Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN INTENSIF

“ Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme ”

Dosen MK : Ns. Sujarwo, M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 3 :

1. Indah Wulan Yuli


2. Monalisa Anggraini
3. Tri Dova Ningsih
4. Wella Fauziah

Prodi S1 Ilmu Keperawatan


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Intensif. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi kami
dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap
makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu
kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya kami bisa
membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan
hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri.
Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme
dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme. Tiroid sendiri diatur oleh
kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari
diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan
balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain
yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing
hormone (TRH), yang mengirim sebuah sinyal ke pituitari untuk melepaskan
thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah
signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang
berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah
hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian
berakibat pada hipertiroid. Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi
produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

B. Tujuan

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus


yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka

1
2

bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke
jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka
bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka
bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat
lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan
yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal
perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya
dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh.Tirotoksikosis merupakan istilah yang
digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi
oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak
pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun
(Black,2009).
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan.
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau
hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296).
Hipertiroidisme adalah peningkatan sintesis hormon tiroid akibat aktivitas
berlebihan kelenjar tiroid (penyakit graves) atau perubahan fungsi kelenjar tiroid
(penyakit goiter toksik nodular). (Dr. Andri Hartono, 2012)
Hipertiroidisme Merupakan sebagian besar efek hipertiroidisme telah
dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya
beberapa efek spesifik yang terutama berhubungan dengan segi perkembangan,
diagnosis, dan pengobatan hipertiroidisme. (Guyton, 2007)

B. Etiologi Hipertiroidisme
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran
kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif

3
4

dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan


memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan
hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5

5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)


Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.

C. Manifestasi Klinis Hipertiroidisme


1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan
darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia,
kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia,
muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas,
keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
6

7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem neurologi
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak
stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Eksoftalmus/ sensori persepsi
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata.Retensi cairan ini mendorong bola mata
kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada
keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna
sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea .

D. Komplikasi Hipertiroidisme
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar.Hal ini disebabkan karena
penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.Biasanya
terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung.Tekanan yang berat pada jantung bisa
menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal
(aritmia) dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem.Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus.Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang
tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan,
trauma, miokardiak infark, overdosis obat.Penanganan pasien dengan stroma
7

tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat


konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan
tubuh.Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut
diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid, dexsamethasone dan
propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi
sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis.Akibatnya adalah pelepasan hormontiroid
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi,
tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

E. Patofisiologi Hipertiroidisme
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap
sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama
8

12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas
normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.

F. Penatalaksanaan Hipertiroidisme
1. Terapi Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid, digunakan dengan indikasi:
 Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap,
pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
 Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau
sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
 Persiapan tiroidektomi
9

 Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia


 Pasien dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah
mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh
spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat
tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4, yang dapat melewati plasenta
hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah hipotiroidisme pada bayi yang baru
lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali
yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah
pasien eutiroid, secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan dipertahankan
menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan
dosis propiltiaurasil .
Ada 3 macam obat yang di berikan pada penderita hipertiroidisme, yaitu
anti tiroid yang bias menekan sintesis hormone tiroid, iodides untuk menghindari
keluarnya hormone tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adala penyekat
beta- adrenergic dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormone tiroid
dalam sel tubuh.
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
1. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa
sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari.
Obat ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang agak
serius adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan
pada fungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yang
tidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi serta demam. Sedangkan
ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada perut
sebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku, dan
kulit.
10

2. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)


Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti
peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di
kelenjar tiroid (thyroiditis).
3. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-
gejala parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan
sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati
tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun penggunaan obat ini
pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya
tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada
pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan
tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun
verapamil.
Obat Dosis awal Pemeriksaan
(mg/hari) (mg/hari)
- Karbimatol 30 – 60 5 – 20
- Metimazol 30 – 60 5 – 20
- Propiltiourasil 300 – 600 XX. – 200

2. Pengobatan Tambahan
a. Sekat β-adrenergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis
diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia
diberik 10 mg/6 jam.
b. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi. Sesudah pengobatan
dengan yodium radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan pada
dosis 100-300 mg/hari.
11

c. Ipodat
Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut
seperti krisis tiroid kerja padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi
T3 diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi
pengeluaran hormon dari tiroid.
d. Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas
keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan
pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.

3. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi
bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan
vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di
dalam tubuh kita.
Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati
kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), bengek
(asma), kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair
insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat
meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah
perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

4. Terapi Iodium Radioaktif


Terapi RAI dengan IODIN – 131 sering dipakai karena dapat di berikan
kepada pasien yang berobat jalan. Dan juga lebih aman bagi pasien yang yang
bias menjadi rsiko tinggi utuk pembedahan, terutama yang
lansia.perbaikannya lebih cepat tampak dari pada obat antitiroid.
Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :
o Pasien umur 35 tahun atau lebih
12

o Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi


o Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
o Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
o Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

5. Operasi Tiroidektomi Subtotal


Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi
adalah :
 Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap
obat antitiroid
 Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid
dosis besar
 Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium
radioaktif.
 Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik
 Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid
sampai eutiroid kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau
cairan lugol 10-14 tetes/ hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk
mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
13

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Aktivitas atau istirahat


Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000
0000000000000000000000000000000000000000
d.
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen,
diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
14

Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan


kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif
secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.

B. Pemeriksaan Fisik
15

a. Pernafasan B1 (breath)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat,
dispneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali,
leher membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak,
hiperaktif ref
leks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone

C. Diagnose
16

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran:
Bandung

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, M,E,2000, Rencana Asuhan Kepeawatan pedoman Untuk Perencanaan dan


pendokumentasian Perawatan pasien, EGC : Jakarta

Ranakusuma, A. B. 1992. Buku Ajar Praktis Metabolik Endokrinologi, Universitas


Indonesia: Jakarta.
Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.

Anda mungkin juga menyukai