Anda di halaman 1dari 1

BAYANG KEMATIAN

Semua rangkaian kejadian itu, 2 tahun yang lalu, meski tak pernah kutuliskan di
catatan harian sekalipun tak akan pernah terlupa. Rangkaian peristiwa yang
membuatku tak akan pernah lagi melewatkan satu panggilan telpon atau pesan
singkat dari ibu dan bapak.

Padang, 11 Juli 2013


Hari ini aku bisa bernafas lega, lega sekali, ujian kepaniteraan klinik psikiatri
sudah berakhir sejak kemarin. Allah mudahkan segalanya, penguji yang amat baik
hati, kelewat baik malah, pasien yang sangat “koperatif” dan keluarga pasien yang
terbuka membuat ujian ini menjadi closing yang menyenangkan diakhir siklus,
mengingat betapa tertekannya aku saat menjalani hampir semua “kewajiban”
wakil ketua di siklus ini. Namun, kelegaan ini tidak berlangsung hingga akhir
hari, menjelang siang ibu menelepon mengabarkan sedang bersiap-siap untuk
membawa bapak ke Padang dengan travel. Bukan main kagetnya aku saat itu,
jarak Curup – Padang bukanlah jarak yang dapat ditempuh dalam 1 hingga 2 jam
melainkan 14 jam.
Sehari sebelumnya bapak menelepon sambil meringis kesakitan menahan sakit
yang amat sangat di kepalanya. Sudah 9 tahun lebih bapak menderita sakit kepala
yang tak kunjung henti. Sakit seminggu sehat sehari, sehat seminggu sakit
sebulan. Bukan hanya bapak yang susah saat kambuh sakitnya, ibu dan adikku
pun turut susah hati, sebab saat kambuh bapak gampang marah, hanya padaku
bapak tidak terlalu ekspresif saat marah, entah karena wajah diamku yang jauh
lebih menyeramkan atau karena aku semakin besar. Entahlah.
Keputusan berangkat ke Padang hari ini menurutku adalah keputusan kilat dan
nekat.

Anda mungkin juga menyukai