RUANG ICU
RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN MALANG
Disusun Oleh:
DEVI FATMAWATI
180070300011028
( ) (Devi Fatmawati)
LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA
Disusun oleh:
Devi Fatmawati
NIM. 180070300011028
KELOMPOK 2
1. Definisi
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi
atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-
organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan
esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus
dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia (Carcangiu, 2008).
2. Klasifikasi
Berdasakan fisiologisnya menurut Nikiforov (2009) struma dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis
menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacm ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi
secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar. untuk mempertahankan
kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai
kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif
terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit
kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan
kemampuan bicara.
3. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon
jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan.Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah
yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan
tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan
menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara
dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada
tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok,
dan atrofi otot.
Sementara secara klinis menurut Khan (2010) klasifikasi dtruma antara lain:
1. Struma toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa
toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi
dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan
tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik
teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik
(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh
hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave
(gondok eksoftalmik/exophtalmic. goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak
ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.
2. Struma non toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa
non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat
kimia.Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang
maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat
urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan
prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat
di atas 30 %.
4. Epidemiologi
Dilaporkan pada tahun 2009 di Amerika ditemukan kasus struma pada sejumlah
lebih dari 250.000 pasien. Menurut WHO Indonesia sendiri merupakan negara yang
dikategorikan endemis kejadian struma. Penyakit ini dominan terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki, pada umumnya 95% kasus struma bersifat jinak dan sisanya 5%
kemungkinan bersifat ganas (maligna). Pada area endemik kekurangan iodium, struma
nodular toksik terjai sekitar 58% dari kasus hipertiroidism, 10% berbentuk nodul toksik
yang solid. Grave disease terjadi sekitar 40% dari kasus hipertiroidism. Kompersi lokal
yang terjadi berhubungan dengan perkembangan nodul dan kelenjar mengakibatkan
terjadinya dyspnea, serak, dan dysphagia. Struma nodular toksik lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria. Pada wanita dan pria berusia diatas 40 tahun rata-rata prevalensi
nodul yang bisa teraba adalah 5-7% dan 1-2%. Kebanyakan pasien struma nodular toksik
berusia lebih dari 50 tahun. Thyrotoksikosis sering terjadi pada pasien dengan riwayat
struma yang berkepanjangan. Toksisitas terjadi pada pasien dengan perkembangan
fungsi yang otonomik. Toksisitas meningkat pada dekade 6 dan 7 dari kehidupan
khususnya orang dengan riwayat keluarga mengalami struma nodular toksik.
5. Patofisiologi
Pathway Struma
tiroid /hipofisis
Produksi hormone
tiroid meningkat
3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat kurangnya
atau tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh usus. Maka dari itu system
eliminasi pada penderita struma terganggung.
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu, timbul tremor
halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia saraf tepi oleh
karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan
sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien
lebih mudah terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang
sepele
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa struma menurut
Khan (2010) antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika
terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu
lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakanpada saat
pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
b. Palpasi: Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid
dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Tes fungsi hormon: Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan
perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar
total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas
serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar
TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma
sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien
hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien
peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian
pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI)
digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan
mengubah yodida.
b. Foto rontgen leher: Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah
menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).
c. Ultrasonografi (USG): Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok
akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan
kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan
leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista,
adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
d. Sidikan (Scan) tiroid: Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif
bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah.
Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama
beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid.
e. Biopsi aspirasi jarum halus: Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan
suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan
bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil
negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar
dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi
oleh ahli sitologi.
8. Penatalaksanaan
Menurut Mayo Clinic (2018) penatalaksanaan struma antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan
dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak
mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti
tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan
tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total
tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka
perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan
tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian
diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup
memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.
2. Yodium radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif
tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap
jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau
kelainan genetik. Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang
harus diminum di rumah sakit,obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah
operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
3. Pemberian tiroksin dan obat anti tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan
TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan
metimasol/karbimasol.dsd
9. Komplikasi
Menurut American Thyroid Association (2015) komplikasi dari struma antara lain:
1. Suara menjadi serak/parau
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau
2. Perubahan bentuk leher
Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dan tidak
simetris
3. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak pada gangguan
pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.
4. Kesulitan bernapas
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada
gangguan pemenuhan oksigen
5. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh
hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi
sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50
tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung
6. Oftalmopati graves
Oftalmopati graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata
yang belebihan, dan peningkatan gotofobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien
sehingga aktvitas rutin pasien terganggu
7. Dermopati graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama pada kulit di bagian atas tibia bagian
bawah (miksedema pretibia) yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans. Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, pekerjaan, agama,
alamat, dan nama kerabat pasien
b. Keluhan utama: pasien mengeluh adanya benjolan di leher
c. Riwayat penyakit terdahulu: perlu ditanyakan terkait riwayat penyakit terdahulu yang
berhubungan dengan struma, misalnya pernah menderita struma lebih dari 1 kali,
tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit struma.
d. Riwayat kesehatan keluarga: anggota keluarga biasanya pernah menderita struma
e. Riwayat psikososial: Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
f. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan
suhu yang berubah.
- Kepala dan leher: Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam
dua sampai tiga hari.
- Sistem pernapasan: Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
- Sistem neurologi: Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
- Sistem gastrointestinal: Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan
hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang
g. Pengkajian data dasar
- Aktivitas dan istirahat: insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
- Eliminasi: urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare
- Integritas ego:mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, depresi.
- Makanan/cairan: kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid
- Rasa nyeri/kenyamanan: nyeri orbital, fotofobia.
- Keamanan: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas
37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan
lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi
eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
- Seksualitas: Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.
3. Asuhan Keperawatan
a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan
cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria hasil :
- Tidak sesak
- Tidak ada sumbatan pada trachea
Intervensi :
- Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
- Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
- Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
- Atur posisi semifowler
- Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
- Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
- Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
Disusun Oleh:
Devi Fatmawati
180070300011028
A. Identitas Klien
Nama :Ny. S ............................................ No. RM :32 18 67
Usia :42 tahun ......... Tgl. Masuk :19/02/2019
........................ Jam Masuk RS : 13.00 WIB
Jenis kelamin :Perempuan .................................. Tgl. Pengkajian :19/02/2019
Alamat :Selorejo, Blitar .............................. Jam Pengkajian : 13.00 WIB
...................................................... Sumber informasi :Pasien, kakak
No. telepon :0853 xxxx xxxx ............................. Nama klg.
...................................................... dekat yg bisa dihubungi:Ny. T
Status pernikahan :Kawin ...........................
Agama : Islam ............................................ Status :kakak kandung .................
Suku : Jawa ............................................ Alamat:jl Seruni, Sengkaling
Pendidikan :SMA.............................................. No. telepon :0822xxxxxxxx ...................
Pekerjaan :Swasta ........................................ Pendidikan :Sarjana .............................
Lama berkerja : Sejak awal menikah .................... Pekerjaan :IRT ....................................
1
1
5. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok Tidak pernah tidak ada tidak ada
Kopi Tidak Pernah tidak ada tidak adaAlkohol
Tidak pernah tidak ada tidak ada
6. Obat - obatan
Klien mengatakan selama ini kalau sakit hanya beli obat di warung tanpa periksa
terlebih dahulu
E. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan ibu klien pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi.
GENOGRAM
HT
Struma
Keterangan:
: Laki-laki : Pasien/ Klien
: Perempuan : Menikah
: Tinggal satu rumah : Meninggal
: Hubungan anak kandung
P
A
G
E
1
1
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Disapu 2x/hari Disapu 2x/hari
Bahaya Minimal, rumah bersih, lantai Minimal, rumah bersih, lantai
kecelakaan tidak licin, perabotan ditata rapi tidak licin, perabotan ditata
rapi.
Polusi Tidak ada, rumah bebas dari Tidak ada, rumah bebas dari
bau yang tidak sedap, sumber bau yang tidak sedap, sumber
suara yang ramai suara yang ramai
Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari. Baik, jendela dibuka setiap
Jumlah jendela yang ada di hari. Jumlah jendela yang ada
rumah tidak terkaji di rumah tidak terkaji
Pencahayaan Baik, cahaya dapat masuk ke Baik, cahaya dapat masuk ke
rumah. Klien bisa membedakan rumah. Klien bisa
siang dan malam dari dalam membedakan siang dan malam
rumah. dari dalam rumah.
G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 ................................................... 2
Mandi 0 ................................................... 2
Berpakaian/berdandan 0 ................................................... 2
Toileting 0 ................................................... 2
Mobilitas di tempat tidur 0 ................................................... 1
Berpindah 0 ................................................... 1
Berjalan 0 ................................................... 2
Naik tangga 0 ................................................... tidak terkaji...................................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 =
dibantu orang lain (> 1 orang), 4 = tidak mampu
I. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola 2hari sekali Belum BAB
Konsistensi Padat Tidak terkaji
Warna dan bau Warna kuning, bau khas Tidak terkaji
Kesulitan Ada Tidak terkaji
Upaya mengatasi Tidak ada Belum ada
BAK
Frekuensi/pola 4-5x/hari Belum BAK sama sekali
sejak pagi
Konsistensi Cair Tidak terkaji
Warna dan bau Kekuningan, bau khas
Kesulitan Tidak ada Tidak bisa keluar padahal
blader penuh
Upaya mengatasi Tidak ada Dipancing menggunakan
air hangat
J. Pola Tidur-Istirahat
P
A
Jenis Rumah Rumah Sakit G
E
Tidur siang
1
Lamanya 2 jam Tidak bisa tidur
1
Jam .... s/d .... 09.00-11.00 WIB -
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Tidak nyaman
Tidur malam
Lamanya 7 jam Belum terkaji
Jam .... s/d .... 21.00 – 04.00 Belum terkaji
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Belum terkaji
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Belum terkaji
Kesulitan Tidak ada Belum terkaji
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
R. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: lemah,terbaring ditempat tidur dengan posisi lurus, pasien masih
bedrest pada saat dilakukan pengkajian, terpasang infuse IV line di tangan kiri. Wajah
Klien tampak tegang.
a. Kesadaran: kompos mentis, GCS 456
b. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 162/103 mmHg
Nadi : 118 x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 32 x/menit
TB : 157 cm, BB : 50 kg IMT : 20,28 (Kategori normal)
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
- Inspeksi: tidak ada massa atau edema, rambut panjang, warna sebagian besar
sudah memutih dan tidak ada luka bekas operasi, rambut bersih. Wajah tampak
tegang
- Palpasi: Tidak teraba adanya massa dan oedema
b. Mata:
- Inspeksi: terdapat ephsoltamus kanan kiri, Konjungtiva tidak anemis, tidak ada
ikterik, reflek cahaya normal,mampu mengenali objek dangan baik, klien tidak
memakai kacamata.
c. Hidung:
- Inspeksi:tidak ada perdarahan, fungsi penciuman baik, tidak ada abrasi, tidak
ada memar, pernapasan cuping hidung (-).
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan/benjolan
d. Mulut & tenggorokan: mulu normal tidak ada lesi atau massa
P
A
e. Inspeksi: Mukosa bibir lembab, gigi lengkap, tidak ada massa, tidak ada G
E
perdarahan gusi, tidak ada gangguan berbicara, indra pengecap dapat merasakan
1
manis, asin, dan pedas.
1
f. Telinga:
- Inspeksi: tidak ada luka, daun telinga simetris kanan dan kiri, terdapat lubang
bekas anting di kedua daun telinga, fungsi pendengaranbaik.
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
g. Leher:
- Inspeksi: terdapat distensi vena jugularis,
- Palpasi: teraba massa struma di leher kanan di leher bagian kanan yang
diameter sekitar 3 cm, tidak nyeri., tidak terdapat deviasi trachea.
3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: normal, dada simetris.
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula sinistra, 2 cm lateral,
palpasi nadi teraba kuat irreguler.
- Perkusi : Dullness/ pekak dari ICS 2 – ICS IV parasternal
- Auskultasi: S1 tunggal terdengar di parasternal sinistra ICS5 dan S2 tunggal
terdengar di ICS 2 parasternal sinistra, tidak ada gallop dan tidak ada murmur.
Paru
- Inspeksi: Dada kanan dan kiri simetris, pergerakan dinding dada normal, pernafasan
otot bantu dada (-), bentuk dada normal, napas cepat dan berat
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area sekitar dada, traktir vermitus +
- Perkusi: terdengar bunyi sonor
- Auskultasi:
- - - -
Ronkhi Wheezing
- - - -
4. Payudara & Ketiak
- - - -
Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan, dan kondisi
payudara simetris kanan dan kiri.
5. Punggung & Tulang Belakang
Tidak ada perubahan bentuk tulang belakang, seperti lordosis, kifosis, dan scoliosis.
Tidak ada luka tusuk, tidak ada trauma, dan tidak ada jejas.
6. Abdomen
Inspeksi: area pubis terlihat membesar, tidak terdapat adanya luka bekas operasi
Palpasi: ada nyeri tekan dan tidak ada kekakuan pada abdomen
P
A
Perkusi: thimpani G
E
Auskultasi: bising usus (+) 9x/menit
1
7. Genetalia & Anus 1
Inspeksi: vagina bersih, pasein mengatakan sedang haid
Palpasi: tidak terkaji.
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluhan berkaitan dengan genitalia dan anus klien.
8. Ekstermitas
Ekstermitas Atas:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, pergerakan
normal,kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, pergerakan normal,
kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang, terpasang infus RL 20 tpm.
Ekstermitas Bawah:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema di kaki kiri, tidak ada luka,
pergerakan normal,kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang dan akral dingin.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan, terdapat edema di kaki kiri, tidak ada luka, pergerakan
normal,kekuatan otot 4, warna kulit sawo matang dan akral dingin.
9. Sistem Neorologi
Reflek fisiologis : refleks patela normal, reflek otot bisep trisep normal
Reflek patologis : refleks babinski (-), kaku kuduk (-)
µL
µL
am
Faal Ginjal
l
P
A
G
E
1
1
U. Terapi
- IVFD : NaCl 0,9% 10 tpm
- Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
- Omeprazol 2x1
- Injeksi Antrain 3x1 ampul
- PO amlodipine 5 mg 1x1 tablet
- PO mikardis 80 mg 1x1 tablet
V. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Klien mengungkapkan bahwa penyakit yang dideritanya adalah merupakan makanan
dan juga sudah ketentuan dari takdir.
W. Kesimpulan
Klien mengalasi tiroid krisis
X. Perencanaan Pulang
m.
n. Belum ada perencanaan pulang ataupun pidah ruang rawat biasa pada tanggal 18
Februari 2019 untuk Ny S Hal tersebut didasarkan pada masalah utama yang belum
teratasi, diantaranya : Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung,
ansietas
Klien dapat direncanakan pulang apabila masalah utama teratasi dengan indikator :
No Masalah Kriteria
P
A
G
2 Resiko 1. Denyut jantung lebih teratur E
ketidakefektifan 2. Tidak ada sakit kepala
1
perfusi jaringan 3. Tidak ada pusing 1
perifer 4. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah systole
5. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah diastole
Asupan oksigen
meningkat
Hiperventilasi
Ketidakefektifan pola
napas
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan TTD
Muncul
Februari
2019
Februari
2019
2019
P
A
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN G
E
Diagnosa 1
Tgl Tujuan Kriteria Standart 1 Intervensi
Keperawatan
19/02/2019 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit
diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: 1. Kaji bunyi paru, frekuensi
pola napas b.d napas, kedalaman,
NOC: Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas
produksi sputum sesuai
hiperventilasi
Indikator 1 2 3 4 5 dengan indicator dari
Frekuensi >30 27-30 21-26 18-20 <24 x/ penggunaan alat
penunjang yang efektif.
Pernapasan x/menit x/menit x/menit x/menit menit
2. Monitor saturasi O2
x/menit dengan oksimeter nadi.
3. Monitor hasil gas darah.
4. Monitor kadar elektrolit.
Saturasi >90% 90- 95- 98- 100%
5. Monitor status mental
oksigen 94% 97% 99% 6. Tingkatkan frekuensi
pemantauan pada saat
pasien tampak somnolen.
7. Observasi terhadap
sianosis terutama
membrane mukosa mulut.
8. Auskultasi bunyi napas,
tandai area penurunan
atau hilangnya ventilasi
dan adanya bunyi napas
tambahan.
9. Monitor status
pernapasan dan
oksigenasi, sesuai dengan
P
A
G kebutuhan.
E
10. Berikan terapi O2 per
1 nasal kanul 4 liter per
1 menit
19/02/2019 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit 1. Evaluasi adanya nyeri
jantung b.d diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: dada Catat adanya
disritmia jantung
perubahan NOC: Keefektifan pompa jantung
2. Catat adanya tanda dan
frekuensi jantung gejala penurunan cardiac
putput Monitor status
Indikator 1 2 3 4 5
pernafasan yang
Tekanan menandakan gagal
darah sistol jantung
3. Monitor balance cairan
Tekanan
4. Monitor respon pasien
darah diastol terhadap efek pengobatan
Denyut nadi antiaritmia
5. Atur periode latihan dan
perifer
istirahat untuk
Urin output menghindari kelelahan
Distensi 6. Monitor toleransi aktivitas
pasien
vena leher
7. Monitor adanya dyspneu,
Disritmia fatigue, tekipneu dan
ortopneu Anjurkan untuk
menurunkan stress
8. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
9. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
P
A
G berdiri Auskultasi TD pada
E
kedua lengan dan
1 bandingkan
1 10. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
11. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan Monitor pola
pernapasan abnormal
12. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
14. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
15.
16. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen Sediakan
informasi untuk
mengurangi stress
17. Kelola pemberian
obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
P
A
G mempertahankan
E
kontraktilitas jantung
1 18.
1 19. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
20. Minimalkan stress
lingkungan
21.
19/02/2019 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 60 menit NIC : Pengurangan
berhubungan diharapkan ansietas dapat diatasi dengan kriteria: Kecemasan
dengan ancaman NOC: Tingkat Kecemasan 1. Lakukan pendekatan
pada status Indikator 1 2 3 4 5 yang tenang dan
kesehatan terkini Rasa cemas sangat Cemas Cemas Sedikit Tidak meyakinkan kepada
yang cemas sedang cemas cemas Klien
disampaikan 2. Dengarkan klien
secara lisan 3. Dorong verbalisasi
Peningkatan perasaan, ketakutan dan
Nadi persepsi
4. Bantu mengurangi
kecemasan klien secara
efektif
5. Kaji tanda verbal dan non
verbal klien terkait
kecemasan
P
A
G 6. Edukasi klien dan
E
keluarga terkait penyakit
1
1
yang dialami kien
7. Bantu klien
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
8. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam.
P
A
G
E
IMPLEMENTASI
1
1
1
1
P
A
G
E
1
1
IMPLEMENTASI
1
1
P
A
G
E
EVALUASI
1
1
No
Tanda
Hari/ Dx
Evaluasi tanga
Tanggal Ke
n
p
NOC:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Frekuensi Pernapasan 2 4 4
Saturasi oksigen 2 5 5
DO:
Wajah tegang
Terpasang O2 nasal kanul 4 liter
TD: 162/103 mmHg
N: 118 x/ menit
RR: 32 x/menit
S: 36,5 C
Nadi tidak teratur/ disritmia kualitas nadi kadang
lkuat kadang lemah
Pemberian obat
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg
Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg
Mengatur intake cairan Nacl 0,9% 10 tpm
NOC:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
No
Tanda
Hari/ Dx
Evaluasi tanga
Tanggal Ke
n
p
P
A
Rabu 1 DS: pasien mengatakan sesak napas sudah G
E
berkurang dan dada masih terasa ampek
20/02/201
1
9 1
DO: N: 118 x/ menit
13.00
RR: 28 x/menit
NOC:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Frekuensi Pernapasan 2 4 4
Saturasi oksigen 2 5 5
Selasa 2 DS:
19/2/2019
Pasien mengatakan jantung masih berdebar-debar dan
13.15
dada masih ampek
DO:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Rabu 3 DS:
19/2/2019 Klien masih sering bertanya tentang kondisinya saat
13.30 ini apakah sudah ada perkembangan
Klien kadang masih bertanya jika alarm monitor
berbunyi
DO:
KU: cukup
GCS: 4,5,6
Kesadaran: compos mentis
Wajah klien tampak lebih santai
Tanda tanda vital :
o TD : 135/80 mmHg
o N : 118x /menit
o R : 28 x/menit
o T : 36,5 oC
P
A
G
E
NOC:
1
Score 1
Indikator
Awl Tgt Akr
No
Tanda
Hari/ Dx
Evaluasi tanga
Tanggal Ke
n
p
NOC:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Frekuensi Pernapasan 2 4 4
P
A
Saturasi oksigen 2 5 5 G
E
1
A: masalah teratasi sebagian 1
Selasa 2 DS:
19/2/2019
Pasien mengatakan sudah membaik, jantung kadang
13.15
masih berdebar-debar dan dada masing ampek tapi
jarang
DO:
Wajah santai
Pasien terlihat bisa tidur
Terpasang O2 nasal kanul 2 liter
o TD : 125/76 mmHg
o N : 89x /menit
o R : 25 x/menit
o T : 36,5 oC
Nadi tidak teratur/ disritmia
kualitas nadi kadang lkuat kadang lemah
Pemberian obat
Propanolol 3x20mg
Ramipril 25 mg
Spironolacton 25 mg
Digoxin 0,5 ampul dalam 50 cc Nacl 0,9%
Furosemid 40 mg
Mengatur intake cairan Nacl 0,9% 10 tpm
NOC:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Rabu 3 DS:
19/2/2019 Klien sudah tidak banyak bertanya tentang
13.30 kondisinya
DO:
KU: cukup
GCS: 4,5,6
Kesadaran: compos mentis
Wajah klien tampak santai
Tanda tanda vital :
o TD : 125/76 mmHg
o N : 89x /menit
o R : 25 x/menit
o T : 36,5 oC
NOC:
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
1
1