Daftar Isi
halaman
Judul
Daftar Isi 1
Kata Pengantar 2
Bab I Pendahuluan 3
Daftar Pustaka 23
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas ridho Nya
sehingga makalah yang membahas tentang Model Pengorganisasian Rumah
Sakit dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh para
pendidik agar mahasiswa mendapatkan gambaran, mengerti dan memahami
tentang topik yang dibahas.Dalam penulisan dan penyajian makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik penulisan maupun pembahasan
materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Ibu DR.Rokiah Kusumapradja, SKM,MHA.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya yang membutuhkan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
BAB II
MODEL PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT
tetapi fisik keadaan rumah sakit tempat kerja bersangkutan berada pada
situasi yang sebaliknya, misalkan kumuh, mutu kerja dan fisik yang rendah
serta pelayanan kepada konsumen yang tidak menyenangkan. Hal tersebut
sering terjadi pada rumah sakit yang dikelola pemerintah. Dalam hal proses
pembelajaran perlu dilakukan metafora dan sebenarnya di dunia ini benar-
benar tidak ada tindakan yang berhasil bila bukan tindakan secara
berkelompok (kecuali beribadah tentunya). Para musisi di Boston Symphony
Orchestra mempunyai kemampuan individual tinggi untuk masing-masing alat
musik. Manajemen musik dan konduktor atau derigent dapat mengelola para
individu tersebut menjadi suatu kelompok yang dapat menunjukkan hasil
sebagai suatu simfoni yang apik dan menyenangkan para
konsumen/penonton.
Pada berbagai rumah sakit, khususnya rumah sakit yang dikelola
pemerintah, bakat dan kemampuan staf yang bagus tidak selaras dengan
kinerja rumah sakitnya. Ada kesenjangan yang terjadi. Banyak faktor yang
mungkin bisa menjadi alasannya. Akhirnya tenaga medis akan mencari dan
mengembangkan dirinya di rumah sakit swasta.
Menurut Cook dan Yanow (1993), konsep Organizational Learning
dilakukan melalui dua pendekatan, alternatif pendekatan pertama proses
pembelajaran perorangan demi untuk pengembangan organisasi. Dalam
konteks rumah sakit, para perawat, manajer dan dokter melakukan
peningkatan kemampuan diri secara pribadi dan secara tim, maka diharapkan
rumah sakit dapat meningkat kinerjanya. Alternatif kedua, menyatakan bahwa
organisasi rumah sakit merupakan mahluk hidup yang melakukan respons
dan pembelajaran akibat pengaruh rangsangan luar. Secara bersamaan di
level organisasi, dilakukan pembelanjaran untuk para anggota dalam
melakukan pengembangan. Kedua pendekatan ini sama-sama menekan
perlunya pembelajaran di level perorangan.
Dalam proses pembelajaran oleh perorangan, terdapat pemahaman
belajar secara operasional dan belajar secara konseptual. Belajar operasional
merupakan pembelajaran pada level prosedur. Dalam hal ini seseorang
belajar langkah-langkah yang dipergunakan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Belajar secara konseptual mencakup pemikiran mengenai
berbagai hal di balik tindakan yang diperlukan. Dalam pembelajaran secara
Kelebihannya :
1. Pembagian tugas yang jelas.
2. Kerjasama dan koordinasi dapat dilaksanakan dengan jelas.
3. Pengembangan kemampuan segenap anggota organisasi
terjamin.
4. Staffing dilaksanakan sesuai dengan prinsip the right man on
the right place.
5. Bentuk organisasi ini fleksibel untuk diterapkan.
Kekekurangan :
1. Proses pengambilan keputusan selalu berliku-liku.
2. Sering tugas pokok tidak diutamakan.
3. Terkadang pertimbangan tidak terkontrol sehingga menimbulkan
nepotism spoil system patronage.
4. Persaingan tidak sehat antara pejabat yang satu dengan yang
lainnya.
Kekurangan :
1. Biasanya tidak fleksibel dan peralihan posisi anggota tour of
duty kurang dilakukan manajemen.
2. Pejabat fungsional akan mengalami kebingungan karena
dikoordinasikan oleh lebih dari satu orang.
3. Karyawan yang mempunya kemampuan spesialisai mengalami
kejenuhan.
RSMC pada dasarnya merupakan salah satu unit dari kesatuan yang
mendukung kegiatan militer dalam hal ini satuan marinir. Maka dalam proses
terbentuknya RSMC diawali dengan sepetak kamar di batalyon infantri marinir
yang pada waktu itu adalah KKO (Korps Komando Angkatan Laut) yang
digunakan oleh para tenaga medis melakukan persiapan sebelum berangkat
mengikuti gerak pasukan infantri marinir kedaerah pertempuran. Jadi awalnya
bertugas sebagai pendukung medis. Dalam perkembangannya berkembang
menjadi RSMC dimana selain masih tetap melaksanakan tugas dukungan
kesehatan, personil RSMC melakukan tugas pelayanan medis mulai dari
tugas prefentif, definitif, kuratif dan rehabilitasi baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
Dengan demikian RSMC dalam pelaksanaan hariannya menjalankan
tugas struktural dimana organisasi RSMC akan patuh secara total
melaksanakan semua aturan, ketetapan dan perintah atasan tanpa
membantah guna mensukseskan maksud dan tujuan dari para penentu
kebijakkan. Dalam perjalanannya tugas lain dari para personil RSMC yaitu
tugas profesi medis mengalami proses transformasi dimana atas pengaruh
Civillization dari pemerintahan yang berkuasa, tugas profesi menjadi lebih
mengemuka. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan dari proses pendewasaan
dan reformasi dalam tubuh TNI. Hal ini bisa termasuk fungsi TNI dalam
melaksanakan operasi militer non perang. Tetapi proses tersebut tidak akan
mematikan semangat tempur prajurit TNI, apapun korpsnya.
Dalam melayani pasien, RSMC dalam tugas profesinya memegang
teguh tujuan, misi, visi dan prinsip pada penanganan pasien. Jadi pada
analisa prinsip dan analisa jabatan bisa ditarik kesimpulan bahwa RSMC
melaksanakan hampir semua prinsip dari manajemen organisasi seperti
prinsip adanya tujuan yang jelas, prinsip skala hirarkhi dan sebagainya.
Namun prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan dengan kelenturan yang
terbatas mengingat agar tidak melenceng dari tugas utamanya.
Bentuk organisasi yang dilaksanakan adalah organisasi lini dan staf
yang tidak murni. Karena doktrin memang telah ditentukan tetapi semua
digunakan untuk tugas dukungan kesehatan. Sedangkan tugas profesi masih
merupakan tugas pelengkap karena seorang ahli bedah saraf tetap harus
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Wassalam
Tim 4
DAFTAR PUSTAKA