Anda di halaman 1dari 58

Peran BKKBN di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Menyongsong Sustainable Development Goals (SDGs)

Surya Chandra Surapaty


(Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)

Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) VII Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI)
Jakarta, 23 April 2016 1
KONSEP KEPENDUDUKAN

Kuantitas Penduduk
• jumlah
Variabel •Fertilitas Fenomena Kependudukan : •persebaran
•Mortalitas •kepadatan
Kependudukan •struktur umur
•Migrasi
•komposisi
•jenis kelamin
•status ekonomi
•status perkawinan
Index
Kualitas Penduduk Pembanguna
Fenomena Kemasyarakatan :
•ideologi
n Manusia •politik
Dik, Kes, Daya •ekonomi
beli Masyarakat •sosial
•budaya
Kualitas Hidup (Quality of Life) •pertahanan
•keamanan
Index Kebahagiaan (Index Bhutan) Keluarga •lingkungan hidup

Individu

2
KONSEP PEMBANGUNAN

I. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable development)


Pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa melupakan kebutuhan generasi masa
depan dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi dan lingkungan hidup

II. PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA (Human capital development)


Usaha untuk memperbesar kemampuan berproduksi seseorang atau masyarakat, baik dalam pekerjaan,
seni dan kegiatan lainnya yang dapat memperbaiki taraf hidup bagi diri sendiri atau orang lain

III. PEMBANGUNAN MANUSIA (Human development)


Suatu proses memperbesar pilihan-pilihan penduduk mulai dari hidup sehat dan panjang umur, terdidik,
dan punya akses terhadap sumber ekonomi. Pilihan tambahan adalah kemerdekaan politik, hak asasi
manusia yang terjamin dan kehormatan pribadi.

IV. PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN (People-centered development)


1. Penduduk sebagai subyek (pelaku) dan obyek (penikmat) pembangunan
2. Penduduk sebagai titik sentral pembangunan (sejak dari perencanaan, implementasi dan monitoring
evaluasi).
3
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga negara
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya
5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDONESIA
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik
8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

4
Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, 1900-2035

Juta 330 343,96


Kelahiran Bila
300
tercegah 285 jt LPP
275 hampir 100 juta 1,49%
305,7
250

225 Kelahiran
Bila
tercegah

Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2035


200 237,6 LPP
80 juta 205
175
0,62%

150 Tahun 2011 Indonesia


adalah negara berpenduduk
125
terbesar keempat di dunia
119,2
100 setelah Tiongkok, India, dan 97,1
Amerika Serikat.
75

50 40,2
25

1900 1961 1971 2000 2010 2035 TAHUN 5


Hasil Sensus Penduduk
Hasil Sensus dan Proyeksi Jumlah Penduduk
dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1971 – 2035
Bila LPP tetap 1,49 (seperti SP 2010),
maka jumlah penduduk menjadi 343,96 jt

296,4 305,7
284,8
271,1
255,5

1.45

(% per tahun)
1,38
1,19
1,00
(juta)

0,80

LPP tahun 2000-2010 hasil proyeksi kilas balik 2010-2000 adalah 1,52% per tahun

Sumber: Bappenas et al, 2013, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035; BPS, Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 6
2015-2030

7
KESESUAIAN NAWACITAKesesuaian
DENGAN Nawacita
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
dengan SustainableGOALS
Development Goals (SDGs)
Goals 17, 16, 10, 3

All goals

Sustainable Development Goals (SDGs)


Goals 1-11

All goals
Nawacita

Goals 4, 2, 3, 6

Goals 1-10

Goals 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 12

Goals 3, 4, 11

Goals 17, 16, 10, 5


8
Sasaran Strategis
BKKBN 2015 - 2019
No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019

1 Persentase laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,38 1,27 1,25 1,23 1,21 1,19
(2010-2015) (2015-2020)

2 Angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) per 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28
WUS (15-49 tahun)

3 Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0 66,0
(all method) (all method) (all method) (all method) (all method) (all method)
prevalence rate/CPR)

a. Menurunnya tingkat putus pakai kontrasepsi 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6

b. Meningkatnya penggunaan MKJP (persen) 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5 23,5

4 Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91
terpenuhi (unmet need)(%)

5 Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun 46 kelahiran 44 kelahiran 42 kelahiran 40 kelahiran 38 kelahiran 38 kelahiran
per 1.000 per 1.000 per 1.000 per 1.000 per 1.000 per 1.000
(ASFR 15 – 19 tahun) wanita wanita wanita wanita wanita wanita

6 Presentase kehamilan yang tidak diinginkan dari 7,1 7,0 6,9 6,8 6,6 6,6
WUS (15-49 tahun)
9
Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

359
SP 2010
259

• Pencapaian target
Penanggulangan
4 TERLALU tahun
SDKI 2014
ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
– Analisis
Kecenderungan
target terlalu
muda & terlalu
banyak

– Analisis
persentase ibu Kecenderungan
melahirkan dengan target terlalu tua
& terlalu dekat
Risiko 4 Terlalu
10
Korelasi antara
Penggunaan Kontrasepsi dan Kematian Ibu

Akses universal terhadap kontrasepsi


Kenapa Keluarga Berencana???
sangat penting untuk mengurangi
angka kematian ibu

Data Source: Family Planning 2013 Data Sheet, PRB


11
Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2013. Estimates by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank and the United Nations Population Division, WHO 2014
Arah Kebijakan dan Strategi

Kebijakan: Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB


Strategi:
a. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan KR
b. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat
kontrasepsi
c. Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang
d. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB dan tenaga
kesehatan pelayanan KB serta penguatan lembaga di tingkat masyarakat
e. Advokasi program kependudukan dan keluarga berencana dan pembangunan
keluarga
f. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja
g. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga
h. Penguatan landasan hukum, kelembagaan serta data dan informasi
kependudukan dan KB.
12
Meningkatkan Akses dan Pelayanan KB yang Merata dan Berkualitas
di dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Melalui:
 Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB yang merata dan berkualitas, baik
antarsektor maupun antara pusat dan daerah, utamanya dalam sistem jaminan kesehatan
nasional dengan menata fasilitas pelayanan KB (ketersediaan dan persebaran klinik
pelayanan KB di setiap wilayah, serta manajemen penjaminan ketersediaan dan distribusi
logistik alokon);
 Penyediaan sarana dan prasarana serta alat kontrasepsi yang memadai di setiap faskes KB;
 Peningkatan intensitas pelayanan KB secara statis di wilayah perkotaan, dan pelayanan KB
secara mobile di wilayah sulit; dan
 Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB (PLKB) dan tenaga medis
pelayanan KB (dokter bidan), serta penguatan lembaga di tingkat masyarakat untuk
mendukung penggerakan dan penyuluhan KB.
 Penguatan konsep kemandirian ber-KB melalui peningkatan kualitas alat dan obat
kontrasepsi produksi dalam negeri untuk meningkatkan kemandirian, pengembangan
advokasi dan KIE KB Mandiri serta pengembangan dalam kemandirian mengikuti SJSN
Kesehatan. 13
Kebijakan Pengadaan Alat dan Obat Kontrasepsi

Berdasarkan perhitungan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM)


dengan arah kebijakan:

1. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh


keluarga pra sejahtera dan sejahtera I
2. Pemenuhan seluruh kebutuhan alat dan obat kontrasepsi di 7 provinsi:
Aceh, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat
3. Pemenuhan kebutuhan IUD, implan, dan kondom bagi seluruh PUS

4. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh


peserta JKN (PUS)

14
Dasar Hukum
1. UU RI Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
2. UU RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
3. UU RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
4. Perpres Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
5. Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
dalam Penyelenggaraan Program JKN
6. Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN
7. Perka BKKBN Nomor 249/PER/E1/2011 tentang Kebijakan Penyediaan Alat dan
Obat Kontrasepsi dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana
8. Perka BKKBN Nomor 185/PER/E1/2014 tentang Pelayanan KB dalam
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
15
UU RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN

BAB VI
Program Jaminan Sosial
Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial

Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan
kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan

Penjelasan
Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal ini meliputi pelayanan dan
penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga berencana, rawat jalan, rawat
inap, pelayanan gawat darurat, dan tindakan medis lainnya…………..
16
Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016

BAB V
Manfaat Jaminan Kesehatan
Pasal 21
(1) Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. penyuluhan kesehatan perorangan;
b. imunisasi rutin;
c. keluarga berencana; dan
d. skrining kesehatan.
(4) Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi konseling,
pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi dan tubektomi, bekerja sama dengan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
(4a) Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi Peserta Jaminan
Kesehatan di Fasilitas Kesehatan diatur dengan Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.
(5) Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4a) disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 17
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014
tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan

Tarif pelayanan keluarga berencana:

A. Tarif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)


1. Tarif Kapitasi: pil dan kondom
2. Tarif NonKapitasi : Pelayanan suntik KB, IUD/Implan, MOP, dan komplikasi KB

B. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)


Pembiayaan menggunakan tarif INA CBG
18
Pelayanan Keluarga Berencana
Sepanjang Siklus Usia Reproduksi

Pelayanan KB
Pendidikan kespro pascapersalinan
remaja Promosi KB
Promosi & Pelayanan pascapersalinan
KB pada PUS

Promosi kespro /KB


pada catin

Keberhasilan program KB ditentukan oleh pelayanan kesehatan yang diberikan sepanjang siklus usia
reproduksi, termasuk:
1) pendidikan dan konseling kesehatan reproduksi pada remaja dan calon pengantin, 2) konseling dan
pelayanan KB pada PUS, 3) promosi KB pascapersalinan pada bumil, 4) pelayanan KB pascapersalinan
pada ibu bersalin dan nifas 5) pelayanan KB interval.

19 19
Tantangan Pelayanan KB dalam JKN (1)

1.Pelayanan KB di RS
a.Tidak ada perbedaan klaim biaya antara pembedahan caesar dengan atau tanpa
pelayanan tubektomi dari tarif INA CBG (Lampiran Permenkes 59/2014)
b.Tubektomi interval belum dapat diklaim oleh hampir sebagian besar FKRTL/RS
karena terkait deskripsi yang keluar pada aplikasi INA CBGs adalah “Prosedur
membuka tuba yang terhalang/ terganggu” (yang dilakukan adalah menutup tuba)
 sedang dibahas bersama oleh BKKBN, Kemenkes, dan BPJS Kesehatan untuk
dituangkan dalam peraturan yang akan direvisi.
c.Manajemen pelayanan KB di RS belum terkelola melalui satu pintu, baik dari sisi
konseling di pelbagai poli, pemenuhan alkon, dan manajemen sub sistem R/R dari
poli-ruang persalinan-rawat inap
d.Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (rekanalisasi) tidak termasuk dalam manfaat
jaminan kesehatan
e.Belum optimalnya pemanfaatan alat laparoskopi di RS 20
Tantangan Pelayanan KB dalam JKN (2)

2. Pelayanan rujukan
a.Perlu ada ketetapan indikasi medis bagi calon klien yang akan tubektomi interval/vasektomi
yang akan dirujuk ke rumah sakit 
hampir sebagian besar FKRTL tidak bersedia melayani tubektomi interval tanpa ada rujukan
dengan indikasi medis (terkait syarat klaim ke BPJS Kesehatan). Padahal, di sisi lain,
tubektomi dilakukan pada klien yang sehat dan pelayanan hanya dapat dilakukan di
FKRTL.
b. Perlu ada ketetapan indikasi medis untuk pelayanan IUD dan implan yang dapat dirujuk ke
rumah sakit (Tipe C dan D)
 saat ini BKKBN sedang bekerja sama dengan PB IDI untuk menyusun Standardisasi Pelayanan
KB

3. Masih banyaknya praktik dokter dan klinik swasta yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
(melayani KB) BELUM terdaftar dalam registrasi BKKBN

4. Retensi keterampilan dokter dan bidan pascapelatihan 21


Kesenjangan Provider yang Kompeten dalam Pelayanan Kontrasepsi

Dokter yang belum terlatih: Bidan yang belum terlatih:

30,000 120,000

25,000 100,000
24,659 99,464

20,000 80,000

55,5 58,0 72,2 81,8


15,000 64.2 67.6 87.6 89.8 77.2 60,000 % % % %
% % % % %

10,000 40,000 44,297 41,796


8,832
8,000
5,000 20,000 27,675
5,613
18,085
3,062 2,520
0 0
Jumlah Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Jumlah Bidan Pelatihan IUD Pelatihan Pelatihan KIP/K Pelatihan R/R
Dokter IUD Implant MOW MOP KIP/K (K/O/KB) Implant
(K/O/KB)

Sumber: Ditlaptik, BKKBN, 2014 22


Penguatan Pola Kesertaan Ber-KB

Penggerakan dan pembinaan kesertaan ber-KB fokus pada


penggunaan KB IUD dan implan (PA 29,7 juta)
Demand Creation Pelayanan Pembinaan
pascapelayanan

KIE oleh PLKB/PKB Paket manfaat dari 1. Surveilans


BPJS: pascapelayanan
Konseling oleh PLKB/PKB
Pelayanan 2. Integrasi poktan
Kontrasepsi (BKB, BKR, BKL,
termasuk Tubektomi UPPKS)
Vasektomi 3. Pengayoman

Keterangan: 1. Biaya penggerakan digunakan untuk operasional penyuluhan/KIE ttg KB dan biaya
transportasi
23
2. Pengayoman berupa fasilitasi akseptor ke klinik akibat efek samping atau komplikasi
pascapenggunaan kontrasepsi
Peningkatan KB-MKJP

SASARAN STRATEGI PROGRAM


• Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan Klinis Pelayanan
KB berupa Pelatihan CTU IUD dan Implan, Pelatihan MOP, Pelatihan
Pelatihan MOW bagi provider kesehatan (dokter dan Keterampilan Klinis
bidan) Pelayanan KB
• Tersedia tenaga kesehatan terampil (kompeten) melayani
KB MKJP pada Program Sadesa-KB atau Faskes-KB Nakes terampil MKJP
Lengkap
• Sadesa-KB dengan Faskes-KB Lengkap tersedia di setiap Sadesa-KB pada 10
desa di 10 Provinsi Penyangga Utama (PPU) dan atau PPU
sekurangnya 50% di luar 10 PPU
• Tindakan medik pelayanan KB memperoleh jasa layanan
Pelayanan KB JKN
pada skema jaminan JKN
• Program Pembinaan Kesertaan KB-MKJP untuk Faskes-KB
yang dapat mempertahankan kelangsungan PUS KB-MKJP Pembinaan KB-MKJP
15-49 tahun

24
Alur Pelayanan KB dalam JKN

INFORMED CHOICE PRIMARY CARE


3
KONSELING PELAYANAN

PKT-1 BIDAN PUS 2 4 PUS BIDAN PKT-1

MOTIVASI PRIMARY CARE


PENYULUHAN PELAYANAN
(Behaviour Change (Komplikasi ringan)
Communication/BCC
)

PLKB PUS PUS DOKTER PKT-1


1 5
MOTIVASI SECONDARY CARE
PELAYANAN
PERGERAKAN RUJUKAN
LINI LAPANGAN (Komplikasi
berat/Rekanalisasi)

KADER PUS PUS DR SPES PKT-R

25
Penetapan Faskes- KB JKN

PERAN BKKBN PERSYARATAN FASKES-KB

• Pelatihan Kader 1. Faskes teregistrasi dalam sistem K0/KB


2. Faskes-KB non-sederhana
• Pelatihan PLKB
a. Dokter/Bidan yang melayani MKJP memperoleh
• Pelatihan KIP/K sertifikat CTU yang diakui BKKBN
b. Faskes-KB yang melayani MKJP direkomendasikan
• Pelatihan Bidan (Keterampilan CTU) BKKBN pada BPJS-Kesehatan
c. Faskes-KB yang melakukan pelayanan komplikasi
• Pelatihan Dokter (Keterampilan CTU & MOP Kelola
berat direkomendasikan BKKBN pada BPJS-
Komplikasi Ringan)
Kesehatan
• Pelatihan Dokter Spesialis (Keterampilan 3. Faskes-KB wajib melaporkan kegiatan pelayanan KB
Laparoskopi Tubektomi) dan inventory logistik setiap bulan

• Pelatihan RR

26
Klasifikasi Faskes dalam Pelayanan KB
• Konseling
FKTP • Pemberian pil, suntik, dan kondom
a. Faskes KB
- Puskesmas • Penanggulangan efek samping & komplikasi
- Praktik Sederhana sesuai dengan kemampuan
dokter • Upaya rujukan
1.
- Kinik
Pratama b. Faskes KB • Plus pemasangan IUD/implan dan atau
- RS kelas D
Pratama Lengkap pelayanan vasektomi

c. Faskes KB Plus pemberian layanan tubektomi dan


Sempurna vasektomi
FKRTL
2. - RS
- Klinik
Utama
d. Faskes KB Plus pemberian layanan rekanalisasi dan
Paripurna penanggulangan infertilitas
27
Jumlah Faskes KB

5.215 faskes
(25,75%)

15.039 faskes
(74,25%)

Jumlah =
20.254 faskes Sumber:
BKKBN, 2015, Data Potensi
Pemerintah Swasta Faskes KB Semester I 2015
28
Bagaimana Cara Melakukan Registrasi Faskes KB?

1. Faskes mengajukan surat permohonan mendapatkan nomor pendaftaran/register


Faskes KB kepada SKPD KB atau Badan/Kantor yang menangani KB di kabupaten/kota
setempat dengan melampirkan foto kopi perjanjian kerja sama dengan BPJS
Kesehatan
2. SKPDKB atau Badan/Kantor yang melayani KB akan memberikan kartu
pendaftaran/registrasi Faskes KB (KARTU K/0/KB) untuk diisi dan diserahkan kembali,
kemudian akan dilakukan verifikasi
3. Setelah dilakukan verifikasi, Faskes akan mendapatkan nomor registrasi Faskes KB
dan dimasukkan ke dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) BKKBN

29
Manfaat FKTP Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan
dan Memiliki Register Klinik KB

1. Terdaftar dalam databasis BPJS Kesehatan dan databasis klinik KB


2. Mendapatkan distribusi alokon program BKKBN dan distribusi alat
pendukung pelayanan KB (IUD Kit, Implant Removal Kit, VTP Kit, dll),
media informasi dan promosi KB,  sesuai dengan pelayanan yang
diberikan/ klasifikasi faskes KB.
* cat: mempertimbangkan ketersediaan di kab/kota
3. Mendapatkan peluang mengikuti Seminar CTU, Pelatihan IUD/implan,
serta kegiatan pengembangan lainnya
4. Sistem pencatatan dan pelaporan berbasis TI

30
Peran Dokter
1. Cendekia yang pro KB promosi, advokasi, KIE dan
konseling KB
2. Inisiator/penggerak program KB di wilayah kerja dan
masyarakat sekitarnya
3. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB dan
pengayom terhadap rumor tentang KB
4. Mencatat dan melaporkan kegiatan terkait KB

31
Perluasan Pelayanan Kontrasepsi pada FKTP dan FKRTL
(RPJMN 2015 – 2019)
SASARAN FASKES 2019 KONDISI 2014
SASARAN
FASKES
ASUMSI FASKES JUMLAH
JENIS FASKES KERJA SAMA BPJS
BEKERJASAMA
SASARAN KET
JUMLAH Faskes yang
DG BPJS DAN (ASUMSI)
TH 2019
TEREGISTRASI
(S.D. 2019) bekerjasama
BKKBN (2019) dengan BPJS
FKTP (DATA 11,932 Kesehatan
51,498 85% 43,773
ROADMAP BPJS KES) dan telah
terdaftar
FKRTL RS UMUM
(DATA SIRS ONLINE
ASUMSI PERKEMBANGAN RUMAH
1,332 dalam
BUK RUJUKAN PER 1
1,844 85% 1,567 SAKIT PER TAHUN TIDAK SIGNIFIKAN
registrasi
SEHINGGA DATA STAGNAN = 1844
DES 2014)
BKKBN
13,264
total 53,342 85% 45,340
45.340
50,000
45,000 1,567
40,000
35,000
30,000 PERLUASAN YAN
KONTRASEPSI DI
25,000 FKTP LEBIH BANYAK
20,000 13.264 43,773 PADA KLINIK
PRATAMA DAN
15,000 1,332 PRAKTIK DOKTER
10,000
5,000 11,932
0
Sumber: Rancangan Renstra BKKBN 2015 32
- 2019
2014 FKTP FKTRL 2019
Pelayanan KB pada
Praktik Dokter dan Klinik Pratama sebagai FKTP/Jejaring FKTP

MELAKUKAN PELAYANAN DIHARUSKAN MELAKUKAN


KONTRASEPSI/KELUARGA REGISTRASI FASKES KB
PUSKESMAS/ BEKERJA SAMA BERENCANA (FKTP
DENGAN BPJS AGAR TERDAFTAR DALAM
SETARA BERJEJARING DENGAN
KESEHATAN PRAKTIK BIDAN YANG
SISTEM INFORMASI
MELAYANI KB) MANAJEMEN (SIM) BKKBN
KLINIK
PRATAMA

PRAKTIK
DOKTER

BELUM BEKERJA TIDAK PERLU MELAKUKAN


RS D SAMA DENGAN MELAKUKAN PELAYANAN REGISTRASI FASKES KB
KONTRASEPSI/KELUARGA
PRATAMA BPJS KESEHATAN (REGISTRASI CUKUP DI
BERENCANA
dan sebagai FASKES INDUKNYA)
JEJARING FKTP)

REGISTRASI FASKES KB UNTUK MENDAPATKAN DUKUNGAN:


• ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI
• SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB
• JAMINAN PEMBIAYAAN PELAYANAN KB OLEH BPJS KESEHATAN
• PELATIHAN KB
• FORMULIR PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN
33
KONTRASEPSI
Perencanaan Keluarga

 Seorang wanita telah dapat melahirkan dengan segera setelah ia mendapat


haid yang pertama (menarche)
 Kesuburan seorang wanita akan terus berlangsung, sampai mati haid
(menopouse)
 Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, risiko paling rendah untuk ibu dan anak
adalah antara 20 – 35 tahun

 Persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya

 Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 3- 5 tahun

34
Kontrasepsi Rasional

 Pilihan kontrasepsi yg didasarkan dari informasi yang


lengkap akan menghasilkan pilihan metode kontrasepsi
yang rasional.

 Kontrasepsi rasional mempertimbangkan:


aspek efektivitas teknologi kontrasepsi, tujuan
penggunaan kontrasepsi dan kriteria penerimaan dari
aspek medis.

35
Comparing Typical Effectiveness of Contraceptive Methods
Most effective How to make your method
more effective
Generally
One-time procedures; nothing to do or remember
1 or fewer Female
pregnancies per Implants Sterilisation Vasectomy IUD
100 women in
one year Need repeat injections every 1, 2 or 3 months
Injectables

Must take a pill or wear a patch or ring every


Vaginal day
Pills Patch Ring

Lactational
Amenorrhea Must follow LAM instructions
Method (LAM)

Male
Must use every time you have sex; requires
condoms partner’s cooperation

Must use every time you have sex


Diaphragm

Cervical Female Must use every time you have sex


Cap Sponge Condoms

Require partner’s cooperation; for FABs must


About 30 Fertility Awareness- abstain or use condoms on fertile days
Withdrawal Based Methods (selected)
pregnancies per
100 women in
one year Spermicides Must use every time you have sex
36
Least effective Source: WHO, 2006
Pola Pelayanan Kontrasepsi

POTENSI KEHAMILAN
USIA SUBUR (FERTILITY AGE)
USIA REPRODUKSI SEHAT

DELAYING SPACING LIMITING

10 15 20 DUA ANAK CUKUP 35 40 45 49


USIA KAWIN YANG
SEHAT

1st Option : LONG-TERM


LONG-TERM
2nd Option : SHORT-TERM LONG-TERM
CONTRACEPTIVE
CONTRACEPTIVE METHOD CONTRACEPTIVE METHOD
METHOD

LONG-TERM PERMANENTLY
CONTRACEPTIVE METHOD ARE RECCOMENDED FOR ELIGIBLE COUPLES HAVE ≥2 KIDS

37
Alkon dan Sarana Pendukung Pelayanan KB
yang Disediakan BKKBN

No. Alat dan Obat Kontrasepsi Program Sarana Pendukung Pelayanan KB

1. IUD Copper T CU 380 A IUD Kit

Gynecology Bed

2. Susuk KB II/Implan Tiga Tahunan (Progestin) Implant Removal Kit

3. Suntik KB I Tiga Bulanan (Progestin) VASEKTOMI TANPA PISAU (VTP) Kit

4. Pil KB I Kombinasi Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB (ABPK)


untuk konseling KB
5. Kondom Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K)
untuk Provider
38
BONUS
DEMOGRAFI
BONUS DEMOGRAFI

• Terjadi hanya satu kali dalam sejarah perjalanan suatu bangsa

• Memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu


bangsa

• Di tingkat global, bonus demografi di negara-negara maju telah berlangsung sejak lama
dan beberapa diantaranya memasuki tahun akhir

• Di Amerika Serikat berlangsung tahun 1960-1965, Jepang tahun 1990-1995, sedangkan


Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong tahun 2010-2015

• Di tingkat regional ASEAN: Singapura dan Thailand berlangsung tahun 2010-2015,


Vietnam tahun 2015-2020, Malaysia tahun 2030-2040, dan Filipina tahun 2040-2050.
Sementara Indonesia diperkirakan mengalami bonus demografi pada kurun tahun 2012-
2045 dengan jendela peluang antara tahun 2028-2031.
KITA PUNYA BONUS DEMOGRAFI
Saat ini Indonesia menikmati Bonus Demografi karena penurunan fertilitas.
Bisa berlanjut bahkan setelah RK naik lagi, namun harus bersumber dari kelompok
lansia yang sehat, berpendidikan, dan produktif.
Kita telah, sedang, dan masih akan menikmati Bonus 1 ->>| Bonus 2 ->>>

82.5 80.8 Rasio Ketergantungan


80.2
78.3
= Banyaknya penduduk usia nonproduktif yang ditanggung oleh
72.4 100 orang penduduk usia produktif
66.1
60.5
55.5 54.7
52.0 50.5 52.1
48.6 47.7 47.2 46.9 47.3 49.3

Tahun
1965 1975 1985 1995 2005 2015 2025 2035 2045
Terjadi
Ukuran perubahan Jumlah bayi Jumlah Kemampuan
Beban setiap
keluarga struktur dalam penduduk usia menabung
keluarga
menjadi lebih penduduk keluarga produktif menjadi lebih
berkurang
kecil menurut berkurang meningkat tinggi
umur
41
No. Provinsi 2010 2015 2020 2025 2030 2035
1. Aceh 56.3 54.8 53.6 50.8 47.9 45.8
2. Sumatera Utara 58.0 56.3 55.3 53.6 51.7 50.8
3. Sumatera Barat 57.7 55.8 54.8 53.6 51.7 50.6
Rasio Ketergantungan
4. Riau 54.1 51.4 49.7 48.4 47.1 46.6 Menurut Provinsi,
5. Jambi 50.8 47.3 44.5 43.3 42.7 42.7
6. Sumatera Selatan 51.3 49.7 48.4 47.3 45.8 45.3
Indonesia 2010-2035
7. Bengkulu 51.3 47.9 46.2 44.9 44.3 44.5
8. Lampung 51.1 49.5 48.6 47.3 45.6 45.3 Cat:
9. Bangka Belitung 48.6 46.2 44.9 44.3 44.3 43.1
10. Kepulauan Riau 46.8 49.7 46.4 41.8 38.1 37.9 Provinsi dgn rasio ketergantungan
11. DKI Jakarta 37.4 39.9 42.0 42.2 40.1 39.5 tinggi  bonus demografi belum
12. Jawa Barat 49.9 47.7 46.4 46.4 46.2 46.6 tercapai di 2010-2035
13. Jawa Tengah 49.9 48.1 47.7 48.4 49.9 51.7
14. DI Yogyakarta 45.8 44.9 45.6 46.8 47.7 48.4 Sumatera Utara, Sumatera Barat,
15. Jawa Timur 46.2 44.3 44.9 44.3 46.2 48.4 NTT< Sulawesi Tenggara, Sulawesi
16. Banten 48.6 46.4 45.3 43.9 41.8 41.0 Barat, Maluku dan Maluku Utara
17. Bali 47.3 45.6 43.3 42.2 43.3 45.8
18. NTB 55.8 53.8 52.2 50.2 48.6 48.1
19. NTT 70.6 66.7 63.4 62.1 61.6 61.6
20. Kalimantan Barat 52.7 50.8 49.7 48.8 47.3 46.6
21. Kalimantan Tengah 50.4 46.2 43.3 41.4 40.3 39.9
22. Kalimantan Selatan 49.3 48.6 47.7 46.2 44.7 44.7 Provinsi dgn rasio ketergantungan
23. Kalimantan Timur 48.6 46.2 44.5 43.7 43.1 43.5 rendah  bonus demografi tercapai
24. Sulawesi Utara 47.9 46.6 46.4 46.8 47.3 48.4 selama periode 2010-2035
25. Sulawesi Tengah 52.7 50.6 49.7 49.5 48.6 48.6
26. Sulawesi Selatan 56.0 52.9 51.3 50.4 49.5 49.7 Bangka Belitung, Kepri, Jakarta,
27. Sulawesi Tenggara 63.4 60.5 58.0 54.6 52.7 51.5 Jawa Barat, DIY, Jawa Timur,
28. Gorontalo 51.7 48.6 47.5 47.7 47.7 47.9
Banten, Bali, Kalsel, Kaltim, Sulut.
29. Sulawesi Barat 60.5 56.0 53.8 52.7 51.5 51.1
30. Maluku 63.1 59.7 58.2 57.5 55.8 54.3
31. Maluku Utara 61.3 58.5 56.0 53.4 51.5 50.8 Sumber: Bappenas, dkk., 2013,
32. Papua Barat 53.6 49.4 47.1 45.3 44.3 43.7 Proyeksi Penduduk Indonesia
33. Papua 53.8 47.5 43.7 42.0 41.6 42.2 2010-2035. 42
Indonesia 50.5 48.6 47.7 47.2 46.9 47.3
Untuk menyongsong SDGs 2030 dan
menghadapi bonus demografi 2012-
2045, Indonesia perlu membangun
manusia berkualitas yang kompeten
dan berkarakter.

Untuk membentuk karakter, perlu


melakukan Revolusi Mental sesuai
dengan definisi Bung Karno.

43
Revolusi Mental Menurut Bung Karno
Revolusi Mental adalah GERAKAN HIDUP BARU yang bertujuan untuk:
1. Menanamkan rasa percaya diri pada kemampuan sendiri
2. Menanamkan optimisme dan daya kreatif di kalangan rakyat dalam
menghadapi rintangan dan kesulitan bermasyarakat dan bernegara

“Ia adalah satu gerakan untuk menggembleng


manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang
berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang
rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala”.
(Bung Karno, pidato pada peringatan
Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1957)

44
Sumber:
Buku panduan Revolusi Mental yang disusun Kementerian Koordinator
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI serta pemaparan rancangan oleh
Kelompok Kerja Revolusi Mental Tim Transisi Pemerintahan
Jokowi-JK, dikutip dalam Majalah Detik Nomor 203, 19-25 Oktober 2015.

45
12 Sifat Manusia Indonesia
1.Munafik/hipokrit 7. Boros
2.Enggan 8. Lebih suka tidak bekerja keras
bertanggung jawab 9. Tukang menggerutu
3.Berjiwa feodal 10. Cepat cemburu dan dengki
4.Masih percaya 11. Sok
takhyul 12. Tukang tiru/plagiat
5.Artistik
6.Watak yang lemah (Mochtar Lubis,
Manusia Indonesia:
Sebuah Pertanggung Jawab,
1977)

46
Perubahan Mental Negatif Menjadi Positif
• Mental penakut menjadi mental pemberani
• Mental pecundang menjadi mental pemenang
• Mental tempe menjadi mental baja
• Mental egois menjadi mental sosial
• Mental bengis menjadi mental humanis
• Mental maling menjadi mental dermawan
• Mental korup menjadi mental bersih
• Mental bebek menjadi mental rajawali
• Mental pelit menjadi mental murah hati
• Mental pengemis menjadi mental pejuang
• Mental peniru menjadi mental pelopor
• Mental pengikut menjadi mental pemimpin
• Mental sombong menjadi mental rendah hati
• Mental bos menjadi mental pelayan

47
Pembangunan Karakter Itu Penting

“Bangsa ini harus dibangun dengan


mendahulukan pembangunan karakter.
Kalau tidak dilakukan, bangsa Indonesia
akan menjadi bangsa kuli!”
(Bung Karno)

48
Terbentuknya Karakter

Karakter akan terbentuk sebagai hasil


pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami
setiap manusia (triangle relationship), yaitu
hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal),
dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam
sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME
(spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan
memberikan pemaknaan/pemahaman yang
pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan.

49
Nilai-nilai Karakter
beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil,
cerdas, kritis, bertanggung jawab,
kreatif, inovatif, berempati, berani
ingin tahu, berpikir mengambil resiko,
terbuka, produktif, OLAH OLAH pantang menyerah, rela
berorientasi Ipteks, PIKIR HATI berkorban, dan berjiwa
dan reflektif patriotik

ramah, saling
OLAH
OLAH menghargai, toleran,
bersih dan sehat, RASA/
peduli, suka menolong,
RAGA
disiplin, sportif, KARSA
gotong royong,
tangguh, andal, nasionalis, kosmopolit ,
berdaya tahan, mengutamakan
bersahabat, kepentingan umum,
kooperatif, bangga menggunakan
determinatif, bahasa dan produk
kompetitif, ceria, Indonesia, dinamis,
dan gigih kerja keras, dan beretos
kerja 50
SKEMA REVOLUSI PANCASILA
Superstruktur Mental-Kultural (Sila 1,2,3)

Relasi Ideologi
Masyarakat religius berperikemanusiaan,
egaliter, mandiri, amanah, tak memuja materialisme-
hedonisme, menjalin persatuan dengan
semangat pelayanan Tujuan

Agen Politikal
Perikehidupan
Konsentrasi kekuatan
kebangsaan
nasional melalui demokrasi
dan kewargaan
REVOLUSI permusyawaratan yang
PANCASILA (Sila 4) berorientasi persatuan yang merdeka,
bersatu,
(Negara Kekeluargaan)
berdaulat, adil,
dan keadian
dan makmur
(Negara Kesejahteraan)
Perekonomian merdeka yang berdasarkan
berkeadilan dan berkemakmuran, Pancasila
Relasi Produksi

berlandaskan usaha
tolong-menolong, menekankan
penguasaan negara (atas sektor strategis)
Seraya memberi peluang bagi hak milik
pribadi dengan fungsi sosial

Basis Material (Sila 5)

Sumber: Yudi Latif, 2015, Revolusi Pancasila 51


Revolusi Mental Konsep Trisakti

“Dalam melaksanakan revolusi


mental, kita dapat menggunakan
konsep Trisakti yang pernah
diutarakan Bung Karno dalam
pidatonya tahun 1963...”
(Joko Widodo, “Revolusi Mental”,
Kompas, Sabtu, 10 Mei 2014,
hal. 6)

52
Bangun Karakter Bangsa dari Keluarga
• Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam sistem
pendidikan. Namun, keterlibatan keluarga tak kalah
penting.
• Keluarga Indonesia jadi tiang negeri yang kuat dan kokoh
menuju Indonesia maju dan sejahtera.
• Keluarga sebagai garda terdepan pembangunan sosial
dan kesejahteraan rakyat.
(Presiden Jokowi, sambutan pada acara puncak peringatan Hari Keluarga
Nasional XXII Tahun 2015 Tingkat Nasional, Tangerang Selatan, 1 Agustus
2015)
Sabtu, 1 Agustus 2015 |

53
Pengertian Keluarga
Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari:


 Suami-isteri, atau
 Suami, isteri, dan anaknya, atau
 Ayah dan anaknya, atau
 Ibu dan anaknya

54
Mengapa Keluarga?

 Keluarga merupakan pilar


pembangunan bangsa.
 Keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama yang mempunyai
peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan “asah, asih, dan asuh“.
 Keluarga merupakan tumpuan untuk
menumbuhkembangkan dan
menyalurkan potensi setiap anggota
keluarga.

55
REVOLUSI MENTAL DIMULAI DARI KELUARGA
dasar penerapan
8 Fungsi Keluarga
Fungsi
Fungsi Sosial
Agama Budaya
Fungsi
Lingkungan
Fungsi
Cinta
Fungsi
Kasih
Ekonomi

Fungsi Fungsi
Sosialisasi dan Fungsi Perlindungan
Pendidikan Reproduksi

56
“... Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah
keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri...”
(QS Ar-Ra’d, 13: 11)

57
www.bkkbn.go.id

: Surya Chandra Surapaty

: Sahabat BKKBN

Anda mungkin juga menyukai