PEMUPUKAN GANDASIL-D TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT POHON PENGHASIL GAHARU JENIS Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ( FERTILIZER GANDASIL-D ON THE GROWTH OF Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ) SEEDLING Handiward Tonoro, Fabiola B. Saroinsong, Josephus. I. Kalangi dan Marthen. T. Lasut.
PEMUPUKAN GANDASIL-D TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT POHON PENGHASIL GAHARU JENIS Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ( FERTILIZER GANDASIL-D ON THE GROWTH OF Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ) SEEDLING Handiward Tonoro, Fabiola B. Saroinsong, Josephus. I. Kalangi dan Marthen. T. Lasut.
PEMUPUKAN GANDASIL-D TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT POHON PENGHASIL GAHARU JENIS Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ( FERTILIZER GANDASIL-D ON THE GROWTH OF Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ) SEEDLING Handiward Tonoro, Fabiola B. Saroinsong, Josephus. I. Kalangi dan Marthen. T. Lasut.
PENGHASIL GAHARU
JENIS Gyrinops versteegii (Gilg) Domke
( FERTILIZER GANDASIL-D ON THE GROWTH OF Gyrinops versteegii (Gilg) Domke )
SEEDLING
Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Jl.
Kampus Unsrat Mando, 95515 Telp (0431) 846539
ABSTRACT
Gaharu contains damar wangi from the mastic tree on a part of gaharu-producer trees that
accurs naturally and have died due to a fungal infection that accurs naturally or artificially. The
purpose of this study was to analyze the effect of frequency method Randomized Complete
Design (CRD), with 5 treatment and 5 replications. A treatment without fertilizer, B treatment
(application of fertilizer once a week, which is on Saturday, C treatment (twice a week, which
are on Saturday and Tuesday, D treatment (3 times a week, which are on Saturday, Tuesday and
thursday and E treatment (4 times a week, which are on Saturday, Monday, Wednesday, Friday.
Planting medium used in this study is a mixture of soil, sand and chicken manure in the ratio
1:1:1 by volume. Variables measured were plant’s height, stem’s diameter and number of leaves.
The results showed that the application of leaf fertilizer Gandasil D on Gyrinops versteegi seedi
deliver tangible results in plants height. D treatment (application of fertilizer 3 times a week)
showed good results in plant compared with other treatment.
Keywords : Gyrinops caudata, Agarwood, foliar fertilizer Gandasil D
ABSTRAK
Gaharu memiliki kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil
gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati akibat dari infeksi jamur yang terjadi secara
alami maupun buatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh frekuensi
pupuk Gandasil D terhadap pertumbuhan bibit pohon penghasil gaharu dengan menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan A tanpa
pupuk, perlakuan B 1 kali pemberian pupuk dalam seminggu yaitu pada hari Sabtu, perlakuan C
2 kali pemberian pupuk dalam seminggu yaitu pada hari Sabtu dan Selasa, perlakuan D 3 kali
pemberian pupuk dalam seminggu yaitu pada hari Sabtu, Selasa dan Kamis dan perlakuan E 4
kali pemberian pupuk dalam seminggu yaitu pada hari Sabtu, Senin, Rabu dan Jumat. Media
tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran dari tanah, pasir dan pupuk
kandang ayam dengan perbandingan 1 : 1 : 1 berdasarkan volume. Variabel yang diamati adalah
tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk daun Gandasil D pada Bibit Gyrinops versteegii memberikan hasil yang nyata
pada tinggi tanaman. Perlakuan D (3 kali pemberian pupuk dalam seminggu) menunjukkan hasil
yang baik pada tanaman dibandingkan dengan perlakuan-perlakuan yang lain.
1
I. PENDAHULUAN tempat penyebaran alaminya, karena
semakin meningkatnya eksploitasi hutan
1.1.`Latar belakang. alam dan semakin gencarnya penebangan
pohon penghasil gaharu saat ini. Dalam
Gaharu memiliki kadar damar wangi konverensi para anggota CITES
yang berasal dari pohon atau bagian pohon (Convention on International Trade in
penghasil gaharu yang tumbuh secara alami Endangered Species of Wild Fauna and
dan telah mati akibat dari infeksi jamur yang Flora) pada bulan November 1994 di
terjadi secara alami maupun buatan. Florida, kayu gaharu dari Jenis A.
Sumarna dan Santoso (2004), melaporkan malaccensis dan Gyrinops spp. telah
bahwa tanaman pohon penghasil gaharu dimasukkan dalam Appendix II (Ditjen
dapat dikembangkan melalui biji, anakan PHPA, 1995)
alam serta pengembangan secara vegetatif
Dalam mengantisipasi terjadinya
dengan stek pucuk, cangkok, dan kultur
pengikisan populasi yang lebih berat, perlu
jaringan.
dilakukan upaya pelestarian dan
Pembudidayaan tanaman pohon
pengembangan yang lebih efektif. Budidaya
penghasil gaharu, dapat dikembangkan
oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan
dengan memanfaatkan potensi benih dari
ataupun hutan buatan perlu dikembangkan.
pohon induk alami yang masih cukup
Hutan alam sebagai penghasil gaharu tidak
tersedia di hutan alam produksi dengan
dapat diandalkan lagi untuk menghasilkan
kendala fisiologi, berupa sifat benih yang
volume gaharu dalam jumlah banyak.
rekalsitran dan memiliki masa dorminasi
Untuk mendukung hal tersebut,
rendah serta embrio rentan terhadap
penelitian dasar perlu dilakukan. Termasuk
kekeringan. Benih tumbuhan tropis yang
diantaranya adalah penelitian tentang
jatuh secara alami memiliki nilai
pemupukan pada tahap semai dalam rangka
kematangan prima, sehingga dengan
meningkatkan kelangsungan hidup dan
dukungan kondisi lingkungan tumbuh
menghasilkan bibit dengan vigor yang tinggi
(cahaya, suhu, kelembaban) akan dihasilkan
(sehat, seragam, dan kokoh) untuk
nilai pertumbuhan anakan tingkat semai
menunjang kemampuan adaptasi tanaman
dengan kuantitas dan kualitas yang optimal (
terutama pada saat dipindahkan kelapangan.
Fitter dan Hay, 1992).
Bibit yang berkualitas akan mengalami
Penurunan eksport gaharu 20 tahun
pertumbuhan yang cepat, baik pertumbuhan
terakhir disebabkan semakin berkurangnya
primer maupun sekunder. Untuk tahap
populasi jenis pohon penghasil gaharu,
selanjutnya setelah pohon tumbuh maksimal
khususnya marga Aquilaria dan Gyrinops di
dapat diterapkan berbagai teknologi buatan
hutan alam. Marga Aquilaria dan Gyrinops
(teknologi induksi) ataupun alami untuk
merupakan penghasil gaharu berkualitas
membentuk atau menghasilkan gaharu.
terbaik. Jenis ini sudah sangat sulit
Pupuk merupakan salah satu input
ditemukan di hutan alam Sumatera,
sangat esensial dalam proses produksi
Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara
tanaman. Tanpa pupuk, penggunaan input
2
seperti bibit unggul, air, dan tenaga kerja, versteegii, tanah pasir, pupuk urea, pupuk
hanya akan memberikan manfaat minimal kandang ayam, furadane, pupuk daun
sehingga produktifitas tanaman dan Gandasil D, mistar, jangka sorong, label,
pendapatan petani akan rendah. Oleh karena polybag berukran 20 x 25 cm, sprayer, tipex,
itu, ketersediaan pupuk secara enam tepat, alat tulis menulis, kamera, laptop.
yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu,
tepat lokasi, tepat waktu, dan tepat harga, 3.3. Metode penelitian
merupakan hal yang mutlak yang harus di Metode yang digunakan dalam
penuhi. Penelitian ini akan menggunakan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
pupuk Gandasil D dengan berbagai dosis. (RAL), dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan,
Pupuk Gandasil D mengandung sembilan setiap ulangan terdiri atas 1 tanaman.
unsur utama yaitu Nitrogen 14% (N), Fospor Dengan demikian terdapat 25 bibit pohon
12% (P), Kalium 14% (K), Magnesium 1% penghasil gaharu yang di tanam dalam
(Mg), Mangan (Mn), Boron (B), Copper polybag. Konsentrasi pupuk Gandasil-D
(Cu), Cobalt (Co), Seng (Zn). yang digunakan ialah 3 gram/liter air.
Perlakuan yang diberikan adalah :
1.2 Tujuan Penelitian A = tidak ada pemberian pupuk Gandasil D
Tujuan dari penelitian ini adalah (kontrol dan air)
untuk menganalisis pengaruh frekuensi B = 1 kali pemberian pupuk dalam
pupuk Gandasil D terhadap pertumbuhan seminggu (5 cc) pada hari Sabtu.
bibit pohon penghasil gaharu. C = 2 kali pemberian pupuk dalam
seminggu (10 cc) pada hari Sabtu dan
1.3 Manfaat Penelitian Selasa.
Hasil dari penelitian ini diharapkan D = 3 kali pemberian pupuk dalam
dapat memberikan informasi tentang seminggu (15 cc) pada hari Sabtu,
frekuensi pemupukan Gandasil D pada Selasa dan Kamis.
pertumbuhan bibit pohon penghasil gaharu. E = 4 kali pemberian pupuk dalam seminggu
(20 cc) pada hari Sabtu, Senin, Rabu
dan Jumat.
III.METODE PENELITIAN
3.4. Variabel pengamatan
3.1. Tempat dan waktu penelitian 3.4.1.Tinggi (cm)
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Pengukuran bibit dilakukan setelah
Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sam proses adaptasi bibit selama 2 minggu.
Ratulangi Manado, selama 2 bulan yaitu Tinggi diukur setiap 1 minggu selama dua
bulan Desember 2012- Januari 2013. bulan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan mistar mulai dari pangkal
3.2. Alat dan Bahan batang yang sudah ditandai terlebih dahulu
Alat dan bahan yang digunakan hingga titik tumbuh pucuk bibit.
dalam penelitian ini adalah semai Gyrinops 3.4.2. Diameter (cm)
3
Pengukuran diameter dilakukan 5 cm dan selebar ibu jari dengan tangan, lalu
dengan menggunakan jangka sorong, diukur bibit ditanam dalam lubang tersebut.
pada pangkal batang sekitar 1 cm dari 3.5.4. Adaptasi dan pemeliharaan
permukaan tanah yang sudah ditandai Bibit yang telah disapih dan ditanam
dengan tipex. Pengukuran dilakukan setiap 1 diletakan di rumah kaca dibawah naungan
minggu selama dua bulan. (paranet) selama 2 minggu. Penyiraman di
3.4.3. Jumlah daun lakukan 1 kali sehari yaitu pagi hari
Rata-rata bibit pohon penghasil menggunakan sprayer agar media tetap
gaharu yang diamati memiliki jumlah daun 7 lembab. Selain itu diberikan pupuk urea 2
pasang daun. Pengamatan dilakukan setiap 1 gram /tanaman sebagai pupuk dasar dan
minggu untuk mengetahui pertambahan dilakukan pembersihan gulma dan perbaikan
jumlah daun selama dua bulan. posisi polybag. Untuk menjaga media dari
serangan semut, maka diberikan furadane 1
3.5. Prosedur kerja g/polibag.
3.5.1. Penyiapan media 3.5.5. Pengendalian hama dan penyakit
Dalam penelititan ini menggunakan Untuk mengantisipasi bibit tanaman
media tanam yaitu tanah, pasir, pupuk penghasil gaharu dari serangan hama dan
kandang ayam dengan perbandingan 1: 1: 1. penyakit maka, dilakukan pemantauan
Sebelum media dicampur terlebih dahulu secara berkala dan selain itu juga dilakukan
dikering anginkan dibawah paranet selama 1 penyemprotan peptisida satu kali dalam
hari, setelah itu barulah media dicampur. seminggu.
Dalam proses pencampuran media alat ukur 3.5.6. Pemupukan
yang digunakan ialah wadah plastik Pemupukan di lakukan setiap 1 kali,
(volume). Proses pencampuran media 2 kali, 3 kali dan 4 kali dalam seminggu.
sampai terisi di dalam polybag memakan Penyemprotan pupuk dilakukan setelah
waktu 1 hari. Setelah semua media terisi pengambilan data. Pupuk disemprotkan ke
dalam polybag, selanjutnya bibit langsung bagian daun yang menghadap ke bawah
ditanam di dalam polybag 20 x 25 cm. karena kebanyakan daun tanaman dan mulut
3.5.2. Penyiapan bibit daun tanaman menghadap ke bawah. Pupuk
Bibit yang digunakan terlebih dahulu di berikan dengan cara di semprot ke setiap
disortir berdasarkan jumlah daunnya yaitu 7 tanaman sebanyak 5 kali (setiap 1 semprotan
pasang daun, serta bebas dari serangan hama ialah 1 cc).
dan penyakit.
3.5.3. Penyapihan 3.6. Analisis data
Bibit yang disapih adalah bibit yang Analisis data menggunakan analisis
berumur 3 bulan dan jumlah daunnya keragaman ( Analisis Of Varian). Apabila
seragam. Penyapihan dilakukan pada pagi hasilnya signifikan maka dilanjutkan dengan
hari di bawah naungan (paranet). uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
Penanaman dalam polybag dilakukan secara
manual yaitu dengan membuat lubang tanam
4
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN pupuk dengan frekuensi yang berbeda
memberikan hasil yang berbeda nyata pada
4.1. Pertambahan tinggi bibit Gyrinops pertambahan tinggi bibit Gyrinops versteegii
versteegii (Tabel 1).
Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
5
Intensitas cahaya matahari 2008). Sedangkan pada pemberian pupuk 4
menunjukkan pengaruh primer pada proses kali dalam seminggu diduga tanaman
fotosintesis. Pengaruh tanaman dalam mengalami kejenuhan pupuk sehingga
kaitannya dengan intensitas cahaya salah pertumbuhan dan perkembangan tanaman
satunya adalah penempatan daun dalam terhambat. Menurut Sutedjo (2010) bahwa
posisi di mana akan diterima intersepsi kebutuhan tanaman akan bermacam-macam
cahaya maksimum. Daun yang menerima pupuk selama pertumbuhan dan
intensitas cahaya maksimal adalah daun perkembangannya (terutama dalam hal
yang berada pada tajuk utama yang terkena pengambilan dan pengisapannya) adalah
sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991:54).. tidak sama, membutuhkan waktu (saat) yang
berbeda dan tidak sama banyaknya. Sebab
Menurut Dwidjoseputro (1985) bahwa tinggi selama pertumbuhan dan perkembangannya
tanaman lebih cepat naik di tempat teduh (sejak kecambah hingga matinya tanaman
(ternaungi), diameter tanaman lebih cepat itu) terdapat berbagai proses pertumbuhan
naik di tempat tanpa naungan, sudut yang intensitasnya berbeda-beda. Hal ini
percabangan lebih besar di tempat ternaungi, berarti bahwa sepanjang pertumbuhan ada
luas daun lebih besar di tempat ternaungi, saat-saat di mana tanaman itu memerlukan
begitu juga dengan jumlah daun. pertukaran zat secara intensif agar
Pada pemberian pupuk Gandasil D 3 pertumbuhannya berlangsung dengan baik
kali seminggu hasilnya sangat berbeda nyata dan dengan sendirinya ada saat-saat
karena pupuk yang diberikan dapat diserap diperlukannya unsur hara yang cukup bagi
oleh stomata dengan maksimal. Perlakuan pembentukan bagian-bagian tanaman.
pemberian pupuk daun memberikan hasil Dengan demikian maka jelaslah bahwa
terbaik pada pertumbuhan tinggi semai. pemupukan itu tidak boleh dilakukan
Diduga pupuk daun mempunyai kelebihan, sembarang waktu, harus memperhatikan
yaitu penyerapan haranya berjalan lebih waktu dibutuhkannya serta macamnya unsur
cepat. Akibatnya tanaman akan cepat hara yang berada dalam keadaan defisiensif,
menumbuhkan tunas (Lingga dan Marsono, sehingga pemberian pupuk akan bermanfaat.
6
Pertambahan Tinggi 15.0
10.0
A
B
( cm)
C
5.0 D
E
0.0
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST 63 HST
Waktu Pengamatan
7
Tabel 2. Rata-Rata Pertambahan Diameter Bibit Gyrinops versteegii
9
Tabel 3. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Daun Bibit Gyrinops versteegii
10
Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Bibit Gyrinops versteegii
Gambar 3 menunjukkan bahwa ketersediaan air dan unsur hara. Unsur hara
pertambahan jumlah daun terus bertambah yang paling berpengaruh terhadap
dari umur 14 – 63 hari setelah tanam, namun pertumbuhan dan perkembangan daun
pertambahan jumlah daun tidak berbeda adalah nitrogen (N).
nyata mulai dari umur 14 – 63 hari setelah
tanam. Pertambahan jumlah daun terbesar Pupuk daun Gandasil D dengan
pada umur 63 hari setelah tanam terdapat kandungan unsur hara makro yaitu nitrogen
pada perlakuan B dengan 1 kali pemberian sebesar 20% cukup untuk memenuhi
pupuk dalam seminggu dengan konsentrasi kebutuhan nutrisi pada bibit Gyrinops
pupuk Gandasil D 3 gram/liter air yaitu versteegii namun tidak menghasilkan
dengan rata-rata 9,2 helai dan pertambahan pertambahan jumlah daun yang berbeda
jumlah daun terkecil pada umur 63 hari nyata. Melalui penyemprotan pupuk lewat
setelah tanam terdapat pada perlakuan C daun maka pupuk langsung dapat diserap
dengan 2 kali pemberian pupuk dalam oleh tanaman dalam memenuhi kebutuhan
seminggu dengan konsentrasi pupuk nutrisi atau unsur hara tanaman.
Gandasil D 3 gram/liter air yaitu dengan Pertambahan jumlah daun terbesar
rata-rata 8,0 helai. terlihat pada perlakuan B dengan 1 kali
Menurut Lakitan (1996) faktor pemberian pupuk dalam seminggu dengan
lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi pupuk Gandasil D 3 gram/liter
pertumbuhan dan perkembangan daun antara air yaitu dengan rata-rata 9,2 helai
lain intensitas cahaya, suhu udara, disebabkan karena jaringan meristem yang
11
lebih berperan lewat terpenuhinya unsur sehingga pertambahan jumlah daun pada
hara adalah meristem pucuk atau apikal, tanaman semakin bertambah namun tidak
salah satu peran jaringan meristem apikal memberikan hasil yang beda nyata.
adalah pembentukan daun pada tanaman
V. KESIMPULAN DAN SARAN frekuensi 3 kali pemberian memberikan
hasil yang paling baik.
5.1 Kesimpulan
Frekuensi pemberian pupuk Gandasil 5.2 Saran
D pada bibit Gyrinops versteegii Perlu adanya analisis berat kering
memberikan pengaruh yang nyata pada untuk memberikan gambaran pertumbuhan
pertambahan tinggi bibit Gyrinops bibit Gyrinops versteegii yang lebih baik.
versteegii, dimana pada perlakuan dengan
12
Lahan dan Perhutanan Sosial –
Universitas Mataram. Mataram. Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Rineka Cipta,
Sumekto, R.2006. Pupuk Daun. Citra Aji Jakarta.
Parama. Yogyakarta
13