Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sub Tema
(Pendidikan)
Diusulkan oleh:
Agein Firda Mahanani (K8116004 / Pend. Anak Usia Dini)
Asta Sa’iid Mahanani (G0115016 / Psikologi)
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Lingkungan hidup menjadi perhatian bersama semenjak begitu banyak
pencemaran yang menjadikan hilangnya beberapa ekosistem baik di laut atau di darat.
Pencemaran lingkungan sendiri banyak dilakukan oleh manusia yang memiliki akal
dan pemikiran secara matang. Banyak terlihat sampah berserakan, polusi udara, air,
dan tanah, dan segala bentuk kerusakan lainnya yang disebabkan oleh manusia.
Manusia yang tinggal di bumi tetapi manusia pula yang merusaknya dan enggan
untuk merawatnya. Tanpa rasa bersalah, banyak dijumpai orang yang membuang
sampah ke laut, ke sungai, melakukan penebangan liar, pembakaran hutan, dan segala
aktivitas perusakan lainnya.
Kegiatan manusia dalam merusak lingkungan hidup terjadi bukan karena
manusia tidak menggunakan akal dan pikirannya, melainkan manusia tidak matang
dalam kepekaan terhadap rasa cinta lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan
hidup lebih banyak terjadi di negara berkembang daripada di negara maju, hal ini
dikarenakan di negara berkembang pendidikan tentang lingkungan hidup kurang
ditekankan. Akibatnya, setiap manusia yang berkembang dengan pendidikan tentang
lingkungan hidup yang kurang menjadikan rasa empati terhadap lingkungan hidup
menjadi berkurang dan akhirnya tidak peduli lagi terhadap lingkungan. Salah satu
contoh adalah negara Indonesia sendiri, sebagian besar warga negara di Indonesia
belajar selama kurang lebih 12 tahun jika hanya sampai Sekolah Menengah Atas
(SMA), namun masih banyak orang yang membuang sampah dengan tanpa rasa
bersalah.
Pembelajaran tentang lingkungan hidup dinilai kurang dengan melihat
kenyataan di lapangan, permasalahan bukan terletak di pertengahan pendidikan
seseorang, melainkan dari akar seluruh permasalahan yaitu ketika anak masih berada
di usia dini. Jika kita analogikan dengan tumbuhan, untuk menjadikan suatu
tumbuhan yang baik dimulai dari benih, jika benih dirawat baik maka baik pula
tanaman ketika tumbuh besar. Begitu pula manusia, akan menjadi lebih baik jika
dididik dari awal tentang pentingnya merawat lingkungan hidup. Penyampaian
tentang materi lingkungan hidup sendiri tidak bisa asal – asalan melainkan harus
dengan model yang tepat agar lebih mengena kepada peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pengenalan materi lingkungan hidup
2
ke peserta didik adalah model pembelajaran High/ Scope yang menerapkan teori
perkembangan kognitif Piaget.
b. Tinjauan Pustaka
Beberapa tinjauan tentang penerapan model High/ Scope dalam pembelajaran
antara lain adalah:
1. J. Schweinhart, Lawrence (1993) menjabarkan tentang High/ Scope secara
mendetail dalam bukunya yang berjudul “The High/Scope Perry Preschool Study
through Age 27” yang menyatakan bahwa model High/ Scope merupakan model
pembelajaran yang memiliki banyak keuntungan dan bahkan akan selalu
membekas di benak anak hingga anak berusia dewasa, sehingga akan menjadikan
karakter dasar yang akan terus menguat di diri anak.
2. Maryadi, Bellanita (2013) meneliti tentang motivasi belajar anak dengan
menggunakan model pembelajaran High/ Scope dengan meninjau kegiatan dan
aktivitas anak usia dini dalam belajar mengenal ngka. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Maryadi itu mampu mengungkapkan bahwa penggunaan model
High/ Scope dapat menjadikan anak menjadi lebih tertarik dan mudah menerima
pesan yang disampaikan oleh pengajar. Kesimpulan yang dihasilkan ini dapat
menjadi landasan awal untuk mengenalkan materi yang lain dengan model yang
sama dengan urutan yang lebih menarik untuk dibelajarkan.
3. Heryanto (2017) juga membahas tentang pentingnya pendidikan karakter yang
bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak terhadap lingkungan dengan
menggunakan basis pendekatan lingkungan alam dengan penelitian berkala.
Setelah beberapa bulan, karakter anak peduli terhadap lingkungan menjadi
semakin meningkat yang awalnya pada usia 4 – 5 tahun kepeduliaan anak
terhadap lingkungan adalah 11,5% dan ketika anak beranjak usia menjadi 7 – 8
tahun kepedulian anak terhadap lingkungan meningkat menjadi 37,45%.
II. ISI
Pengenalan lingkungan hidup di masa usia dini memang harus memiliki kreativitas
dan inovasi yang tinggi yang dapat menjadikan anak lewat semangat dan tertarik untuk
belajar. Sesuai dengan penyusunan model High/ Scope yang disusun oleh Lawrence,
maka dapat diterapakan untuk disusun sebuah urutan pembelajaran tentang lingkungan
hidup.
3
1. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Utama Model High/ Scope dalam Penerapan Materi
Lingkungan Hidup
Membuat anak memiliki beraneka keterampilan, mencakup pemecahan
masalah, interpersonal, dan komunikasi yang sangat penting dalam memahami
tentang keadaan lingkungan hidup tempat tinggal atau pun alam sekitar tempat anak
bermain. Kurikulum mendorong inisiatif anak dengan menunjukkan kepedulian
terhadap lingkungan dengan mengajak anak untuk membuang sampah ditempatnya
sehingga akan menjadi kebiasaan ketika anak mulai tumbuh dan berkembang. Pada
saat yang sama, kurikulum ini juga memberikan kerangka kerja bagi guru untuk
membimbing kegiatan mandiri anak untuk mencapai tujuan belajar kesinambungan
sehingga karakter siswa dapat terus terbentuk.
2. Lima Unsur Model High/ Scope
Para ahli menggunakan kurikulum High/ Scope karena dinilai sangat
berkomitmen untuk menyediakan tempat dimana anak-anak dapat belajar aktif dan
membangun pengetahuan mereka sendiri. Kesempatan anak untuk belajar aktif dapat
menjadikan anak menjadi lebih giat dalam mempelajari lingkungan hidup dan segala
keteraturannya. Guru menjadi pemeran utama dalam menjalankan proses
pembelajaran ini. Guru – guru menciptakan suasana belajar dengan menerapkan dan
mendukung lima elemen penting : proses belajar aktif, pengaturan ruang kelas,
jadwal harian, penilaian, dan kurikulum (isi).
a. Proses BelajarAktif.
Guru mendukung proses belajar aktif anak dengan menyediakan
berbagai material, membuat rencana dan mengkaji ulang kegiatan dengan anak
yang berhubungan dengan lingkungan hidup, misalnya membuat material
dengan bahan yang dapat didaur ulang, atau mengajak anak ke alam terbuka
dengan pengawasan dan interaksi dengan anak sehingga guru dapat terus
menanamkan pemikiran cinta lingkungan hidup dengan baik.
b. Pengaturan Ruang Kelas.
Pengaturan kelas merupakan bagian penting dari praktik profesional
dalam menerapkan secara tepat filosofi sebuah program. Hal ini berlaku pada
Montessori, High/Scope, dan program lain yang mungkin melibatkan anda.
Guru dapat mengatur ruang kelas menjadi dua jenis model ruang kelas, yaitu
ruang kelas alam terbuka dan ruang kelas yang sudah dihiasi dengan hal yang
4
Lima unsur yang telah disebutkan dan didukung dengan rutinitas dapat menjadikan
karakter untuk mencintai lingkungan hidup dalam diri anak menjadi lebih kuat. Potensi
keberhasilan pembentukan karakter untuk mencintai lingkungan hidup dengan model
pembelajaran High/ Scope bisa mencapai 85%, apabila didukung dengan partisipasi aktif
dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Melalui model pembelajaran High/ Scope
setidaknya anak sudah dibekali suatu karakter yang dapat menjadikan anak lebih
mencintai lingkungan sekitar.
III. KESIMPULAN
Pengatasan masalah tentang lingkungan hidup yang semakin merumit di era
globalisasi ini dapat dicegah salah satunya dengan pembetukan karakter usia dini untuk
mencintai lingkungan hidup. Pembentukan karakter ini akan lebih mudah jika dimulai
sejak usia dini daripada ketika mereka remaja atau dewasa. Pengajaran untuk anak usia
dini sendiri juga tidak bisa asal-asalan melainkan dengan model pembelajaran yang tepat,
model pembelajaran yang sangat sesuai untuk membentuk karakter anak agar mencintai
lingkungan hidup adalah dengan model pembelajaran High/ Scope.
Model pembelajaran High/ Scope yang menerapkan lima unsur pokok dan
didukung oleh rutinitas belajar aktif akan lebih efektif dalam membentuk karakter anak
untuk mencintai lingkungan hidup. Model pembelajaran ini juga dianggap mampu untuk
meberikan efek jangka panjang sehingga akan membentuk karakter cinta lingkungan
hingga anak menuju dewasa.
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri
B. RiwayatPendidikan
viii
C.Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi,Tesis, maupun Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun JudulPenelitian
Sumber* Jumlah
1. 2013 Efek intervensi pemaafan pada anak-anak BOPTN Rp. 45.000.000
yang terluka dalam hubungan interpersonal UNS
(Ketua peneliti)
(Anggota peneliti)
3. 2013 Pengembangan kajian gender pada Dikti Rp. 199.135.000
perguruan tinggi
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya
* Tuliskansumberpendanaanbaikdariskemapengabdiankepadamasyarakat
DIKTImaupundarisumberlainnya.
ix
E.Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
Volume/
No. JudulArtikelIlmiah NamaJurnal
Nomor/Tahun
1 Efek konseling pada anak-anak yang Jurnal Vol 9 no. 2. 2013
terluka dalam hubungan interpersonal psikologi No ISSN
19783655
Jumlah
No JudulBuku Tahun Penerbit
Halaman
1 - - - -
x
J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat
dengan sebenarnya
xi