Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PELAYANAN PENYAKIT MENULAR DAN IMMUNOSUPPRESSED

PENDAHULUAN

ceritakan sediki ttg penyakit menular dan imunosuppressed jgn lgs standadr
precaution

Penyebaran infeksi yang terjadi antar pasien di Rumah Sakit dapat dikurangi dengan cara isolasi
fisik pada pasien yang beresiko (protective isolation) atau pada pasien dengan infeksi (isolasi
sumber - source isolation). Isolasi proteksi dilakukan pada pasien dengan penyakit kulit
deskuamasi yang beresiko tinggi terpapar Methycillin Resistant S. aureus, pasien dengan cystic
fibrosis dan pasien dengan neutropenia.

Pedoman isolasi terbaru dari CDC terdiri dari 2 lapis kewaspadaan. Pada upaya melakukan
kewaspadaan isolasi (isolation precaution), terdapat dua kewaspadaan yaitu Kewaspadaan Standar
(Standard Precautions) dan Kewaspadaan Berbasis Transmisi (Transmission-Based Precautions)
Lapisan pertama dinamakan Standard Precautions yang merupakan kombinasi antara Universal
Precautions ( UP ) dengan Body substance Isolations ( BSI ). Kewaspadaan lapis pertama bertujuan
untuk menurunkan resiko penularan dari infeksi yang sudah atau belum diketahui dan diperlukan
untuk semua pasien apapun diagnosanya, yang sudah diketahui, termasuk penyakit infeksi.
Standard Precautions ditujukan pada darah, semua cairan tubuh sekresi dan ekskresi (kecuali
keringat), baik yang nyata tercampur darah ataupun tidak, kulit yang terluka dan membran mukosa.
Standard precaution merepresentasikan pencegahan infeksi seminimal mungkin
yang diterapkan pada semua pasien tanpa melihat apakah pasien itu menderita penyakit
infeksi atau tidak, sampai benar-benar di ketahuai penyakitnya dan cara tramnsmisi
terjadinya . Tindakan ini didesain untuk melindungi petugas kesehatan dan pencegahan
penularan penyakit antar pasien.
Transmisi agen infeksius pada fasilitas kesehatan membutuhkan tiga elemen, yaitu
sumber agen infeksius (pasien, tenaga kesehatan, pengunjung, peralatan atau lingkungan yang
terpapar), host yang rentan dengan portal of entry agen infeksius, dan mode transmisi agen
infeksius. Pada Kewaspadaan Berbasis Transmisi akan dibahas interrelasi antara ketiga agen
tersebut
BAB I
Definisi

A. Penyakit menular atau penyakit infeksi


Adalah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (sepertivirus, bakteria atau
parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia.
B. Kondisi immuno-suppressed
Immunosuppressed atau immunocompromised adalah penurunan fungsi sistem imun
tubuh atau penurunan kemampuan untuk melawan infeksi. Kondisi immunosuppression
menurunkan aktivasi atau efikasi sistem imun. Beberapa bagian sistem imun itu sendiri
memiliki efek penekanan pada sistem imun. Imunosupresi bisa juga merupkan akibat atau
reaksi pemberian terapi. Seseorang yang mengalami suatu imunosupresi atau sistem
imunnya melemah disebut (misalnya sedang menjalani kemoterapi, transplantasi organ.
pasien HIV atau lupus, penyakit multipatologis, usia tua atau anak-anak dan sebagainya)
disebut immunocompromised.
C. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme seperti bakteri, virus
dan fungi termasuk spora yang dapat menyebabkan infeksi.
D. Desinfeksi adalah proses penghancuran mikroorganisme, tetapi tidak termasuk spora,
yang dapat dilakukan secara fisik dan kimia.
E. Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat menghancurkan pertumbuhan
mikroorganisme.
F. APD (alat pelindung diri) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
G. Perawatan pasien dengan penyakit menular adalah upaya untuk mencegah
penularan kuman patogen dari sumber infeksi ke orang lain atau penderita lain.
H. Penanganan pasien menular melalui droplet adalah suatu upaya memberikan
pelayanan kesehatan terhadap pasien infeksi sehingga mendapatkan perawatan yang layak
sesuai dengan kondisi yang dideritanya.
I. Penanganan pasien menular melalui kontak adalah suatu upaya memberikan
pelayanan kesehatan terhadap pasien infeksi sehingga mendapatkan perawatan yang layak
sesuai dengan kondisi yang dideritanya.
Kontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka orang yang rentan atau petugas
dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.
Kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang
terkontaminasi mikroba infeksius dilingkungan, instrument yang terkontaminasi jarum,
kassa, tangan terkontaminasi.
J. Penanganan pasien menular melalui udara/airborne adalah suatu upaya memberikan
pelayanan kesehatan terhadap pasien infeksi sehingga mendapatkan perawatan yanglayak
sesuai dengan kondisi yang dideritanya.
K. Penangan pasien menular melalui cairan adalah suatu upayamemberikan pelayanan
kesehatan terhadap pasien infeksi sehingga mendapatkan perawatan yang layak sesuai
dengan kondisi yang dideritanya.
L. Persiapan ruang isolasi steril adalah suatu upaya untuk mempersiapkan kamar isolasi
sebelum digunakan oleh pasien dengan pembersih secara manual.
M. Ruang isolasi steril adalah ruangan yangdisediakan untuk perawatan pasien dengan
penurunan imunitas HIV-AIDs atau penyakit menular droplet tuberculosis.
N.Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang
tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah 48 jam berada di ruang
perawatan rumah sakit
Bab II
A. Ruang Lingkup Penyakit Menular :
I. Media Langsung dari Orang ke Orang (skin contact)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain: 1). Penyakit kelamin 2). Rabies 3). Trakoma 4).
Skabies 5). Erisipelas 6). Antraks 7). Gas-gangren 8). Infeksi luka aerobik 9). Penyakit
pada kaki dan mulut
II. Melalui Media Udara.
Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung
melalui udara pernapasan disebut sebagai air borne disease. Jenis Penyakit yang
ditularkan antara lain: 1) TBC Paru 2) Varicella 3). Difteri 4) Influenza 5). Variola 6).
Morbili 7). Meningitis 9). Mumps 10). Rubella 11). Pertussis

III. Melalui Media Air

Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water borne disease atau
water related disease. Agen Penyakit: 1). Virus : hepatitis virus, poliomielitis 2). Baktcri :
kolera, disentri, tifoid, diare 3). Protozoa : amubiasis, giardiasis 4). Helmintik : askariasis,
penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid 5). Leptospira

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam empat kelompok
menurut cara penularannya:a).Water borne mechanism. Kuman patogen yang berada
dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia, ditularkan melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh: kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan poliomielitis. b)
Water washed mechanismjenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan
kebersihan individu dan umum dapat berupainfeksi melalui alat pencernaan, seperti diare
pada anak-anak; infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma; penyakit
melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis. c) Water based mechanismadalah
jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vektor atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam air. Contoh:
skistosomiasis, Dracunculus medinensis. d) Water related insect vector mechanism Jenis
penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air.
Contoh: filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).
B. Ruang Lingkup Immuno-suppressed

Pasien-pasien yang termasuk immunosuppresed dan berisiko lebih tinggi terkena infeksi:

1. Lansia >60 tahun


2. Penyakit kronis seperti diabetes, gagal jantung
3. Pasien yang mendapat terapi steroid jangka panjang (pasien dengan penyakit
autoimun, asthma atau PPOK
4. Pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi (kanker)
5. Keganasan hematologi
6. HIV/ AIDs
7. Pasien yang menjalani transplantasi organ
8. Penyakit hati atau yang berkaitan dengan akibat alkoholik berat
9. Pasien yang menjalani hemodialiasa rutin

C. Seluruh pelayanan penyakit menular dan imunosupresif pada pasien anak dan dewasa di
dilakukan secara seragam.
D. Pasien yang temasuk kategori air-borne harus menjalani perawatan di ruang isolasi
E. Panduan pada pasien imunosupresif yaitu pada pasien pasien dewasa dan pasien anak.
BAB III
Tata Laksana

I. Perawatan pada pasien dengan penyakit menular


a. Petugas kesehatan sebelum dan sesudah melakukan tindakan harus mencuci tangan sesuai
dengan prosedur cuci tangan
b. Petugas menggunakan apron untuk melindungi petugas dan pasien dari infeksi
nosokomial terutama pada saat melakukan tindakan invasif yang memungkinkan adanya
darah/ cairan tubuh yang terpercik mengenai kulit.
c. Petugas memakai sarung tangan terutama bila kontak dengan darah, cairan tubuh pasien
atau bila ada luka pada tangan petugas, pada waktu pengembilan spesimen,
membersihkan alat/ instrumen, menyuntik, memasang infus, atau melakukan tindakan
invasif lainnya.
d. Petugas memakai masker/ pelindung mata untuk melindungi diri dari infeksi.Masker
digunakan bila ada kemungkinan penularan mikro organisme melalui kontaminasi
aerosol, pasien batuk yang memungkinkan adanya percikan mengenai muka atau mata.
e. Safety-box digunakan untuk menempatkan jarum suntik bekas pakai.
f. Kantong plastik dan pengikat untuk tempat linen dengan tulisan “infeksius”, peralatan
non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama,
bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.

II. Perawatan pasien menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
b. Menggunakan sarung tangan bersih non steril, saat masuk ke ruang pasien
c. Mengganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain,
darah dan cairan tubuh lainnya) kemudian lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar
pasien dan cuci tangan dengan antiseptik sesuai dengan prosedur cuci tangan.
d. Petugas menggunakan gaun bersih,tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi
baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan
tubuh pasien, luka terbuka.
e. Petugas melepaskan gaun sebelum keluar dari ruang pasien.
f. Petugas menggunakan apron untuk mengurangi penetrasi cairan
g. Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai 1 pasien atau dengan infeksi mikroba
yang sama.
h. Bersihkan dan deinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.

III. Perawatan pasien menular melalui udara/air borne disease


a. Petugas kesehatan tetap harus melakukan mencuci tangan sebelum tindakan
b. Petugas kesehatan menggunakan APD yang sesuai dengan kebutuhan seperti masker
bedah, kalau perlu N95, sarung tangan, apron, kaca mata bila melakukan tindakan dengan
kemungkinan timbul aerosol.
c. Setelah tindakan lepaskan sarung tangan, masker, apron, kaca mata kemudian letakkan ke
dalam kantung plastik kuning (infeksius)
d. Petugas mencuci tangan setelah tindakan

IV. Perawatan pasien dengan imunosupresif


a. Pasien dengan imunosupresif ditempatkan diruangan isolasi Protektif/ steril atau ruangan
tersendiri dengan perlakuan khusus.
b. Pasien imunosupresif yang memerlukan perawatan di ICU ditempatkan di ruang khusus
dengan perlakuan khusus
c. Persiapan kamar isolasi steril:
 Persiapan peralatan:
o Alat instrument yang telah dipakai dicuci, dikeringkan dan disterilkan dengan
autoclave
o Tempat tidur, meja, troli, bedside locker dibersihkan dengan menggunakan
desinfektan dan peralatan kerja steril
o Linen diganti setiap hari atau sewaktu-waktu bila basah atau kotor menggunakan
linen yang telah disterilkan
 Persiapan petugas:
o Petugas bekerja dengan mempertahankan prinsip steril
o Sebelum masuk ruangan petugas mencuci tangan dan menggunakan perlengkapan
khususseperti: penutup kepala, masker, jas khusus ruang steril, alas kaki.
o Petugas kebersihan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan
kebutuhan (seperti masker, tutup kepala, apron, sepatu boot)
 Tata cara Pelaksanaan :
o Petugas kebersihan melakukan pembersihan permukaan peralatan yang ada
didalam ruangan pasien (seperti tempat tidur,lemari, meja, lampu,dll). Dimulai
dari permukaan / alat yang letaknya lebih tinggi dengan menggunakan lap dan
sabun cair dari arah atas ke bawah kemudian dibilas dengan air bersih ( searah
jarum jam).
o Petugas kebersihan membersihkan gorden palstik dengan menggunakan lap basah
dan sabun cair kemudian dibilas dengan air yang sudah dicampur dengan larutan
desinfektan
o Petugas kebersihan mengepel lantai dengan menggunakan larutan desinfektan.
o Petugas kebersihan melakukan aerob desinfektan/ fogging ruangan sesuai dengan
kebutuhan ruangan (sesuai pada standar fogging), pastikan AC dalam keadaan
mati pada saat proses berlangsung.
o Petugas kebersihan menyalakan AC setelah semua selesai disterilkan.
o Petuga kebersihan mencuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan .
o Petugas kebersihan meninggalkan ruangan dan menyalakan sinar ultra violet
(UV) selama 3 jam, ruangan dalam keadaan kosong.
o Petugas kebersihan merapikan alat kerja dan meyimpannya dengan baik.
DALAM KONFIRMASI DENGAN CLEANING SERVICE

 Pada pasien dengan imunosupresif dilakukan prosedur sterilisasi dan desinfeksi baik
pada peralatan pendukung terapi pasien, petugas yang kontak dengan pasien sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

BAB IV
Dokumentasi
1. Rekam medis
2. Hasil pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Ronsen dan penunjang lain)
3. Catatan asuhan keperawatan

Note: untuk bagian anak masih dalam proses. (infeksi dan imunosupresi)

Anda mungkin juga menyukai