Kerajaan Samudera Pasai adalah Kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Islam.
Secara geografis, Kerajaan Samudera Pasai terletak di Sumatera bagian utara yang berdekatan
dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka.
Kerajaan Samudera Pasai dijadikan bandar transito (penghubung) antara para pedagang Islam
dari berbagai Negara. Kerajaan Samudera Pasai sebagai penghasil lada terbesar.
- Merupakan pendiri Kerajaan Samudera Pasai, ia seorang Laksamana laut dari Mesir,
- Pada tahun 1238 M, ia mendapat tugas merebut Pelabuhan Kambayat di Gujarat yang
dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur,
- Nazimun al Kamil mendirikan Samudera Pasai dengan tujuan untuk dapat menguasai
perdagangan rempah-rempah dan lada,
- Perkawinan Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari dapat memperkuat
kedudukannya di daerah pantai timur Aceh, sehingga Samudera Pasai menjadi pusat
perdagangan di Selat Malaka.
- Pada masa pemerintahannya terjadi peristiwa penting, yaitu saat putra Sultan Malikul
Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun) dan bergelar Sultan
Malikul Mansur (ia kembali kepada aliran Syi’ah).
1. c. Kehidupan Sosial
- Kehidupan sosial masyarakat Samudera Pasai sudah diatur menurut aturan-aturan dan
hukum-hukum Islam,
1. 2. KERAJAAN MALAKA
1. a. Letak Kerajaan
- Pada masa kejayaannya, Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran
Islam di Asia Tenggara.
- Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora
(Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik
(Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan
mendirikan Kp. Malaka
- Secara geografis, posisi Kp. Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga
banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam, sehigga
kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,
- Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada
Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
- Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya,
- Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang
kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur
politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya
dapat tercapai.
1. 3. Mudzafat Syah (1424-1458 M)
- Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan
laut), namun dapat digagalkan.
- Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat
perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
- Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan
memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera
Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas dalam pertempuran , tetapi putra
mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja
dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
- Kerajaan Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati
Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan
merdeka.
- Kejayaan Kerajaan Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana Hang Tuah yang
kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Mahapahit. Cerita
Hang Tuah ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.
- Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan
Portugis.
1. c. Kehidupan Budaya
1. 3. KERAJAAN ACEH
1. a. Letak Kerajaan
- Secara Geografis, Kerajaan Aceh terletak di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur
pelayaran dan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka.
Mengenai berdirinya Kerajaan Aceh, tidak dpat diketahui dengan pasti. Berdasarkan
Bustanusslatin (1637 M) karangan Nuruddin Ar Raniri yang berisi silsilah sultan-sultan Aceh,
dan berdasarkan berita-berita Eropa, diketahui bahwa Kerajaan Aceh telah berhasil
membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir.
- Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mengalami kemerosotan yang sangat tajam,
karena Sultan Salahuddin tidak memperdulikan pemerintahannya. Akhirnya Sultan Salhuddin
digantikan saudaranya yang bernama Alauddin Riayat Syah-al-Kahar untuk menyelematkan
Kerajaan Aceh.
1. 3. Sultan Alauddin Riayat Syah-al-Kahar (1537-1568 M)
- Pada masa pemerintahannya, diadakan berbagai perubahan dan perbaikan dalam segala
bentuk pemerintahan Kerajaan Aceh. Diadakan perluasan wilayah dengan menyerang Kerajaan
Malaka (tapi gagal0. Kerajaan Aru berhasil didtaklukan.
- Setelah Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar wafat, Kerajaan Aceh mengalai
kemunduran yang sangat tajam. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi. Baru
setelah Sultan Iskandar Syah naik tahta , Kerajaan Aceh mengalami perkembangan yang pesat.
- Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan sebagai kerajaan
besar dan berkuasa atas perdagangan Islam dan menjadi bandar transito yang dapat
menghubungkan dengan pedagang Islam di dunia Barat.
- Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda melakukan serangan
terhadap portugis di Malaka dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya dengan tujuan
menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah-daerah
penghasil lada.
- Sultan Iskandar Muda menolah permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di
pesisir Sumatera bagian barat.
- Pada masa pemerintahannya, hidup dua ahli tasawuf yang terkenal di Aceh, yaitu Syekh
Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syekh Ibrahim as-Syamsi.
- Pada masa pemerintahannya, hidup seorang ulama besar yang bernama Nuruddin ar-
Raniri yang menulis sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. Sebagai ulama besar, ia sangat
dihormati oleh Sultan dan keluarganya serta rakyat Aceh
- Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerajaan diteruskan oleh permaisurinya (putri
Sultan Iskandar Syah) dengan gelar Putri Sri Alam Permaisuri (1641-1675 M).