Anda di halaman 1dari 23

Perbandingan Pengaruh Vegetasi Terhadap Komunitas Burung di Hutan Kota Cilaki dan Hutan

Kota Tegallega

Finsa Firlana Gusmara1, Gladyza Putri Vanska1, Isqim Oktaviani1, L. Toni Mahendra1, Rani
Resdiani1, Rineta Ayu Selandia1, Wahyu Ria Triastuti1, Mochammad Fikry Pratama1
1
Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Jalan
Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia. Tel./Fax. +6222-2534107/+6222-2511575
Email: rani.resdiani@students.itb.ac.id

Abstract
Birds are animals used as environment bio-indicator. Urban forests are one of the green areas with
many important functions for society. Today, green areas in Bandung City are decreasing due the effect
of development of urban structures. This study aimed to analyze the effect of vegetation differentiation
on bird communities at Cilaki forest park and Tegallega forest park as well as microclimate effect in
surrounding settlements. Methods used in this study are diagram profile method, Index Point of
Abundance (IPA), and microclimate measurement using Data Logger (HOBO Pendant
Temperature/Light Data Logger). The result shows that vegetation differentiation in Cilaki forest park
and Tegallega forest park can affect bird community. Furthermore, the result suggests that the
existence of urban forest can affect the microclimates around forest park.
Keywords: Birds;Urban Forest;Vegetation;Microclimate
Abstraksi
Burung merupakan hewan yang dapat dijadikan sebagai bioindikator lingkungan. Hutan Kota adalah
salah satu bentuk lahan hijau yang memiliki berbagai fungsi penting bagi masyarakat. Dewasa ini,
lahan hijau di Kota Bandung semakin berkurang akibat pembangunan infrastruktur perkotaan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perbedaan vegetasi terhadap komunitas burung
di Hutan Kota Cilaki dan Hutan Kota Tegallega serta untuk menentukan pengaruh keberadaan Hutan
Kota Cilaki dan Hutan Kota Tegallega terhadap mikroklimat di permukiman sekitarnya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode diagram profil, metode Index Point of Abundence (IPA),
dan metode pengukuran mikroklimat dengan menggunakan Data logger (HOBO Pendant
Temperature/ Light Data Logger). Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa perbedaan vegetasi
di Hutan Kota Tegallega dan Hutan Kota Cilaki dapat mempengaruhi komunitas burung. Selain itu,
dari hasil penelitian juga disimpulkan bahwa keberadaan Hutan Kota dapat memberikan pengaruh
pada kondisi mikroklimat permukiman sekitar Hutan Kota.
Kata Kunci: Burung; Hutan Kota; Mikroklimat

PENDAHULUAN lingkungan, seperti berkurangnya ruang


terbuka hijau, hilangnya daerah resapan air,
Pembangunan infrastruktur perkotaan di polusi air serta udara (Departemen Kehutanan,
Indonesia bertujuan untuk menyejahterakan 2010). Bandung merupakan salah satu kota
masyarakat, contohnya adalah pembangunan yang infrastrukturnya sedang berkembang. Hal
pusat perbelanjaan. Namun fakta yang terjadi ini ditunjukan dengan semakin banyaknya
saat ini adalah pembangunan yang dilakukan pembangunan gedung. Pembangunan
saat ini mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur tersebut tidak hanya memiliki
dampak positif, tetapi juga memiliki dampak ini (Tohir, 2012). Secara administratif, Hutan
negatif yaitu semakin berkurangnya lahan kota Tegallega terletak di jalan Mohammad
hijau di Kota Bandung. Pembangunan Toha, Kecamatan Regol, Kelurahan Ciateul,
infrastruktur tersebut tidak hanya memiliki Kota Bandung. Secara astronomis Hutan kota
dampak positif, tetapi juga memiliki dampak Tegallega terletak pada koordinat 6°56’ 04” LS
negatif yaitu semakin berkurangnya lahan dan 107° 36’ 13” BT. Hutan kota Tegallega
hijau di Kota Bandung. berbatasan dengan Jalan Inggit Ganarsih di
sebelah utara, Jalan Mohammad Toha di
Hutan Kota merupakan salah satu bentuk lahan sebelah timur, Jalan Otto Iskandardinata di
hijau yang memiliki fungsi penting bagi sebelah barat, dan Jalan Peta di sebelah
masyarakat. Menurut Samsoedin (1997), selatan.
Hutan Kota memiliki banyak fungsi, misalnya
hutan kota berperan dalam mengatur siklus Hutan Kota Cilaki
hidrologi, yaitu dalam hal penyerapan air dan
mereduksi potensi banjir; hutan kota yang Hutan Lansia atau Hutan Kota Cilaki
penuh dengaan pepohonan berfungsi sebagai merupakan Hutan Kota yang terletak di antara
paru-paru kota yang merupakan produsen jalan Cilaki dan jalan Cisangkuy, Bandung.
oksigen yang belum tergantikan fungsinya; Secara administratif, Hutan Kota Cilaki
dan hutan kota mempunyai fungsi ekologis, terletak di Kecamatan Bandung Wetan, Kota
yaitu sebagai penjaga kualitas kota. Pepohonan Bandung, Provinsi Jawa Barat, sedangkan
di dalam Hutan Kota kota merupakan habitat secara astronomis Hutan Kota Cilaki terletak
yang baik bagi burung-burung untuk tinggal. pada 6°45’ 7” LS dan 107°37’ 14” BT. Hutan
Kota Cilaki berbatasan dengan Jalan
Burung merupakan hewan yang dapat Diponogoro di sebelah utara, Gedung Sate di
dijadikan sebagai bioindikator lingkungan sebelah barat, Jalan Cisangkuy di sebelah
(Ferianita, 2007). Keberadaan burung dapat timur, dan Jalan Cimanuk di sebelah selatan.
menjadi cerminan lingkungan yang sehat dan Hutan Kota Cilaki dimanfaatkan sebagai
berkelanjutan karena tingkat sensitivitas tempat rekreasi dan berolahraga bagi para
mereka yang cukup tinggi terhadap kerusakan lansia serta masyarakat Bandung pada
lingkungan. Maka dari itu, ketika terjadi umumnya. Hutan ini memiliki berbagai jenis
perubahan di lingkungan, misalnya perubahan tumbuhan dan burung.
struktur vegetasi, burung dapat kita jadikan
sebagai acuan untuk melihat bagaimana Gambar 1 dan 2 (lihat di lampiran 1)
dampak perubahan vegetasi tersebut. Selain menunjukan lokasi penelitian.
itu, burung juga memiliki peran penting bagi Metode Kerja
vegetasi, salah satunya adalah penyebaran biji
(Ferianita, 2007). • Analisis struktur vegetasi
Meninjau pentingnya keberadaan burung dan Diagram profil adalah metode analisis vegetasi
hutan kota bagi masyarakat, maka dilakukan berbasis plot untuk menggambarkan
penelitian untuk mengetahui pengaruh vegetasi penampakan luar vegetasi, struktur vertikal,
terhadap komunitas burung di Hutan Kota dan bentuk hidup vegetasi yang terdapat di
Cilaki dan Hutan Kota Tegallega. lokasi pengamatan. Parameter-parameter yang
diukur dalam pembuatan diagram profil adalah
METODE jenis pohon. Selain itu, dilakukan pengukuran
Deskripsi Lokasi Penelitian posisi pohon dalam plot, tinggi pohon,
diameter pohon, panjang dan lebar kanopi, dan
Hutan Kota Tegallega tinggi cabang pertama pohon (Soerianegara &
Indrawan, 2005).
Hutan Konservasi Tegallega terletak di Jalan
Mohammad Toha, Bandung. Hutan ini Pembuatan Plot
dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau
(RTH), tempat berolah raga, dan tempat Plot berukuran 20 x 50 m dibuat di titik yang
wisata. Hutan Kota Tegallega memiliki telah ditentukan. Pengukuran dilakukan pada
berbagai macam pepohonan yang rindang pohon. Pohon yang diukur adalah pohon yang
sehingga terdapat banyak burung di kawasan memiliki DBH lebih dari 5 cm (Rozieanti,
2011). Tumbuhan bawah dapat digambarkan
pada digram profil secara kualitatif. Jenis-jenis kemudian mencatat perjumpaan terhadap
pohon yang berada di dalam plot akan dicatat burung dalam rentang waktu tertentu.
dan untuk jenis yang tidak dapat diidentifikasi Pencatatan dimulai pada pagi hari yaitu pukul
langsung di lapangan, sampel tumbuhan 05.00 WIB. Pada setiap plot dibuat 3 titik
dibawa untuk kemudian diidentifikasi di pengamatan dengan jarak masing-masing 20
herbarium. meter dengan jari-jari lingkaran 20 meter.
Alokasi waktu untuk satu titik pengamatan
Koordinat pohon terhadap titik pusat (x,y) yaitu 20 menit. Pengamatan dilakukan melalui
Koordinat pohon diukur untuk mengetahui perjumpaan langsung. Parameter yang dicatat
posisi pohon dalam plot. Pengukuran posisi adalah jenis, jumlah yang ditemukan, aktivitas,
pohon dilakukan menggunakan meteran 50 M. posisi burung, struktur dan jenis vegetasi yang
Pohon diukur jaraknya terhadap garis axis (x) digunakan burung (Zulfan, 2009).
dan ordinat (y). Penghitungan jarak pohon dari
• Pengukuran Parameter Mikroklimat
garis axis dan ordinat dilakukan untuk
mengetahui posisi pohon dalam plot Pengukuran parameter mikroklimat dilakukan
(Rozieanti, 2011). pada plot untuk analisis vegetasi di kedua
hutan kota. Parameter mikroklimat yang
Tinggi pohon (m) dan Tinggi Percabangan diukur adalah temperatur udara (°C) dan
Pertama (m) intensitas cahaya (lux) (Sholihah, 2011).
Pengukuran tinggi pohon dan percabangan Data logger (HOBO Pendant Temperature/
pertama dilakukan dengan menggunakan Light Data Logger, digunakan untuk
hagameter dan meteran 50 M. Pengukuran mengukur suhu dan intensitas cahaya)
tinggi yang dilakukan pada penelitian ini dikalibrasi, kemudian dihubungkan ke
menggunakan metode persen. Tinggi pohon komputer. Software dibuka. Diatur jangka
didapat dengan melihat titik yang akan diukur waktu pencuplikan, kemudian data logger
tingginya (puncak kanopi dan percabangan diinisiasi. Data logger diletakkan pada tempat
pertama) dari jarak yang terdapat pada
yang terbuka dan terekspos sinar matahari.
hagameter. Jarak yang digunakan disesuaikan Setelah berakhirnya waktu pencuplikan yang
dengan seberapa jelas titik yang diukur dapat ditentukan, data logger diambil. Data logger
dilihat oleh pengamat. Tinggi pohon akan dihubungkan ke komputer, kemudian data
didapat dari nilai jarum yang ditunjuk pada pencuplikan diunduh dengan menggunakan
hagameter. Lokasi penelitian tidak selalu software.
berupa kawasan yang datar, namun bisa juga
memiliki ketinggian yang berbeda. Oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
karena itu dilakukan pula pengukuran terhadap
bagian akar pohon. Metode ini juga digunakan Analisis Vegetasi
untuk menentukan tinggi tepi kanopi Jenis-jenis pohon yang berada di Hutan Kota
(Rozieanti, 2011). Tegallega dan Hutan Kota Cilaki dapat dilihat
Lebar penutupan kanopi (searah panjang pada tabel 1 dan tabel 2 (lihat lampiran). Tabel
plot) 1 dan 2 menunjukan bahwa jenis-jenis pohon
di Hutan Kota Tegallega dan Hutan Kota
Lebar kanopi pohon didapat dari pengukuran Cilaki berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan,
diameter kanopi pohon sebanyak 4 kali, yaitu pada plot di Hutan Kota Tegallega ditemukan
diameter sejajar sumbu x dan diameter sejajar 23 spesies pohon, sedangkan di Hutan Kota
sumbu y. Pengukuran dilakukan menggunakan Cilaki ditemukan 12 spesies pohon.
meteran (Rozieanti, 2011).
Tabel 3 menunjukan keanekaragaman serta
• Pengamatan burung dominansi di vegetasi Hutan Kota Tegallega
dan Hutan Kota Cilaki. Nilai dominansi Hutan
Metode IPA (index point of abundance) Kota Tegallega adalah 0.0054785 sedangkan
merupakan metode pengamatan burung nilai dominansi Hutan Kota Cilaki adalah 0.11.
dengan mengambil sampel dari komunitas Baik di Hutan Kota Tegallega maupun di
burung untuk dihitung dalam waktu dan lokasi Hutan Kota Cilaki tidak terdapat spesies yang
tertentu. Pengamatan dilakukan dengan berdiri dominan. Nilai indeks dominan yang tertinggi
pada titik tertentu pada habitat yang diteliti
adalah 1. Semakin tinggi indeks dominansi dibersihkan oleh petugas kebersihan taman
menunjukan bahwa dominansi semakin sehingga lantai hutan tidak ditutupi serasah.
dipusatkan pada beberapa jenis spesies pohon,
sedangkan semakin rendah indeks dominansi Kondisi lantai Hutan Kota Tegallega berbeda
menunjukan bahwa dominansi semakin dengan kondisi lantai Hutan Kota Cilaki. Pada
menyebar pada lebih banyak spesies (Jonotoro, gambar 4 (lihat di lampiran 1), dapat dillihat
2012). bahwa lantai Hutan Kota Cilaki banyak
ditumbuhi rumput dan juga terdapat banyak
Nilai keanekaragaman spesies di Hutan Kota serasah. Hutan Kota Cilaki memiliki kanopi
Tegallega adalah 3.020623, sedangkan nilai yang tertutup, akan tetapi ketinggian
keanekaragaman di Hutan Kota Cilaki adalah kanopinya berbeda-beda. Perbedaan
2.36. Hal ini menunjukan bahwa ketinggian kanopi menyebabkan cahaya
keanekaragaman spesies di Hutan Kota matahari dapat menembus sampai ke lantai
Tegallega lebih tinggi dibandingkan dengan hutan melalui celah diantara pohon-pohon.
keanekaragaman spesies di Hutan Kota Cilaki. Cahaya matahari yang dapat menembus
Jumlah jenis spesies yang berada di Hutan sampai lantai hutan membuat tumbuhan yang
Kota Tegallega dan Hutan Kota Cilaki menjadi lebih rendah, misalnya rumput, dapat tumbuh
penyebab terjadinya perbedaan nilai dengan baik karena kebutuhan akan cahaya
keanekaragaman. Menurut Krebs (1999), nilai matahari terpenuhi (Gardner et al.,1991).
keanekaragaman akan semakin meningkat Selain rumput, lantai Hutan Kota Cilaki juga
seiring dengan meningkatnya jumlah jenis ditutupi oleh serasah. Hal ini karena Hutan
spesies dalam suatu komunitas. Jumlah jenis Kota Cilaki jarang dibersihkan oleh petugas
spesies di Hutan Kota Tegallega lebih banyak kebersihan.
dibandingkan dengan jumlah jenis spesies di
Hutan Kota Cilaki sehingga nilai Analisis Stratifikasi Hutan Kota
keanekaragaman di Hutan Kota Tegallega Stratifikasi vegetasi dikenal juga sebagai
lebih tinggi. Penghitungan nilai strata. Strata adalah pengelompokan tumbuhan
keanekaragaman dan indeks dominansi dapat berdasarkan ketinggian pohon dalam ruang
dilihat pada tabel 4 dan 5 (lihat di lampiran 2). vertical (Jenning et al., 2010). Berdasarkan
Tabel 3. Keanekaragaman dan Dominansi hasil pengamatan, pada Hutan Kota Tegallega
dan Hutan Kota Cilaki terdapat 2 strata yaitu
Vegetasi di Hutan Kota Tegallega dan Hutan
strata B dan strata C. Stara B merupakan
Kota Cilaki
lapisan yang paling atas. Pada Hutan Kota
Tegallega, pohon-pohon yang termasuk ke
D H'
dalam strata B adalah pohon yang memiliki
Hutan Kota
0.054785 3.020623 ketinggian di atas 7.5 meter, sedangkan pada
Tegallega
Hutan Kota Cilaki, pohon yang termasuk ke
Hutan Kota Cilaki 0.11 2.36 dalam strata B adalah pohon yang memiliki
ketinggian lebih dari 12 meter. Jarak pohon
Bagian lantai Hutan Kota Tegallega dan Hutan pada strata B membuat lapisan pohon telihat
Kota Cilaki memiliki perbedaan. Pada gambar menyambung satu sama lain (Richards, 1996).
3 (lihat di lampiran 1), dapat dilihat bahwa Strata C merupakan lapisan yang paling
bagian lantai Hutan Kota Tegallega tidak bawah. Pohon-pohon pada strata C
ditumbuhi oleh perdu maupun herba. Hal ini membentuk lapisan yang bersambung secara
terjadi karena kanopi Hutan Kota Tegallega keseluruhan (Richards, 1996). Pada Hutan
cukup rapat sehingga cahaya matahari tidak Kota Tegallega, pohon-pohon yang termasuk
dapat menembus sampai ke lantai hutan. ke dalam strata C adalah pohon yang memiliki
Intensitas cahaya matahari yang kurang ketinggian di bawah 7.5 meter, sedangkan
menyebabkan tumbuhan yang lebih rendah pada Hutan Kota Cilaki, pohon yang termasuk
tidak dapat tumbuh dengan baik karena ke dalam strata C adalah pohon yang memiliki
kebutuhan akan cahaya matahari tidak dapat ketinggian kurang dari 12 meter. Pada gambar
terpenuhi (Gardner et al., 1991). Pada lantai 5 dapat dilihat diagram profil dari Hutan Kota
hutan juga tidak terdapat serasah. Daun Tegallega, sedangkan pada gambar 6 dapat
maupun ranting yang gugur dari pohon selalu dilihat diagram profil dari Hutan Kota Cilaki.
Gambar 5 Diagram Profil Hutan Kota Tegallega

Gambar 6 Diagram Profil Hutan Kota Cilaki

Diagram profil tampak atas (proyeksi kanopi


pohon) dapat digunakan untuk membantu
memahami stratifikasi hutan. Pada gambar 6
dan 7 dapat dilihat proyeksi kanopi pohon
pada strata B dari Hutan Kota Tegallega dan
Hutan Kota Cilaki, sedangkan pada gambar 8
dan 9 dapat dilihat proyeksi kanopi pohon
pada strata C.

Gambar 7. Proyeksi Kanopi Pohon pada


Strata B di Hutan Kota Cilaki
Berdasarkan gambar 6 dan 7, dapat dilihat
bahwa pada strata B terdapat kanopi yang
saling menyambung satu sama lain. Pada strata
B, tidak semua kanopi menyambung. Kanopi
pohon strata B memiliki celah pada bagian
tertentu.
Gambar 6. Proyeksi Kanopi Pohon pada
Strata B di Hutan Kota Tegallega
Pengaruh Vegetasi Terhadap Komunitas
Burung
Jenis-jenis dan jumlah burung yang teramati di
Hutan Kota Tegallega dan Hutan Kota Cilaki
dapat dilihat pada gambar 10 (lihat di lampiran
1). Berdasarkan gambar 10, terlihat bahwa
Hutan Kota Tegallega memiliki jumlah
individu dan jumlah spesies lebih banyak
dibandingkan Hutan Kota Cilaki dengan
Passermontanus (burung gereja) dan
Collocalialinchi (walet linchi) sebagai spesies
dengan jumlah individu terbesar. Hal tersebut
Gambar 8. Proyeksi Kanopi Pohon pada menunjukkan bahwa Hutan Kota Tegallega
Strata C di Hutan Kota Tegallega memiliki habitat yang lebih baik bagi burung
dibandingkan dengan Hutan Kota Cilaki.
Jumlah spesies tumbuhan di Hutan Kota
Tegallega adalah 23 spesies tumbuhan dan
total 37 pohon dalam 1 plot membuat hutan
kota tersebut mengungguli Hutan Kota Cilaki
yang hanya memiliki 12 spesies tumbuhan dan
total 21 pohon dalam 1 plot. Selain itu
keberadaan pohon kersen (Mutinggiacolabora)
di Hutan Kota Tegallega dalam jumlah yang
lebih besar daripada di Hutan Kota Cilaki turut
mengambil peran utama. Buah pohon kersen
merupakan makanan alami bagi beberapa jenis
burung (Partasasmita, 2003).

Gambar 9. Proyeksi Kanopi Pohon pada Kecenderungan burung untuk hinggap di


Strata C di Hutan Kota Cilaki pohon juga ditemukan lebih besar pada Hutan
Kota Tegallega (7 ekor) dibandingkan dengan
Pada gambar 8 dan 9 dapat dilihat kanopi Hutan Kota Cilaki (6 ekor). Perilaku hinggap
pohon yang termasuk ke dalam strata C. Pada atau bertengger ini hanya terjadi terutama bila
strata C, kanopi membentuk lapisan yang lebih terdapat pohon dengan ketinggian tertentu.
rapat dibandingkan dengan lapisan kanopi Selain itu dibutuhkan lingkungan sekitar yang
pada strata B. Strata C memiliki luas kanopi memiliki gangguan relatif lebih kecil untuk
pohon yang rata-rata lebih kecil dibandingkan membuat burung bertengger lama.
dengan strata B.
Pada gambar 11 dan 12 (lihat lampiran 1)
Berdasarkan diagram profil dan proyeksi dapat dilihat titik burung hinggap di pohon
kanopi pohon, dapat dilihat bahwa jumlah dan pada Hutan Kota Tegallega dan Hutan Kota
jumlah jenis individu pada masing-masing Cilaki. Pada gambar 11 dan 12, terlihat bahwa
strata berbeda. Jumlah individu dan jumlah burung cenderung hinggap pada ketinggan
jenis individu pada strata C lebih banyak berkisar 10-18 m. Pohon di Hutan Kota Cilaki
dibandingkan pada strata B. Maka dari itu, dan Tegallega yang memenuhi kriteria tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi adalah Delonix regia dan Swietenia
tingkatan suatu strata maka semakin jumlah macrophylla.Tajuk yang rimbun serta
individu dan jumlah jenis individu semakin percabangan yang memadai dari kedua spesies
berkurang. pohon tersebut menjadikan keduanya tempat
beristirahat burung selain pohon kersen
sebagai penyedia sumber makanan. Hal
tersebut memberikan bukti bahwa keberadaan
burung yang bertengger atau hinggap di suatu
kawasan dipengaruhi oleh ketinggian tajuk.
Ketinggian tajuk optimal untuk burung intensitas cahaya dan suhu pada suatu
bertengger adalah10-15 m (Hansell, 2000). kawasan.

Indeks keanekaragaman 2,75 dan indeks Pada gambar 10 dan 11 (lihat di lampiran 1)
dominansi 0,36 (untuk burung) Hutan Kota dapat dilihat grafik perbandingan intensitas
Tegallega yang relatif lebih besar cahaya matahari di Hutan Kota (Tegallega dan
dibandingkan Hutan Kota Cilaki (2,02 untuk Cilaki) dan permukima di sekitar Hutan Kota.
indeks keanekaragaman dan 0,15 untuk indeks Pada gambar 12 dan 13 (lihat di lampiran 1)
dominansi) didukung oleh parameter- dapat dilihat grafik perbandingan temperatur
parameter analisis vegetasi. Hutan Kota di Hutan Kota (Tegallega dan Cilaki) dan
Tegallega yang memiliki indeks permukima di sekitar Hutan Kota.
keanekaragaman 3,02 dan indeks dominansi Pada tabel 7, dapat dilihat perbedaan
2,36 (untuk tumbuhan) menunjukkan temperatur di masing-masing wilayah
keanekaragaman jenis tumbuhan berpengaruh pengamatan
terhadap keanekaragaman jenis burung.
Tabel 7. Perbedaan Temperatur
Analisis Mikroklimat
Rata-rata temperatur udara (0C)
Berdasarkan uji analisis statistik menggunakan
uji ANOVA, nilai intensitas cahaya antara Hutan Hutan Permuki
Permukiman
hutan kota dan daerah sekitar pemukiman Kota Kota man
hutan kota berbeda (lihat tabel 6 pada lampiran Tegallega
Tegallega Cilaki Cilaki
2). Perbedaaan ini disebabkan oleh berbagai
faktor salah satunya karena penutupan awan
23,70 26,61 24,76 25,96˚C
saat pengukuran intensitas cahaya. Jumlah Selisih temperatur udara Hutan Kota dan
intensitas yang diterima akan mempengaruhi Permukiman Sekitar
suhu dan laju evaporasi sehingga secara tidak 2,91˚C 1,20˚C
langsung juga mempengaruhi kelembaban dan
kandungan air (Molles, 2008).
Berdasarkat tabel 7, dapat dilihat bahwa
Penutupan tajuk akan mengurangi sebagian perbedaan temperatur antara Hutan Kota
besar cahaya yang dapat mencapai tanah dan Tegallega dan permukiman di sekitarnya
disimpan dalam bentuk energi. Sebagian besar adalah 2.910C, sedangkan perbedaan
cahaya tersebut akan menjadi panas dan temperatur antara Hutan Kota Cilaki dan
berdampak pada suhu (temperatur) udara dan permukiman di sekitarnya adalah 1.200C.
suhu tanah (Horn, 1971). Semakin besar Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh beberapa
penutupan tajuk maka semakin kecil cahaya faktor, salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi
yang dapat dikonversikan menjadi panas yang memiliki kontribusi penting terhadap regulasi
mengakibatkan suhu udara yang semakin temperatur di perkotaan. Pada pagi hingga
rendah. Begitu pun sebaliknya, semakin kecil siang hari, perkotaan menerima energi panas
penutupan tajuk maka semakin besar cahaya dari sinar matahari dan dari aktivitas manusia.
yang dapat dikonversikan menjadi panas yang Energi panas ini diserap dan disimpan untuk
mengakibatkan suhu udara yang semakin kemudian dilepaskan ketika temperatur udara
tinggi. Hal ini yang menjadikan suhu di Hutan di lingkungan sekitarnya menurun pada malam
Kota Tegallega lebih rendah daripada suhu di hari (Doick & Hutchings, 2013). Perbedaan
Hutan Kota Cilaki. Pohon-pohon di Hutan tempat penyerapan dan penyimpanan energi
Kota Tegallega memiliki tajuk yang relatif panas itulah yang menyebabkan adanya
lebih besar daripada pohon-pohon di hutan perbedaan rata-rata temperatur udara antara di
cilaki. Begitu pula dengan suhu di hutan kota lingkungan sekitar hutan kota dan di
dan pemukiman. Area pemukiman tempat pemukiman sekitarnya. Vegetasi, khususnya
memasang data logger relatif tidak ada pohon pepohonan, bersifat efektif dalam menyerap
yang bertajuk besar sehingga suhu di energi panas dari atmosfer (Gartland, 2011).
pemukiman lebih panas daripada hutan kota. Pemukiman dibangun menggunakan material
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan berwarna gelap dengan kapasitas panas yang
bahwa besar tajuk berbanding terbalik dengan tinggi sehingga cenderung dapat menyerap dan
menyimpan energi panas dalam jumlah
banyak. Pada malam hari, terjadi menurunkan mikroklimat lingkungan
penghangatan lokal di lingkungan pemukiman sekitarnya.
karena ketika energi panas dilepaskan dalam
jumlah banyak, hanya terdapat sedikit vegetasi KESIMPULAN
untuk memfasilitasi pertukaran udara hangat Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dan dingin dengan lingkungan sekitarnya. disimpulkan bahwa perbedaan vegetasi di
Penyerapan energi panas dari atmosfer dan Hutan Kota Tegallega dan Hutan Kota Cilaki
masuknya udara dingin ke lingkungan sekitar menyebabkan terjadinya perbedaan komunitas
vegetasi berdampak pada rendahnya burung. Hal ini karena keanekargaman jenis
temperatur di atas permukaan tanah dan tumbuhan dapat berpengaruh pada komunitas
minimalnya penghangatan lokal pada malam burung. Selain itu, berdasarkan penelitian ini
hari ketika energi panas dilepaskan (Doick & diperoleh hasil bahwa keberadaan Hutan Kota
Hutchings, 2013). memeberikan pengaruh terhadap mikroklimat
Melalui penguapan, energi panas yang permukiman di sekitar Hutan Kota. Hal ini
disimpan vegetasi digunakan untuk mengubah karena vegetasi di Hutan Kota mampu
air yang diserap dari substrat tempat menurunkan temperatur.
tumbuhnya menjadi uap air. Energi panas UCAPAN TERIMA KASIH
dimanfaatkan untuk proses penguapan,
sehingga energi panas dilepas ke atmosfer Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dalam jumlah minimal sehingga temperatur dosen proyek ekologi yang senantiasa
udara di daerah yang ditumbuhi vegetasi membekali penulis dengan berbagai ilmu yang
menjadi lebih rendah daripada daerah yang bermanfaat. Ucapan terima kasih juga penulis
tidak ditumbuhi vegetasi (Oke, 1987). berikan kepada para asisten proyek ekologi,
Peneduhan oleh tajuk pepohonan juga khususnya kepada Mochammad Fikry Pratama
berkontribusi dalam rendahnya temperatur yang selalu membimbing penulis dalam
udara di lingkungan hutan kota dibandingkan melakukan penelitian kecil ini. Penulis juga
dengan di lingkungan pemukiman. Tajuk mengucapkan terima kasih kepada keluarga
pepohonan yang tinggi dan lebar membatasi besar Bapak Wahyudin yang telah memberikan
masuknya sinar matahari ke permukaan tanah dukungan, baik berupa dukungan moral
yang diteduhinya sehingga penyimpanan maupun materi. Terima kasih penulis haturkan
energi panas pun turut terbatasi (Doick & untuk pihak-pihak yang telah terlibat baik
Hutchings, 2011; Potchter, Cohen, & Bitan, secara langsung maupun tidak langsung
2006). sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
baik.
Temperatur permukaan pada wilayah yang
ditumbuhi vegetasi dapat mencapai 15-20 ˚C REFERENSI
lebih rendah dibandingkan dengan temperatur
Badan Penelitian dan Pengembangan
permukaan pada wilayah pemukiman sehingga
Kehutanan. (2009). ROADMAP
temperatur udaranya dapat mencapai 2-8 ˚C
Penelitian dan Pengembangan
lebih rendah dibandingkan dengan temperatur
Kehutanan 2010-2025. Departemen
udara pada wilayah pemukiman (Taha et al.,
Kehutanan.
1988; Salto, 1990). Perbedaan temperatur
udara ini juga teramati pada lingkungan sekitar Campbell, Bruce, Elizabeth Lack. (1985). A
Hutan Kota Tegallega dan Cilaki yang Dictionary of Birds. Carlton, England:
dibandingkan dengan lingkungan pemukiman T and AD Poyser.
di dekat masing-masing hutan. Kisaran selisih
temperatur udara yang teramati dalam Doick & Hutchings. (2013). Air temperature
penelitian ini mendekati nilai yang diamati regulation by urbantrees and green
oleh Taha, dkk (1988) dan Salto (1990) yaitu infrastructure. Forest Research.
kisaran antara 1,20 ˚C dan 2,91 ˚C. Surrey: Forestry Commission.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan Ferianita, M. (2007). Metode Sampling
bahwa terdapat hubungan antara keberadaan Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
hutan kota dan mikroklimat lingkungan
sekitarnya yaitu keberadaan hutan kota dapat
Gardner, F.P.;R.B.Pearce, dan R.L.Mitchell Edition. United Kingdom: Cambridge
(1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. University Press.
Depok: Penetbit Universitas
Indonesia. Rozieanti, Steffina. (2011). Fisiognomi Hutan,
Stratifikasi Hutan, dan Pola Distribusi
Gartland. (2011). Heat Islands: Understanding Spasial Pohon di Hutan Cisupa
and Mitigating Heat in Urban Areas. Beureum, Gunung Papandayan Garut.
Routledge: Earthscan. Skripsi. Institut Teknologi Bandung.
GoogleEarth. (2013). Hutan Kota Tegallega. Saito. (1990). Study of the effect of green
[online] Diakses dari areas on thethermal environment in an
http://GoogleEarth.com/ [5 Desember urban area. Energy and Buildings, 15,
2013]. pp. 493–8
. (2013). Hutan Kota Cilaki. Samsoedin, I. (1997). Studi Potensi Jenis-jenis
[online] Diakses dari Pohon Indonesia untuk Daerah
http://GoogleEarth.com/ [5 Desember Perkotaan. Hal. 183-188. Prosiding
2013]. Diskusi Hasil-Hasil Penelitian.
Mendukung Pengelolaan Sumber
Hansell, Mike. (2000). Bird Nests and Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Construction Behaviour. London: Bogor: P3HKA.
Cambridge University Press.
Sholihah. (2011). Studi Hubungan Antara
Horn, H.S. 1971. The Adaptive Geometry of Struktur Vegetasi dengan Komposisi
Tree. New Jersey: Princeton Burung di Tiga Taman Kota di Kota
University Press. Bandung. Penelitian Kecil Proyek
Jonotoro. (2012). Indesks Dominansi. [online]. Ekologi ITB
Diakses dari http://gis.wwf.or.id/ [6 Soerianegara, I dan Indrawan, A. (2005).
Desember 2013]. Ekologi Hutan Indonesia. Dalam:
Krebs, CJ. (1999). Ecologycal Methodology, Silitonga, A. 2010. Keanekaragaman
2nd edition. Boston: Addison-Wesley Tegakan Hutan dan Potensi
Educational Publishers, Inc. Kandungan Karbon di Taman Wisata
Alam Deleng Lancuk Kabupaten Karo
Molles, M.C. 2008. Ecology Concepts and Propinsi Sumatera Utara. Tesis,
Application 3rd edition. New York: Mc Universitas Sumatera Utara.
Graw-Hill.
Zulfan. (2009). Keanekaragaman Jenis Burung
Oke. (1987). Boundary layer climates. di Hutan Mangrove Krueng Bayeun,
London: Routledge. Kabupaten Aceh Timur Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. [online]
Partasasmita, R. (2003). Ekologi Burung
Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/
Pemakan Buah dan Peranannya
bitstream/handle/123456789/15824/E0
Sebagai Penyebar Biji. Makalah
9zul.pdf?sequence=2 [19 November
Falsafah Sains Program Pasca
2013].
Sarjana. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Potchter, Cohen, dan Bitan. (2006).
Climaticbehaviour of various urban
parks during hot and humidsummer in
the Mediterranean city of Tel Aviv,
Israel. International Journal of
Climatology, 26, pp. 1695–711.
Richards, PW. (1996). The Tropical Rain
Forest an Ecological Study, 2nd
Tabel 8. Data Analisis Vegatasi di Hutan Kota Cilaki

No. Nama Koordinat Koordinat Ujung Tajuk Tinggi


Eti Spesies Batang
ket X Y X1 Y1 T1 X2 Y2 T2 X3 Y3 T3 X4 Y4 T4 Cabang Puncak
Pertama Kanopi
38 Syzygium 3 7.1 2.6 8.6 3.2 1.45 5.48 2.02 3.56 4.63 2 5 7.23 1.95 2 6.84
polyanthum
39 Syzygium 1.2 10.32 0.73 11.46 5.49 -0.6 10.32 5.42 1.37 8.35 4.97 2.55 10.32 4.1 2.02 6.86
polyanthum
40 Mimusop 4.1 1.12 7 7.74 6 -0.6 4.87 4 2.33 -3.1 4.84 11 4.8 6.73 2.97 22.05
elengi
41 Syzygium 9.7 1.4 9.85 3.1 2.45 3.25 1.1 2.83 10 -0.37 2.95 11.45 1.87 4.02 1.57 6
polyanthum
42 Swietenia 24.77 2.96 26.8 5.58 4.92 17.1 3.24 10.6 23.17 -7.73 8 31.37 -1.63 18.08 5 27
macrophylla
43 Elaeocarpus 36.33 3.15 31.67 9.63 26 26.42 2.54 20.88 27.72 - 12.25 36.67 -0.65 14.5 4 25.67
ganitrus 10.82
44 Swietenia 37.87 1.14 39 8.6 17.1 37.07 4.4 27.54 37.37 0 5.26 45.3 6.48 6.38 5.7 17.4
macrophylla
45 Delonix regia 42.57 2.17 43.97 8.45 22.4 40.71 5.08 14.3 45.17 -3.5 21.6 55 6.8 21.92 3.43 25.2
46 Hibiscus 49.07 6.85 52.1 9.2 0.5 48.6 9.8 0.7 46.83 7.05 0.6 51.63 5.2 0.4 0.3 1.1
macrophyllus
47 Delonix regia 46.85 5.97 46.3 7.73 6.1 45.48 6.65 7.6 48 2.1 6.8 51 5.42 7.4 2.4 7
48 Pometia 43.77 7.18 43.8 9.1 5 43.87 7.57 4.77 43.9 5.1 7.12 45.03 5.1 2.63 1.98 7.45
pinnata
49 Cananga 38.5 8.87 41 14.76 6.03 36.5 16.73 9.07 40.57 5.5 13.2 45.8 13.8 10.12 12.04 14
odorata
50 Delonix regia 30.9 10.18 39.96 11.3 11.4 40.5 13 8.64 37.03 8.8 19.04 38.13 6.02 16.2 3.2 21.2
51 Elaeocarpus 27.36 8.8 23.14 22.3 16.69 23.17 11.58 20 24.77 3.16 22.3 35.17 21.82 15.16 35 21.5
ganistrus
52 Terminalia 18.9 15.6 11.2 15.5 3.08 8.3 18.6 4.95 10.9 22.8 5.47 17 18 2.6 1.52 11.5
cattapa
53 Michelia 12.62 16.6 5.5 15.7 3.08 10 5 21.28 18.7 14.5 11.78 13.5 19.7 20.59 4.4 28.1
alba
54 Michelia 2.25 16.92 2.25 17.95 5.6 2.53 15.88 6.23 -0.56 11.12 5.49 3.57 12.15 7.78 0.4 11.6
alba
55 Hamelia 36.7 19.4 36.7 22.88 1.51 32.85 20.8 1.78 37.8 15.46 1.78 39.32 19.46 2.02 0.3 4.5
erecta
56 Delonix regia 40.78 18.85 40.78 25 10.68 33.48 18.63 8.82 48.26 16.7 12.05 43.28 19.36 12.5 2.77 15.3
57 Muntigia 47.6 15.22 47.5 21.5 3.82 42.2 18.2 4.14 49.6 16.23 3.5 48.3 15.7 3.01 2.22 5.1
colabora
58 Muntigia 48.7 19.16 -0.5 19.5 3.82 48.7 19.16 3.51 52.8 18.4 4.55 55.4 19.8 2.5 3.43 5.3
colabora
Tabel 9. Data Analisis Vegetasi Hutan Kota Tegallega

No Nama Spesies Koordinat Koordinat Ujung Tajuk (m) Tinggi


Batang (m)
X Y X1 Y1 T1 X2 Y2 T2 X3 Y3 T3 X4 Y4 T4 Cabang Puncak
Pertama Kanopi
1 Cannarium sp. 0 0 1 -3 2.05 -2.75 1 2.875 0 3.6 2.4 3.7 0.6 5.44 3.712 11.2
2 Hibiscus 10.6 0.27 9.6 -2.2 7.56 5.7 1.1 9.744 9.35 3.5 7.052 14.6 1.6 5.1 1.28 10.08
macrophyllus
3 Swietenia 16.35 0.3 15.8 -2.4 4.94 13.35 -1 4.5 16.05 4.3 3.75 18.15 0.7 4.75 0.3 6.66
mahagoni
4 Antidesma 21.55 0.6 21.55 -2.4 1.026 18.75 0 2.108 22.15 3.9 2.08 24.95 0.3 2.2 0.3 4.1
bunius
5 Antidesma 26.85 0.5 26.65 -3.5 3.7 23.6 0.7 2.294 26.85 4.7 10.4 29.75 3.7 2.43 0.4 11.2
bunius
6 Samanea saman 31.85 0.4 25.35 -15.4 5.04 20.55 3.7 13.272 32.35 10.3 10.2 43.65 -1.6 11.17 2.5 14.4
7 Samanea saman 37.75 0 36.75 -13 10.89 28.85 1.5 10.5 39.65 12 9.6 47.05 -7.1 9.45 2.4 11.3
8 Cinnamomum sp. 42.45 0.5 43.15 -0.8 2.1 38.25 1.3 2.7 43.75 5.2 0.3 45.75 2.2 3 0.1 8
9 Sapindaceae 47.45 1.3 47.45 -1.6 1.4 45.15 1.5 2.1 48.9 4.5 1.9 52.7 1.1 2 0.4 4.41
10 Tabebuela 49.6 7 49 4.33 2.3 49.5 7 2.2 49.6 7.77 2.3 50.55 7 1.9 1 2.4
argentea
11 Mimusop elengi 47.4 6.3 46.4 4.3 1.8 45.4 6 1.8 47.4 9.5 2.47 50 7.9 1.4 0.9 5.8
12 Cannarium sp. 39.47 5.97 39 5.47 2.53 37.91 5.97 4.86 41.12 11.4 2.43 41.52 5.97 9.24 2 15.5
13 Manilkara kauki 34.1 4.7 34.2 2.2 3.3 31.8 5.4 2.3 34.9 7.7 2.9 36.5 4.7 2 1 6.72
14 Samanea saman 29.3 4.9 18.75 -1 10.8 18.2 8.5 12.75 32.1 13.8 8.5 40.45 8.6 8 2.8 26.1
15 Hibiscus 23.8 5.45 22.8 3.65 6.42 20.8 6.35 2.3 23.8 9.65 6.3 24.8 5.45 2.46 0.1 7.04
fillaceusmaron
16 Dyospiros 18.7 5.5 19.1 1.7 4.4 15.85 6.15 1.6 18.7 8.8 2.3 21.9 4.35 2.7 1 7.32
discolor
17 Swietenia 13.7 5.2 13.9 1.8 7.92 12.1 5.2 8.225 11.2 7.9 7.175 17.1 4.2 6.63 2.2 12.16
macrophylla
18 Cerbera 9.9 5.17 11.9 2.3 4.76 7.9 5.57 5.27 10.3 8.27 5.04 12.4 4.37 1.9 1.8 8.73
manghass
19 Melastomataceae 6.2 5.3 6.2 0.8 4.35 0.76 5.15 2.835 5 9.9 6.93 10 5 2.3 2.3 8.91
20 Mimusop elengi 10 4.95 0.4 3.36 2.3 -2 4.95 3.6 0.1 6.95 2.9 2.2 4.97 3 0.95 7.04
21 Pithecellobium 0 11.5 1.86 5.56 6.177 -5.7 12.9 6.825 0.7 17.98 9 7.62 12.3 8.255 6.4 12.8
dulce
22 Manilkara kauki 5.7 11.2 6 4.4 3.36 4 4.4 3.6 5.7 17.1 8.74 9.15 11 1.548 1.4 7.4
23 Mutingia 12 11.8 12 7.44 8.1 7.6 12.3 8.455 12.5 14.3 9.664 16.5 8.9 5.814 1.134 12.474
calabura
24 Saraca 23 11.35 23.4 8.55 3.572 21.7 11.75 2.4 23 13.6 3.96 25 11.3 4.76 0.5 6.9
thaipingensis
25 Manilkara kauki 21.55 11.3 21.4 9.3 4.256 19.1 11.5 1.558 21.44 14.14 2.418 24.5 11.3 2.072 1.1 7
26 Moringa oliefera 31.85 11.45 32 8.95 10.01 29.45 8.95 5.49 31.85 20.45 2.852 37 11.5 6.435 5.134 20.687
27 Delonix regia 39 11.9 39 9.65 4.418 39.7 16.2 3.496 37.4 11.9 5.568 42.2 12 8.71 6.728 17.168
28 Sterculia foetida 41.65 12 41.4 5.41 4.465 40.11 12 4.176 41.65 15.1 6.232 44.25 12.3 5.06 0.776 16.005
29 Sterculia foetida 28.52 15.4 28 8.75 5.175 21.34 15 5.94 28 -0.8 6.15 38.32 16.15 4.292 2.028 10.764
30 Dyospiros 50 13.5 50 11.9 2.442 48.3 13 3.255 50 12.2 2.838 2.7 3 1.26 0.4 4.7
discolor
31 Delonix regia 46.18 17.3 46.18 10 10.384 40.3 17.3 5.85 46.18 -3.57 8.14 -2.74 16.8 4.96 3.192 15.96
32 Pometia pinnata 40.78 17.4 40.78 15.7 4.536 39.5 18 1.76 40.78 19.8 4.142 44.93 -1 4.3 2.1 6.2
33 Delonix regia 35.02 16.38 35 14.28 4.268 32.72 18.83 5.151 35 19.4 4.06 37.62 15.93 4.05 3.6 8.3
34 Samanea saman 28.5 15.4 28 8.75 7.906 21.34 15 7.7 28 -0.8 8.184 38.32 16.5 6.864 5.364 25.33
35 Saraca 12.7 16.25 12 13.3 2.448 11.1 16 1.702 12.3 18.41 2.923 14.78 15.7 2.812 0.4 4.7
thaipingensis
36 Spathodea 7.6 16.15 7 10.85 10.8 3 16 5.72 7 -0.57 3.575 10.52 16 7.708 4.5 13.59
campanulata
37 Mutingia 0.4 16.85 0.4 12.67 3.3 -3.27 17.2 1.6 0.8 -0.72 0.096 3.5 14.8 2.22 0.5 5.8
colabora
LAMPIRAN 1

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Hutan Kota Tegallega

(Google Earth, 2013)

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Hutan Kota Cilaki

(Google Earth, 2013)


Gambar 3. Kondisi Lantai Hutan Kota Tegallega

(Dok. Pribadi, 2013)

Gambar 4. Kondisi Lantai Hutan Kota Cilaki

(Dok. Pribadi, 2013)


80
68
70
60
50
40 36

30
20 16 14
10 11 Cilaki
9
10 5 5 3 4 5 3
0 2 10 2 1 10 1 0 0 01 01 Tegalega
0

Gambar 10. Jenis-Jenis dan Jumlah Spesies Burung di Hutan Kota Tegallega dan hutan Kota
Cilaki

Gambar 11. Titik Burung Hinggap di Hutan Kota Tegallega


Gambar 12. Titik Burung Hinggap di Hutan Kota Cilaki

Perbandingan Intensitas Cahaya di Hutan Kota


Tegallega dan Permukiman
200000
Intensitas Cahaya (Lux)

150000
hutan tegalega

100000
pemukiman sekitar
hutan tegalega
50000

Gambar 13. Grafik Perbandingan Intensitas Cahaya di Hutan Kota Tegallega dan Permukiman
Sekitarnya
Perbandingan Intesitas Cahaya di Hutan Kota
Cilaki dan Permukiman
250000

200000
Intensitas Cahaya (Lux)

150000 hutan cilaki

pemukiman sekitar
100000
hutan cilaki

50000

Gambar 14. Grafik Perbandingan Intensitas Cahaya di Hutan Kota Cilaki dan Permukiman
Sekitarnya

Perbandingan Temperatur di Hutan Kota


Tegallega dan Permukiman
45
40
35
30
Temperatur (°C)

hutan tegalega
25
20 pemukiman sekitar
hutan tegalega
15
10
5
0

Gambar 15. Grafik Perbandingan Temperatur di Hutan Kota Tegallega dan Permukiman
Sekitarnya
Perbandingan Temperatur di Hutan Kota Cilaki
dan Pemukiman
50
45
40
35
Temperatur (°C)

30 hutan cilaki

25
pemukiman sekitar
20 hutan cilaki
15
10
5
0

Gambar 16. Grafik Perbandingan Temperatur di Hutan Kota Cilaki dan Permukiman Sekitarnya

Perbandingan Temperatur Udara di Hutan Kota


dan Pemukiman
50
45
40 hutan tegalega
35
Temperatur (°C)

30 pemukiman sekitar
hutan tegalega
25
hutan cilaki
20
15 pemukiman sekitar
10 hutan cilaki
5
0

Gambar 17. Grafik Perbandingan Temperatur di Hutan Kota dan Permukiman Sekitarnya
LAMPIRAN 2

Tabel 1. Jenis-Jenis Pohon di Hutan Kota Tegallega

No. Nama Spesies Jumlah


1 Antidesma bunius 2
2 Cannarium sp. 2
3 Cerbera manghass 1
4 Cinnamomum sp. 1
5 Delonix regia 3
6 Dyospiros discolor 2
7 Hibiscus fillaceusmaron 1
8 Hibiscus macrophyllus 1
9 Manilkara kauki 3
10 Melastomataceae 1
11 Mimusop elengi 2
12 Moringa oliefera 1
13 Mutingia colabora 2
14 Pithecellobium dulce 1
15 Pometia pinnata 1
16 Samanea saman 4
17 Sapindaceae 1
18 Saraca thaipingensis 2
19 Spathodea campanulata 1
20 Sterculia foetida 2
21 Swietenia macrophylla 1
22 Swietenia mahagoni 1
23 Tabebuela argentea 1
Total 37

Tabel 2. Jenis-Jenis Pohon di Hutan Kota Cilaki

No. Nama spesies Jumlah


1 Delonix regia 4
2 Elaeocarpus ganistrus 2
3 Hamelia erecta 1
4 Hibiscus macrophyllus 1
5 Cananga odorata 1
6 Michelia alba 2
7 Mimusop elengi 1
8 Muntigia colabora 2
9 Pometia pinnata 1
10 Swietenia macrophylla 2
11 Syzygium polyanthum 3
12 Terminalia cattapa 1
Total 21

Tabel 4. Penghitungan Keanekaragaman dan Dominansi Vegetasi di Hutan Kota Tegallega

No. Nama Spesies Jumlah Pi Pi^2 ln Pi Pi ln Pi


1 Antidesma bunius 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
2 Cannarium sp. 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
3 Cerbera manghass 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
4 Cinnamomum sp. 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
5 Delonix regia 3 0.081081 0.006574 - 0.203700456
2.51231
6 Dyospiros discolor 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
7 Hibiscus fillaceusmaron 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
8 Hibiscus macrophyllus 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
9 Manilkara kauki 3 0.081081 0.006574 - 0.203700456
2.51231
10 Melastomataceae 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
11 Mimusop elengi 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
12 Moringa oliefera 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
13 Mutingia colabora 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
14 Pithecellobium dulce 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
15 Pometia pinnata 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
16 Samanea saman 4 0.108108 0.011687 - 0.240499843
2.22462
17 Sapindaceae 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
18 Saraca thaipingensis 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
19 Spathodea campanulata 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
20 Sterculia foetida 2 0.054054 0.002922 - 0.157717337
2.91777
21 Swietenia macrophylla 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
22 Swietenia mahagoni 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
23 Tabebuela argentea 1 0.027027 0.00073 - 0.097592376
3.61092
Total 37 0.054785 3.020623002

Tabel 5. Penghitungan Keanekaragaman dan Dominansi Vegetasi di Hutan Kota Cilaki

No. Nama spesies Jumlah pi pi*pi ln pi pi ln pi


1 Delonix regia 4 0.19 0.04 -1.66 0.32
2 Elaeocarpus ganistrus 2 0.10 0.01 -2.35 0.22
3 Hamelia erecta 1 0.05 0.00 -3.04 0.14
4 Hibiscus macrophyllus 1 0.05 0.00 -3.04 0.14
5 Cananga odorata 1 0.05 0.00 -3.04 0.14
6 Michelia alba 2 0.10 0.01 -2.35 0.22
7 Mimusop elengi 1 0.05 0.00 -3.04 0.14
8 Muntigia colabora 2 0.10 0.01 -2.35 0.22
9 Pometia pinnata 1 0.05 0.00 -3.04 0.14
10 Swietenia macrophylla 2 0.10 0.01 -2.35 0.22
11 Syzygium polyanthum 3 0.14 0.02 -1.95 0.28
12 Terminalia cattapa 1 0.05 0.00 -3.04 0.14
Total 21 0.11 2.36

Tabel 6. Uji ANOVA

Variabel Tempat Ftabel Fhitung Ho Signifikansi


Hutan Tegalega & Pemukiman
Temperatur sekitar 3.85 154.662 ditolak 0
Hutan Cilaki & Pemukiman sekitar 3.85 19.704 ditolak 0
Hutan Tegalega & Pemukiman
Intensitas
sekitar 3.85 116.904 ditolak 0
Cahaya
Hutan Cilaki & Pemukiman sekitar 3.85 108.916 ditolak 0
Keterangan: Ho ditolak jika nilai Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0.05.

Anda mungkin juga menyukai