Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

Di Ruang Ibu dan Anak

Rumah Sakit Baptis Batu

Oleh :

Yuniar Tri Maharani

NIM 18.30.056

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

TAHUN AKADEMIK

2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Hemofilia di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Baptis Batu


yang dilakukan oleh :

Nama : Yuniar Tri Maharani

NIM : 18.30.056

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik profesi Ners Departemen
Keperawatan Dasar, yang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2019 – 27 Januari
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :……………………

Tanggal :……………………

Malang, Januari 2019


Mengetahui :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(…………………………..)
(…………………………..) Kepala Ruang
LAPORAN PENDAHULUAN: ASFIKSIA PADA NEONATUS

I. DEFINISI

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saiffudin, 2001).
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
asfiksia merupa suatu keadaan di mana bayi tidak dapat menangis secara
spontan setelah lahir.

II. KLASIFIKASI

Tabel penilaian APGAR SCORE


Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, eks Seluruh tubuh
biru kemerahan

Klasifikasi klinis APGAR SCORE :


a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/
menit, tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi
tidak ada.
b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot
kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru),
menangis. Respirasi lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot
baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi
baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

III. ETIOLOGI

a. Faktor ibu
· Preeklampsia dan eklampsia
· Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
· Partus lama atau partus macet
· Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
· Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
· Lilitan tali pusat
· Tali pusat pendek
· Simpul tali pusat
· Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
· Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
· Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
· Kelainan bawaan (kongenital)
· Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

IV. TANDA DAN GEJALA

· Pernapasan terganggu
· Detik jantung menurun
· Refleks/ respons bayi melemah
· Tonus otot menurun
· Warna kulit biru atau pucat
· Kejang
· Penurunan kesadaran

V. PATOFISIOLOGI

Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran


gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan
kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh
dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau
menetap, sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian
penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02
tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan
tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa
glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini
menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik.
Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi
penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah
dan frekwensi denyut jantung
VII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :


a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun
akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak
yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan
lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya hipoksemia padapembuluh darah mesentrium
dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan
O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada
anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

· Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )


· Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas, tonus
otot )
· Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi
· Pengkajian spesifik
IX. PENATALAKSANAAN

a. Terapi suportif

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi


baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi
dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi
baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC
resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :

A. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.

B. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea

C. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

A. Lakukan rangsangan taktil

B. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

C. Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan sirkulasi


darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan
obat-obatan)

D. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :


Tindakan Umum

a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

b. Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa
hasil prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang
timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah
utama memperbakti ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan
tekanan dan intemitery cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi berat hampir selalu
disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB,
diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua
obat ini disuntikan ke dalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit
banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul
setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi
tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi jantung, maka
masase jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-I00/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu
setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding
torak. Jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali,
mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa
yang belum dikorekrsi atau gangguan organik seperti hernia
diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.

2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)


Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus
segera dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02 intranasal
dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi
kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan
mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20
kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen.
Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan
mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara
tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker.
Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi
dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali
permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhak jika setelah dilekuknn berberapa
saat teqadi penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot
intubasi endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.

Terapi Medikamentosa

Epinefrin

Indikasi:

1. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik


dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.

2. Sistotik

Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg – 0,03 mg /


kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila
perlu

Volume Ekspander

Indikasi:

1. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia


dan tidak ada respon dengan resueitasi.

2. Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.


Klinis ,diitandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah
dan pada resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat.

Jenis Cairan :

1. Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis


awal 10 ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.

2. Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.


Bikarbonat

Indikasi:

1. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi.


Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

2. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan


hiperkalemia Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah
dan kimia.

Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7’4%).

Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak


diberikan secara i.v dengan kecepaten min 2 menit.

Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2


dari bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak.

Nalokson

Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak


rnenyebabkan depresi pernapasan.

Indikasi:

1. Depresi psmapa$an pada bayi bam lahir yang ibunya menggunailcan


narkotik 4 jam sebelurn pmsalinan.

2. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.

3. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with
drawl tiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)

Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c

X. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
· Data subyektif, terdiri dari: Biodata atau identitas pasien (Bayi)
meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, Orangtua; meliputi
nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat, Riwayat kesehatan, Riwayat
antenatal, Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat post natal,
Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika,
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan
psikologis.
· Data Obyektif, terdiri dari:
a. Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 ?C. Sedangkan suhu normal tubuh
antara 36,5 C – 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit.
b. Pemeriksaan fisik.
ü Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas
berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan
verniks.
ü Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau
cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
ü Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
ü Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lendir.
ü Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau
tidak.
ü Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Leher; perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus
pendek
ü Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal,
perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi
jantung lebih dari 100 kali per menit.
ü Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm
dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak
teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut
cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1
sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali
pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
ü Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki,
neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan
ü Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang
air besar serta warna dari faeses.
ü Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan
syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
ü Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek
moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi
keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

B. DIAGNOSA

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.


2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2
dalam darah
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota
keluarga.
C. NURSING CARE PLAN

DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Tentukan 1. pengumpulan
nafas tidak efektif tindakan kebutuhan oral/ data untuk
b.d produksi keperawatan selama suction tracheal perawatan
mukus banyak proses keperawatan 2. Auskultasi suara optimal
diharapkan jalan nafas sebelum dan 2. membantu
nafas lancar dengan sesudah suction mengevaluasi
kriteria: 3. Bersihkan daerah keefektifan
1. Tidak menunjukkan bagian tracheal upaya batuk
demam setelah suction klien
2. Tidak menunjukkan selesai dilakukan. 3. meminimaliasi
cemas. 4. Monitor status penyebaran
3. Rata-rata repirasi oksigen pasien, mikroorganisme
dalam batas normal. status hemodinamik 4. untuk
4. Pengeluaran sputum segera sebelum, mengetahui
melalui jalan nafas. selama dan sesudah efektifitas dari
5. Tidak ada suara suction. suction.
nafas tambahan.

Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. untuk


efektif b.d tindakan kepatenan jalan membersihkan
hipoventilasi. keperawatan selama nafas dengan jalan nafas
proses keperawatan melakukan 2. guna
diharapkan pola pengisapan lendir. meningkatkan
nafas menjadi 2. Pantau status kadar oksigen
efektif. pernafasan dan yang
1. Kriteria hasil : oksigenasi sesuai bersirkulasi dan
Pasien menunjukkan dengan kebutuhan. memperbaiki
pola nafas yang 3. Auskultasi jalan status kesehatan
efektif. nafas untuk 3. membantu
2. Ekspansi dada mengetahui adanya mengevaluasi
simetris. penurunan ventilasi. keefektifan
3. Tidak ada bunyi 4. Kolaborasi dengan upaya batuk
nafas tambahan. dokter untuk klien
4. Kecepatan dan pemeriksaan AGD 4. perubahan
irama respirasi dalam dan pemakaian alat AGD dapat
batas normal. bantu nafas mencetuskan
5. Berikan oksigenasi disritmia
sesuai kebutuhan. jantung.
5. terapi oksigen
dapat membantu
mencegah
gelisah bila
klien menjadi
dispneu, dan ini
juga membantu
mencegahedema
paru.

Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji bunyi paru, 1. membantu


pertukaran gas b.d tindakan frekuensi nafas, mengevaluasi
ketidakseimbangan keperawatan selama kedalaman nafas dan keefektifan
perfusi ventilasi. proses keperawatan produksi sputum. upaya batuk
diharapkan 2. Auskultasi bunyi klien
pertukaran gas nafas, catat area 2. membantu
teratasi. penurunan aliran mengevaluasi
Kriteria hasil : udara dan / bunyi keefektifan
1. Tidak sesak nafas tambahan. upaya batuk
2. Fungsi paru dalam 3. Pantau hasil klien
batas normal Analisa Gas Darah 3. perubahan
AGD dapat
mencetuskan
disritmia
jantung.
Risiko cedera b.d Tujuan : Setelah 1. Cuci tangan setiap 1. untuk
anomali kongenital dilakukan tindakan sebelum dan mencegah
tidak terdeteksi keperawatan selama sesudah merawat infeksi
atau tidak teratasi proses keperawatan bayi. nosokomial
pemajanan pada diharapkan risiko 2. Pakai sarung 2. untuk
agen-agen cidera dapat dicegah. tangan steril. mencegah
infeksius. Kriteria hasil : 3. Lakukan infeksi
1. Bebas dari pengkajian fisik nosokomial
cidera/ secara rutin 3. untuk
komplikasi. terhadap bayi baru mencegah
2. Mendeskripsikan lahir, perhatikan keadaan yang
aktivitas yang pembuluh darah tali kebih buruk.
tepat dari level pusat dan adanya 4. untuk
perkembangan anomali. meningkatkan
anak. 4. Ajarkan keluarga pengetahuan
3. Mendeskripsikan tentang tanda dan keluarga dalam
teknik pertolongan gejala infeksi dan deteksi awal
pertama melaporkannya suatu penyakit
pada pemberi
pelayanan
kesehatan.
5. Berikan agen
imunisasi sesuai
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis
Risiko Setelah dilakukan 1. Hindarkan pasien 1. untuk menjaga
ketidakseimbangan tindakan dari kedinginan dan suhu tubuh agar
suhu tubuh b.d keperawatan selama tempatkan pada stabil.
kurangnya suplai proses keperawatan lingkungan yang 2. untuk
O2 dalam darah. diharapkan suhu hangat mendeteksi
tubuh normal. 2. Monitor gejala lebih awal
Kriteria Hasil : yang berhubungan perubahan yang
1. Temperatur badan dengan hipotermi, terjadi guna
dalam batas normal. misal fatigue, mencegah
2. Tidak terjadi apatis, perubahan komplikasi
distress pernafasan. warna kulit dll. 3. peningkatan
3. Tidak gelisah. 3. Monitor TTV. suhu dapat
4. Perubahan warna 4. Monitor adanya menunjukkan
kulit. bradikardi. adanya
5. Bilirubin dalam 5. Monitor status tanda-tanda
batas normal. pernafasan. infeksi
4. penurunan
frekuensi nadi
menunjukkan
terjadinya
asidosis
resporatori
karena
kelebihan
retensi CO2.

Proses keluarga Setelah dilakukan


1. Tentukan tipe proses 1. untuk
terhenti b.d tindakan keluarga. mengetahui
pergantian dalam keperawatan selama
2. Identifikasi efek tindakan yang
status kesehatan proses keperawatan pertukaran peran dalam tepat untuk
anggota keluarga. diharapkan koping proses keluarga. diberikan
keluarga adekuat. 3. Bantu anggota 2. untuk
Kriteria Hasil : keluarga untuk mempersiapkan
1. Percaya dapat menggunakan psikologi
mengatasi masalah. mekanisme support keluarga
2. Kestabilan yang ada. 3. untuk
prioritas. 4. Bantu anggota memanfaatkan
3. Mempunyai keluarga untuk dukungan yang
rencana darurat. merencanakan strategi ada dari
4. Mengatur ulang normal dalam segala keluarga.
cara perawatan. situasi. 4. untuk
mengatasi
situasi yang
tidak terduga.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai