Anda di halaman 1dari 18

Biodiversity and Climate Change Project (BIOCLIME)

Final Report
Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran
di Hutan Desa Kepayang Kabupaten Muba Sumatera Selatan
Bastoni Brata, Mohammad Sidiq, Robby D Febriana, Teten Rahman Saepuloh,
Adi Jaya Prana dan Berthold Haasler
Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | i

Kata Pengantar

Laporan ini disusun sebagai dokumen verifikasi untuk indikator capaian kegiatan
SFF tentang pelaksanaan model rehabilitasi hutan dan lahan rawa gambut bekas
terbakar bersama masyarakat. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan rawa gambut
tersebut dilaksanakan melalui pendampingan masyarakat dimulai dari pelatihan teknis
rehabilitasi hutan rawa gambut dan pembangunan persemaian desa; dan pelaksanaan
penanaman dengan pendekatan sistem agroforestri campuran.
Project BIOCLIME telah menyusun Rancangan Teknik (Rantek) Rehabilitasi Lahan
Gambut Bekas Kebakaran dengan studi kasus di Hutan Desa Kepayang seluas 500 ha.
Kegiatan penanaman rehabilitasi ini mengacu pada Rantek tersebut. Pendekatan yang
dilakukan oleh project adalah kegiatan rehabilitasi bersama masyarakat, menggunakan
sistem agroforestri campuran antara jenis tanaman hutan dengan jenis jelutung sebagai
penghasil getah jelutung (HHBK) untuk sumber penghidupan masyarakat.
Kami menyampaikan terima kasih kepada GIZ BIOCLIME yang telah memberikan
kepercayaan untuk melakukan kegiatan ini. Kami juga menyampaikan terima kasih
kepada para pihak yang telah membantu pelaksanaan survey, khusunya kepada HAKI, PT.
GAL, KPHP Lalan dan LPHD Kepayang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan sehingga
masukan para pihak yang terkait sangat diharapkan. Besar harapan penulis laporan ini
dapat diterapkan untuk kegiatan rehabilitasi sesuai yang diharapkan.

Palembang, Juni 2016

Tim Penyusun

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | ii

Singkatan/Akronim

BIOCLIME Biodiversity and Climate Change Project


Proyek Biodiversitas dan Perubahan Iklim
CBFM Community Based Forest Management
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
CLAPS Penilaian Sumber Penghidupan Masyarakat dan Penyaringan Produk
FAO Food and Agriculture Organization
Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pangan dan Pertanian
HHBK Non-Timber Forest Products
Hasil Hutan Bukan Kayu
KK Househould
Kepala Keluarga
KPHL Protection Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
KPHP Production Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
KTH Forest Farmer Group
Kelompok Tani Hutan
MA&D Market Analysis and Development
Analisa Pasar dan Pengembangan

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | iii

Daftar Isi

Kata Pengantar .........................................................................................................................................................................i 


Singkatan/Akronim ............................................................................................................................................................... ii 
Daftar Isi.................................................................................................................................................................................... iii 
Daftar Tabel ............................................................................................................................................................................. iv 
Daftar Gambar........................................................................................................................................................................ iv 
1  Pendahuluan ...................................................................................................................................................................... 5 
1.1.  Latar Belakang ....................................................................................................................................................... 5 
1.2.  Tujuan ........................................................................................................................................................................... 5 
2  Metode ................................................................................................................................................................................... 6 
2.1.  Waktu dan Lokasi................................................................................................................................................. 6 
2.2.  Bahan dan Alat ...................................................................................................................................................... 6 
2.3.  Tahapan Kegiatan.................................................................................................................................................. 6 
3  Hasil Pelatihan Pembibitan Desa dan Demplot 1 Ha ............................................................................ 8 
4  Hasil Kegiatan Rehabilitasi ...................................................................................................................................10 
4.1.  Gambaran Umum.................................................................................................................................................10 
4.2.  Plot Revegetasi Areal Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang ...................................11 
4.2.1.  Blok Genangan Air Dalam (> 50cm) pada Puncak Musim Hujan ............................11 
4.2.2.  Blok Genangan Air Sedang (25–50cm) pada Puncak Musim Hujan ......................11 
4.2.3.  Blok Genangan Air Dangkal (<25 cm) pada Puncak Musim Hujan ........................12 
4.3.  Karakteristik Lahan Gambut pada Plot Revegetasi .....................................................................12 
4.4.  Kegiatan Penanaman ........................................................................................................................................13 
5  Rencana Tindak Lanjut..............................................................................................................................................15 

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | iv

Daftar Tabel

Tabel 1 Kedalaman gambut dan genangan air pada plot rehabilitasi


di Hutan Desa Kepayang (15 Maret 2017) ...................................................................................12 

Daftar Gambar

Gambar 1   Pelatihan pembibitan bagi masyarakat desa/Kelompok Masyarakat Peduli


Api (KMPA) Desa Kepayang, Musi Banyuasin ........................................................................ 8 
Gambar 2   Bangunan persemaian desa Kelompok Tani Hutan Kepayang Lestari di
lokasi Dusun Talang Nuaran Hutan Desa Kepayang. ........................................................ 9 
Gambar 3   Kondisi areal penanaman pada Plot 3.2 (kiri) terletak di Sungai Nuaran
KM 2.1–2.0 dan Plot 3.1 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 2.0–1.9. ..............11 
Gambar 4   Kondisi areal penanaman pada Plot 3.3 (kiri) terletak di Sungai Nuaran
KM 1.9–1.8 dan Plot 3.4 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.8–1.7. ..............11 
Gambar 5   Kondisi areal penanaman pada Plot 3.5 (kiri) terletak di Sungai Nuaran
KM 1.7–1.6 dan Plot 3.6 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.6–1.5. ..............12 
Gambar 6   Kegiatan penanaman bersama Kelompok Tani Hutan dan Masyarakat
Peduli Api (MPA) Hutan Desa Kepayang. ...............................................................................13 
Gambar 7   Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,1 Sungai Nuaran Hutan
Desa Kepayang. .......................................................................................................................................14 
Gambar 8   Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,0 Sungai Nuaran Hutan
Desa Kepayang ........................................................................................................................................14 

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 5

1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


 Salah satu kawasan hutan rawa gambut yang terbakar pada musim
kemarau panjang (el-Nino) tahun 2015 adalah Hutan Desa Kepayang dan
lebih dari 90% pohon penyusun tegakan mati terbakar.
 Kondisi saat ini (1,5 tahun setelah kebakaran) pada areal hutan yang
terbakar berupa suksesi tumbuhan bawah yang didominasi oleh pakis udang
(Stenochlaena palustris) dan rumput belidang (Fimbristylus sp.)
 Suksesi vegetasi strata pohon belum terbentuk, baru sebatas suksesi dari
hasil pertunasan akar mahang (Macaranga pruinosa) yang tidak terbakar.
 Untuk mempercepat pemulihan kondisi hutan pasca kebakaran diperlukan
upaya penanaman kembali (revegetasi) dengan jenis-jenis pohon lokal yang
adaptif dan berguna untuk sumber kehidupan dan pendapatan masyarakat
lokal.
1.2. Tujuan
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk revegetasi areal hutan bekas
kebakaran dengan sistem agroforestri menggunakan jenis pohon lokal (indigeneous
species) yang adaptif dengan kondisi tapak setempat dan pelibatan masyarakat
lokal sebagai pelaksana kegiatan.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 6

2 Metode

2.1. Waktu dan Lokasi


 Pemilihan lokasi didasarkan pada Rancangan Teknis Rehabilitasi di Hutan
dan Lahan Gambut di Hutan Desa Kepayang, yakni di areal hutan bekas
kebakaran tahun 2015 yang mudah diakses oleh masyarakat untuk
memperlancar kegiatan penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan.
 Lokasi kegiatan revegetasi yang dipilih adalah areal bekas kebakaran mulai
dari sebelah kiri muara sungai Nuaran menuju Talang Nuaran sepanjang 600
m mengikuti lekuk alur sungai.
 Luas total plot revegetasi adalah 60.000 m2 (6 hektar) seperti disajikan
pada citra drone terlampir.
2.2. Bahan dan Alat
 Bibit jenis pohon lokal yang adaptif untuk areal bekas kebakaran, yaitu:
Jelutung (Dyera lowii), Belangeran (Shorea blangeran), Tembesu (Fragraea
fragrans), Pulai (Alstonia scholaris) dan Kayu labu (Endospermum
duodenum). Bibit yang digunakan berukuran besar dengan tinggi 100–150 cm
untuk antisipasi genangan air yang dalam di lapangan.
 Patok kayu, ajir bambu, piezometer, kompas, chainshaw, parang, cangkul,
sekop, meteran.
2.3. Tahapan Kegiatan
 Pengukuran dimensi plot revegetasi (panjang 600 m, lebar 100 ).
Pengukuran panjang plot revegetasi dimulai dari muara sungai Nuaran
menuju Talang Nuaran. Pengukuran lebar plot revegetasi dimulai dari
pinggir sungai Nauran sebelah kiri menuju bagian utara Hutan Desa
Kepayang.
 Pengukuran kedalaman genangan air dimulai dari muara sungai Nuaran
menuju Talang Nuaran pada setiap jarak 100 m sebanyak 6 jalur
pengukuran. Pada setiap jalur diukur kedalaman genangan di 3 titik, yaitu:
di tengah badan sungai, di titik yang berjarak 10 m dan 20 m dari dari
pinggir sungai.
 Pengukuran kedalaman gambut dimulai dari titik pertama pengukuran
genangan air pada setiap jarak 100 m. Titik pengukuran terletak 50 m dari
pinggir sungai, titik tersebut digunakan untuk pemasangan piezometer (alat
ukur kedalaman air tanah).
 Jumlah plot revegetasi yang dibuat sebanyak 6 buah dengan ukuran 100 x
100 m. Plot 1 dan 2 mewakili areal yang mempunyai genangan air dalam (>
50 cm), Plot 3 dan 4 mewakili areal genangan air sedang (25 – 50 cm),
Plot 5 dan 6 mewakili areal gengan air dangkal (< 25 cm). Oleh karena itu
6 plot revegetasi dapat dibagi menjadi 3 blok berdasarkan kedalaman
genangan airnya.
 Penyiapan lahan meliputi kegiatan sebagai berikut: pembuatan jalur tanam
sesuai jarak tanam 5 x 5 m (400 tanaman/ha). Jalur tanam dibuat sesuai
arah timur – barat dengan lebar jalur bersih 2 m. Setelah pembuatan jalur
tanam dan pemasangan ajir tanam kemudian dilakukan pemotongan batang

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 7

kayu yang roboh sehingga kegiatan penanaman dan pemeliharaan dapat


lebih lancar karena tidak ada halangan batang kayu.
 Pada setiap ajir (titik) tanam dilakukan pembuatan piringan bersih (bebas
kayu dan akar tumbuhan bawah) berdiameter 50 – 75 cm dan pembuatan
gundukan gambut. Tinggi gundukan tergantung letak ajir, jika terdapat di
areal yang cekung maka gundukan dibuat lebih tinggi kurang lebih sama
dengan tinggi gundukan rata-rata pada areal yang datar.
 Penanaman dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan penyiapan lahan
selesai dan genangan air mulai surut. Penanaman dilakukan dengan sistim
jalur selang-seling: satu jalur jelutung kemudian diikuti oleh satu jalur
campuran acak 4 jenis pohon lokal lain (belangeran, tembesu, pulai dan
kayu labu) dan sterusnya, sehingga dalam 1 hektar populasi jelutung
menempati 50% (200 batang) dari populasi total tanaman.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 8

3 Hasil Pelatihan Pembibitan Desa dan Demplot 1 Ha

GIZ Bi oclime bekerjasama dengan BP2LHK Palembang (Balai Peneli tian


dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) membuat Demonstrasi–plot
(demplot) rehabilitasi hutan gambut bekas terbakar di Hutan Desa Kepayang Musi
Banyuasin. Selama 7 hari (5–11 Februari 2017), masyarakat dilatih membangun
pembibitan desa di lokasi Talang Nuaran dan melaksanakan penanaman
rehabilitasi gambut bekas terbakar seluas 1 hektar di areal Hutan Desa Kepayang.
Kegiatan ini langsung dipandu oleh Ir Bastoni, M.Si (peneliti BP2LHK
Palembang), secara resmi pembukaannya oleh Bpk. Sulmin (Kades Kepayang), dan
diikuti oleh seluruh anggota kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa
Kepayang, sebanyak 30 orang, yang berasal dari Dusun 2 (Kepayang dan Nuaran)
dan Dusun 3 (ASPA).
Anggota MPA Desa Kepayang telah membangun demplot rehabilitasi hutan
gambut bekas terbakar dengan jenis Jelutung (HHBK ), dan jenis pohon lokal,
seperti Shorea blangiran, sebagai model partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan kebakaran hutan dan restorasi gambut.
Pembibitan desa dibangun dengan harapan agar anggota MPA lebih lanjut
mampu mengembangkan usaha pembibitan lokal untuk kegiatan peningkatan
pendapatan, dan menjadi pemasok bibit tanaman pohon lokal dalam kegiatan
restorasi gambut. Sedangkan BP2LHK Palembang diharapkan dapat meneruskan
fungsi penelitian dan pendampingan bagi kelompok MPA Desa Kepayang untuk
keberhasilan pembangunan model rehabilitasi hutan gambut bekas terbakar
bersama masyarakat.

Gambar 1 Pelatihan pembibitan bagi masyarakat desa/Kelompok Masyarakat Peduli


Api (KMPA) Desa Kepayang, Musi Banyuasin

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 9

Gambar 2 Bangunan persemaian desa Kelompok Tani Hutan Kepayang Lestari di lokasi
Dusun Talang Nuaran Hutan Desa Kepayang.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 10

4 Hasil Kegiatan Rehabilitasi

4.1. Gambaran Umum


Hutan Rawa Gambut Desa Kepayang merupakan salah satu lokasi hutan
gambut yang kritis akibat kebakaran tahun 2015. Sejak awal tahun 2016, mulai
ditumbuhi lagi dengan jenis-jenis pionir seperti Mahang, dan terutama sekali dari
jenis pakis (kelakai). Sebagian besar jenis-jenis pohon kayu lokal dalam kondisi
mati berdiri, tegak tetapi tidak lagi memiliki daun dan ranting sempurna.
Project BIOCLIME bekerjasama dengan BP2LHK (Balai Penelitian dan
Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Palembang, dan Kelompok Tani
Hutan Desa Kepayang melakukan penanaman pohon untuk rehabilitasi lahan
gambut bekas terbakar dalam bentuk Demonstrasi Plot (Demplot) seluas 6 Ha.
Secara teknis, kegiatan Demplot ini mengacu pada Desain dan Master Plan
Rehabilitasi Hutan Gambut yang telah diteliti sebelumnya di lokasi Nuaran, Hutan
Desa Kepayang. Plot penanaman tersebut dibuat dengan pendekatan agroforestry,
dimana jenis pohon jelutung (HHBK) dipadukan dengan jenis tanaman kehutanan,
dari jenis pulai, tembesu, Meranti Belangiran, dan kayu labu. Jarak tanam dibuat
selebar 5 meter x 5 meter, dengan sistem jalur, yakni Jalur-Jelutung dan Jalur-
Campuran (jenis slow growing dan fast growing). Bentuk plot penanaman mengikuti
bentuk fisik sungai Nuaran dimulai dari arah muara Nuaran untuk memudahkan
akses perawatan tanaman, dan dibuat mengarah Utara–Selatan dengan tujuan
untuk memaksimalkan cahaya matahari mengenai permukaan yang ditanam agar
dapat tumbuh dan berkembang secara baik.
Pada kegiatan demplot ini, disetiap hektar plot tanaman juga dilakukan
beberapa kegiatan pendukung, diantaranya adalah pembuatan plot ukur
pengamatan tinggi muka air tanah/genangan air dengan menggunakan alat ukur
Piezometer. Harapannya dengan mengetahui fluktuasi tinggi muka air
tanah/genangan air dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pencegahan
kebakaran di lokasi penanaman.; Pembuatan plot pengukuran kedalaman gambut;
dan Pengecekan pembuatan jalur tanam dengan pemotretan dari udara yang
diambil menggunakan pesawat tanpa awak (Drone/UAV). Pemotretan itu dilakukan
untuk meminimalisir pelebaran antar jalur tanam.
Kendala yang ditemui di lapangan adalah tingginya tanaman pakis yang
mencapai 2 meter dan tinggi muka air tanah yang tergolong dalam dengan kisaran
21.5 cm – 65 cm, sehingga mempengaruhi proses penanaman. Namun sebagai
tindakan awal telah dilakukan penyemprotan herbisida pada jalur tanam untuk
menekan pertumbuhan pakis. Secara keseluruhan, tindak lanjut dari kegiatan ini
adalah inspeksi untuk pemeliharaan dengan kegiatan penyulaman tanaman mati,
yang dilakukan pada minggu ke-6 setelah tanam. Pemantauan akan melibatkan
BP2LHK dan Kelompok Tani Hutan Desa Kepayang.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 11

4.2. Plot Revegetasi Areal Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang


4.2.1. Blok Genangan Air Dalam (> 50cm) pada Puncak Musim Hujan
Genangan air dalam (> 50 cm) dapat dilihat dari citra drone yang
menunjukkan areal tergenang. Kedalaman genangan air berkisar 50-52 cm.
Genangan berangsur menurun dari Plot 3.1 ke Plot 3.2. Selain kedalaman genangan
air, parameter penting yang perlu diamati adalah durasi genangan air. Hasil
pengamatan lapangan menunjukkan bahwa genangan air pada areal tersebut
sangat fluktuatif. Jika 3 hari tidak hujan, genangan menurun sampai 50%.
Kedalaman gambut pada Plot 3.1 dan Plot 3.2 berkisar antara 88–182 cm (Gambut
dangkal–sedang).

Gambar 3 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.2 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM
2.1–2.0 dan Plot 3.1 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 2.0–1.9.

4.2.2. Blok Genangan Air Sedang (25–50cm) pada Puncak Musim Hujan
Pada Plot 3.3 dan Plot 3.4, genangan air menurun berkisar antara 30 – 32
cm. Hal ini dapat dilihat dari citra drone genangan air hanya terdapat pada spot
tertentu secara acak. Spot genangan air tersebut umumnya ditemukan pada
pangkal batang dan perakaran pohon yang terbakar. Intensitas kebakaran tertinggi
terjadi pada areal tersebut. Sebagian besar lahan tertutupi oleh hamparan pakis
udang (Stenochlaena palustris) sehingga genangan air tidak tampak pada citra
drone tersebut. Kedalaman gambut berkisar antara 81–106 cm.
Jalur tanam tampak dari alur-alur berwarna coklat yang menunjukkan
jalur tersebut telah dilakukan penebasan tumbuhan bawah.

Gambar 4 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.3 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM
1.9–1.8 dan Plot 3.4 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.8–1.7.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 12

4.2.3. Blok Genangan Air Dangkal (<25 cm) pada Puncak Musim Hujan
Pada Plot 3.5 dan Plot 3.6, genangan air makin menurun berkisar antara
18–23 cm. Dari citra drone di atas tampak bahwa Spot genangan air juga sudah
makin sedikit. Sebagian besar lahan tertutupi oleh hamparan pakis udang
(Stenochlaena palustris) dengan intensitas yang makin rapat. Dari citra drone
mulai dari Plot 3.1 sampai Plot 3.6 tampak bahwa suksesi tumbuhan bawah
terutama pakis udang ditentukan oleh kedalaman genangan air, makin dangkal
genangan kerapatan pakis meningkat dan sebaliknya. Kedalaman gambut pada Plot
3.5 dan Plot 3.6 berkisar antara 130 – 185 cm.
Secara teknis areal hutan bekas kebakaran yang memiliki genangan air
dangkal akan lebih mudah direvegetasi karena faktor penghambatnya menurun.

Gambar 5 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.5 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM
1.7–1.6 dan Plot 3.6 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.6–1.5.

4.3. Karakteristik Lahan Gambut pada Plot Revegetasi


Karakteristik lahan gambut yang diukur pada Plot Revegetasi terdiri dari:
kedalaman gambut dan kedalaman genangan air. Setelah genangan air surut akan
dapat diukur kedalaman muka air tanah. Ketiga karakter lahan tersebut penting
diketahui agar diperoleh rekomendasi perlakuan silvikultur yang tepat untuk
keberhasilan upaya revegetasi. Data hasil pengukuran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kedalaman gambut dan genangan air pada plot rehabilitasi di Hutan Desa
Kepayang (15 Maret 2017)

Genangan Genangan Air Genangan Air


Blok dan Plot Kedalaman 10 m dari 20 m dari
No Air di Badan
Revegetasi Gambut tepi sungai tepi sungai
Sungai
(cm) (cm) (cm)
(cm)

1 Genangan
Dalam
88 144 (dasar 51 52
(>50 cm)
gambut)
182 52 50
Plot 1 (Km
142 (dasar
2,1)
gambut)
Plot 2 (Km
2,0)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 13

Genangan Genangan Air Genangan Air


Blok dan Plot Kedalaman 10 m dari 20 m dari
No Air di Badan
Revegetasi Gambut tepi sungai tepi sungai
Sungai
(cm) (cm) (cm)
(cm)

2 Genangan
Sedang (25
106 119 (dasar 32 31
– 50 cm)
gambut)
81 31 30
Plot
111 (dasar
3 (Km 1,9)
gambut)
Plot
4 (Km 1,8)

3 Genangan
Dangkal
185 110 (dasar 23 21
(<25 cm)
pasir)
130 21 18
Plot
119 (dasar
5 (Km 1,7)
pasir)
Plot
6 (Km 1,6)

4.4. Kegiatan Penanaman


Bibit yang digunakan untuk kegiatan penanaman terdiri dari jenis, yaitu:
1. Jelutung (Dyera lowii) = 1.100 batang
2. Belangeran (Shorea belangeran) = 440 batang
3. Tembesu (Fragraea fragrans) = 440 batang
4. Pulai (Alstonia scholaris) = 110 batang
5. Kayu Labu (Endospermum duodenum) = 110 batang

Bibit yang digunakan adalah jenis yang adaptif untuk areal terbuka dan
menggunakan ukuran besar, tinggi berkisar antara 100–150 cm untuk
mengantisipasi genangan air yang dalam dan ketahanannya di areal terbuka.

Gambar 6 Kegiatan penanaman bersama Kelompok Tani Hutan dan Masyarakat Peduli
Api (MPA) Hutan Desa Kepayang.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 14

Gambar 7 Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,1 Sungai Nuaran Hutan Desa
Kepayang.

Gambar 8 Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,0 Sungai Nuaran Hutan Desa
Kepayang

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 15

5 Rencana Tindak Lanjut

Kegiatan yang sangat diperlukan pada tahun pertama setelah kegiatan


penanaman adalah:

1. Pemeliharaan Pertama dilakukan 1 bulan setelah penanaman, terdiri dari:


penyulaman tanaman yang mati dan penyiapan media tanam. Pada kondisi
lahan yang sangat kritis perlakuannya dengan penggunaan pupuk atau
penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan. Pemeliharaan tahun pertama bersifat wajib, diikuti
dengan pemeliharaan tahun kedua dan ketiga masing-masing 2 kali per
tahun berupa pembebasan sistim jalur dan pemupukan.
2. Pemeliharaan Kedua dilakukan 4 bulan setelah tanam, terdiri dari:
penyulaman kedua, pembebasan gulma dan tumbuhan bawah sistim jalur
dengan lebar jalur bersih 2 m, perbaikan gundukan gambut yang rusak dan
pemupukan dengan jenis pupuk penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Pemeliharaan Ketiga dilakukan 8 bulan setelah tanam, terdiri dari:
pembebasan gulma dan tumbuhan bawah sistim jalur dengan lebar jalur
bersih 2 m, perbaikan gundukan gambut yang rusak dan pemupukan ketiga
dengan jenis pupuk penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak memiliki
dampak negatif terhadap lingkungan.
4. Pemeliharaan Keempat dilakukan 12 bulan setelah tanam, terdiri dari:
pembebasan gulma dan tumbuhan bawah sistim jalur dengan lebar jalur
bersih 2 m dan pemupukan kedua dengan jenis pupuk penyubur tanah yang
dipertimbangkan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017


Published by
Deutsche Gesellschaft
für Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

Kantor Terdaftar
Bonn dan Eshborn, Jerman
BIOCLIME
Biodiversity and Climate Change
Kantor Jakarta:
GIZ ICCTF/GE LAMA I
Gedung Wisma Bakrie II. 5th Floor Ruang ICCTF
Jl. HR. Rasuna Said Kavling B-2
Jakarta Selatan 12920
Telp: +62-21-9796-7614
Fax: +62-21-5794-5739
Kantor Palembang:
Jl. Jend. Sudirman No. 2837
KM. 3,5 Palembang
Telp: +62-711-353176
Fax: +62-711-353176
Penulis: Bastoni Brata, Mohammad Sidiq, Robby Dwi Febriana, Teten Rahman Saepuloh,
Adi Jaya Prana, dan Berthold Haasler
Photo Credits: Bioclime, Robby D. Nugraha (2017)
I www.bioclime.org
E bioclime@giz.de
Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang | 2

FB Bioclime

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2017

Anda mungkin juga menyukai