1.1. Metode pengujian ini dilakukan dengan cara memompa cairan pendingin pada 113 °C
(235 °F) melalui simulasi sistem pendingin otomotif dengan tekanan 103-kPa (15-
psig). Pompa air otomotif aluminium, digerakkan pada 4600 RPM menggunakan
motor listrik untuk memompa larutan dan sebagai spesimen uji dalam mengevaluasi
efek korosi kavitasi erosi pada cairan pendingin yang diuji. Pompa diperiksa untuk
menentukan tingkat kerusakan korosi kavitasi erosi dan dikalsifikasikan sesuai
dengan Tabel 1. Gambar tipe pompa erosi yang khas setelah pengujian dapat dilihat
pada Lampiran.
Tabel 1. Sistem Klasifikasia,b
Tingkat Kondisi
10 Tidak terjadi korosi atau erosi; tidak ada logam yang hilang. Tidak ada perubahan dari casting
asli. Pewarnaan diizinkan.
9 Korosi dan erosi terjadi minimal. Bagian yang tajam dapat di bulatkan dan atau dihaluskan,
permukaan yang bekerja dapat dihaluskan.
8 Terjadi korosi dan erosi ringan pada bagian permukaan yang bekerja. Perubahan dimensi tidak
melebihi 0.4 mm (1/64 in)
7 Terjadi korosi dan erosi dengan perubahan dimensi tidak melebihi 0.8 mm (1/32 in).
Pembentukan lubang secara acak diizinkan.
6 Terjadi korosi dan erosi dengan perubahan dimensi tidak melibihi 0.8 mm. Pengurangan,
pembuatan galur, sekelompok lubang, pembuatan lekuk, dan atau keduanya diperbolehkan.
5 Terjadi korosi dan erosi dengan perubahan dimensi tidak melebihi 1.66 mm (1/16 in).
Penghilangan logam pada sebagian kecil daerah dengan gesekan tinggi atau pembentukan lubang
secara acak hingga 1.6 mm diperbolehkan.
4 Terjadi korosi dan erosi dengan perubahan dimensi tidak melebihi 1.6 mm. Sebagian kecil area
logam hilang pada daerah dengan gesekan tinggi, sekumpulan lubang dengan perubahan dimensi
1.6 mm. Pembentukan lubang acak hingga 2.4 mm (3/32 in) diperbolehkan.
3 Terjadi korosi atau erosi dengan perubahan dimensi tidak melebihi 2.4 mm. Pengurangan,
pembuatan galur, sekelompok lubang, atau pembuatan lekuk diperbolehkan.
2 Terjadi korosi atau erosi dengan perubahan dimensi tidak lebih dari 2.4 m, dan terjadi kegagalan
penutup/bungkus pompa
1 Penutup/bungkus pompa bocor karena adanya korosi atau erosi
2. Kegunaan
2.1. Metode uji ini dapat digunakan untuk membedakan antara cairan pendingin yang
terlibat dalam korosi kavitasi dan korosi erosi pada pompa air otomotif
alumunium dan yang tidak terlibat. Nilai tingkatan pada uji ini belum tentu akan
sebanding dengan jumlah mil kendaraan, namun hubungan antara bench dan field
service telah diteliti dengan cairan pendingin satu fasa. Jika efek cairan pendingin
sebenarnya pada korosi kavitasi dan korosi erosi akan dinilai maka uji lapangan
dibawah kondisi pengoperasian yang berat harus dilakukan sebagai uji akhir.
Dengan kontrol yang layak terhadap variabel uji, dimungkinkan pula untuk dapat
menentukan efek dari desain pompa, bahan pembangun, dan kondisi operasi
pompa pada kerusakan korosi kavitasi dan korosi erosi.
3. Larutan uji
3.1. Tambahkan konsentrat cairan pendingin dan air korosif dengan perbandingan 1:5
(v/v). Air korosif harus mengandung masing-masing 100 ppm ion sulfat, klorida,
dan ion bikarbonat dalam bentuk garam Na. (Air korosif dapat disiapkan dengan
melarutkan garam Na anhidrat pada aquades.)
Na2SO4 148 mg
NaCl 165 mg
NaHCO3 138 mg
Garam Na anhidrat tersebut dilarutkan dalam 1 L aquades pada suhu 20 oC.
Jika air korosif yang dibutuhkan untuk pengujian dalam jumlah besar, konsentrat
dapat dibuat dengan melarutkan 10x jumlah ketiga bahan kimia tersebut dalam
aquades dan disesuaikan sesuai jumlah aquades 1 L dengan menambahkan
kembali aquades. Ketika dibutuhkan konsentrat air korosif dapat diencerkan
dengan perbandingan konsentrat dan aquades sebesar 1:9.
4. Sampling
Sesuai dengan ASTM D1176
5. Prosedur
5.1. Sebelum uji dimulai bersihkan alat uji dengan cara sebagai berikut:
5.1.1. Lepas dan ganti semua selang (selang tidak boleh digunakan untuk
pengujian lebih dari satu kali), atur katup ke posisi terbuka penuh, dan
pasang pompa air otomotif standar sebagai pompa bilas dengan
mensirkulasikan larutan pembersih.
5.1.2. Isi sistem dengan larutan yang terbuat dari 162 gr (5.7 oz) deterjen dalam17
L air keran dingin. Kapasitas total dari sistem adalah ±17.5 L. Kurangi
kecepatan pompa hingga ± 2675 RPM untuk meminimalisir pemanasan.
Mulai pompa dan sirkulasikan selama 15 menit kemudian keringkan.
5.1.3. Isi kembali dengan air keran, dan mulai pompa, sirkulasikan kembali selama
5 menit kemudian keringkan. Lakukan langkah ini 3 kali.
5.1.4. Isi sistem dengan larutan pembersih yang mengandung 73.5 gr asam oksalat
dihidrat (H2C2O4.2H2O) dan 52.5 gr asam sitrat (C6H8O7) dalam setiap 1 liter
air. (Bahan kimia tersebut boleh berupa bahan grade teknis)
5.1.5. Naikkan suhu hingga 63 oC (145 oF) dengan kecepatan pompa ± 2675 RPM
dan pemanas dalam kondisi hidup. Ketika temperature yang diharapkan
telah tercapai matikan pemanas. Sirkulasikan larutan pembersih selama 1
jam (Jika temperature meningkat lebih dari 68 oC (155 oF) dinginkan sistem
dengan kipas angin). Kemudian keringkan sistem.
5.1.6. Ulangi langkah 5.1.3
5.1.7. Sirkulasikan larutan yang terbuat dari 820 gr Natrium Karbonat (Na 2CO3)
(grade teknis) dalam 17 L air keran dingin selama 10 menit.
Mensirkulasikan larutan ini lebih dari 10 menit dapat menyebabkan
terbentuknya karbonat pada komponen tembaga. Kemudian keringkan
kembali,
5.1.8. Isi dengan air keran dan sirkulasikan air kurang lebih selama 3 menit
kemudian keringkan.
5.1.9. Ulangi langkah 5.1.8 sebanyak 3x
5.1.10. Ambil sampel air sirkulasi terakhir. Buat larutan kalsium klorida (grade
reagen) 5% massa menggunakan sampel air tersebut. Jika terjadi endapan
atau larutan menjadi keruh, ulangi langkah 5.1.8 dan 5.1.10 hingga
diperoleh larutan bening.
5.2. Pasang pompa uji baru pada stand uji. Jangan gunakan paking dalam merakit
pompa.
5.3. Kocok cairan pendingin uji dan isi sistem dengan 14 L air. Pasang pompa sesaat
sebelum dimulai agar udara yang terperangkap dapat keluar dari lubang pengisian.
Tambahkan 2 L cairan pendingin yang akan diuji pada tangki tambahan (ekspansi).
5.4. Mulai pengujian dan sesuaikan dengan kondisi berikut:
5.4.1. Kecepatan pompa diatur pada 4600 ± 100 RPM dengan menggunakan
tombol pengatur kecepatan.
5.4.2. Temparatur cairan pendingin diatur pada 35-38 oC (95-100 oF)
5.4.3. Tekanan sistem diatur pada 103 ± 3 kPa (15 ± 0.4 psig) dengan
menggunakan pengatur tekanan udara (Air Pressure Regulator).
5.4.4. Tekanan masuk pada Indikator tekanan pompa diatur agar terbaca 6.8 kPa
(2.0 in. Hg) pada indikator dengan mengatur katup alat.
5.5. Setelah kondisi uji terpenuhi, naikan temperatur cairan uji hingga 113 ± 1 oC (235 ±
2 oF). Jangan ubah posisi katup alat (Valve) pada poin 5.4.4. Pertahankan tekanan
sistem pada 103 kPa (15 psig).
5.6. Jalankan pompa selama 100 jam dengan mengatur waktu/timer.
5.6.1. Pompa dapat dihentikan dan dimatikan setiap malam, dan untuk menjaga
tingkat cairan.
5.6.2. Cairan pendingin (tidak lebih dari 1 L) dapat ditambahkan selama durasi
pengujian.
5.7. Lepaskan rangkaian pompa, cuci tutup pompa dan bilas/dorong dengan air bersih,
kemudian keringkan bagian-bagian alat dan diamati.