Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PT. PERTAMINA (PERSERO)

3.1 Profil Perusahaan


3.1.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai
Pembangunan kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai dilaksanakan mulai 20
April 1969 atas dasar persetujuan “Turn Key Project” yaitu hasil kerjasama Pertamina
dengan Far East Sumitomo Sloye Kaisha (Kontraktor Jepang), kilang ini dikukuhkan
dalam surat keputusan Ditektur Utama PT Pertamina (Persero) Nomor 334/ Kps/ DM/
1967.
Unit pertama yang didirikan adalah Crude Distilation Unit (CDU/ 100) yang
selesai pada Juni 1971. Pada tanggal 14 Agustus 1971 kilang ini menjalani uji coba dan
diresmikan oleh Presiden R.I Soeharto pada 9 September 1971 dengan nama “Kilang Putri
Tujuh”. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light Crude
(SLC) dengan kapasitas 100.000 barrel/hari. Produk yang dihasilkan dari kilang ini antara
lain: Naphtha, Kerosene, Solar/ Automotive Diesel Oil (ADO), Bottom Product berupa
55% volume Low Sulphur Wax Residu (LSWR) untuk diekspor ke Jepang dan Amerika
Serikat.
Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Kilang Putri Tujuh untuk mendapatkan
produk lainnya berupa Premium dan Mogas Component dengan mendirikan Plant atau
Unit Proses: Hydrocarbon Unit, Naphtha Rerun Unit (NRU), Platforming Unit, dan
Mogas Component Blending Plant.
Karena perkembangan ekonomi dalam negeri yang makin meningkat, maka
kebutuhan BBM pun semakin tinggi. Untuk mengurangi ketergantungan BBM ke luar
negeri, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk membangun kilang baru yang
berfungsi untuk mengolah LSWR menjadi bahan bakar yang siap pakai. Kilang baru ini
diberi nama Hydrocracker unit bertujuan untuk mengolah residu hasil dari topping unit
(CDU) pada Kilang Putri Tujuh dan Kilang Sei. Pakning.
Pada tanggal 12 November 1979 berdasarkan surat keputusan Dirjen Migas No.
0731/ Kpts/ DM/ 1979 dibentuk tim studi pengembangan kilang yang terdiri dari unsur-
unsur Dirjen Migas dan pertamina yang mengkaji dan melakukan studi untuk
kemungkinan dilakukannya perluasan Kilang Putri Tujuh. Dengan berpedoman kepada

III-1
Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 55/ Kpts/ Pertam/ 1980, tim
pengkaji merekomendasi untuk pelaksanaan proyek tersebut.
Pada tahun 1980 ditandatangani perjanjian lisensi dan proses disain untuk kilang
antara Pertamina dan Universal Oil Production (UOP) Amerika Serikat sebagai pemegang
hak paten. Selanjutnya pada tanggal 27 April 1981, kontrak proyek perluasan kilang Dumai
ditandatangani antara Pertamina dan Technicas Reunicas Centunion (TRC) Spanyol
sebagai kontraktor pertama proyek dan sub kontraknya adalah Daelimdan Hyundai serta
beberapa perusahaan dalam negeri.
Perluasan kilang Dumai diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 16 februari 1984.
Tabel 3.1 Unit-Unit Pengolahan di Refinery Unit II Dumai
No Nama Proses Unit
1 High Vacum Unit 110
2 Delayed Coker Unit 140
3 Coke Calcining Unit 170
4 Distillate Hydrotreater Unit 220
5 Naphtha Hydrotreating Unit 200
6 Platforming Unit 300
7 CCR Platforming Unit 310
8 Hydrocracker Unibon 211/ 212
9 Hydrogen Plant Unit 701/ 702
10 Amine & LPG Recovery Unit 410
11 Sour Water Stripper Unit 840
12 Fasilitas Penunjang Operasi Kilang (Utilities)
13 Fasilitas Tanki Penimbun dan Dermaga Baru
Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit II Dumai (2015)
Dengan beroperasinya Kilang Pertamina RU II Dumai, saat ini telah memproduksi
beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) diantanya: Premium, Jet-Petroleum Grade C,
Aviation Turbine fuel, Kerosene, Automotive Diesel Oil, sedangkan produk non-BBMnya
berupa LPG dan Calsined Coke.
Selain produk di atas, juga diproduksi Jet Pertoleum Grade 5 (JP-5), yang
digunakan sebagai bahan bakar pesawat tempur jenis F-16, yang produksinya tergantung
permintaan dalam dan luar negeri.
Seiring dengan kebutuhan bahan bakar minyak nasional yang semakin tinggi, pada
tahun 1992 dilakukan beberapa modifikasi peralatan kilang sehingga kapasitas olah kilang
Pertamina RU II Dumai dinaikkan menjadi 120.000 Barrel/ hari.
Pada tahun 2007 dilakukan kerja sama dengan perusahaan Korea Selatan untuk
membangun kilang Lube Base Oil yang tujuannya untuk memanfaatkan produk bottom

III-2
Hydrocracking Unit dan memperoleh produk bahan baku minyak pelumas sehingga kilang
ini lebih menguntungkan.
Bahan baku yang diolah oleh kilang Pertamina RU II Dumai adalah minyak mentah
produksi PT. Chevron Pasific Indonesia yang dihasilkan dari ladang minyak Duri (Duri
Crude) dan Minas (Minas Crude) dengan perbandingan 85% volume Minas Crude dan
15% volume Duri Crude. Sedangkan Kilang RU II Sei. Pakning yang menjadi satu sistem
integrasi dengan kilang yang ada di Dumai, mengolah minyak mentah jenis Handil dan
Lirik Crude yang merupakan produksi dari Pertamina Unit Eksplorasi Produksi (UEP) II
Lirik Riau dengan kapasitas desain 50.000 barrel perhari. Dan untuk proses selanjutnya
dikirim ke Dumai via tanker atau kapal laut.

3.2 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai
3.2.1 Visi
Menjadi kilang minyak dan petrokimia yang kompetitif di Asia Tenggara.
3.2.2 Misi
Melakukan usaha dibidang pengolahan minyak bumi dan petrokimia yang dikelola
secara profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai 6C (clean,competition, confident,
costumer focus, commercial, capable) untuk memberikan nilai tambah lebih tinggi
pemegang saham, pelanggan, pekerja dan lingkungan.

3.3 Struktur Organisasi

III-3
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Pertamina RU II Dumai.
(Sumber : PT. Pertamina RU II, 2019)

3.4 Tugas dan Fungsi Masing-Masing Bagian


3.4.1 Manager Engineering and Development
Engineering bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinir rencana kerja/
anggaran, melakukan audit dan administrasi kontrak, memberi saran/ rekomendasi dalam
upaya mengatasi masalah operasi dan pengembangan guna tercapainya target-target
pengolahan secara efektif dan efisien, serta mengkoordinasi pembinaan pegawai di
lingkungan operasi.
3.4.2 Manager Procurement
Procurement bertugas dan bertanggung jawab atas kelancaran operasi pelabuhan
khususnya minyak, operasi perkapalan tanker-tanker, transportasi produk kilang dan
peralatan telekomunikasi. Selain itu juga bertanggung jawab terhadap kontrak-kontrak.
3.4.3 Manager Reliability
Reliability bertanggung jawab terhadap kehandalan kilang. Bagian ini
mengendalikan seluruh kegiatan bagian inspeksi Unit Reliabilitas yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan evaluasi
pemeriksaan, penguji peralatan stationary, memberikan saran/ rekomendasi dalam rangka
meyakinkan kondisi layak operasi peralatan kilang dan peralatan penunjang lainnya di PT.
Pertamina (Persero) RU II Dumai sesuai dengan standar/ code dan peraturan pemerintah
yang berlaku.
3.4.4 Manager General Affairs

III-4
General Affairs berfungsi dan bertanggung jawab atas pembinaan sumber daya
manusia dan fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, serta layanan jasa
manajemen yang meliputi, fungsi organisasi dan tata laksana, personalia, kesehatan,
hukum, hubungan kepemerintahan, masyarakat dan security.
3.4.5 Manager Healt Safety Environmental
Healt Safety Environmental (HSE) bertanggung jawab atas ditaatinya Undang-
Undang Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tugas pokoknya yaitu mencegah
dan menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan.
3.4.6 Coordinator Operational Perfomance Improvement
Operational Performance Improvement bertugas mengawasi seluruh
operasional terhadap penyimpangan dan mengembalikan/ meluruskan penyimpangan
tersebut ke visi dan misi Pertamina RU II Dumai.
3.4.7 Senior Manager Operation and Manufacturing
Manager Operation and manufacturing dipimpin oleh seorang Senior Manager
Operation and Manufacturing. Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab atas kegiatan
pengolahan minyak mentah menjadi produk serta pemeliharaan peralatan-peralatan
produksi dan engineering.
Eselon ini membawahi bidang-bidang sesuai dengan fungsi masing-masing yaitu:
A. Bidang Production Dumai
Bidang ini berfungsi sebagai pelaksana kegiatan operasi pengolahan minyak
mentah menjadi produk-produk BBM dan Non BBM, sesuai dengan rencana
kerja secara optimal, efektif, dan efisien.
Bidang production Dumai dalam melaksanakan tugasnya dipimpin oleh
seorang Manager Production Dumai yang bertanggung jawab atas kelancaran
pengoperasian kilang Pertamina RU II Dumai.
Dalam melaksanakan tugasnya, bidang kilang dibagi atas 5 bagian
masing-masing dikepalai oleh seorang kepala bagian dengan tugas dan tanggung jawab
secara khusus, yaitu :
1. Hydro Skimming Complex (HSC)
HSC bertugas sebagai penyelenggara kegiatan operasi pengolahan
BBM dan Non BBM untuk mendapatkan hasil yang optimum dan On
Spec sesuai dengan rencana kerja pengolahan, yang meliputi area : Crude

III-5
Distilation Unit, Naptha Rerun Unit, Hydrobon Platforming Unit, Naptha
Hydro Cracker, Platforming CCR.
2. Hydro Cracker Complex (HCC)
HCC bertanggung jawab untuk mengoperasikan kilang-kilang unit
proses seperti : Hydro Cracker Unibon, Hydrogen Plant, Anime, LPG
Recovery, Sour Water Stripper, dan Nitrogen Plant.
3. Heavy Oil Complex (HOC)
HOC bertanggung jawab mengoperasikan kilang unit proses seperti :
High Vacum unit, Delayed Coke Unit, Calciner Unit, dan Distilled Hydro
Treater Unit.
4. Oil Movement
Bidang ini bertugas menyelenggarakan kegiatan operasi penerimaan,
pencampuran (blending), penimbunan (tangki), dan penyaluran minyak bumi
(crude oil), produk dan barang-barang setengah jadi, pengaturan pengapalan
BBM maupun Non BBM ke tanker, serta mengelola buangan minyak (slop) dan
sarana limbah.
5. Utilities
Utilities bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan operasi.
Utilities dalam penyediaan tenaga uap, air industri, air pendingin, air minum,
udara bertekanan, listrik, serta melaksanakan pengendalian kualitas dan
kuantitas bahan-bahan dan produk utilities.
6. Laboratory
Bertanggung jawab atas kualitas minyak yang dihasilkan dari
proses dan memberikan saran-saran agar operasi berjalan optimum, control
spesifikasi produk dan kualitas unit proses.
B. Manager Production Sel.Pakning
Bidang ini berfungsi sebagai pelaksana kegiatan operasi pengolahan minyak
mentah menjadi produk-produk BBM dan Non BBM area Sei. Pakning, sesuai dengan
rencana kerja secara optimal, efektif dan efisien.
C. Manager Refinery Planning dan optimization
Eselon ini bertanggung jawab terhadap perencanaan crude untuk di produksi
dan penjadwalan pemakaian crude untuk diproduksi.
D. Manager Maintenance Execution

III-6
Bidang ini dibagi menjadi 5 bagian yang masing-masing dikepalai oleh seorang
kepala bagian :
1. Maintenance Area 1
Bagian ini berfungsi dalam perencanaan koordinasi dan
pengawasan dari pelaksanaan pemeliharaan, perbaikan, dan modifikasi
seluruh peralatan instrument, stationary mekanik dan listrik untuk menunjang
operasi kilang yang handal, ekonomis, dan efisien sesuai dengan ketentuan-
ketentuan perusahaan yang berlaku.
2. Maintenance Area 2
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan pruduksi
dari unit-unit proses, peralatan mekanikan non rotating (stationary) equipment
dan rotating equipment, serta peralatan sipil pada unit-unit proses HSC dan
HCC.
3. Maintenance Area 3
Bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan produksi dari unit-unit
proses meliputi peralatan sipil pada unit proses power utilities HDC, utilities
excisting, sebagian oil movement serta penyediaan air bersih dari sungai rokan
sampai dengan kilang.
4. Workshop
Workshop merupakan sarana penunjang untuk melaksanakan
perencanaan, koordinasi dan pengawasan atas kegiatan perbaikan suatu
peralatan mechanical yang mengalami kerusakan.
5. General Maintenance
General Maintenace yang mempunyai tugas untuk memelihara
dan memperbaiki fasilitas-fasilitas umum yang ada disekitar kilang.
E. Manager Maintenance Planning dan Support
Bidang yang bertugas sebagai pelaksanaan pemeliharaan pengolahan minyak
serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

F. Manager Area Pangkalan Brandan


Bidang ini bertugas sebagai pelaksana kegiatan operasi pengolahan minyak
mentah menjadi produk-produk BBM dan Non BBM area pangkalan brandan, sesuai
dengan rencana kerja secara optimal, efektif dan efisien.

III-7
G. Manager Turn/Around
Eselon ini bertanggung jawab terhadap memperbaiki alat yang rusak ataupun
mengecek keadaan peralatn yang ada.
3.4.8 Manager HR Area/ Business Partner RU II
Eselon ini bertanggung jawab terhadap penggajian karyawan, hubungan industri
dan kesejahteraan karyawan. Disamping itu juga bertanggung jawab terhadap
kesehatan karyawan dan organisasi serta prosedur-prosedurnya.
3.4.9 Manager IT RU Dumai Area
Eselon ini bertugas dan bertanggung jawab atas kelancaran komunikasi dan sistem
komputer serta pengawasan peralatan-peralatan komunikasi.
3.4.10 Manager Keuangan Pengolahan Region-I
Bertanggung jawab terhadap pengolaan tata usaha keuangan dalam rangka
menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan, yang meliputi :
1. Pelaksanaan kebijakan keuangan perusahaan yang telah ditetapkan direksi sesuai
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Mengevaluasi, menganalisis dan mengkonsolidasi seluruh rencana kerja
Laporan keuangan perusahaan, antara lain berupa neraca rugi/laba dan
laporan keuangan / managemen lainnya.
3.4.11 Director of Pertamina Hospital Dumai
Bertanggung jawab di bidang Kesehatan dan Keselamatan bagi karyawan
pertamina.
3.4.12 Manager SPI Daerah I
Bertanggung jawab memeriksa keuangan dan kemungkinan terjadinya
penyimpangan di pertamina.

3.5 Makna PT. PERTAMINA (Persero)

III-8
Gambar 3.2 Logo PT. PERTAMINA (Persero)
(Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit II Dumai)
3.5.1 Makna Dari Logo Pertamina :
1. Warna biru memiliki arti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
2. Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
3. Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
3.5.2 Simbol Grafis Memiliki Arti:
1. Bentuk anak panah menggambarkan aspirasi organisasi Pertamina untuk senantiasa
bergerak ke depan, maju dan progresif. Simbol ini juga mengisyaratkan huruf “P”
yakni huruf pertama dari Pertamina.
2. Tiga elemen berwarna melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang
merupakan bentuk Negara Indonesia.

III-9

Anda mungkin juga menyukai