Anda di halaman 1dari 21

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Empat
STELLA mondar-mandir di rumah, tak dapat ber
konsentrasi bahkan untuk membaca buku paling ri-
ngan sekalipun. Ia terus memikirkan reaksi Callum
saat mendengar pengakuannya.
Pria itu mungkin berpikir ia benar-benar egois,
ingin pergi ke London dan meninggalkan tanggung ja-
wabnya sebagai ibu. Seandainya Callum tidak buru-bu
ru pergi, Stella pasti akan menjelaskan bahwa ia mene
rima kenyataan London sudah bukan pilihan lagi.
Stella berjalan dari satu ruangan di rumah Birra
lee itu ke ruangan lain dengan gelisah dan cemas, men
duduki tiap kursi, melihat-lihat foto keluarga, mende-
ngarkan musik, membolak-balik majalah...
Ia bahkan memaksa diri untuk memikirkan su-
rat yang harus dikirimkannya kepada jaringan TV
yang menawarkan pekerjaan padanya. Saya menulis
surat ini untuk memberitahukan bahwa... dengan sa-
ngat menyesal... saya berada dalam posisi yang tidak
memungkinkan untuk menerima tawaran Anda...
Ia mengobrol dengan Oscar dan Mac, tapi parkit
nya tak pernah dilatih berbincang dan kemampuan
bicara seekor anjing bahkan lebih terbatas.
Senja menjelang saat terdengar derap kuda me-
naiki jalan dari arah sungai, Stella pun bergegas ke
jendela untuk melihat.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Sembari menunggang kuda hitam yang indah,
Callum seolah melayang saat menyusuri jalan menda-
ki ke arah rumah. Di belakangnya matahari bersinar
terang. Napas Stella tersekat. Pria dan tunggangannya
itu seakan langsung keluar dari matahari seperti para
dewa legenda kuno. Pemandangan itu membuat Stella
terpesona. Membuat hatinya terusik.
Kemudian, ketika sudah turun dari kuda dan ma
suk ke rumah, Stella lega melihat Callum sama sekali
tak terlihat seperti dewa dan jauh lebih manusiawi—
berdebu, bersimbah peluh, dan kelelahan.
“Sepertinya kau benar-benar bekerja keras hari
ini.”
“Berpikir keras, tepatnya,” Callum mengoreksi.
Matanya lalu menyipit dan memandang Stella saksa-
ma. “Aku akan mandi, setelah itu ada yang ingin ku-
sampaikan.”
Mulut Stella menganga. Apa maksud semua ini?
“Apa kau tak bisa memberiku petunjuk?” tanya Stella
kepada Callum yang telah memunggunginya.
Di pintu lorong Callum berhenti dan menoleh ke
belakang. “Aku punya tawaran untukmu.”
Lalu dia lenyap.
Stella mondar-mandir di ruang keluarga, tegang
seperti siswa yang berbuat kenakalan dan dipanggil
ke ruang kepala sekolah. Tawaran? Bisa-bisanya pria
itu menghilang seharian, dan kembali untuk menjatuh
kan bom seperti ini, lalu dengan santai meninggalkan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ruangan untuk mandi, seakan yang dia ucapkan hanya
masalah sepele?
Tawaran? Apa yang Callum maksud? Berbagai
gagasan gila berkecamuk dalam otak Stella, namun se-
tiap kali dipikirkan, ia langsung panik.
Mondar-mandir di karpet membuat benak Stella
semakin tak keruan, ia pun mengenyakkan diri di kur-
si berlengan, tempat sebagian besar siangnya dihabis-
kan dengan semangkuk biskuit dan sekaleng limun.
Stella berharap ia terlihat lebih tenang daripada
yang dirasakannya, kemudian bersandar santai di kur
si empuk besar dengan kedua kaki terlipat, membo-
lak-balik halaman majalah lama wanita.
Akhirnya, langkah Callum terdengar di lorong,
sementara Stella berusaha keras melawan keinginan
meluruskan kaki dan duduk tegak.
Tenang. Jangan sampai dia tahu bahwa kau ce-
mas. Lagi pula, tawaran hanyalah kata halus dari
saran—nasihat. Tentu saja kau bisa menghadapinya.
Orang-orang pernah menawarkan berbagai nasihat bi-
jak dalam hidupmu.
Ketika Callum memasuki ruangan, mata Stella te
tap terpaku pada majalah di pangkuan, membalik hala
man selanjutnya dengan perlahan lalu dengan sama
pelannya mendongak ke arah Callum.
Kesalahan besar!
Dengan wajah segar sehabis mandi dan rambut
ikal yang masih lembap, Callum berdiri di tengah kar-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pet oriental antik sambil menatap Stella. Tiba-tiba,
Stella sadar keputusannya untuk berselonjor di kursi
merupakan tindakan yang sangat fatal.
Dan posisi ini, ia terpaksa mendongak... dan
mendongak... ke tubuh Callum yang tinggi dan ber-
bahu bidang... ke rahang kokoh, bibir tegas, dan alis
tebal yang tampak murung itu.
Mata cokelat pria itu yang berkilau keemasan
merupakan satu-satunya berkas hangat di wajahnya.
Dari sudut pandang ini, yang lain tampak besar dan
muram.
Serta luar biasa tampan. Tubuh ramping, mata
waspada, dan rambut kusut Callum membawa kesan
bahaya dan anggun yang mengancam sekaligus meng-
getarkan hati Stella.
“Merasa lebih baik setelah mandi?” tanya Stella,
berusaha keras tidak terlihat canggung.
“Yang jelas aku merasa lebih bersih.” Callum me
ngambil tempat duduk di seberang Stella, kemudian
bersandar.
Stella memperhatikan saat tubuh tinggi Callum
tidak tergesa-gesa sewaktu mengenyakkan diri ke kur
si. Seperti aku, dia juga berusaha keras terlihat tenang
dan terkendali. Kenyataan tersebut membantu Stella
menenangkan diri. Ia mengambil cracker dari mang-
kuk di sampingnya dan mulai mengunyah. “Kau mau?”
Callum menggeleng. “Kita perlu membahas per-
masalahanmu.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Permasalahanku?” Stella mengulang pelan-pe-
lan. “Maksudmu kehamilanku?”
“Tentu saja.”
Tenang. Dengan kaki tetap ditekuk, Stella berka-
ta, “Sudah kubilang, jangan khawatir, Callum. Demi Tu
han, sudah sejak dulu kaum wanita menangani masa-
lah ini.”
“Dan terlalu sering mereka berada di pihak yang
paling dirugikan pada akhirnya.”
Tepat sasaran. Stella tak bisa menyangkal per-
nyataan itu.
Bibirnya menggembung ketika mengembuskan
napas panjang perlahan. Oke, Callum Roper mungkin
benar-benar berusaha melihat permasalahan itu dan
sudut pandangku, meski belum tentu tawaran yang
dia ajukan akan berpihak kepadaku, pikir Stella.
Sambil bergeser ke samping, Stella mengangkat
mangkuk dari meja kecil dan meletakkannya di pang-
kuan, mengulur waktu saat memilih cracker selanjut-
nya. “Jadi apa rencana besarmu, Callum?”
“Tidak terlalu besar. Cukup sederhana, sebenar-
nya. Aku menawarkan pernikahan.”
Kaki Stella refleks menjulur ke bawah. Cracker
melayang ke karpet, dan ia benar-benar lupa bersikap
tenang. Pernikahan? Stella mencengkeram erat lengan
kursi dengan mulut menganga. “Apa yang kaubicara
kan?”
Callum mengabaikan cracker yang berserakan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
itu dan berkata sungguh-sungguh, “Menurutku, perni-
kahan solusi paling tepat untuk masalahmu.”
Stella benar-benar terkejut dan berjuang menga
tur napas. Ia butuh beberapa tarikan napas sebelum
akhirnya mampu berbicara. “Maksudmu, kau ingin
aku menikah dengan seseorang?”
Callum mengangguk pelan.
“Teganya kau?” Stella melompat berdiri. Hal
seperti ini tidak bisa dihadapi dalam keadaan duduk.
“Apa hakmu menghancurkan hidupku?”
Dengan wajah hampa, Callum berujar tenang,
“Biar kuselesaikan perkataanku dan akan kujelaskan
semuanya.”
Sambil berkacak pinggang, Stella melotot kepa-
da Callum, napasnya pendek-pendek dan tidak teratur
“Oke,” ujar Stella akhirnya. “Pria malang mana yang
kaupikir harus kujebak dalam tali pernikahan?”
Hening sejenak sebelum Callum akhirnya berka-
ta singkat, “Aku.”
Kekagetan yang baru menghantam Stella hingga
memaksanya terduduk kembali. Menikah dengan Cal-
lum? Mustahil! Desir hawa panas menyelimuti Stella,
membawa kembali kenangan setahun lalu yang terlu-
pakan saat percik gairahnya begitu kuat, begitu liar,
hingga benar-benar mengejutkannya.
Napas Stella terengah-engah dan putus asa.
“Kau—kau gila, ya?”
“Mungkin.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Astaga, Callum.” Stella tertawa gugup. “Jangan
bercanda seperti itu. Hampir saja aku mengira kau
serius.”
Callum tidak bergerak ataupun bicara. Semua
benar-benar sinting. Dia hanya duduk santai di kursi
sambil menumpukan salah satu kakinya yang bersepa
tu bot ke lutut yang lain. Jika harus tetap terlihat te-
nang, Callum juaranya.
“Aku memang serius” ujar Callum dengan emosi
datar yang sangat menjengkelkan. “Ini solusi yang pa-
ling bijaksana.”
“Bijaksana? Apa bijaksananya ide itu?” Stella me
lompat berdiri lagi, tangannya terangkat ke atas untuk
menunjukkan kekalutan. “Callum, halo! Sekarang abad
ke-21. Mungkin pria outback tidak terlalu mengikuti
zaman, tapi kebanyakan pria masa kini mengerti wani
ta tidak mau dipaksa menjadi milik lelaki. Pemikiran
seperti itu sudah mati pada—pada Abad Kegelapan.”
Bisa-bisanya Callum duduk di situ dan terlihat
begitu tenang? Begitu angkuh? Dia pasti sudah gila.
“Kau pasti masih mengira bumi ini datar!” jerit
Stella.
Ia tidak sanggup, tidak ingin tetap di sini mende
ngarkan omong kosong ini! Sebelum Callum sempat
menjawab, Stella bergegas keluar ruangan dan berja-
lan cepat menyusuri lorong, tak tahu ke mana tujuan-
nya, hanya butuh ruang. untuk berpikir. Untuk men-
jerit?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tapi lorong itu menggiring Stella ke beranda de-
pan dan setelahnya tak ada apa-apa lagi selain hampa-
ran tanpa akhir semak belukar, dataran tanah merah,
dan rumput. Daerah outback. Sambil mengerang Stella
bersandar ke susuran beranda dan menatap semak
belukar yang kian gelap.
Hanya itu yang ada di luar sini. Semak, semak,
dan lebih banyak lagi semak belukar. Kini Stella sadar
memiliki kedai kopi kecil di tikungan apartemennya
di Sydney merupakan kemewahan. Jika perlu tempat
sepi untuk menenangkan diri, ke manakah gadis out-
back akan pergi?
Terdengar langkah kaki di belakangnya, Stella
pun berbalik dan menemukan Callum berdiri di am-
bang pintu.
“Kau baik-baik saja?” tanya Callum lembut.
Stella hampir menyemburkan balasan pedas la-
gi, tapi ekspresi wajah Callum membuatnya menahan
diri. Tatapan hampa itu sudah hilang, dan sebaliknya
Stella melihat seberkas kerapuhan. Stella melepas ke-
marahannya dengan mendesah. “Kurasa aku baik-baik
saja. Aku tak bisa berpikir. Rasanya seolah kau menye
rang otakku dengan alat kejut listrik.”
Perlahan, Callum berjalan menyeberangi beran-
da dan bersandar di susuran. Terlalu dekat malah.
“Aku minta maaf,” ujarnya pelan. “Kurasa aku telah
mengacaukan segalanya.”
Rasa bersalah Callum mengejutkan Stella, dan ia
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tidak bisa terus marah pada pria itu. “Aku hanya tidak
mengerti kau mendapat gagasan itu dari mana.”
“Aku—aku tahu kau sama sekali tidak memikir-
kan pernikahan karena masih mencintai adikku.”
Stella berpaling, bertanya-tanya apa yang akan
dipikirkan Callum andai dia tahu betapa mudah bagi
Stella untuk berhenti mencintai Scott setelah menya-
dari betapa kecil arti dirinya bagi pria itu.
Callum berdeham. “Aku tak mengatakan kau
akan menjadi istriku dalam arti sebenarnya. Aku tidak
—tidak berusaha menggantikan Scott. Pernikahan
yang kupikirkan lebih menyerupai—kesepakatan bis-
nis daripada pernikahan sungguhan.”
Sorot terkejut Stella beradu dengan Callum. “Ke-
sepakatan bisnis seperti apa?” bisiknya.
“Sesuatu yang sangat praktis, di mana kau boleh
tinggal di sini sampai bayi itu lahir, kemudian pergi ke
London persis seperti yang kauinginkan.”
Tetap pergi ke London? Dug! Dug! Begitulah bu-
nyi detak jantung Stella, bak anak kecil yang girang.
Otot rahang Callum mengertak. “Apa kau sudah
memikirkan masak-masak apa yang akan terjadi sean-
dainya kau meninggalkan bayimu?”
Stella menekan jemari ke pelipisnya yang berde
nyut. Ya Tuhan! Ia benar-benar bingung dengan pera-
saan menjadi ibu. Kadang-kadang, ia berpikir memili-
ki bayi mungilnya sendiri pasti akan sangat menye-
nangkan, namun sering kali ia merasa akan menjadi
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ibu yang buruk seperti Marlene.
“Aku harus memikirkan apa yang terbaik bagi
bayi ini dalam jangka panjang. Pekerjaan itu mungkin
penting bagi karierku. Sudah lama aku berjuang men-
dapatkannya, dan dengan bekerja di sana aku bisa
memenuhi kebutuhan bayiku kelak.”
Raut Callum tampak serius, penuh pemikiran
dan hampir sedih, hingga Stella merasa air matanya
merebak. Stella kembali berpaling saat bertanya de-
ngan suara tersekat, “Apa rencanamu dengan bayi ini
—begitu aku pergi nanti?”
“Dia akan tinggal di sini bersamaku. Tentu saja
aku harus mempekerjakan seseorang untuk memban-
tuku, tapi kurasa itu takkan sulit. Akan kupastikan dia
dirawat dengan baik.”
“Aku mengerti. Tapi... Mengapa kau bersedia
melakukan itu, Callum? Dan mengapa kau mau repot-
repot menikahiku?”
Ekspresi yang sulit dimengerti berkelebat di ma
ta Callum. Sewaktu bersedekap, ia tidak langsung men
jawab seolah ingin menyiapkan kata-katanya dulu se-
belum berbicara. “Pernikahan akan membuat bayi ini
tercatat sebagai anak yang sah. Menjadi bagian dari
klan keluarga Roper. Kurasa itu penting bagiku.”
Stella mengangguk. Tentu saja. Nama keluarga.
“Bisa kubayangkan anak Senator Ian Roper pasti tidak
ingin keluarganya dipermalukan karena ada anak ti-
dak sah.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Aku menginginkan ini demi Scott. Itu artinya
bagian dirinya akan tetap hidup di sini.”
Callum lalu mengerjap dan buru-buru berpaling,
memandang ke padang sabana yang semakin gelap,
dan Stella merasa di antara bentangan pohon, dunia,
dan langit di depan sana, ada sesuatu yang dilihat pria
itu yang takkan pernah dilihatnya, sesuatu yang tak-
kan pernah dirasakannya.
“Dan saat aku kembali nanti—?”
Callum menatap Stella lagi. “Setelah dari Lon-
don?”
“Ya.”
“Kau bebas untuk pergi.” Jakun Callum naik-tu
run di tenggorokannya. “Kau dapat meneruskan kehi-
dupanmu.”
Bebas untuk pergi. Mengapa kata-kata itu mem-
buat Stella merasa seakan ada pintu yang dibanting di
depan mukanya? “Bagaimana dengan bayi ini?”
“Dia akan tinggal bersamaku.”
“Maksudmu kau ingin membesarkannya di sini?
Membiarkannya tumbuh di sini?”
Selama beberapa detik panjang yang menyiksa,
Stella menanti jawaban Callum.
“Ya,” jawab Callum akhirnya. “Itu akan menjadi
bagian dari penawaran ini.”
Kehampaan yang dingin dan kejam menyelubu-
ngi Stella. Ya Tuhan. Ia menangkupkan tangannya
yang gemetar di atas perut. Mampukah ia meninggal-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan bayinya selamanya?
“Tentu saja kau dapat menjenguk anak ini ka-
pan pun kau mau, tapi tempat ini akan menjadi rumah
nya. Anak Scott harus memiliki kesempatan untuk
tumbuh di outback. Kehidupan di sini baik. Daerah ini
menumbuhkan anak yang sehat dan mandiri.”
“Begitu.” Stella mencengkeram tiang beranda
untuk menahan tubuhnya yang limbung.
Ia tak sanggup melakukannya. Tidak mungkin ia
sanggup meninggalkan bayinya tumbuh besar tanpa
dirinya.
Jangan egois, Stella. Pikirkan apa yang terbaik
bagi anak itu. Apa yang dapat kautawarkan sebagai
orangtua tunggal? Dan kau juga tak punya petunjuk
bagaimana menjadi ibu yang baik.
Jika ia menyetujui rencana Callum, bayinya akan
tumbuh sebagai anggota keluarga besar Roper dengan
kakek-nenek, paman, bibi, dan sepupu. Besar di Bir-
ralee, mencintai padang sabana, persis ayahnya dulu.
Stella berusaha keras hanya memikirkan detail
praktisnya. “Jadi kita akan mengucapkan janji pernika
han saling memiliki dan menjaga hingga maut memi-
sahkan, lalu apa? Apa kita akan bercerai?”
Callum bersandar ke susuran, dan memandang
sepatu botnya yang usang sambil menjawab. “Betul.
Aku tahu kedengarannya sangat matematis, tapi kura-
sa tujuan kita sudah jelas.”
“Kau akan melakukan itu demi Scott—demi bayi
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Scott, sementara aku akan melakukannya demi—”
Stella menelan ludah. Demi satu-satunya kesempatan
yang dimiliki bayiku untuk mendapatkan keluarga—
keluarga yang layak—dan mencegah diriku mengacau-
kan peran sebagai ibu. Ia tak mungkin mengakui itu.
“—aku akan melakukannya demi karierku.”
Callum mengangguk muram.
Tidak mungkin persoalannya sesederhana itu,
bukan? Pasti akan ada penghalang. “Kupikir upaya
untuk mengakhiri pernikahan agak sulit dan rumit.”
“Aku sadar persoalannya tidak akan rumit andai
tidak pernah ada—” Callum menelan ludah “—kedeka
tan apa pun.”
“Oh?” Stella berpaling, dan berharap Callum
tidak melihat pipinya yang mendadak merona. “Tapi
rencanamu adalah kita hidup bersama, sebagai suami
dan istri, sampai bayi itu lahir?”
“Kurang-lebih begitu.” Callum berdeham. “Kita
bisa tidur di kamar terpisah.”
“Yeah, tentu.”
Callum mendekat dan menyentuh pipi Stella,
jemarinya yang kasar hanya menyentuh sekilas kulit
wanita itu, namun Stella terlonjak. Sejenak, bibir Cal-
lum yang gemetar tersenyum sedih, namun tangannya
tetap di pipi Stella saat ia berkata parau, “Kau akan
aman, Stella. Aku tidak akan mengulang kesalahan
yang sama seperti di Sydney.”
“Tentu saja tidak,” bisik Stella serak.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Callum kemudian menarik tangannya. “Keterta-
rikanku padamu belakangan ini hanya karena kau ibu
dari keponakanku.”
Pernyataan itu membuat Stella sangat marah.
“Kau melihatku sebagai inkubator?”
“Bukankah begitu?”
Brengsek! “Aku menolak menjawab pertanyaan
itu,” dengus Stella. “Tapi kau bisa tenang, Callum, jika
aku menyetujui semua ini, aku takkan pernah terpikir
untuk menggodamu.”
“Bagus,” ujar Callum agak keras sambil memu-
kul susuran kayu beranda.
“Ya, bagus sekali,” seru Stella.
Setelah keheningan yang tidak mengenakkan,
Callum menambahkan, “Dengar, ini terlalu banyak un-
tuk kauserap dalam sekejap. Sementara aku memiliki
waktu seharian memikirkannya. Bagaimana kalau aku
menyiapkan makan malam dan memberimu kesem-
patan untuk berpikir? Kita tak perlu memutuskannya
saat ini juga.”
“Tentu,” dengus Stella dan berlalu meninggal-
kan Callum. Ia berjalan ke ujung terjauh beranda,
tempat ia berdiri sambil memandang ke arah semak
belukar yang sepi.
Callum lalu masuk kembali ke rumah.
“Tunggu sebentar,” panggil Stella.
Callum benar. Semua ini terlalu banyak untuk di
serap, dan Stella tak mau ditinggal sendirian di beran-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
da dengan berbagai pikiran menakutkan! “Aku masih
punya banyak pertanyaan.” Tangannya mengibas pu-
tus asa, menggemakan kekalutan. “Kurasa aku harus
ikut masuk dan mengusikmu. Membicarakan permasa
lahan ini sampai tuntas.”
Callum mengangkat bahu. “Terserah kau saja.”
Sewaktu mengikuti Callum ke dapur, pikiran
Stella terfokus pada satu hal: Aku harus ingat bayiku
akan memiliki keluarga. Bukan hanya untuk setahun...
melainkan selamanya.
Dan di dapur, mata Stella memperhatikan
kumpulan kursi tak seragam yang mengelilingi meja
makan serta kursi tinggi di sudut ruangan. Malam ini,
semua tampak lebih indah daripada sebelumnya.
Stella membayangkan bayi mungilnya menjadi bagian
ruangan ini, bagian dari keluarga besar Roper yang
meriah, dengan bibi, paman, dan enam sepupu yang
ribut.
Tak terhitung banyaknya hari-hari sepi yang
Stella lalui saat masih kecil, ketika ia membayangkan
ruangan seperti ini dipenuhi keluarga besar yang ra-
mai. Ia membayangkan mereka semua—dan di kepala
nya keluarga itu tampak begitu nyata.
Kakek-nenek yang baik hati dan memanjakan
dirinya; bibi cantik yang membawakan buku baru saat
ulang tahun dan parfum pada hari Natal; sepupu lelaki
menyebalkan yang suka mengganggu; paman yang ri-
ang dan rela meluangkan waktu untuk mendengarkan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mimpi-mimpi Stella—dan ayah.
Oh, ayah dalam fantasinya begitu baik dan me-
nyenangkan!
Ya Tuhan! Mana mungkin ia tega menyerahkan
bayinya? Tapi mana mungkin pula ia tega mengingka-
ri kesempatan anaknya mendapatkan semua itu?
Callum sibuk berkutat dengan mangkuk dan
wajan di lemari. “Kau suka spageti?” tanyanya sambil
menoleh ke belakang.
“Tentu.”
“Bagus.” Callum menarik panci besar, mengisi-
nya dengan air, dan meletakkannya di kompor.
“Ada yang bisa kubantu?”
“Kau bisa memarut keju parmesan. Maaf, tapi
aku hanya sanggup memanaskan saus botolan.”
Stella tersenyum. “Aku juga memasak dengan
cara itu.”
Callum masuk ke pantri dan kembali dengan
satu pak spageti, sebotol besar saus tomat Italia, dan
saus bawang putih.
Merasa bersyukur dengan pengalihan itu, Stella
mencari keju di kulkas, menemukan parutan dan
mangkuk kecil di lemari sebelah kompor lalu duduk di
meja.
“Kau tahu,” ujar Stella sambil mengupas plastik
pembungkus keju berbentuk segitiga, “jika kita men
jalankan rencanamu itu, kau akan mendapatkan penu-
karan yang buruk. Aku tak bisa memasak dan tak tahu
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
cara hidup di outback.”
Tiba-tiba kebenaran perkataan tadi menyentak
Stella. Ia membayangkan pertemuan dengan keluarga
Callum kelak, dan mendadak panik luar biasa. “Kita
tak dapat melakukannya,” ujarnya cepat. “Takkan ber-
hasil.”
“Mengapa tidak?”
“Ya ampun, Callum. Ada banyak alasan. Tapi ala-
san nomor satu, aku tidak cocok di sini. Lihatlah aku.”
“Aku melihatmu. Aku lihat satu kepala, dua le-
ngan, dua kaki” Bibir Callum tiba-tiba berkedut. “Kuku
kaki yang aneh.”
Stella sontak waspada dan langsung menarik
kakinya ke kolong kursi. Sewaktu mengisi waktu tadi
siang, ia memoles ulang kuku kakinya dengan warna
merah gelap dan menempelkan ornamen kecil kepera
kan. “Itu maksudku. Kuku kaki ini contoh sempurna
betapa aneh diriku. Gaya dandanku benar-benar aneh.
Aku wanita Gipsi. Berani taruhan wanita di keluarga-
mu memakai anting-anting mutiara dan mengenakan
kemeja linen klasik dengan jins ketat, serta tergila-gila
pada kuda...”
“Hmm... ya.”
“Satu-satunya kuda yang pernah kutunggangi
adalah kuda komidi putar. Ibu dan saudara perempu-
anmu mungkin juga jago masak dan menjahit. Ya am-
pun, kau punya saudara perempuan yang bisa membu
at selai. Semua kenalanku membeli selai botolan di su-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
permarket.”
Seolah ingin memperbaiki keahliannya yang
terbatas, Stella memarut kejunya dengan konsentrasi
penuh.
“Ayahku agak kaku dengan caranya sendiri, tapi
anggota keluargaku yang lain sebenarnya cukup
menyenangkan,” kata Callum. “Lagi pula, kau tak perlu
sering-sering bertemu mereka.”
Tidak sering tetap berarti frekuensinya cukup
tinggi, Stella yakin itu. Tapi ketika pikiran buruk lain
kembali menyergapnya, ia mengerang dan memban-
ting parutan logam ke meja.
“Apa lagi sekarang?”
“Ada alasan lain yang lebih besar mengapa kelu-
argamu akan membenciku.”
Callum menatap Stella. “Aku tak menyangka kau
akan secemas ini.”
“Yeah, well, kita tidak akan mempermasalahkan
itu.” Sekarang bukan saat yang tepat untuk mengaku
bahwa ia ensiklopedia berjalan bila menyangkut pera-
saan tidak aman. Stella kembali memarut dengan sung
guh-sungguh.
“Hei, kita hanya butuh sedikit keju untuk tabur-
an,” Callum mengingatkan.
Stella berhenti memarut dan menatap tak perca
ya gundukan konyol keju parmesan itu. “Callum, jika
kita meneruskan rencana ini, orangtuamu akan berpi-
kir aku pelacur yang menggoda adikmu, kemudian me
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nemukan cara untuk menjeratmu dalam pernikahan.”
Perlahan, Callum berbalik memunggungi kom-
por dan berjalan menghampiri meja. Matanya mena-
tap lekat Stella, sementara tangan Callum yang besar
mencengkeram punggung kursi. “Untuk sementara
ini,” ujarnya, “sejauh yang perlu diketahui keluargaku,
bayi itu milikku.”
Stella terkesiap. Kata-kata Callum menggema
dan terngiang di kepalanya. Bayi itu milikku. Di tengah
kekagetannya Stella melihat dirinya dan Callum—
bercinta. Stella sulit bernapas dan ada hawa panas
memalukan yang menggelitik tubuhnya jauh di dalam.
Demi Tuhan, kendalikan dirimu. lni tidak akan terjadi.
Begitu tersadar dari lamunannya, Stella berkata,
“Jadi kau tidak akan bercerita pada keluargamu ten-
tang hubunganku dengan Scott?”
Callum menggeleng “Kurasa mereka takkan siap
menghadapi berita seperti itu.”
“Berarti kau siap membiarkan mereka berpikir
bahwa kau dan aku mengalami semacam kekacauan
sehingga terpaksa menikah?”
“Ya. Dengan begitu kita dapat melindungi repu-
tasi Scott dan reputasimu.
“Tapi, tidakkah kau peduli dengan apa yang me-
reka pikirkan tentang dirimu?”
Callum berlama-lama memandangi lantai, masih
memandanginya sewaktu menjawab pertanyaan
Stella. “Itu solusi terbaik. Cara itu tidak akan terlalu
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
menyakiti mereka.”
Stella menatap kakak Scott yang berbadan besar
dan berambut hitam ini, lalu berpikir bisa-bisanya du-
lu ia mengira Callum tidak memiliki sisi lembut. Di si-
nilah dia kini, dengan tenang menawarkan diri untuk
mengorbankan reputasi dan kebebasannya tanpa me-
ngeluh sedikit pun.
“Tapi kau harus tahan kalau aku berkeliaran di
rumahmu dengan perut membesar. Aku mungkin
akan membuatmu sinting.”
“Yeah, mungkin saja. Mau tak mau aku harus me
ngatasinya, bukan?” Callum kembali ke kompor dan
menambahkan sejumput basil dan oregano kering ke
saus tomat berwarna merah kental. Mata cokelatnya
kemudian memandang Stella dan tersenyum. “Warna
kuku kakimu yang berubah tiap hari akan menghibur-
ku.”
Stella tahu pipinya merona. Dari waktu ke wak-
tu, rasanya semakin sulit membantah rencana Callum.
Stella bagaikan berada dalam salah satu mimpi gila-
nya, saat ia berusaha lari, namun kakinya terbuat dari
asap; saat hendak menyalakan mobil, tapi pedal gas
tak mau ditekan; saat berusaha berdiri, ia terjatuh.
Dengan punggung menghadap Stella, Callum me
masukkan spageti yang panjang dan kekuningan itu
ke air mendidih. “Asal kau tahu, di sini juga ada masa-
lah cuaca dan pemanasan global.” ujarnya tanpa meno
leh. “Aku satu-satunya peternak di wilayah ini yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
hidup seatap bersama peramal cuaca sungguhan. Kau
dapat membantuku merencanakan waktu terbaik
untuk menggembala, kapan waktu memberi makan
ternak.”
Stella harus mengakui ia selalu menyambut pelu
ang untuk menerapkan ilmu pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Callum pasti merasakan ketertarikan itu karena,
tanpa menunggu jawaban Stella, ia melanjutkan kali-
matnya, “Dari sudut mana pun kau melihatnya, renca-
naku jalan keluar terbaik.”
Saat Callum berbalik, wajahnya tidak lagi ramah
dan mulutnya kaku ketika bertanya, “Jadi bagaimana
menurutmu, Stella? Setelah mempertimbangkan sega-
lanya, bersediakah kau menikah denganku?”

Anda mungkin juga menyukai