TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500
gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Insiden 15% dari semua kehamilan yang diketahui
(Naylor, 2005). National Center for Health Statistics, Centers for Disease Control and Prevention
dan World Health Organization mendefinisikan abortus sebagai berakhirnya kehamilan sebelum
umur kehamilan 20 minggu atau dengan berat fetus kurang dari 500 gram.2
Abortus inkomplit adalah abortus yang ditandai dengan perdarahan akibat terlepasnya
sebagian atau seluruh bagian plasenta dari uterus, disertai membukanya kanalis servikalis. Jaringan
fetus dan plasenta dapat tertinggal seluruhnya di dalam uterus atau dapat juga tampak sebagian di
kanalis servikalis. Sebelum umur kehamilan 10 minggu, fetus dan plasenta biasanya keluar
bersamaan. Namun pada umur kehamilan yang lebih tua, pengeluaran fetus dan plasenta pada
umumnya terpisah.2
2.2 Epidemiologi
Di Amerika serikat banyak kehamilan tidak viable, dengan perkiraan kematian 50%
sebelum keterlambatan pertama periode menstruasi. Kehamilan ini biasanya tidak menunjukan
gejala klinis. Aborstus spontan yang klasik ditunjukan secara klinis (dengan tes darah, USG)
kematian janin sebelum usia 20 minggu. Perkiraan terjadinya 10-15% kehamilan. Morbiditas
abortus inkomplit sama dengan abortus spontan dan termasuk perdarahan, infeksi, dan
dipertahankannya produk konsepsi. Data survilance dari kehamilan yang dihubungkan dengan
4
kematian pada 1987-1990 didapatkan dari total 1459 kematian di Amerika Serikat. Dari data
Angka kejadian sama pada semua ras. Data survilance dari data kehamilan yang
dihubungkan dengan kematian (1987-1990) menunjukan kematian lebih banyak disebabkan oleh
kehamilan ektopik dan abortus pada wanita Afrika-Amerika dibandingkan wanita Kaukasian. 14%
dari kehamilan yang dihubungkan dengan kematian pada wanita kulit hitam yang disebabkan oleh
kehamilan ektopik; 7% disebabkan oleh abortus. Diantara wanita kulit putih, data menunjukkan
8% menunjukan dari kehamilan yang menunjukan kematian disebabkan oleh kehamilan ektopik,
Kegagalan kehamilan meningkat sesuai dengan umur dan peningkatan yang signifikan
pada wanita yang berumur lebih dari 40 tahun, umur dan peningkatan paritas menyebabkan
peningkatan resiko kematian janin pada wanita kurang dari 20 tahun, kejadian kematian janin
diperkirakan 12% dari kehamilan. Pada wanita yang berumur lebih dari 20 tahun, kejadian
kematian janin diperkirakan 26% dari kehamilan. 1,2 Umur secara langsung berpengaruh pada
oocyte. Saat oocyte dari wanita muda dipergunakan untuk membuat embrio untuk diberikan pada
penerima yang lebih tua, rata-rata implantasi dan rata-rata ekspresi kehamilan terlihat pada wanita
yang lebih muda; angka kematian janin dan abnormalitas kromosom menurun, akibat tidak
a. Abortus spontan
5
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
Hal ini merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan
pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika
serta istirahat.
Abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang keluar, dan sebagian lainnya masih berada didalam
cavum uteri.
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
5) Missed Abortion
Keadaan dimana janin sudah meninggal, tetapi tetap bertahan di dalam rahim.
Artinya keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
6
Abortus Infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genetalia sedangkan abortus septik adalah
keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah
atau peritoneum.
b. Abortus Provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
Artinya abortus pada tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
2) Abortus kriminalis
Artinya abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.2,7
7
2.4 Etiologi
1. Penyebab genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan kelainatan kariotip embrio. Paling sedikit 50%
gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal (misalnya
kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan poligenik atau
multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip. Kejadian tertinggi kelainan
sitogenik konsepsi terjadi pada awal kehamilan. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenik
pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis
selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal.Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena
angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun. Selain itu
abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang abnormal, dimana bila
kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka
2. Penyebab anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik. Insiden kelainan
bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan riwayat abortus, dimana ditemukan
anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus
adalah septum uterus (40 - 80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10
8
- 30%). Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Risiko
Selain itu Sindroma Asherman bias menyebabkan gangguan tempat implantasi serta
pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada
berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosa kelainan ini bisa digunakan histerosalpingografi
3. Penyebab autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun. Misalnya
pada kasus Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan Antiphospholipid Antibodies(Apa) yaitu
antibodi spesifik yang dijumpai pada perempuan dengan SLE. Kejadian partus spontan diantara
pasien SLE 10% dibanding populasi umum. Bila digabung dengan peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan
terhentinya kehamilan.
4. Penyebab Infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917, ketika
DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan
yang ternyata terpapar brucellosis. Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran
a. Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada
9
b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit bertahan
hidup.
c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.
d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah yang bisa mengganggu
proses implantasi.
e. Amnionitis (oleh kuman gram positif dan gram negatif, Listeria monositogenes)
f. memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama masa
kehamilan awal (misalnya rubela, parvovirus B19, sitomegalovirus, koksakie virus B, varisela
5. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1 – 10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi
dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan
tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah
monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan
adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin
6. Faktor Hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem
pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon
10
secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar
progesterone.
Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama , risiko abortus
meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat
7. Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan adanya mikrotrombi
pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering
perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan
yang berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6 minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia
berhubungan dengan thrombosis dan penyakit vascular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21%
abortus berulang.5
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
11
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak
jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan
mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam
waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola
kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam
sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi
diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus
kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus
papiraseus) Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya
maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan
seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas
12
Secara umum terdiri dari:6,8
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
Pemeriksaan dalam pada abortus Inkomplit biasanya akan didapatkan perdarahan pervaginam,
kontraksi uterus, ostium serviks terbuka kadang – kadang dapat diraba sisa – sisa jaringan
dalam kantung servikalis atau kavum uteri dan uterus lebih kecil dari seharusnya kehamilan.9
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, rasa mules, kecurigaan tersebut
diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dengan tes
kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus diperhatikan macam dan banyaknya
perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.2,5
Abortus inkomplit diduga bila pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka
dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.2,5
13
Tabel 2.1 : Diagnosa Perdarahan Kehamilan Muda.2
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/Tanda Diagnosa
Bercak Tertutup Sesuai Keram perut Abortus
hingga dengan usia bawah Imminens
sedang gestasi
Sedikit Limbung atau Kehamilan
membesar pinsan, Nyeri Ektopik
dari normal perut bawah, terganggu
Nyeri goyang
porsio, Massa
Adneksa, Cairan
bebas
intraabdominal
Tertutup/Terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus
usia gestasi nyeri perut Inkomplit
bawah, Riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai usia Kram atau nyeri Abortus
hingga kehamilan perut bawah Insipiens
banyak belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau nteri Aborus
perut bawah, Inkomplit
Ekspulsi
sebagian hasil
konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual muntah, Abortus
lebih besar Kram perut mola
dari usia bawah, tak ada
ggestasi janin, keluar
jaringan seperti
anggur
1. Anamnesis
14
2. Pemeriksaan Fisik
b. Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat juga menonjol
3.Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu bekuan, waktu
b. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.2,5
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa apakah ada
teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat dilakukan dengan pengosongan
isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan
intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog
prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina,
injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai
sebelum tindakan kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang
tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium
15
eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta
seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan
perdarahanlanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang
berakibat fatal.13,14
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
16
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi dan tanda vital pasca tindakan
Prosedur kerja kuretase adalah suatu rangkaian proses pelepasan jaringan yang
melekat pada dinding cavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument
(sendok kuret). Sendok kuret akan melepas jaringan tersebut dengan tehnik pengerokan secara
sistematis.
b) Persiapan pasien :
(2) Cairan dan slang infus sudah terpasang, perut bagian bawah dan lipatan paha
(4) Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
(5) Medikamentosa :
(a) Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCL 0,5 mg/kg BB,
17
(6) Larutan bethadine
(8) Instrument :
2) Tindakan :
18
c) Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan serviks, besar, arah dan
konsistensi uterus.
f) Satu tangan masukkan speculum sim’s / L secara vertikal kedalam vagina setelah itu
h) Dengan sedikit menarik spekulum bawah hingga (lumen vagina tampak jelas)
masukkan bilah speculum secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas
terlihat serviks.
j) Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik yang dijepit
dengan cunam tampon). Tentukan bagian serviks yang akan dijepit (jam 11.00 dan 13.00).
m) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus. Pegang
gagang tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan pembukaan serviks hingga
mengentuh fundus.
n) Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung sendok
kuret melalui kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri.
o) Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga
bersih.
19
p) Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina
bagian belakang.
t) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
2.9Komplikasi
1.Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongantidakdiberikanpadawaktunya.6
2.Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-
alatlain.6
3.Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi. 7
4.Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif
20
Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci,
Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.6
21