b.d napas, kedalaman,
NOC: Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas
produksi sputum sesuai
hiperventilasi
Indikator 1 2 3 4 5 dengan indicator dari
Frekuensi >30 27-30 21-26 18-20 <24 x/ penggunaan alat
penunjang yang efektif.
Pernapasan x/menit x/menit x/menit x/menit menit
2. Monitor saturasi O2
x/menit dengan oksimeter nadi.
3. Monitor hasil gas darah.
4. Monitor kadar elektrolit.
Saturasi >90% 90- 95- 98- 100%
5. Monitor status mental
oksigen 94% 97% 99% 6. Tingkatkan frekuensi
pemantauan pada saat
pasien tampak somnolen.
7. Observasi terhadap
sianosis terutama
membrane mukosa mulut.
8. Auskultasi bunyi napas,
tandai area penurunan
atau hilangnya ventilasi
dan adanya bunyi napas
tambahan.
9. Monitor status
pernapasan dan
oksigenasi, sesuai dengan
P
A
G kebutuhan.
E
10. Berikan terapi O2 per
1 nasal kanul 4 liter per
1 menit

19/02/2019 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit 1. Evaluasi adanya nyeri
jantung b.d diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: dada Catat adanya
disritmia jantung
perubahan NOC: Keefektifan pompa jantung
2. Catat adanya tanda dan
frekuensi jantung gejala penurunan cardiac
putput Monitor status
Indikator 1 2 3 4 5
pernafasan yang
Tekanan menandakan gagal
darah sistol jantung
3. Monitor balance cairan
Tekanan
4. Monitor respon pasien
darah diastol terhadap efek pengobatan
Denyut nadi antiaritmia
5. Atur periode latihan dan
perifer
istirahat untuk
Urin output menghindari kelelahan
Distensi 6. Monitor toleransi aktivitas
pasien
vena leher
7. Monitor adanya dyspneu,
Disritmia fatigue, tekipneu dan
ortopneu Anjurkan untuk
menurunkan stress
8. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
9. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
P
A
G berdiri Auskultasi TD pada
E
kedua lengan dan
1 bandingkan
1 10. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
11. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan Monitor pola
pernapasan abnormal
12. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
14. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
15.
16. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen Sediakan
informasi untuk
mengurangi stress
17. Kelola pemberian
obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
P
A
G mempertahankan
E
kontraktilitas jantung
1 18.
1 19. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
20. Minimalkan stress
lingkungan
21.
19/02/2019 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 60 menit NIC : Pengurangan
berhubungan diharapkan ansietas dapat diatasi dengan kriteria: Kecemasan
dengan ancaman NOC: Tingkat Kecemasan 1. Lakukan pendekatan
pada status Indikator 1 2 3 4 5 yang tenang dan
kesehatan terkini Rasa cemas sangat Cemas Cemas Sedikit Tidak meyakinkan kepada
yang cemas sedang cemas cemas Klien
disampaikan 2. Dengarkan klien
secara lisan 3. Dorong verbalisasi
Peningkatan perasaan, ketakutan dan
Nadi persepsi
4. Bantu mengurangi
kecemasan klien secara
efektif
5. Kaji tanda verbal dan non
verbal klien terkait
kecemasan
P
A
G 6. Edukasi klien dan
E
keluarga terkait penyakit
1
1
yang dialami kien
7. Bantu klien
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
8. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam.
P
A
G
E
IMPLEMENTASI
1
1

Nama klien : Ny. S


Diagnosa medis : Struma toksik + cardiomegali

Evaluasi TTD &


No. Dx.
Tgl Tindakan Keperawatan Nama
Kep
Terang

Selasa 1. DS: pasien mengatakan sesak


1. Mengkaji bunyi paru, frekuensi napas, napas dan dada ampek
19/02/2019 Ketidakefektifan kedalaman, produksi sputum sesuai dengan
masihterasa
14.00 indicator dari penggunaan alat penunjang
pola napas b.d
yang efektif.
hiperventilasi 2. Memonitor saturasi O2 dengan oksimeter nadi. DO: N: 138 x/ menit
3. Memonitor hasil gas darah.
RR: 30 x/menit
4. Memonitor kadar elektrolit.
5. Memonitor status mental  Kesadaran : compos menthis
6. Meningkatkan frekuensi pemantauan pada saat  GCS: 4 5 6
pasien tampak somnolen.
 Hormom T4 >320,00 (6-320 mmol)
7. Mengobservasi terhadap sianosis terutama
membrane mukosa mulut.  Retraksi dinding dada (+)
8. mengauskultasi bunyi napas, tandai area  Terpasang O2 nasal canul 4 liter
penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya
per menit
bunyi napas tambahan.
P
A
9. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi,  G
Pasien lemah
E
sesuai dengan kebutuhan.
10. Memberikan terapi O2 per nasal kanul 4 1
liter per menit A: masalah
1 teratasi sebagian
11. Memberikan posisi semi fowler atau P: lanjutkan intervensi no 1,2,5,7,9,
senyaman pasien 10,11

2. Penurunan 1. Mengevaluasi adanya nyeri dada mencatat DS:


curah jantung adanya disritmia jantung
2. Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan Pasien mengatakan jantung berdebar-
b.d perubahan
cardiac output
debar dan dada terasa ampek
frekuensi 3. Memonitor status pernafasan yang
jantung menandakan gagal jantung
4. Memonitor balance cairan
5. Mengelola pemberian obat anti aritmia, DO:
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung:  Wajah tegang
Propanolol 3x20mg  Terpasang O2 nasal kanul 4 liter
Ramipril 25 mg
 TD: 162/103 mmHg
Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9% N: 118 x/ menit
Furosemid 40 mg RR: 32 x/menit
6. Mengatur periode latihan dan istirahat untuk S: 36,5 C
menghindari kelelahan
7. Monitor toleransi aktivitas pasien  Nadi tidak teratur/ disritmia kualitas
8. Memonitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu nadi kadang lkuat kadang lemah
dan ortopneu  Pemberian obat
9. Anjurkan untuk menurunkan stress
10. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR Propanolol 3x20mg
11. Memonitor VS saat pasien berbaring, Ramipril 25 mg
P
A
duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua G
Spironolacton 25 mg
E
lengan dan bandingkan Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl
12. Memonitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, 0,9%1
dan setelah aktivitas Furosemid
1 40 mg
13. Memonitor jumlah, bunyi dan irama jantung  Mengatur intake cairan Nacl 0,9%
Monitor frekuensi dan irama pernapasan 10 tpm
Monitor pola pernapasan abnormal
14. Memonitor suhu, warna, dan kelembaban A: masalah teratasi sebagian
kulit Monitor sianosis perifer P: Lanjutkan intervensi no 2, 3, 4,5,
15. Memonitor adanya cushing triad (tekanan 6, 10, 13, 19,
nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
16. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
17. Menjelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
18. Menyediakan informasi untuk mengurangi
stress
19. Meminimalkan stress lingkungan

3. Ansietas 1. melakukan pendekatan yang tenang dan DS:


berhubungan meyakinkan kepada Klien  Klien masih sering bertanya
dengan 2. mendengarkan keluhan klien tentang kondisinya saat ini
ancaman pada 3. mendorong klien untuk mampu  Klien selalu bertanya jika alarm
status mengungkapkan perasaan, ketakutan dan monitor berbunyi
kesehatan persepsi DO:
terkini 4. memberikan edukasi klien dan keluarga terkait  KU: lemah
penyakit yang dialami kien  GCS: 4,5,6
P
A
5. membantu klien mengidentifikasi situasi yang  G
Kesadaran: compos mentis
E
memicu kecemasan  Wajah klien tampak masih tegang
1
6. mengajarkan klien untuk menggunakan teknik dan1 gelisah
relaksasi nafas dalam.
 Setiap ada perawat yang
mendekat selalu ditanyai
 Tanda tanda vital :
o TD : 150/90 mmHg
o N : 134x /menit
o R : 30 x/menit
o T : 36,5 oC
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi no2,3,5,6
P
A
G
E

1
1
P
A
G
E

1
1

IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny.S


Diagnosa medis : Struma toksik + HF

Evaluasi TTD &


No. Dx.
Tgl Tindakan Keperawatan Nama
Kep
Terang

Rabu 1. DS: pasien mengatakan sesak


1. Mengkaji bunyi paru, frekuensi napas, napas sudah berkurang dan dada
20/2/2019 Ketidakefektifan kedalaman, produksi sputum sesuai dengan
masih terasa ampek
indicator dari penggunaan alat penunjang yang
08.00 pola napas b.d
efektif.
hiperventilasi 2. Memonitor saturasi O2 dengan oksimeter nadi. DO: N: 118 x/ menit
3. Memonitor status mental
RR: 28 x/menit
4. Mengobservasi terhadap sianosis terutama
membrane mukosa mulut.
5. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi,  Kesadaran : compos menthis
sesuai dengan kebutuhan.
 GCS: 4 5 6
6. Memberikan terapi O2 per nasal kanul 4 liter per
P
A
menit  G
Retraksi dinding dada (+)
E
7. Memberikan posisi semi fowler atau senyaman
 Terpasang O2 nasal canul 4 liter
pasien 1
per1menit
 Pasien cukup kuat

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi no 1, 2, 5, 6,
7
2. Penurunan 1. Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan DS:
curah jantung cardiac output
2. Memonitor status pernafasan yang menandakan Pasien mengatakan jantung masih
b.d perubahan
gagal jantung
berdebar-debar dan dada masih
frekuensi 3. Memonitor balance cairan
jantung 4. Mengelola pemberian obat anti aritmia, ampek
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung:
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg DO:
Spironolacton 25 mg
 Wajah agak santai
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg  Pasien terlihat bisa tidur
5. Mengatur periode latihan dan istirahat untuk  Terpasang O2 nasal kanul 4 liter
menghindari kelelahan
o TD : 135/80 mmHg
6. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR o N : 118x /menit
7. Memonitor jumlah, bunyi dan irama jantung o R : 28 x/menit
Monitor frekuensi dan irama pernapasan o T : 36,5 oC
Monitor pola pernapasan abnormal  Nadi tidak teratur/ disritmia
8. Memonitor adanya cushing triad (tekanan nadi
P
A
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)  G
kualitas nadi kadang lkuat kadang
E
9. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign lemah
10. Menjelaskan pada pasien tujuan dari 1
pemberian oksigen  Pemberian
1 obat
11. Menyediakan informasi untuk mengurangi Propanolol 3x20mg
stress Ramipril 25 mg
12. Meminimalkan stress lingkungan Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl
0,9%
Furosemid 40 mg
 Mengatur intake cairan Nacl 0,9%
10 tpm
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no
1,3,4,5,6,9,12
3. Ansietas 1. mendengarkan keluhan klien DS:
berhubungan 2. mendorong klien untuk mampu  Klien masih sering bertanya
dengan mengungkapkan perasaan, ketakutan dan tentang kondisinya saat ini apakah
ancaman pada persepsi sudah ada perkembangan
status 3. membantu klien mengidentifikasi situasi yang  Klien kadang masih bertanya jika
kesehatan memicu kecemasan alarm monitor berbunyi
terkini 4. Memotivasi klien untuk menggunakan teknik DO:
relaksasi nafas dalam.
 KU: cukup
 GCS: 4,5,6
 Kesadaran: compos mentis
P
A
 G klien tampak lebih santai
Wajah
E
 Tanda tanda vital :
o 1TD : 135/80 mmHg
o 1N : 118x /menit
o R : 28 x/menit
o T : 36,5 oC
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi no 1,4
P
A
G
E
IMPLEMENTASI
1
1

Nama klien : Ny. S


Diagnosa medis : Struma toksik+ HF

Evaluasi TTD &


No. Dx.
Tgl Tindakan Keperawatan Nama
Kep
Terang

Kamis 1. Ketidakefektifan DS: pasien mengatakan napas


pola napas b.d 1. Mengkaji bunyi paru, frekuensi napas, sudah lega dan dada kadang-
21/2/2019 hiperventilasi kedalaman, produksi sputum sesuai dengan
kadang masih terasa ampek
indicator dari penggunaan alat penunjang yang
08.00
efektif.
2. Memonitor saturasi O2 dengan oksimeter nadi. DO: N: 89x/ menit
3. Memonitor status mental
RR: 25 x/menit
4. Mengobservasi terhadap sianosis terutama
membrane mukosa mulut.  Kesadaran : compos menthis
5. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi,  GCS: 4 5 6
sesuai dengan kebutuhan.
 Retraksi dinding dada (-)
6. Memberikan terapi O2 per nasal kanul 4 liter per
menit  Terpasang O2 nasal canul 2 liter
7. Memberikan posisi semi fowler atau senyaman per menit
pasien
 Keadaan pasien baik
P
A
G
E
A: masalah teratasi sebagian
1
P: hentikan
1
intervensi, pasien
rencana pindah ruangan

2. Penurunan 1. Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan DS:


curah jantung cardiac output
b.d perubahan 2. Memonitor status pernafasan yang menandakan Pasien mengatakan sudah membaik,
frekuensi
gagal jantung
jantung jantung kadang masih berdebar-debar
3. Memonitor balance cairan
4. Mengelola pemberian obat anti aritmia, dan dada masing ampek tapi jarang
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung:
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg DO:
Spironolacton 25 mg
 Wajah santai
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg  Pasien terlihat bisa tidur
5. Mengatur periode latihan dan istirahat untuk  Terpasang O2 nasal kanul 2 liter
menghindari kelelahan
o TD : 125/76 mmHg
6. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR o N : 89x /menit
7. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign o R : 25 x/menit
8. Menjelaskan pada pasien tujuan dari pemberian o T : 36,5 oC
oksigen  Nadi tidak teratur/ disritmia
9. Meminimalkan stress lingkungan
 kualitas nadi kadang lkuat kadang
lemah
 Pemberian obat
Propanolol 3x20mg
P
A
G
Ramipril 25 mg
E
Spironolacton 25 mg
Digoxin
1 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl
0,9%1
Furosemid 40 mg
 Mengatur intake cairan Nacl 0,9%
10 tpm
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no
1,3,4,5,6,9,12
3. Ansietas 5. mendengarkan keluhan klien DS:
berhubunga 6. mendorong klien untuk mampu  Klien sudah tidak banyak bertanya
n dengan mengungkapkan perasaan, ketakutan dan tentang kondisinya
ancaman persepsi DO:
pada status 7. membantu klien mengidentifikasi situasi yang  KU: cukup
kesehatan memicu kecemasan  GCS: 4,5,6
terkini 8. Memotivasi klien untuk menggunakan teknik  Kesadaran: compos mentis
relaksasi nafas dalam.
 Wajah klien tampak santai
 Tanda tanda vital :
o TD : 125/76 mmHg
o N : 89x /menit
o R : 25 x/menit
o T : 36,5 oC
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi no 1,4
P
A
G
E

1
1
P
A
G
E
EVALUASI
1
1

No
Tanda
Hari/ Dx
Evaluasi tanga
Tanggal Ke
n
p

Selasa 1 DS: pasien mengatakan sesak napas dan dada


ampek masihterasa
19/02/201
9
DO: N: 138 x/ menit
13.00
RR: 30 x/menit
 Kesadaran : compos menthis
 GCS: 4 5 6
 Hormom T4 >320,00 (6-320 mmol)
 Retraksi dinding dada (+)
 Terpasang O2 nasal canul 4 liter per menit
 Pasien lemah

NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Frekuensi Pernapasan 2 4 4

Saturasi oksigen 2 5 5

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi no 1,2,5,7,9, 10,11
P
A
Selasa 2 DS: G
E
19/2/2019
Pasien mengatakan jantung berdebar-debar dan dada
1
13.15 1
terasa ampek

DO:

 Wajah tegang
 Terpasang O2 nasal kanul 4 liter
 TD: 162/103 mmHg
N: 118 x/ menit
RR: 32 x/menit
S: 36,5 C
 Nadi tidak teratur/ disritmia kualitas nadi kadang
lkuat kadang lemah
 Pemberian obat
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg
Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg
 Mengatur intake cairan Nacl 0,9% 10 tpm
NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Tekanan darah sistol


Tekanan darah diastol
Denyut nadi perifer
Urin output
Distensi vena leher
Disritmia
Tekanan darah sistol

A: masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi no 2, 3, 4,5, 6, 10, 13, 19,
P
A
Rabu 3 DS: G
E
19/2/2019  Klien masih sering bertanya tentang kondisinya saat
1
13.30 ini 1
 Klien selalu bertanya jika alarm monitor berbunyi
DO:
 KU: lemah
 GCS: 4,5,6
 Kesadaran: compos mentis
 Wajah klien tampak masih tegang dan gelisah
 Setiap ada perawat yang mendekat selalu ditanyai
 Tanda tanda vital :
o TD : 150/90 mmHg
o N : 134x /menit
o R : 30 x/menit
o T : 36,5 oC
NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Rasa cemas yang disampaikan


secara lisan
Peningkatan Nadi

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi no2,3,5,6

No
Tanda
Hari/ Dx
Evaluasi tanga
Tanggal Ke
n
p
P
A
Rabu 1 DS: pasien mengatakan sesak napas sudah G
E
berkurang dan dada masih terasa ampek
20/02/201
1
9 1
DO: N: 118 x/ menit
13.00
RR: 28 x/menit

 Kesadaran : compos menthis


 GCS: 4 5 6
 Retraksi dinding dada (+)
 Terpasang O2 nasal canul 4 liter per menit
 Pasien cukup kuat

NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Frekuensi Pernapasan 2 4 4

Saturasi oksigen 2 5 5

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi no 1, 2, 5, 6, 7

Selasa 2 DS:
19/2/2019
Pasien mengatakan jantung masih berdebar-debar dan
13.15
dada masih ampek

DO:

 Wajah agak santai


 Pasien terlihat bisa tidur
 Terpasang O2 nasal kanul 4 liter
o TD : 135/80 mmHg
o N : 118x /menit
o R : 28 x/menit
o T : 36,5 oC
P
A
 Nadi tidak teratur/ disritmia G
E
 kualitas nadi kadang lkuat kadang lemah
1
 Pemberian obat 1
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg
Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg
 Mengatur intake cairan Nacl 0,9% 10 tpm
NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Tekanan darah sistol


Tekanan darah diastol
Denyut nadi perifer
Urin output
Distensi vena leher
Disritmia
Tekanan darah sistol

A: masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi no 1,3,4,5,6,9,12

Rabu 3 DS:
19/2/2019  Klien masih sering bertanya tentang kondisinya saat
13.30 ini apakah sudah ada perkembangan
 Klien kadang masih bertanya jika alarm monitor
berbunyi
DO:
 KU: cukup
 GCS: 4,5,6
 Kesadaran: compos mentis
 Wajah klien tampak lebih santai
 Tanda tanda vital :
o TD : 135/80 mmHg
o N : 118x /menit
o R : 28 x/menit
o T : 36,5 oC
P
A
G
E
NOC:
1
Score 1
Indikator
Awl Tgt Akr

Rasa cemas yang disampaikan


secara lisan
Peningkatan Nadi

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi no 1,4

No
Tanda
Hari/ Dx
Evaluasi tanga
Tanggal Ke
n
p

Rabu 1 DS: pasien mengatakan napas sudah lega dan dada


kadang-kadang masih terasa ampek
21/02/201
9
DO: N: 89x/ menit
13.00
RR: 25 x/menit
 Kesadaran : compos menthis
 GCS: 4 5 6
 Retraksi dinding dada (-)
 Terpasang O2 nasal canul 2 liter per menit
 Keadaan pasien baik

NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Frekuensi Pernapasan 2 4 4
P
A
Saturasi oksigen 2 5 5 G
E

1
A: masalah teratasi sebagian 1

P: hentikan intervensi, pasien rencana pindah


ruangan

Selasa 2 DS:
19/2/2019
Pasien mengatakan sudah membaik, jantung kadang
13.15
masih berdebar-debar dan dada masing ampek tapi

jarang

DO:

 Wajah santai
 Pasien terlihat bisa tidur
 Terpasang O2 nasal kanul 2 liter
o TD : 125/76 mmHg
o N : 89x /menit
o R : 25 x/menit
o T : 36,5 oC
 Nadi tidak teratur/ disritmia
 kualitas nadi kadang lkuat kadang lemah
 Pemberian obat
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg
Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg
 Mengatur intake cairan Nacl 0,9% 10 tpm
NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Tekanan darah sistol


Tekanan darah diastol
Denyut nadi perifer
Urin output
P
A
Distensi vena leher G
E
Disritmia
1
Tekanan darah sistol 1

A: masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi no 1,3,4,5,6,9,12

Rabu 3 DS:
19/2/2019  Klien sudah tidak banyak bertanya tentang
13.30 kondisinya
DO:
 KU: cukup
 GCS: 4,5,6
 Kesadaran: compos mentis
 Wajah klien tampak santai
 Tanda tanda vital :
o TD : 125/76 mmHg
o N : 89x /menit
o R : 25 x/menit
o T : 36,5 oC

NOC:

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

Rasa cemas yang disampaikan


secara lisan
Peningkatan Nadi

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi no 1,4
P
A
G
E

1
1

Anda mungkin juga menyukai