Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Disusun Oleh:
Fawwaz Aji : 16504241016
Hendrikus Praditya B. P. : 16504241018
Rizzal Hakim : 16504241041
Rizaldi Isnadar : 16504241038
Mata Kuliah : Pancasila

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
A. Latar Belakang Sejarah
Masuknya agama-agama besar di Nusantara menandakan dimulainya
kehidupan beragama pada masyarakat. agama merupakan sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajran kebaktian dan
kewajiban-kwajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut (KBBI 1995: 10).
Agama pertama yang masuk ke Indonesia adalah agama Hindu yang masuk pada abad
ke-7. Agama yang berdasarkan kitab suci Weda masuk ke Indonesia yang berasal dari
India yang membangun peninggalan berupa candi-candi. Agama yang kedua yang
masuk ke Indonesia adalah agama Budha, agama yang iajarkan Sidharta Gautama
yaitu orang yang telah mencapai kesempurnaan Budhisme. Ajaran Agama Budha
mengajarkan bahwa kesengsaraan adalah bagian kehidupan yang tidak terpisakan dan
orag tidak dapat membebaskan diri dari kesengsaraan dengan menyucikan mental dan
moral.
Agama ketiga yang masuk ke Indonesia adalah agama Islam, agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Kitab Suci Al-Qur’an
yang diturunkan ke Bumi melalui Wahyu Allah SWT. Masuknya Agama Islam di
Nusantara karena adanya perdagangan dengan pedagang Gujarat yang juga ikut
menyebarkan Agama Islam. Proses Islamisasi di Nusantara juga di bantu oleh para
Wali-wali.
Adanya ketergantungan pejual pada pembeli kuat seperti pedagang Arab,
Persia, dan Gujarat mempunyai wibawa terhadap pedagang Jawa. Agama dan
kebudayaan mereka dianggap sebagai prestise oleh pedagang jawa, sehingga sudah
tercipta kecenderungan menerima agama baru. Otonomi juga memberi kecenderungan
untuk memeluk agama Islam, karena bagi penguasa lokal agama Islam merupakan
lambang dan sebagai kekuatan untuk menghadapai kekuasaan pusat yang berideologi
Hindu. Disisi lain kekuasaan pusat dengan agama Hindu dan Budha mengalami
kemerosotan bersamaan dengan desintegrasi politik dan degenerasi kultural.
Akibatnya muncul kerajaan-kerajaan Islam di Pantai Utara Jawa.
Proses Islamisasi yang cepat sampai ke wilayah-wilayah lain di Nusantara
juga menunjukkan pengaruh agama bagi kehidupan manusia. Hingga kemudian
perdagangan juga membawa kontak dengan bangsa Eropa. Bangsa Eropa juga sama
halnya dengan Bangsa-bangsa Asia yang melakukan perdagangan sambil
menyebarkan agama. Bangsa Eropa menyebarkan agama Katholik dan agama Kristen,
yang kemudian diterima oleh bangsa Indonesia. Hingga UUD 1945 disahkan ada 5
agama yang disahkan di Indonesia yaitu; Agama Islam, Agama Hindu, Agama Budha,
Agama Katholik dan Agama Kristen. Namun, setelah reformasi Agama Kong Hu Chu
juga diterima menjadi agama keenam yang diakui negara.
B. Sejarah Pergerakan Indonesia
Sebelum Negara Indonesia terbentuk pada 17 Agustus 1945, bentuk
pemerintahan adalah kerajaan-kerajaan baik besar maupun kecil yang tersebar
dinusantara, diantaranya adalah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Pada
abad ke -13 Sriwijaya masih menguasai wilayah sebagaian besar Pulau Sumatera, dan
semenanjung Makaka serta barat Pulau Jawa atau Sunda. Pada awal Abad ke-15
muncul beberapa kerjaan Islam di Utara Pulau sumatera ini menandakan mulai
runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di sumatera.
Majapahit merupakan kerjaan terbesar kedua yang wilayahnya meliputi
hampir seluruh nusantara yaitu wilayah sumatera barat hingga Papua. Meninggalnya
Gadjah Mada (1364) dianggap merupakan awal mula runtuhnya kerjaan Majapahit
dan semakin mundur dengan wafatnya Hayam Wuruk (1389).
Pada Abad ke-16 bangsa Eropa mulai masuk ke Nusantara dan terjadilah
perubahan politik kerajaan yang berkaitan denganperebutan hegmoni. Belanda
Mendirikan markas besar di Batavia dengan mendirikan VOC sebagai perwakilan
dagang, dan mulai mengusasi wilayah-wilayah di Nusantara. Namun pada
Pertengahan Abad Ke 17 Belanda tidak puas dengan perjanjian perdamaian, lalu
Belanda membangun benteng-benteng dan pertahanan angkatan laut untuk
memperkokoh kekuasaan. Dengan demikian mulailah kekuasaan Belanda terhadap
kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Sejak abad 19 Belanda telah menguasai Nusantara dari seluruh aspek
kehidupan atau menjadikan koloninya. Kekuasaan tersebut terus berlangsung hingga
Jepang merebutnya di tahun 1942.
C. Menuju Kemerdekaan Indonesia
Kontak dengan bangsa eropa telah membawa perubahan perubahan dalam
pandangan masyarakat yaitu dengan masuknya paham liberalisme, demokrasi,
nasionalisme.
Pada 1870 belanda telah membuat kebijakan untuk daeah koloninya yang
disebut hindia belanda ini dengan “liberalisme”. Ide-ide yang berkembang di
Nederland telah memberi pengaruh kuat terutama di bidang ekonomi. Ajarannya di
bidang ekonomi yakni menghendaki dilaksanakan usaha bebas dan pembebasan
kegiatan ekonomi dari campur tangan negara atau pemerintah. Diantara golongan
liberalis terdapat golongan humanis, dan merekalah yang menghendaki untuk
dihapusnya cultuurstelsel atau tanam paksa yang dilakukan VOC.
Berkat perjuangan golongan liberal dan humanis maka cultuurstelsel sedikit
demi sedikit mulai dihapuskan. Pada tahun 1870 dianggap sebagai batas akhir
berlakunya cultuutstelsel dan dikeluarkannya undang-undang tentang agraria yang
mengatur bagaimana pengusaha swata memperoleh tanah untuk usahanya dan
undang-undang gula yang mengatur pemindahan perusahaan perusahaan gula ke
tangan swasta
Nasionalisme sebagai state national atau negara bangsa sampai abad 20 belum
ada negara indonesia. Sampai abad ke 19 perlawanan terhadap belanda masih bersifat
lokal (kedaerahan) sesudah 1900 sifat perlawanan mengalami perubahan yaitu,
perlawanan bersifat nasional, perlawanan psitif dengan senjata, taktik modern,
diplomasi (model barat). Perlawanan juga diorganisir lebih baik, juga mulai
memikirkan masa depan bangsa.
Peristiwa sejarah yang menguatkan nasionalisme indonesia adalah sumpah
pemuda, 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda merupakan kebulatan tekad para pemuda
yang mewakili masig masing daerah pada kongres pemuda II di jakarta untuk
menyatakan diri sebagai satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa. Didalam kongres
tersebut juga diterima lagu indonesia raya yang diciptakan oleh W.R. Soepratman
sebagai lagu kebngsaan dan bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan. Tokoh
tokoh dalam kongres itu diantaranya adalah sugondo joyopuspito (ketua kongres)
Muh. Yamin (sekertaris kongres), abu hanafi, W.R. Soepratman, sukarjo
wiryopranoto dan kuncoro prurbopranoto, M.H Thamrin. Sumpah pemuda menjadi
peristiwa penting bagi bangsa indonesia yang mencerminkan tekad untuk persatuan
bangsa. Realisasi sumpah pemda tersebut terjadi fusi (peleburan) berbagai organisasi
pemuda lokal menjadi satu wadah, yaitu indonesia muda pada tahun 1930.
Sementara itu jepang mengalahkan sekutu di Pearl Harbour pada 8 Desember
1941 dan kemudian mengambil alih kekuasaan belanda di indonesia pada tahun 1942.
Janji jepang akan membebaskan indonesia dari penjajahan dan memajukan rakyat
indonesia. Akan tetapi dalam kenyataannya jepang juga merampas kehormatan rakyat
dan terjadi kemiskinan dimana mana. Janji jepang baru direalisasikan setelah jepang
makin terdesak oleh sekutu. Sekutu segera bangkit dari kekalahan dan mulai merebut
pulau pulau antara australia dan jepang, dan pada april 1944 mendarat di irian barat,
pemerintah jepang kemudian berusaha mendapat dukungan penduduk indonesia, yaitu
saat perdana mentri kaiso pada 7 september 1944 mengucapkan pidato di parlementer
jepang yang diantaranya mengatakan akan memberikan kemerdekaan indonesia,
kemudian dikenal dengan “kaiso declaratioan”
D. Lahirnya Pancasila
Sebagai realisasi janji jepang maka pada hari ulangtahun kaisar hirohito
tanggal 29 april 1945 jepang memberi semacam hadiah ulang tahun kepada bangsa
indonesia yaitu janji kedua dari pemerintah jepang berupa kemerdekaan tanpa syarat.
Tindak lanjut janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyidikan Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia), yang dalam bahasa jepang disebut Dokuritsu Zyumbi
Tioosakai.
1. Sidang pertama BPUPKI
BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai dengan upacara
pembukaan kemudian pada hari berikutnya dimulai sidang sidang. Dengan
pembicara Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno.
a. Isi pidato Mr. Muh Yamin
Di dalam buku yang ditulis oleh Mr. Muh. Yamin yang berjudul: Naskah
Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, dikataka bahwa pada tanggal 29 Mei
1945 itu beliau berpidato tentang rancangan usulan dasar negara sebagai
berikut:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat (Kaelan, 2000:35)
Selain pidato, dikatakan Muh. Yamin juga menyampaikan usulan dasar
negara secara tertulis. Hanya saja notulensi pidato Mr. Muh. Yamin itu tidak
ditemukan di arsip nasional.
b. Isi pidato Mr. Soepomo
Di dalam pidatonya Mr. Soepomo menjelaskan bahwa dasar pemerintahan
suatu negara bergantung pada staatsidee yang akan dipakai. Menurut Soepomo
didalam ilmu negara ada beberapa aliran pikiran tentang negara yaitu:
Pertama, aliran pikiran perseorang (individualis).
Kedua, aliran pikiran tentang negara berdasarkan teori golongan (class theory).
Ketiga, aliran pikiran lainnya: teori integralistik.
Soepomo juga setuju dengan pendapat Moh. Hatta bahwa negara yang
didirikan itu bukan negara islam, tetapi negara persatuan. Didalam negara
nasional yang bersatu dengan sendirinya urusan agama akan diserahkan kepada
golongan agama yang bersangkutan. (Bahar, 1995: 33-43).
c. Isi Pidato Ir. Soekarno
Pada hari keempat sidang pertama BPUPKI, tanggal 1 Juni 1945, Ir.
Soekarno mendapat giliran menyampaikan gagasannya mengenai dasar-dasar
bagi Indonesia merdeka. Pada intinya, Ir. Soekarno pertama-tama memaparkan
dasar-dasar Indonesia Merdeka sebagaimana diminta oleh ketua BPUPKI
dibicarakan dalam sidang tersebut belum dibahas secara jelas oleh para
pembicara sebelumnya. Setiap negara mempunyai dasar sendiri-sendiri
demikian pula hendaknya Indonesia. Selanjutnya Ir. Soekarno mengusulkan
kepada sidang bahwa dasar bagi Indonesia merdeka itu disebut Pancasila, yaitu
:
1. Kebangsaan (nasionalisme)
2. Kemanusiaan (internasionalisme)
3. Musyawarah, mufakat, perwakilan
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Jika anggota sidang tidak setuju dengan rumusan yang lima diatas,
maka rumusan itu dapat diperas menjadi tiga yang disebutnya Trisila, yaitu :
1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokrasi
3. Ketuhanan

Rumusan Trisila dapat juga diperas mejadi satusila yang disebut oleh
Ir. Soekarno sebagai Ekasila, yaitu gotong-royong adalah ide asli Indonesia.

2. Sidang kedua BPUPKI


Sidang kedua BPUPKI dilkasanakan pada tanggal 10 juli 1945. IR. Soekarno
diminta untuk menjelaskan kesepakatan tanggal 22 juni 1945 (piagam jakarta) dan
perumusan UUD berdasarkan pasal demi pasal dan penjelasannya.
Sidang BPUPKI kedua juga berhasil menentukan bentuk negara idonesia sebagai
negara republik yang disepakati oleh 55 dari 64 orang yang hadir dalam sidang, serta
wilayah negara yang disepakati oleh hindia belanda yaitu ditambah papua dan timor
leste.
3. Pembentukan PPKI
Pada Agustus 1945, posisi Jepang semakin rawan dan terancam oleh kekuatan
Sekutu. Pada 7 Agustus 1945, atas persetujuan Komando Tertinggi Jepang untuk Asia
Tenggara yang berkedudukan di Saigon, telah dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai. Panitia ini semula ber
anggotakan 21 orang. Namun atas usul Ir, Soekarno, ditambah 6 orang sehingga
jumlahnya menjadi 27 orang. Panitia ini diketuai oleh Ir, Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta sebagai wakilnya.
4. Lahirnya Negara Indonesia
Dalam pelkasanaan Proklamasi terdapat perbedaan antara golongan tua dan
golongan muda tentang perbedaan waktu untuk melakukan proklamasi kemerdekaan
indonesia. Golongan muda dengan anggota Soekarni, Adam Malik, Kusnaini, sultan
Syahrir, Sayuti melik, Soearsono, Soepomo,dll mendesak agar proklamasi
kemerdekaan Indonesia segera dilakukan agar terhindar dari pengaruh dari jepang
dengan cara mengamankan Ir. Soekarno ke rengasdengklok agar dapat segera
melakukan proklamasi kemerdekaan, hingga pada akhirnya proklamasi kemerdekaan
Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
5. Sidang PPKI Pertama 18 Agustus 1945
Sidang PPKI Pertama dilakukan pada tenggal 18 Agustus 1945 dengan hasil
sidang sebagai berikut:
 Pengesahan UUD 1945
Sidang PPKI pertama dilaksanakan di sebuah Gedung Cuo Sangi In di Jalan
Pejambon. Pada rapat ini Soekarno-Hatta meminta sejumlah tokoh untuk merevisi
ulang kembali piagam Jakarta, khusunya pada kalimat “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” . Hal tersebut
memicu rasa keberatan bagi pemeluk agama lain ( selain agama Islam). Akhirnya
setelah melakukan perundingan yang dilakukan kurang lebih selama 15 menit
yang dipimpin oleh Bung Hatta semua tokoh mencapai kesepakatan untuk
merubahnyamenjadi “ Ketuhanan Yang Maha Esa”.
 Penetapan Ir.Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden .
Penetapan Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden diusulkan oleh
Otto Iskandardinata secara aklamasi.

Anda mungkin juga menyukai