Anda di halaman 1dari 36

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KELUARGA BERENCANA

Disusun oleh:

YUSMIATI
Nip. 19680601 199203 2 003

PROGRAM PERCEPATAN PENDIDIKAN


TENAGA KESEHATAN
REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik serta tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarganya para sahabatnya, hingga sampai kepada kita selaku
umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang
telah mengajarkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini terdiri dari berbagai referensi baik melalui buku-buku, media cetak maupun
elektronik. Meski demikian, makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu, saran
pembaca sangat membantu untuk perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, Januari 2019

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4

BAB II BAYI BARU LAHIR ................................................................................ 5


2.1 Definisi .................................................................................................... 5
2.2 Kontrasepsi ............................................................................................... 5
2.3 Cara Kerja Konstrasepsi ........................................................................... 6
2.4 Asuhan Keperawatan pada Keluarga Berencana .................................... 23

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 29


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 29
3.2 Saran ....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis yang biasanya mempengaruhi organ paru- paru
namun dapat juga mempengaruhi organ lain selain paru-paru. Penyakit ini dapat
menular melalui udara dari orang yang terinfeksi ke orang lain, salah satunya
melalui batuk. Menurut laporan World Health Organization, pengobatan terhadap
penyakit Tuberkulosis telah menghindari 49 juta kematian di seluruh dunia.
(WHO. dalam Eka, F,dkk, 2017). Berdasarkan Global Report 2015 dari 9,6 juta
kasus-kasus tuberculosis baru pada tahun 2014, terdapat 58% berada di daerah
Asia Tenggara dan Pasifi k Barat. Lebih dari separuh kasus tuberculosis di dunia
(54%) terjadi di China, India, Indonesia, Nigeria dan Pakistan. Di antara kasus
baru, diperkirakan 3,3% adalah multidrug-resistant tuberculosis (MDR TB),
merupakan tingkat yang tetap tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir
(WHO, 2016)
Penyakit tuberkulosis menjadi salah satu indikator penyakit menular
yang pengendaliannya menjadi perhatian dunia internasional.Penyakit
tuberkulosis termasuk dalam penyakit menular kronis.WHO menetapkan
bahwa tuberkulosis merupakan kedaruratan global (global emergency) bagi
kemanusiaan sejak tahun 1993. Kondisi ini menyebabkan penyakit tuberkulosis
paru sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di
negara-negara berkembang. Berdasarkan data dari “World Health Statistic
2013” menunjukkan tingginya angka prevalensi tuberkulosis per 100.000

Page | 4
penduduk di beberapa negara ASEAN dan SEAR (Kemenkes RI dalam Dea
N,R,2015). Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis.Melalui droplet pada orang yang terinfeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis, penyakit tuberculosis dapat menyebar secara luas dan
cepat. MDGs memberikan komitmen secara global pada pengendalian penyakit
HIV/AIDS, malaria dan tuberculosis (Depkes RI dalam Saflin, A & Chatarina U,
W,2017).
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular langsung sebagian besar
kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ lain. Sumber
penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA (+) yang dapat menularkan kepada
orang di sekelilingnya, terutama yang melakukan kontak erat.Kuman ini mempunyai
kandungan lemak yang tinggi di membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini tahan
terhadap asam dan pertumbuhan kumannya berlangsung lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet sehingga penularannya terjadi pada malam hari.Adapun faktor risiko
yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi tuberkulosis paru adalah daya
tahan tubuh yang rendah (imunospresi), penyakit penyerta HIV, diabetes mellitus,
kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru, gizi yang buruk (malnutrisi), bahan
kimia (alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang) dan kemiskinan serta keadaan
lingkungan perumahan (Rab, Tabrani Dalam Surakhmi, O, dkk 2016).
Pada tahun 2015 capaian rata-rata dari kabupaten/kota sebesar 89%. Meskipun
terlihat mengalami penurunan, tapi secara umum hasil tersebut masih cukup baik
karena sudah di atas target minimal nasional yang ditetapkan sebesar 65%.
Sedangkan pada tahun 2016 capaian rata-rata dari kabupaten/kota menurun menjadi
79,55%. Meskipun mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir, secara umum hasil
tersebut masih cukup baik karena masih berada di atas target minimal nasional yang
ditetapkan sebesar 65%. Sedangkan pada tahun 2017 hasil cakupan penemuan kasus
capaian rata-rata dari kabupaten/kota mengalami penurunan yakni sebesar 60,59%.
(Profil Dinkes Sultra, 2017). Dalam pelayanan kesehatan khususnya tuberculosis paru,
tidak terlepas dari keterlibatan keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien
terutama pasien tuberculosis paru.
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan keluarga.Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta

Page | 5
keluarga yang sehat.Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga
dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain(Wahid Iqbal dalam Leo, R, 2016).
Fungsi keluarga dalam upaya kesehatan terdiri dari dua aspek yaitu pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan.Pemeliharaan kesehatan mencakup upaya kuratif
(pengobatan penyakit), rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari
sakit).Peningkatan kesehatan mencakup kesehatan preventif (pencegahan penyakit) dan
promotif (peningkatan kesehatan) oleh sebab itu, kesehatan promotif harus selalu
diupayakan mengandung makna kesehatan seseorang kelompok individu dan harus
selalu diupayakan sampai tingkat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo dalam Leo, R,
2016).
Dalam menjalankan upaya peningkatan kesehatan keluarga mempunyai tugas
dan fungsi yaitu mengenal masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
sakit.Keluarga perlu mengenal kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami oleh
anggota keluarganya.Apabila menyadari adanya perubahan dan fungsi perawatan
kesehatan yaitu memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara
bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Jadi peran keluarga sangat
diperlukan karena dalam pelayanan kesehatan khusunya pada penyakit tuberculosis paru
tidak terlepas dari keterlibatan keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien
terutama pasien tuberculosis paru.Hal tersebut harus dibagi dengan pengetahuan yang
akan sangat menentukan keberhasilan pengobatan tuberculosis paru, dan mencegah
penularannya (Wahid, I, dalam Leo, R, 2016).
Penelitian ini didukung oleh penelitian Faris Muaz 2014. Status ekonomi
erat kaitannya dengan tuberculosis paru Sekitar 90% penderita tuberkulosis paru di dunia
menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin. Faktor kemiskinan
walaupun tidak berpengaruh langsung pada kejadian tuberkulosis paru namun dari
beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan antara pendapatan yang rendah dan
kejadian tuberkulosis paru. Dalam penelitian Djannah, 2009 menunjukkan tingkat
pengetahuan Tuberkulosis Paru sebanyak 17 responden (49,9) bahwa pengetahuan dan
pemahaman memegang peranan penting dalam pengobatan tuberculosis paru. Ventilasi
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian tuberculosis paru, orang yang
tinggal dirumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,43 kali
lebih besar terkena tuberculosis paru dibandingkan dengan orang yang tinggal di rumah
dengan ventilasi yang memenuhi syarat (Heriyani F, Sutomo AH dan Saleh YD, 2013).

Page | 6
Berdasarkan data-data diatas, penderita tuberculosis paru semakin meningkat,
padahal tuberculosis paru ini penyakit yang bisa disembuhkan apabila cara
penanganannya menggunakan prosedur dengan benar, yaitu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan baik.Pentingnya peran perawat sebagai tenaga kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan termasuk berupaya bersama-sama mencegah dan
mengendalikan penyebaran penyakit tuberculosis paru baik dengan cara pendidikan
kesehatan kepada klien dan keluarga yang telah terinfeksi atau melalui pencegahan
dengan memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dan pencahayaan yang baik.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan keluarga” dengan penyakit tuberculosis paru di wilayah
kerja puskesmas Ulee Kareng”.

1.2. Tujuan penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada dengan penyakit
tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng.

2. Tujuan Khusus
 Mendapatkan gambaran pengkajian pasien dengan kasus tuberculosis
paru
 Mendapatkan gambaran diagnosa keperawatan pada pasien dengan
kasus tuberculosis paru
 Mendapatkan gambaran rencana keperawatan pada pasien dengan
kasus tuberculosis paru
 Mendapatkan gambaran implementasi pada pasien dengan kasus
tuberculosis paru
 Mendapatkan gambaran evaluasi pada pasien dengan kasus
tuberculosis paru

1.3. Manfaat penulisan


 Manfaat bagi penulis
 Menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis tentang asuhan
keperawatan dengan masalah tuberkulosis paru selain itu karya tulis

Page | 7
ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di dalam perkuliahan.
 Bagi institusi pendidikan
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam menguasai asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah tuberkulosis paru.
 Bagi keluarga
Dapat menjadi bahan masukan bagi keluarga untuk dapat menjaga
kesehatan dan menambah pengetahuan tentang penyakit tuberculosis
paru.

1.4. Metode dan Teknik Penelitian


1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng dengan
pengambilan kasus/pelaksanaan asuhan keperawatan selama 1 mingggu
dengan intervensi minimal 3 hari pada bulan November 2018.
2. Teknik pengumpulan data
a. Studi kepustakaan : Yaitu dengan cara pengumpulan data yang
digunakan sebagai konsep dasar dalam asuhan keperawatan dan
menyelesaikan masalah dalam pembahasan.
b. Studi kasus : Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa
keperawatan dan penyusunan rencana tindakan dan evaluasi asuhan
keperawatan. Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data antara lain sebagai berikut:
1) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara
melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan
keadaan klien tuberculosis paru.
2) Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien dan keluarga dengan
mengadakan pengamatan langsung.

Page | 8
3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan terhadap klien malalui : inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
4) Studi dokumentasi
Yaitu dilakukan dengan cara mencatat dan mempelajari data-data baik
yang tercantum dalam catatan keperawatan maupun catatan medis
yang ada di puskesmas.
5) Metode diskusi
Bila ada masalah atau kendala yang didaptkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien,penulis mengonsultasikan dengan
pembimbing atau tenaga kesehatan yang terkait.
3. Tehnik penulisan disusun sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :

BAB I : Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan


teknik penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis yang mencakup konsep dasar medic terdiri dari :
pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, pemeriksaan diagnostik, penaganan medik. Sedangkan
konsep dasar keperawatan terdiri dari : pengkajian, bagan
patofisiologi, diagnosa keperwatan, perencanan keperawatan,
implemetasi dan evaluasi.
BAB III : Tinjaun kasus yang memnuat tentang pengamatan kasus yang
meliputi pengkajian , analisa data, diagosa keperawatan,
perencanaan, implementi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori dengan kasus
nyata.
BAB V : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori dengan kasus
nyata.

Page | 9
Page | 10
BAB II
KELUARGA BERENCANA

2.1. Definisi
Pengertian keluarga berencana secara umum ialah suatu usaha yang
mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun
bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak
akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut
Pengertian sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar
pada pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani
pada laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar persetubuhan (Risyadi, 2001).
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk:
1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval saat kehamilan
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, yaitu mencegah atau melawan.
Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sel sperma tersebut. Cara kerja kontrasepsi pada umumnya
dapat dibagi menjadi:
I. Metode Sederhana:
a. Tanpa alat / obat
 Senggama terputus

Page | 1
 Pantang berkala

b. Dengan alat / obat


 kondom
 diafragma atau cap
 cream, jelly dan cairan berbusa
 tablet berbusa (vaginal tablet)
II. Metode Efektif
 Pil KB
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )/IUD
 Suntikan KB
 Susuk KB
III. Metode mantap dengan cara operasi
 Pada Wanita : Tubektomi
 Pada Pria : Vasektomi

2.3. Cara Kerja Konstrasepsi


I. Metode Sederhana
a. Tanpa Alat / obat
 Senggama terputus (Azal atau coitus interuptus)
Senggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada puncak
senggama alat kelamin pria (zakar) dikeluarkan dari vagina, sehingga
mani keluar dari luar vagina. Cara ini tidak berbahaya baik fisik
maupun mental. Namun sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan
sepenuhnya karena:
a) Memerlukan penguasaan diri yang kuat
b) Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa
tertumpah dari zakar dan masuk kedalam vagina sehingga dapat
terjadi kehamilan, meskipun sudah dilakukan pencabutan
sebelum mani menyemprot.

Page | 2
 Pantang Berkala
Pantang berkala ádalah tidak melakukan senggama pada masa subur
seorang wanita, yaitu sekitar waktu kejadiannya ovulasi. Cara
menentukan masa ovulasi adalah:
a) Untuk dapat menentukan masa ovulasi perlu diketahui siklus haid
yang akan datang
b) Untuk mengetahui haid yang akan datang perlu diketahui siklus
haid
c) Untuk mengetahui lamanya siklus haid perlu dicatat sekurang-
kurangnya 8-12 siklus haid selama 8 bulan

b. Dengan Alat/Obat
Maksud penggunaan alat adalah untuk menahan atau menghalangi
masuknya sperma ke dalam rahim sedangkan penggunaan obat
dimaksudkan untuk melumpuhkan sperma.
 Kondom
Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna
dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum dimasukkan ke
dalam vagina sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk
ke dalam vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan.
Adapaun indikasi pemakaian kondom adalah:
a) 6 Minggu sesudah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai
selama 6 minggu sesudah vasektomi (sampai mani tidak
mengandung spermatozoa lagi yang dapat diketahui lebih jelas
dengan pemeriksaan laboratorium)
b) Sementara menunggu pemasangan AKDR
c) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang
diminum

Page | 3
d) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36
jam
e) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementara menunggu
diagnosa yang pasti
f) Bersamaan dengan pemakaian spermicide
g) Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia
atau dipakai.
 Diafragma / Cap
Diafragma dibuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai untuk
menutup serviks gunanya untuk mencegah masuknya mani kedalam
serviks. Diafragma dimasukkan kedalam vagina setinggi mungkin
sampai menutupi mulut rahim, kemudian dikeluarkan lagi delapan
jam setelah persetubuhan.
 Cream, Jelly dan tablet atau cairan berbusa
Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa yang disebut spermicida
adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak/ melumpuhkan
spermatozoa didalam vagina sehingga tidak dapat membuahi telur.
Untuk penggunaan spermicida yang berbentuk tablet berbusa
dimasukkan kedalam vagina.
II. Metode efektif
a. Pil Keluarga Berencana
 Pengertian Pil KB
Pil KB ialah pil yang berisikan hormon estrogen dan atau
hormon progesteron yang dimakan wanita secara teratur untuk
mencegah kehamilan (Syahlan, 1996).
Menurut Herti (2007) pil adalah obat pencegah kehamilan yang
diminum. Pil telah diperkenalkan sejak tahu 1960, pil diperuntukkan
bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah
kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.
1) Jenis-Jenis Pil Keluarga Berencana
Menurut (Herti, 2007) ada 3 jenis pil KB, yaitu :

Page | 4
a) Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormone sintetis, yaitu hormone
estrogen dan progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari
cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir
100% efektif bila diminum secara teratur.
b) Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan
selama 14-15 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5-
6 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa
siklusnya. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal
siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan telur
sehingga terjadi kehamilan.
c) Pil khusus
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan
memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah
mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim)
sehingga mempersulit pengangkutan sperma.
2) Cara Pemakaian Pil KB
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus
haid. Dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya
hari minggu agar mudah diingat. Pada pasca persalinan pil mulai
dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedang pada pasca
keguguran 1-2 minggu sesudah kejadian (Wiknjosastro, 2002:919).
Pil KB yang berisi 20,21 dan 22 tablet mulai dimakan terus menerus,
dan kemudian istirahat selama 1 minggu. Pada pil kombinasi yang
terdiri atas 28 tablet (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo), pil
diminum terus menerus. Tablet yang diminum pertama kali sewaktu
haid ialah tablet plasebo. Pada 2 minggu pertama pemakaian pil
bungkus pertama sebaiknya jangan bersenggama, atau memakai cara
kontrasepsi lain. (Wiknjosastro, 2002:919).
Pemberian pil dihentikan sementara bila terdapat:

Page | 5
1) Denyut nadi melebihi 120/menit
2) Radang pembuluh darah balik (phlebitis)
3) Tekanan darah lebih dari 140/110 mmHg disertai sakit kepala
yang hebat, nafas sesak atau berdebar-debar
4) Pertambahan berat badan yang progresif
3) Efek Samping Pil KB
Gejala-gejala sampingan penggunaan pil KB disebabkan oleh karena
adanya gangguan keseimbangan hormon estrogen dalam tubuh.
Gejala-gejala tersebut baik yang bersifat subjektif maupun objektif
biasanya hanya sementara, ringan, tidak terdapat pada semua pemakai
pil dan hilang dengan sendirinya setelah dua sampai tiga bulan
(Syahlan, 1996:109).
Menurut Wiknjosastro (2002:919) efek samping dari penggunaan pil
KB dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
a) Efek sampingan ringan
Efek sampingan ringan dari penggunaan pil KB adalah: adanya
pertambahan berat badan, perdarahan di luar daur haid, mual-
mual, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea
pascapil, retensi cairan, dan keluhan-keluhan gastrointestinal.
Umumnya efek sampingan ini akan berkurang dan hilang dengan
sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien berpindah ke pil yang
lain dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih sesuai
b) Efek sampingan berat
Efek sampingan yang berat dari penggunaan pil KB adalah
tromboemboli yang mungkin terjadi karena peningkatan aktivitas
faktor-faktor pembekuan, atau mungkin juga karena pengaruh
vaskuler secara langsung.
Angka kejadian tromboemboli pada para wanita pemakai pil
adalah sekitar 4-9 kali lebih tinggi dari pada para wanita bukan
pemakai pil golongan umur yang sama. Angka kematian ialah 3
per 100.000 wanita pemakai pil, sehingga kalau dibandingkan

Page | 6
dengan angka kematian maternal (oleh karena kehamilan) angka
itu sebenarnya jauh lebih rendah. Kemungkinan mendapat
tromboemboli-suatu komplikasi jarang-dikurangi oleh
pemakaian pil yang mengandung estrogen dosis rendah, misalnya
50 mikro gram atau kurang dari itu.
Walaupun demikian masih ada kemungkinan hubungan antara
tromboemboli progesteron.
4) Penanggulangan Efek Samping Pil KB
a) Spotting
Berikan penjelasan bahwa hal tersebut hanya sementara, tetapi
jika terus menerus berikan pil KB 1-2 tablet per hari selama
beberapa hari sampai spotting hilang atau diganti dengan Pil KB
yang kadar estrogennya lebih tinggi.
b) Rasa mual
Berikan vitamin B 6, ganti dengan pil yang mengandung estrogen
lebih rendah atau ganti dengan cara KB yang lain.
c) Cloasma
Hentikan penggunaan pil, atau ganti dengan cara penggunaan
cara KB lain
d) Acne
Ganti dengan pil yang mengandung estrogen tinggi atau pil
dihentikan sementara dengan menggunakan cara KB lain.
e) Candidialis vaginal
Berikan antymycotic, ganti dengan pil yang mengandung
estrogen tinggi atau pil dihentikan sementara dengan
menggunakan cara KB lainnya
f) Nyeri kepala
Ganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih rendah atau
hentikan penggunaan pil, ganti dengan cara KB yang lain
g) Penambahan berat badan

Page | 7
Bila penambahan berat badan secara progresif dan banyak maka
pemakaian pil sebaiknya dihentikan atau diganti dengan cara KB
yang lain.
h) Varises/tromboplebitis
Hentikan penggunaan pil dan harus mendapat perawatan khusus
i) Hypertensi
Apabila lebih dari 160/105 mmHg, maka penggunaan pil perlu
dihentikan dan harus mendapat perawatan khusus.
b. IUD/AKDR
1) Pengertian
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo,
1999). Bahan-bahan IUD yang biasa digunakan terdiri dari plastik,
benang sutera, dan metal (Digitized by Usu, 2003).
2) Cara Kerja IUD
Menurut Saifuddin (2003) cara kerja IUD adalah sebagai berikut :
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubafalopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3) Keuntungan-keuntungan AKDR
Menurut Saifuddin (2003), keuntungan-keuntungan AKDR adalah
sebagai berikut :
a) Sebagai kontrasepsi mempunyai efektifitas yang tinggi, dimana
menurut BKKBN (1989) hanya terdapat 1 kegagalan dalam 125-
170 kehamilan.
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

Page | 8
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A dan
tidak perlu diganti)
d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (Cu T – 380
A)
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
apabila tidak terjadi infeksi
j) Dapat digunakan sampai menopause
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
l) Membantu mencegah kehamilan ektopik
4) Kerugian-kerugian AKDR
Menurut Saifuddin (2003), kerugian yang dapat ditimbulkan oleh IUD
adalah :
a) Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
b) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
c) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD, dimana PRP dapat memicu intertilitas
d) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan IUD. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan
e) Sedikit nyeri dan perdarahan (sprotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
f) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepas IUD
g) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera sesudah melahirkan)

Page | 9
h) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
untuk mencegah kehamilan normal
i) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu. Untuk melakukan ini perempuan memasukkan jarinya ke
dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
5) Indikasi pemasangan AKDR
a) Telah mendapat persetujuan suami
b) Pernah melahirkan dan telah mempunyai anak serta ukuran
rahimnya tidak kurang dari 5 cm
c) Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk
sterilisasi.
d) Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun
e) Dianjurkan sebagai pengganti Pil KB, bagi peserta yang
umumnya di atas 35 tahun
6) Kontraindikasi pemasangan AKDR
a) Adanya kehamilan
b) Infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus, akut, dan kronis
c) Lecet ( erosi) atau peradangan pada leher rahim
d) Diketahui datau dicurigai kanker rahim
e) Perdarahan yang tidak normal dari alat kelamin
f) Perdarahan haid yang hebat
g) Alergi logam
h) Rahim kecil, endometriosis
7) Saat yang baik pemasangan AKDR
Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat biasanya dilakukan
pada waktu haid, yaitu pada akhir haid atau pada hari sebelum
berakhirnya haid, karena:
a) Serviks lembut dan sedikit terbuka
b) Perdarahan dan sakit perut mungkin tidak menimbulkan keluhan
pada wanita tersebut

Page | 10
c) Pemasangan AKDR dapat juga dilakukan sewaktu-waktu, pada
saat:
(1) Segera setelah induksi haid atau abortus spontan, asalkan
tidak ada tanda-tanda infeksi misalnya: tidak panas, rahim
tidak lembut, tidak ada keputihan seperti nanah/banyak
sekali
(2) Setelah melahirkan yaitu: segera setelah melahirkan 2-4 hari
setelah melahirkan 40 hari setelah melahirkan.
c. Suntikan KB
Suntikan KB mengandung hormon progresteron, tidak mengandung
estrogen.
a. Cara kerja
Kontasepsi senantiasa mencegah kehamilan dengan cara:
1) Menghalangi terjadinya ovulasi
2) Menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi nidasi
3) Memekatkan lendir serviks sehingga menghambat perjalanan
spermatozoa melalui kanalis servikalis
b. Keuntungan
1) Sangat efektif, kegagalannya kurang dari 1%
2) Kemungkinan salah dan lupa memakainya tidak ada
3) Dapat diberikan pada ibu yang menyusukan karena tidak
mengurangi produksi ASI
4) Diberikan setiap 12 minggu sekali
c. Jenis
Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada 2 macam, yaitu
DMPA (Depo Medroxis Progresteron Asetat) yang lazim disebut
Depo Provera dan net oen (noretisteron) yang lazim disebut
Noristerat. Depo provera sebagai kontrasepsi suntikan diberikan dosis
150 mg/3 cc sedangkan noristerat dengan dosis 200 mg/cc
d. Waktu pemberian
a) Pasca persalinan sampai 40 hari

Page | 11
b) Pasca keguguran sampai 7 hari
c) Interval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari kelima
haid
e. Cara penyuntikan
a) Intramuskular
b) Tempat penyuntikan
(1) Pada otot bokong (glutea) yang dalam, bekas suntikan ditutup
dengan plester untuk mencegah keluarnya obat.
(2) Pada otot pangkal lengan (deltoid)
f. Indikasi
a) Ibu telah mempunyai anak lebih dari satu
b) Tidak dalam keadaan hamil
c) Riwayat siklus haid teratur
d) Tidak terdapat kontraindikasi
g. Kontraindikasi
a) Hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c) Tumor/ keganasan
d) Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati, tekanan
darah tinggi, obesitas, diabetes
h. Efek samping dan penanggulangannya
a) Devo provera
(1) Efek samping dapat berupa :
(a) Gangguan haid: amenorhea, menoragia, metroragia, dan
spotting
(b) Gangguan bukan haid: pusing sakit kepala, mual,
muntah, rambut rontok, jerawat, kenaikan berat badan,
kenaikan tekanan darah, penurunan libido, alergi dan
hyperpigmentasi.
(2) Penanggulangannya

Page | 12
Penanggulangan haid belum ada yang tepat, tapi untuk
sementara dianjurkan antara lain adalah perbaikan gizi,
pemberian pil KB 1-3 /hari selama 5-7 hari, penerangan yang
lebih intensif, pemberian obat symtomatis.
b) Noristerat
(1) Perdarahan yang mengganggu, penanggulangannya dengan
pil kombinasi 1 tablet /hari selama 10 hari
(2) Tidak sedang haid (amenorhea), penanggulangannya tidak
diberikan pengobatan bila tidak menimbulkan kegelisahan-
kegelisahan. Amenorhea di tanggulangi dengan pil
kombinasi 2-3 tablet perhari selama 7 hari. Bila amenorhea
yang terus menerus setelah 3 kali suntikan, dengan atau tanpa
pengobatan, maka suntikan dihentikan
d. Alat Kontrasepsi Susuk (Implant)
1) Pengertian Alat Kontrasepsi Implant
Alat kontrasepsi susuk KB atau implant adalah alat kontrasepsi bagi
wanita yang dipasang (disusukan) dibawah kulit lengan bagian atas
yang terdiri atas 1 atau 2 atau 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm berisi
zat levonorgestrvel. (Hartono, 2003)
2) Cara Kerja Susuk KB
Dengan disusupkannya kapsul tersebut silastik Implant dibawah
kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah Levonogestrel
kedalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat
dari bahan silastik tersebut, besar kecilnya levonogestrel yang
tergantung dari besar kecilnya levonogestrel permukaan kapsul
silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut.
Menurut Sadikin (2003), dengan dilepaskannya hormon levonogestrel
secara konstan dan kontiyu maka cara kerja implant dalam mencegah
kehamilan pada dasarnya terdiri dari 3 mekanisme dasar yaitu:
1) Menghambat terjadinya ovulasi
2) Terhambatnya perjalanan sel telur menuju rahim

Page | 13
3) Menebalkan leher rahim/lendir serviks
3) Yang Tidak Diperbolehkan Menggunakan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) akseptor yang tidak diperbolehkan
menggunakan Implant / susuk KB adalah:
a) Akseptor diperkirakan hamil atau tidak hamil
b) Menderita Tumor
c) Wanita berpenyakit jantung, darah tinggi dan kencing manis,
sakit kuning, infeksi panggul, varices berat, wasir
4) Keuntungan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi
implant adalah sebagai berikut:
a) Tidak menekan produksi ASI
b) Praktis dan efektif
c) Tidak ada faktor lupa
d) Masa pakai jangka panjang (5 tahun)
e) Membantu mencegah anemia
f) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan
g) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon
estrogen.
5) Pemasangan susuk KB
Waktu pemasangan implant yang tepat adalah pada saat ibu sedang
haid, yaitu sejak hari pertama haid sampai selambat-lambatnya hari
ketujuh, Postpartum 3-4 minggu. Pemeriksaan Ginekologi sebelum
pemasangan Implant perlu dilakukan sama seperti pada pemakaian
kontrasepsi hormonal lainnya, jika tidak terdapat kontra indikasi
hormon progestin maka pemasangan implant dapat dilakukan.
6) Pencabutan susuk KB
Akseptor sebaiknya berbaring horisontal selama pencabutan Implant,
untuk mempermudah pencabutan, tempat tidur/meja ditutup dengan
kain yang bersih.

Page | 14
7) Efek Samping, Penaggulangan, dan Pengobatan
a) Gangguan Haid
(1) Gejala dapat berupa Amenorhea dan Methrorhagia
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan
penjelasan kepada calon implant bahwa pemakaian
Implant dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut
akibat dan hormonal implant. Biasanya gejala-gejalanya
perdarahan tidak berlangsung lama. Bila amenorhea,
berikan penjelasan dengan baik.
(b) Pengobatannya dengan cara bila pasien ingin haid, dapat
dilaksanakan dengan memberikan pil KB hari I sampai
2 masing-masing 3 tablet. Selanjutnya dari hari 4, l x 1
selama 4-5 hari. Bila perdarahan dapat pula diberikan
preparat estrogen misalnya Ethynil Estradiol 2 x I sehari
sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti
dapat dilaksanakan “tapering off” (1 x 1 tablet) selama
beberapa hari. Dosis dapat ditingkatkan bila perlu.
b) Depresi
(1) Gejala dan keluhan dapat berupa rasa sakit, tidak semangat
dalam bekerja/ kehidupan.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan
penjelasan kepada calon akseptor guna menghindari
perasaan bersalah dan calon akseptor.
(b) Pengobatannya dengan cara terapi psikologis bagi yang
menderita depresi, pemberian vitamin-vitamin seperti
B6 50 mg.
c) Keputihan
(1) Gejala dan keluhannya berupa cairan putih yang berlebihan
yang keluar dari liang senggama dan mengganggu. Hal ini

Page | 15
jarang terjadi pada peserta implant dan bila terjadi ada
penyebab lain. Tidak berbahaya kecuali berbau, panas atau
terasa gatal.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan
penjelasan kepada peserta Implant jarang terjadi
keputuhan, bila hal ini terjadi juga harus dicari
penyebabnya.
(b) Pengobatannya tidak diperlukan pada kasus dimana
cairan berlebihan, dapat diberikan preparat anti
kolinergik seperti ektrat belladona 10 mg, 2 x 1 tablet.
d) Jerawat
(1) Gejala dan keluhannya berupa jerawat di wajah/badan dapat
disertai infeksi atau tidak.
(2) Pengobatan
Pengobatannya dengan memberikan Vitamin A dan vitamin
E dosis tinggi. Bila disertai infeksi dapat diberikan preparat
Tetrasiklin 250 mg 2x1 kapsul selama 1 atau 2 minggu.
d) Perubahan Libido
(1) Gejala dan keluhannya menurunnya atau meningkatnya
libido akseptor. Hal ini bersifat subyektif dan sulit dinilai.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
Menjelaskan kepada pasien kemungkinan hal ini dan sifatnya
yang subyektif pengobatan medis tidak dianjurkan.
e) Perubahan Berat
(1) Gejala dan keluhannya berat badan bertambah beberapa Kg
dalam beberapa bulan setelah pemakaian Implant.
(2) Penanggulangannya
Menjelaskan kepada akseptor Implant bahwa kenaikan berat
badan adalah salah satu efek samping dan pemakaian

Page | 16
Implant, akan tetapi tidak selalu kenaikan berat tersebut
diakibatkan dan pemakaian implant.
f) Hematoma
(1) Gejala dan keluhannya berupa warna biru dan rasa nyeri pada
daerah pemasangan atau pencabutan akibat perdarahan
bawah kulit
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara membenikan
penjelasan kepada peserta akseptor mengenai
kemungkinan hal tersebut.
(b) Pengobatannya dengan cara kompres dingin pada daerah
yang membiru selama dua hari. Setelah itu rubah
menjadi kompres panas hingga wama biru/kuning
hilang.
g) Nyeri
(1) Gejala dan keluhannya berupa rasa nyeri pada daerah
pemasangan akibat iritasi saraf setempat, hal ini mungkin
terjadi dari pemasangan Implant.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
I. Penanggulangannya dengan cara memberikan
penjelasan kepada akseptor tentang fisiologis dan cara
pemasangan Implant secara jelas.
II. Pengobatannya pemberian preparat analgetik anti
prostaglandin misalnya Acetosal 500 mg 3x1 tablet atau
parasetamol 500 mg 3x1 tablet.
III. Metode Mantap
 Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah kontrasepsi permanen wanita yang tidak
menginginkan anak lagi yang bekerja menghambat sel telur wanita
sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma. Cara kontrasepsi ini
dipersiapkan melalui tindakan operasi kecil dengan mengikat dan

Page | 17
memotong sel tuba (telur) pada istri. Keuntugannya adalah: Pemakaian
atau perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat
digunakan seumur hidup, tidak mengganggu hubungan suami istri, tidak
mengganggu produksi ASI. Kerugiannya berupa: faktor resiko dan efek
samping bedah.
 Vasektomi (MOP)
Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui operasi tindakan ringan
dengan cara mengikat dan memotong sel sperma (vas diferent) sehingga
sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa,
dengan demikian tidak terjadi pembuahan.
Keuntungan dari vasektomi adalah:
1) Tidak ada mortalitas (kematian)
2) Morbiditas (mengakibatkan sakit) kecil sekali
3) Dilakukan anastesi local, hanya kurang lebih 15 menit
4) Kemungkinan kegagalan tidak ada, karena diperiksa kepastian
laboratorium
5) Tidak mengganggu hubungan seksual dan cairan mani yang
dikeluarkan waktu coitus tidak berubah
6) Biaya murah
7) Dapat dilakukan dimana saja asal tempatnya bersih dan tenang, tidak
selalu harus di kamar mandi.
Efek samping vasektomi adalah: kulit membiru atau lecet,
pembengkakan dan rasa sakit, keadaan ini merupakan hal yang ringan dan
akan hilang sendiri tanpa pengobatan sederhana, gejala tersebut timbul
sebagai akibat persiapan, teknik dan perawatan yang kurang sempurna
disamping factor penderita sendiri.
Penangulangannya adalah dengan pemberian antibiotika dan
analgetik, kemudian konsultasikan dengan ahli jiwa jika penderita
mengalami gangguan psikologis.
Kegagalan pada vasektomi dapat terjadi konsepsi antara lain:
1) Kesalahan memotong

Page | 18
2) Cara mengikat tidak sempurna, cepat atau terlalu keras
3) Duplikasi vas diferent (kelainan bawaan)
4) Bersenggama sebelum sperma betul-betul negatif
5) Adanya penyambungan kembali dari ujung-ujung vas diferent yang
dipotong.

2.4. Asuhan Keperawatan pada Keluarga Berencana


LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Identitas Klien
Nama : Fatimah Zuhra
Umur : 30 tahun
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ulee Kareng
B. Riwayat Akseptor Sekarang
1. Ibu mengatakan mengatakan kurang mengetahui tentang keuntungan
dan kerugian alat kontrasepsi
2. Ibu ingin menjadi akseptor KB dengan suntikan 3 bulan
3. Ibu ingin mengatur jarak kehamilannya
4. Ibu merasa Takut jika hamil lagi jika tidak segera KB
5. Ibu menyusui bayinya
C. Riwayat kesehatan yang lalu
6. Tidak ada riwayat penyakit jantung, Hipertensi dan DM
7. Ibu tidak pernah menderita gangguan system reproduksi
Riwayat kesehatan sekarang
8. Tidak ada riwayat Opname dan operasi
9. Ibu tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol
D. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
E. Riwayat Pemenuhan kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Nutrisi / cairan

Page | 19
 Makan 3 x / hari
Jenis makanan : Nasi, Lauk pauk, sayuran
 Minum 7 – 8 gelas / hari
Jenis makanan : air Putih dan susu
2. Kebutuhan istirahat
 Sebelum sakit
- Tidur Siang : 1 – 2 jam / hari
- Tidur Malam : ± 8 jam
3. Personal Hygiene
 Mandi 2 x / hari
 Keramas 2 – 3 x / hari
 Mengganti Pakaian dalam dan luar setiap kali lembab / kotor
F. Pemeriksaan Fisik
1. KU Ibu : Baik, keadaan komposimentis
2. BB : 50 Kg
3. TTV : TD : 120/80 mmHg S : 35,7 0S
N : 80 x / I C : 24 x / i
4. Kepala
 Inspeksi : Rambut Hitam, tidak mudah rontok, tidak berketombe
 Palpasi :Kulit kepala bersih, Tidak ada berjolan dan nyeri tekan
5. Wajah
 Inspeksi : Ekspresi wajah tampak ceria dan tenang
 Palpasi : Tidak Oedema
6. Mata
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dam tidak ada sereman
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Mulut dan gigi
 Inpeksi : Gusi merah muda, tidak ada caries, tidak ada gigi
tanggal, lidah nampak bersih

Page | 20
8. Leher
 Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, dan
vena jugularis
 Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, dan
vena jugularis
9. Payudara
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada hiperpigmentasi
pada aerola mamae
 Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan
10. Ekstremitas
Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema dan varices, reflex patella kiri dan
kanan (+)
LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Akseptor KB suntikan Depoprogestin
DS : - Ibu ingin menggunakan suntikan KB 3 Bulan
DO : TTV : TD : 120/80 mmHg S : 35,7 0S
N :: 80 x / I P : 24 x / i
: - Tidak ada nyeri tekan payudara dan tidak ada massa
- . Tidak ada pembesar kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis
- Tidak ada varices dan tungkai
Analisa dan Interpretasi data
- Suntikan Depo Progestin mengandung hormone progestin diberikan sebelum
kontrasepsi maka perjalanan ovum dalam tubuh akan terhambat
- Implementasi dihambat bila progesterone diberikan sebelum ovulasi
walaupun ovulasi dapat terjadi produk dari corpus luteum akan berkurang
sehingga implementasi di hambat
- Kapasitas sperma untuk membuahi sel telur akan membuat rintangan disekitar
ovum (John kompang dan schering ag. 1957)

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Antisipasi terjadinya kehamilan

Page | 21
DS : Ibu sebelum haid selama menjadi akseptor KB 3 bulan
depopoprogestin
Ibu terlambat dating untuk mendapatkan suntikan ulang
DO : Ibu mengalami amonerhea salema menjadi akseptor KB suntik depo
progestin
Analisa dan interpretasi data
- Salah satu tanda tidak pasti terjadinya kehamilan yaitu tidak haid (amenorrhea
sekunder) oleh karena itu diperlukan test kehamilan untuk mengetahui apakah
Urine mengandung HCG (Human Clorianic Genadotropik) karena HCG di
produksi di plasenta setelah terjadi implementasi di urine (8-10 hari) awalnya
hanya ACG mengikat pelan-pelan dan meningkat mencapai puncaknya antara
minggu 8 – 11 kehamilan HCG inilah yang membuat positif pada test
kehamilan (wiwik karokami, Ruang sehat.com 2011)

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI


Tidak ada data yang menunjang

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN


Akseptor KB Suntikan Depo progestin
Rencana Tujuan : Tidak terjadi kehamilan
Rencana Kriteria : Ibu bersedia menjadi KB Depo Progestin 3 bulan
: Ibu mengetahui manfaat dan efek samping
Depoprogestin 3 bulan
Intervensi Tanggal 15 Desember 2018 jam 12:20 Wita
1. Sambut ibu dengan senyum salam dan menyapa
Rasional : Dengan senyum, salam, sapa ibu merasa diperhatikan dan mengikat
hubungan baik antara bidan dank lien
2. Jelaskan kepada ibu kandungan Depo Progestin
Rasional : Agar ibu mengetahui kandungan depoprogestin sehingga
menambah pengetahuan ibu

Page | 22
3. Jelaskan pada ibu keuntungan dan kerugian depoprogestin serta efek
sampingnya
Rasional : Ibu dapat memahamni dan tidak merasa cemas bila terjadi efek
samping dan segera menghubungi petugas kesehatan untuk
mendapatkan pertolongan bila terjadi efek samping yang serius
4. Lakukan penyuntikan Depoprogestin secara IM pada 1/3 bokong ibu
Rasional : Dengan penyuntikan yang benar dan waktu yang tepat (kunjungan
ulang teratur) dapat mencegah kehamilan
5. Anjurkan Klien untuk dating kembali bila ada keluhan
Rasional : Penggunaan secara dini dapat mengatasi masalah secara cepat dan
tepat
6. Beritahukan kepada ibu untuk melakukan kunjungan 3 bulan kemudian
Rasional : Dengan penyuntikan tepat waktu dapat mencegah terjadinya
kehamilan

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
1. Menyambut ibu dengan senyum salam dan sapa
2. Menjelaskan pada ibu kandungan Depo Progestin
3. Menjelaskan pada ibu keuntungan dan kerugian depoprogestin serta efek
sampingnya
- Keuntungan : - Tidak menimbulkan keluhan dalam bersenggama
 Tidak mengangguk produksi ASI
 Sangat efektif dan mencegah penularan HIV AIDS yang
melalui jarum
- Kerugian : - Perdarahan yang tidak menentu atau haid tidak teratur
 Perubahan BB
 Terjadin amenorrhea (tidak haid berkepanjangan)
4. Melakukan penyuntikan Depoprogestin secara IM pada 1/3 bokong ibu
5. Menganjurkan Klien untuk dating kembali bila ada keluhan
6. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan kunjungan 3 bulan kemudian
yaitu pada tanggal

Page | 23
LANGKAH VII EVALUASI
Tanggal 15 Desember 2018 ; Jam 12.45 wita
1. Ibu mengetahui tentang penjelasan yang telah diberikan
2. Ibu mengerti tentang manfaat dan efek samping suntikan Depo Progestin
3. Ibu sudah disuntik depoprogestin
4. Ibu bersedia datang kembali jika ada keluhan
5. Ibu bersedia datang kembali pada tanggal yang telah ditentukan

Page | 24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya semua alat kontrasepsi bila digunakan sesuai anjuran yang ada,
dapat menjadi alat kontrasepsi yang menghambat terjadinya kehamilan dan
menurunkan angka kelahiran pada semua wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi. Namun apa yang telah dijelaskan di atas dapat juga terbalik,
apabila dilakukan tidak sesuai anjurkan atau dapat dikatakan akan
meningkatkan terjadinya kehamilan dan kelahiran yang pada dasarnya ingin
menghambat dan menekan terjadinya kehamilan, malah terbalik semakin
banyak mempunyai anak.
Oleh karena itu diperlukan peran serta tenaga kesehatan, untuk berperan serta
membantu suatu keluarga agar menjadi keluarga yang sejahtera dengan cara
melakukan penyuluhan secara berkesinambungan kepada ibu-ibu rumah
tangga atau bapak-bapak untuk menggunakan KB. Agar jumlah kehamilan
dapat di minimalkan secara optimal sehingga terbentuklah keluarga kecil
bahagia sejahtera.
3.2. Saran
Diharapkan agar mutu pelayanan lebih ditingkatkan dan lebih maju serta
perlu kiranya memfungsikan sarana dan prasarana yang telah tersedia
ditempat pelayanan praktek semaksimal mungkin.

Page | 25
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2000. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
Herti, 2007. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Yang Tepat
Bagi Wanita. http://www.depkes.co.id/
Notodohardjo, 2003, reproduksi Kontrasepsi dan Keluarga Berencana, Jakarta
Robert Prihardjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta
Saifudin,A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Suririnah, Dr. 2005. Beberapa Metode Kontrasepsi Atau KB.http://www.info
ibu.com//

Page | 26

Anda mungkin juga menyukai