Anda di halaman 1dari 45

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

1. A. STRUKTUR ATOM

Perkembangan Model Atom : (Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 121 sampai 126!)

1). Model Atom Dalton

a) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil.

b) Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dipecah lagi.

c) Atom suatu unsur sama memiliki sifat yang sama, sedangkan atom unsur berbeda,
berlainan dalam massa dan sifatnya.

d) Senyawa terbentuk jika atom bergabung satu sama lain.

e) Reaksi kimia hanyalah reorganisasi dari atom-atom, sehingga tidak ada atom yang berubah
akibat reaksi kimia.

Gambar Model Atom Dalton

Teori atom Dalton ditunjang oleh 2 hukum alam yaitu :

1. Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier) : massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama.
2. Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust) : perbandingan massa unsur-unsur yang
menyusun suatu zat adalah tetap.

Kelemahan Model Atom Dalton :

Menurut teori atom Dalton nomor 5, tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia. Kini
ternyata dengan reaksi kimia nuklir, suatu atom dapat berubah menjadi atom lain.

Contoh :

2). Model Atom Thomson

a) Setelah ditemukannya elektron oleh J.J Thomson, disusunlah model atom Thomson yang
merupakan penyempurnaan dari model atom Dalton.
b) Atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan
kismis dalam roti kismis.

Perhatikan Gambar Model Atom Thomson dari Buku Paket Kimia 1A halaman 121!

3). Model Atom Rutherford

a) Rutherford menemukan bukti bahwa dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan positif,
berukuran lebih kecil daripada ukuran atom tetapi massa atom hampir seluruhnya berasal dari
massa intinya.

b) Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan berada pada pusat atom serta
elektron bergerak melintasi inti (seperti planet dalam tata surya).

Kelemahan Model Atom Rutherford :

 Ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke inti atom akibat
gaya tarik elektrostatis inti terhadap elektron.
 Menurut teori Maxwell, jika elektron sebagai partikel bermuatan mengitari inti yang
memiliki muatan yang berlawanan maka lintasannya akan berbentuk spiral dan akan
kehilangan tenaga/energi dalam bentuk radiasi sehingga akhirnya jatuh ke inti.

Perhatikan Gambar Model Atom Rutherford dari Buku Paket Kimia 1A halaman 123!

4). Model Atom Niels Bohr

 Model atomnya didasarkan pada teori kuantum untuk menjelaskan spektrum gas
hidrogen.
 Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya menempati tingkat-
tingkat energi tertentu dalam atom.

Menurutnya :

a) Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan di sekitarnya beredar elektron-elektron
yang bermuatan negatif.

b) Elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbit tertentu yang dikenal sebagai keadaan
gerakan yang stasioner (tetap) yang selanjutnya disebut dengan tingkat energi utama (kulit
elektron) yang dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n).

c) Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi akan tetap sehingga tidak ada
cahaya yang dipancarkan.

d) Elektron hanya dapat berpindah dari lintasan stasioner yang lebih rendah ke lintasan
stasioner yang lebih tinggi jika menyerap energi. Sebaliknya, jika elektron berpindah dari
lintasan stasioner yang lebih tinggi ke rendah terjadi pelepasan energi.
e) Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah
(disebut tingkat dasar = ground state).

Perhatikan Gambar Model Atom Niels Bohr dari Buku Paket Kimia 1A halaman 125!

Kelemahan Model Atom Niels Bohr :

1. Hanya dapat menerangkan spektrum dari atom atau ion yang mengandung satu elektron
dan tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion yang berelektron banyak.
2. Tidak mampu menerangkan bahwa atom dapat membentuk molekul melalui ikatan kimia.

5). Model Atom Modern

Dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut mekanika gelombang;


diprakarsai oleh 3 ahli :

a) Louis Victor de Broglie

Menyatakan bahwa materi mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagai
gelombang.

b) Werner Heisenberg

Mengemukakan prinsip ketidakpastian untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan
gelombang. Jarak atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya dapat ditentukan
dengan kemungkinan – kemungkinan saja.

c) Erwin Schrodinger (menyempurnakan model Atom Bohr)

Berhasil menyusun persamaan gelombang untuk elektron dengan menggunakan prinsip


mekanika gelombang. Elektron-elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbital
yaitu daerah 3 dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan
dengan kemungkinan terbesar.

Orbit Orbital

Gambar Perbedaan antara orbit dan orbital untuk elektron

 Orbital digambarkan sebagai awan elektron yaitu : bentuk-bentuk ruang dimana suatu
elektron kemungkinan ditemukan.
 Semakin rapat awan elektron maka semakin besar kemungkinan elektron ditemukan dan
sebaliknya.

PARTIKEL DASAR PENYUSUN ATOM


(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 88 sampai 96!)

Massa Muatan
Partikel Notasi Relatif thd Relatif thd
Sesungguhnya Sesungguhnya
proton proton
-24
Proton 1,67 x 10 g 1 sma 1,6 x 10-19 C +1
Neutron 1,67 x 10-24 g 1 sma 0 0
Elektron 9,11 x 10-28 g sma -1,6 x 10-19 C -1

Catatan : massa partikel dasar dinyatakan dalam satuan massa atom ( sma ).

1 sma = 1,66 x 10-24 gram

NOMOR ATOM

 Menyatakan jumlah proton dalam atom.


 Untuk atom netral, jumlah proton = jumlah elektron (nomor atom juga menyatakan
jumlah elektron).
 Diberi simbol huruf Z
o Atom yang melepaskan elektron berubah menjadi ion positif, sebaliknya yang
menerima elektron berubah menjadi ion negatif.

Contoh : 19K

Artinya …………..

NOMOR MASSA

v Menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam inti atom.

v Proton dan neutron sebagai partikel penyusun inti atom disebut Nukleon.

v Jumlah nukleon dalam atom suatu unsur dinyatakan sebagai Nomor Massa (diberi lambang
huruf A), sehingga :

A = nomor massa

= jumlah proton ( p ) + jumlah neutron ( n )

A = p+n=Z+n

v Penulisan atom tunggal dilengkapi dengan nomor atom di sebelah kiri bawah dan nomor
massa di sebelah kiri atas dari lambang atom tersebut. Notasi semacam ini disebut dengan
Nuklida.
Keterangan :

X = lambang atom A = nomor massa

Z = nomor atom Contoh :

SUSUNAN ION

v Suatu atom dapat kehilangan/melepaskan elektron atau mendapat/menerima elektron


tambahan.

v Atom yang kehilangan/melepaskan elektron, akan menjadi ion positif (kation).

v Atom yang mendapat/menerima elektron, akan menjadi ion negatif (anion).

v Dalam suatu Ion, yang berubah hanyalah jumlah elektron saja, sedangkan jumlah proton dan
neutronnya tetap.

Contoh :

Spesi Proton Elektron Neutron


Atom Na 11 11 12
Ion 11 10 12
Ion 11 12 12

Rumus umum untuk menghitung jumlah proton, neutron dan elektron :

1). Untuk nuklida atom netral :

: p=Z

e=Z

n = (A-Z)

2). Untuk nuklida kation :

: p=Z

e = Z – (+y)

n = (A-Z)

3). Untuk nuklida anion :

: p=Z
e = Z – (-y)

n = (A-Z)

ISOTOP, ISOBAR DAN ISOTON

1). ISOTOP

Adalah atom-atom dari unsur yang sama (mempunyai nomor atom yang sama) tetapi berbeda
nomor massanya.

Contoh : ; ;

2). ISOBAR

Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai
nomor massa yang sama.

Contoh : dengan

3). ISOTON

Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai
jumlah neutron yang sama.

Contoh : dengan

KONFIGURASI ELEKTRON

(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 83 sampai 88!)

ü Persebaran elektron dalam kulit-kulit atomnya disebut konfigurasi.

ü Kulit atom yang pertama (yang paling dekat dengan inti) diberi lambang K, kulit ke-2 diberi
lambang L dst.

ü Jumlah maksimum elektron pada setiap kulit memenuhi rumus 2n2 (n = nomor kulit).

Contoh :

Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron

Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron

Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron


Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron

Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron

Catatan :

Meskipun kulit O, P dan Q dapat menampung lebih dari 32 elektron, namun kenyataannya kulit-
kulit tersebut belum pernah terisi penuh.

Langkah-Langkah Penulisan Konfigurasi Elektron :

1. Kulit-kulit diisi mulai dari kulit K, kemudian L dst.


2. Khusus untuk golongan utama (golongan A) :

Jumlah kulit = nomor periode

Jumlah elektron valensi = nomor golongan

1. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar (elektron valensi) adalah 8.

 Elektron valensi berperan pada pembentukan ikatan antar atom dalam membentuk suatu
senyawa.
 Sifat kimia suatu unsur ditentukan juga oleh elektron valensinya. Oleh karena itu, unsur-
unsur yang memiliki elektron valensi sama, akan memiliki sifat kimia yang mirip.

Contoh :

Unsur Nomor Atom K L M N O


He 2 2
Li 3 2 1
Ar 18 2 8 8
Ca 20 2 8 8 2
Sr 38 2 8 18 8 2

Perhatikan Tabel 3.3 Buku Paket Kimia 1A halaman 85!

Catatan :

 Konfigurasi elektron untuk unsur-unsur golongan B (golongan transisi) sedikit berbeda


dari golongan A (golongan utama).
 Elektron tambahan tidak mengisi kulit terluar, tetapi mengisi kulit ke-2 terluar;
sedemikian sehingga kulit ke-2 terluar itu berisi 18 elektron.

Contoh :
Unsur Nomor Atom K L M N
Sc 21 2 8 9 2
Ti 22 2 8 10 2
Mn 25 2 8 13 2
Zn 30 2 8 18 2

Soal-Soal Latihan :

Kerjakan Latihan 3.3 dari Buku Paket halaman 88 nomor 1 – nomor 5!

MASSA ATOM RELATIF (Ar)

(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 38 sampai 39 dan halaman 100 sampai 103!)

 Adalah perbandingan massa antar atom yang 1 terhadap atom yang lainnya.
 Pada umumnya, unsur terdiri dari beberapa isotop maka pada penetapan massa atom
relatif (Ar) digunakan massa rata-rata dari isotop-isotopnya.
 Menurut IUPAC, sebagai pembanding digunakan atom C-12 yaitu dari massa 1 atom C-
12; sehingga dirumuskan :

Ar unsur X = ……………………(1)

 Karena : massa 1 atom C-12 = 1 sma ; maka :

Ar unsur X = ……………………(2)

MASSA MOLEKUL RELATIF (Mr)

 Adalah perbandingan massa antara suatu molekul dengan suatu standar.


 Besarnya massa molekul relatif (Mr) suatu zat = jumlah massa atom relatif (Ar) dari
atom-atom penyusun molekul zat tersebut.
 Khusus untuk senyawa ion digunakan istilah Massa Rumus Relatif (Mr) karena senyawa
ion tidak terdiri atas molekul.
 Mr = S Ar

Contoh :

Diketahui : massa atom relatif (Ar) H = 1; C = 12; N = 14 dan O = 16.

Berapa massa molekul relatif (Mr) dari CO(NH2)2

Jawab :

Mr CO(NH2)2 = (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar N) + (4 x Ar H)

= (1 x 12) + (1 x 16) + (2 x 14) + (4 x 1)


= 60

1. B. PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR

(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 72 sampai 82!)

1). Hukum Triade Dobereiner

 Dikemukakan oleh Johan Wolfgang Dobereiner (Jerman).


 Unsur-unsur dikelompokkan ke dalam kelompok tiga unsur yang disebut Triade.
 Dasarnya : kemiripan sifat fisika dan kimia dari unsur-unsur tersebut.

Jenis Triade :

1. Triade Litium (Li), Natrium (Na) dan Kalium (K)

Unsur Massa Atom Wujud


Li 6,94 Padat
Na 22,99 Padat
K 39,10 Padat

Massa Atom Na (Ar Na) = = 23,02

1. Triade Kalsium (Ca), Stronsium (Sr) dan Barium (Ba)


2. Triade Klor (Cl), Brom (Br) dan Iod (I)

2). Hukum Oktaf Newlands

v Dikemukakan oleh John Newlands (Inggris).

v Unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya (Ar).

v Unsur ke-8 memiliki sifat kimia mirip dengan unsur pertama; unsur ke-9 memiliki sifat yang
mirip dengan unsur ke-2 dst.

v Sifat-sifat unsur yang ditemukan berkala atau periodik setelah 8 unsur disebut Hukum Oktaf.

H Li Be B C N O
F Na Mg Al Si P S
Cl K Ca Cr Ti Mn Fe

Berdasarkan Daftar Oktaf Newlands di atas; unsur H, F dan Cl mempunyai kemiripan sifat.

3). Sistem Periodik Mendeleev (Sistem Periodik Pendek)


ü Dua ahli kimia, Lothar Meyer (Jerman) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (Rusia) berdasarkan
pada prinsip dari Newlands, melakukan penggolongan unsur.

ü Lothar Meyer lebih mengutamakan sifat-sifat kimia unsur sedangkan Mendeleev lebih
mengutamakan kenaikan massa atom.

ü Menurut Mendeleev : sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya.
Artinya : jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu
akan berulang secara periodik.

ü Unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat serupa ditempatkan pada satu lajur tegak, disebut
Golongan.

ü Sedangkan lajur horizontal, untuk unsur-unsur berdasarkan pada kenaikan massa atom
relatifnya dan disebut Periode.

4). Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)

 Dikemukakan oleh Henry G Moseley, yang berpendapat bahwa sifat-sifat unsur


merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.
 Artinya : sifat dasar suatu unsur ditentukan oleh nomor atomnya bukan oleh massa atom
relatifnya (Ar).

1. C. PERIODE DAN GOLONGAN DALAM SPU MODERN

1). Periode

 Adalah lajur-lajur horizontal pada tabel periodik.


 SPU Modern terdiri atas 7 periode. Tiap-tiap periode menyatakan jumlah/banyaknya kulit
atom unsur-unsur yang menempati periode-periode tersebut.

Nomor Periode = Jumlah Kulit Atom

Jadi :

 Unsur-unsur yang memiliki 1 kulit (kulit K saja) terletak pada periode 1 (baris 1), unsur-
unsur yang memiliki 2 kulit (kulit K dan L) terletak pada periode ke-2 dst.

Contoh :

9F : 2 , 7 periode ke-2

12Mg : 2 , 8 , 2 periode ke-3

31Ga : 2 , 8 , 18 , 3 periode ke-4


Catatan :

a) Periode 1, 2 dan 3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur.

b) Periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang.

c) Periode 7 disebut periode belum lengkap karena belum sampai ke golongan VIII A.

d) Untuk mengetahui nomor periode suatu unsur berdasarkan nomor atomnya, Anda hanya
perlu mengetahui nomor atom unsur yang memulai setiap periode.

2). Golongan

 Sistem periodik terdiri atas 18 kolom vertikal yang terbagi menjadi 8 golongan utama
(golongan A) dan 8 golongan transisi (golongan B).
 Unsur-unsur yang mempunyai elektron valensi sama ditempatkan pada golongan yang
sama.
 Untuk unsur-unsur golongan A sesuai dengan letaknya dalam sistem periodik :

Nomor Golongan = Jumlah Elektron Valensi

 Unsur-unsur golongan A mempunyai nama lain yaitu :

1. Golongan IA = golongan Alkali


2. Golongan IIA = golongan Alkali Tanah
3. Golongan IIIA = golongan Boron
4. Golongan IVA = golongan Karbon
5. Golongan VA = golongan Nitrogen
6. Golongan VIA = golongan Oksigen
7. Golongan VIIA = golongan Halida / Halogen
8. Golongan VIIIA = golongan Gas Mulia

1. D. SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR

Meliputi :

1). Jari-Jari Atom

 Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar.


 Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut.
 Semakin besar nomor atom unsur-unsur segolongan, semakin banyak pula jumlah kulit
elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya.

Jadi : dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya semakin besar.
 Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang berarti
semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap. Akibatnya
tarikan inti terhadap elektron terluar makin besar pula, sehingga menyebabkan semakin
kecilnya jari-jari atom.

Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari atomnya semakin kecil.

2). Energi Ionisasi

ü Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam bentuk gas untuk melepaskan satu
elektron membentuk ion bermuatan +1.

ü Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih
besar (disebut energi ionisasi kedua), dst.

EI 1< EI 2 < EI 3 dst

ü Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin kecil karena jari-jari atom
bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Akibatnya elektron
terluar semakin mudah untuk dilepaskan.

ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin
kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat. Akibatnya elektron
terluar semakin sulit untuk dilepaskan.

3). Afinitas Elektron

 Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam bentuk gas apabila
menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif.
 Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin mudah atom tersebut
menerima/menarik elektron dan semakin reaktif pula unsurnya.
 Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi ionisasi.
 Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin kecil.
 Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar.
 Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan IIA
dan VIIIA.
 Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA.

4). Keelektronegatifan

 Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul suatu senyawa
(dalam ikatannya).
 Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya antara 0,7
(keelektronegatifan Cs) sampai 4 (keelektronegatifan F).
 Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar, cenderung menerima
elektron dan akan membentuk ion negatif.
 Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung melepaskan
elektron dan akan membentuk ion positif.
 Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan semakin kecil.
 Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin besar.
BAB I : Struktur Atom, Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia

STRUKTUR ATOM

Teori Kuantum Max Planck

Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum. Planck
menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi hanya
dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat dipancarkan atau diserap
oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Planck
menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan frekuensi cahaya.

dengan

Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck adalah efek
fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einsteinpada tahun 1905. Efek fotolistrik adalah
keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan elektron dari permukaan beberapa logam (yang
paling terlihat adalah logam alkali) (James E. Brady, 1990).

Susunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada gambar 1.1. Elektrode negatif
(katode) yang ditempatkan dalam tabung vakum terbuat dari suatu logam murni, misalnya
sesium. Cahaya dengan energi yang cukup dapat menyebabkan elektron terlempar dari
permukaan logam.

Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif (anode) dan menyebabkan aliran listrik melalui
rangkaian tersebut.

Percobaan Efek Fotolistrik Memperlihatkan susunan alat yang menunjukkan efek fotolistrik,
Seberkas cahaya yang ditembakkan pada permukaan pelat logam akan menyebabkan logam
tersebut melepaskan elektronnya.Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif dan
menyebabkan aliran listrik melalui rangkaian tersebut. Sumber: General Chemistry, Principles &
Structure, James E. Brady, 5th ed, 1990.

Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya
sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton mempunyai jumlah
energi yang sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan
logam. Jika frekuensi (dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk
melepaskan elektron (James E. Brady, 1990). Hal ini menyebabkan kuat arus juga akan
meningkat. Energi foton bergantung pada frekuensinya.

dengan:

h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 J dt)

c = kecepatan cahaya dalam vakum (3 × 108 m det–1)

λ = panjang gelombang (m)

Teori Atom Bohr

Teori Rutherford selanjutnya diperbaiki oleh Niels Bohr, Pendekatan yang dilakukan Bohr
adalah sifat dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel dan dapat bersifat sebagai gelombang.

Hal ini dibuktikan oleh Bohr dengan melihat spektrum dari atom hidrogen yang dipanaskan.
Spektrum yang dihasilkan sangat spesifik hanya cahaya dari frekuensi tertentu. Spektrum yang
dihasilkan merupakan gambaran bahwa elektron mengelilingi inti, beberapa spektrum yang
dihasilkan mengindikasikan bahwa elektron mengelilingi inti dalam berbagai tingkat energi.

Hasil ini telah mengantarkan Bohr untuk mengembangkan model atom (Gambar 3.10) yang
dinyatakan bahwa :

1. Atom tersusun atas inti bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.
2. Elektron mengelilingi inti atom pada orbit tertentu dan stasioner (tetap), dengan tingkat energi
tertentu.
3. Eelektron pada orbit tertentu dapat berpindah lebih tinggi dengan menyerap energi. Sebaliknya,
elektron dapat berpindah dari orbit yang lebih tinggi ke yang rendah dengan melepaskan energi.
4. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah
(disebut tingkat dasar = ground state).

Teori atom yang diajukan oleh Bohr, hanya dapat menjelaskan hubungan antara energi dengan
elektron untuk atom hidrogen, namun belum memuaskan untuk atom yang lebih besar.
Gambar 3.10. Model atom menurut teori atom Bohr, (A) elektron berpindah dari lintasan dalam
keluar dan (B) dari lintasan luar ke dalam

Hipotesis Louis de Broglie

Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana
tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu,
yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang (James E Brady, 1990). Argumen de Broglie
menghasilkan hal sebagai berikut.

Einstein : E = mc2

Max Planck :

sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel diperoleh:

ë = panjang gelombang (m)

m = massa partikel (kg)

_ = kecepatan partikel (m/s)


h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 Joule s)

Hipotesis de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron.
Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Sebagai akibat dari dualisme sifat
elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr
tidak dapat dibenarkan. Gelombang tidak bergerak menurut suatu garis, melainkan menyebar
pada suatu daerah tertentu.

Teori Mekanika Kuantum

Anda telah mempelajari perkembangan model atom mulai dari Dalton sampai dengan Niels Bohr
pada modul Kim. X. 02. Masih ingat bukan ?

Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan inti atom yang bermuatan positif yang dikelilingi oleh
elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan. Elektron dapat berpindah dari satu
lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom
itu tidak berkurang.

Model atom Bohr ini merupakan model atom yang mudah dipahami, namun Bohr hanya dapat
menjelaskan untuk atom berelektron sedikit dan tidak dapat menjelaskan bagaimana adanya sub
lintasan-lintasan yang terbentuk diantara lintasan-lintasan elektron. Karena itu dalam
perkembangan selanjutnya, teori atom dikaji dengan menggambarkan pendekatan teori atom
mekanika kuantum.

Perkembangan muktahir di bidang mekanika kuantum dimulai dari teori Max Planck yang
mengemukakan kuanta-kuanta energi dilanjutkan oleh Louis de Broglie tentang dualisme
partikel, kemudian oleh Werner Heisenberg tentang prinsip ketidakpastian dan yang terakhir saat
ini adalah Erwin Schrodinger tentang persamaan gelombang.

Mekanika kuantum ini dapat menerangkan kelamahan teori atom Bohr tentang garis-garis
terpisah yang sedikit berbeda panjang gelombangnya dan memperbaiki model atom Bohr dalam
hal bentuk lintasan elektron dari yang berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu menjadi orbital
dengan bentuk ruang tiga dimensi yang tertentu.

A Teori Kuantum = Posisi


. Teori kuantum dari Max Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang dalam tiga
dipancarkan oleh benda mampat. Radiasi inilah yang menunjukan sifat partikel dari dimensi
gelombang. Radiasi yang dipancarkan setiap benda terjadi secara tidak kontinyu = Fungsi
(discontinue) dipancarkan dalam satuan kecil yang disebut kuanta (energi kuantum). gelombang
= massa
Planck berpendapat bahwa kuanta yang berbanding lurus dengan =
frekuensi tertentu dari cahaya, semuanya harus berenergi sama dan h/2p diman
energi ini E berbanding lurus dengan. ah=
konstanta
plank
dan p =
Jadi : 3,14
= Energi
E = h.V total
= Energi
potensial
E = Energi kuantum
h = Tetapan Planck = 6,626 x 10-34 J.s
V = Frekuensi

Planck menganggap hawa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh benda,


timbul secara terputus-putus walaupun penjalarannya melalui ruang merupakan
gelombang elektromagnetik yang kontinyu.

Einstein mengusulkan bukan saja cahaya yang dipancarkan menurut


suatu kuantum pada saat tertentu tetapi juga menjalar menurut
kuanta individual. Hipotesis ini menerangkan efek fotolistrik, yaitu
elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi, terjadi
dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu.

Hipotesa dari Max Planck dan Einstein menghasilkan rumusan empiris tentang efek
fotolistrik yaitu :

hV = Kmaks + hVo

hV = Isi energi dari masing-masing kuantum cahaya datang


Kmaks = Energi fotoelektron maksimum

hVo = Energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron dari
permukaan logam yang disinari

Tidak semua fotoelektron mempunyai energi yang sama sekalipun frekuensi


cahaya yang digunakan sama. Tidak semua energi foton (hv) bisa diberikan pada
sebuah elektron. Suatu elektron mungkin akan hilang dari energi awalnya dalam
interaksinya dengan elektron lainnya di dalam logam sebelum ia lenyap dari
permukaan. Untuk melepaskan elektron dari permukaan logam biasanya
memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
atom bebas dari logam yang bersangkutan.

Penafsiran Einstein mengenai fotolistrik dikuatkan dengan emisi termionik. Dalam


emisi foto listrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh elektron
untuk lepas, sedangkan dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya.
Usul Planck bahwa benda memancarkan cahaya dalam bentuk kuanta tidak
bertentangan dengan penjalaran cahaya sebagai gelombang. Sementara Einstein
menyatakan cahaya bergerak melalui ruang dalam bentuk foton. Kedua hal ini baru
dapat diterima setelah eksperimen Compton. Eksperimen ini menunjukan adanya
perubahan panjang gelombang dari foton yang terhambur dengan sudut (f) tertentu
oleh partikel bermassa diam (mo). Perubahan ini tidak bergantung dari panjang
gelombang foton datang (l).

Hasil pergeseran compton sangat kecil dan tidak terdeteksi. Hal ini terjadi karena
sebagian elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya dan sebagian
lainnya terikat kuat. Jika elektron d timbulkan oleh foton, seluruh atom bergerak,
bukan hanya elektron tunggalnya.

Untuk lebih memahami tinjauan teori kuantum dan teori gelombang yang saling
melengkapi, marilah kita amati riak yang menyebar dari permukaan air jika kita
menjatuhkan batu ke permukaan air.
Pernahkan Anda perhatikan hal ini?

Analogi ini dapat menjelaskan energi yang dibawa cahaya terdistribusi secara
kontinyu ke seluruh pola gelombang. Hal ini menurut tinjauan teori gelombang
sedangkan menurut teori kuantum, cahaya menyebar dari sumbernya sebagai
sederetan konsentrasi energi yang teralokalisasi masing-masing cukup kecil
sehingga dapat diserap oleh sebuah elektron.

Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak dapat
dijelaskan oleh teori kuantum. Sedangkan teori kuantum menjelaskan efek
fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.

Bila cahaya melalui celah-celah, cahaya berlalu sebagai gelombang, ketika tiba di
layar cahaya berlalu sebagai partikel.

Berdasarkan data tersebut, dilakukan eksperimen lanjutan yang meneliti sifat


dualisme gelombang dan partikel.

Dualisme Gelombang dan Partikel


Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen difraksi
berkas elektron.

Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi mempunyai sifat


gelombang di samping partikel”, yang dikenal dengan prinsip dualitas.

Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang
tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan
dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.
Pertikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini
adalah petir dan kilat.
Pernahkan Anda mendengar bunyi petir dan melihat kilat ketika hujan turun?
Manakah yang lebih dulu terjadi, kilat atau petir?

Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang
berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara.
Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh C. Davidson an LH Giermer (Amerika
Serikat) dan GP Thomas (Inggris).

Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika kuantum


oleh Erwin Schrodinger.

Erwin Schrodinger
Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip
ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum
suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah
kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.

Werner Heisenberg

Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron


disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin
Schrodinger.

Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi


gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron
dalam tiga dimensi.

Persamaan Schrodinger

x,y dan z
Y
m

E
V

Persamaan gelombang dari Schrodinger ini cukup rumit sehingga akan dipelajari dalam fisika
kuantum pada tingkat perguruan tinggi.

Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron.


Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama
atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.

Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital.

Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.

BILANGAN KUANTUM

Selamat, Anda telah selesai mempelajari Kegiatan Belajar 1.


Kegiatan Belajar ini merupakan tindak lanjut persamaan gelombang oleh Erwin Schrodinger,
yang akan memperjelas kemungkinan ditemukannya elektron melalui bilangan-bilangan
kuantum. Daerah paling mungkin ditemukannya elektron disebut orbital, sehingga bilangan-
bilangan akan memperjelas posisi elektron dalam atom.
Ada empat bilangan kuantum yang akan kita kenal, yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan
kuantum Azimut (I), bilangan kuantum magnetic (m) dan bilangan kuantum spin (s).

A. Pengertian Bilangan Kuantum


Marilah kita pelajari satu persatu pengertian bilangan-bilangan kuantum.

1.Bilangan Kuantum Utama (n)

Lambang dari bilangan kuantum utama adalah “n” (en kecil). Bilangan kuantum utama
menyatakan kulit tempat ditemukannya elektron yang dinyatakan dalam bilangan bulat positif.
Nilai bilangan itu di mulai dari 1, 2, 3 dampai ke-n.
Masih ingatkah Anda dengan jenis-jenis kulit atom berdasarkan konfigurasi elektron yang telah
dibahas di kelas X (Modul Kim. X.03). Jenis-jenis kulit atom berdasarkan konfigurasi elektron
tersebut adalah K, L, M dan N.
Cobalah Anda perhatikan Tabel 1.

Tabel ini dapat dibuktikan bahwa untuk kulit K memiliki nilai bilangan kuantum utama (n) = 1,
kulit L memiliki nilai bilangan kuantum utama (n) = 2 dan seterusnya.
Semakin dekat letak kulit atom dengan inti maka nilai bilangan kuantum utama semakin kecil
(mendekati 1). Sehingga bilangan kuantum utama dapat Anda gunakan untuk menentukan
ukuran orbit (jari-jari) berdasarkan jarak orbit elektron dengan inti atom.
Kegunaan lainnya, Anda dapat mengetahui besarnya energi potensial elektron. Semakin dekat
jarak orbit dengan inti atom maka kekuatan ikatan elektron dengan inti atom semakin besar,
sehingga energi potensial elektron tersebut semakin besar.
Setelah Anda mempelajari uraian tadi, sudahkan anda memahami arti dan fungsi bilangan
kuantum utama?
Seandainya Anda paham, pelajari kembali penjelasan bilangan kuantum utama tersebut. Kalau
sudah marilah kita lanjutkan ke jenis bilangan kuantum berikutnya.

2. Bilangan Kuantum Azimut (l)


Bilangan kuantum azimut menyatakan sub kulit tempat elektron berada dan bentuk orbital, serta
menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap inti.
Banyaknya subkulit tempat elektron berada tergantung pada nilai bilangan kuantum utama (n).
Nilai bilangan kuantum azimut dari 0 sampai dengan (n – 1). Bila n = 1, maka hanya ada satu
subkulit yaitu l = 0. Sedangkan n = 2, maka ada dua subkulit yaitu l = 0 dan l = 1.

Seandainya dibuat dalam tabel maka akan tampak sebagai berikut :

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel adalah :


Banyaknya subkulit sama dengan nilai bilangan kuantum utama.
Subkulit ditandai dengan huruf yang didasarkan pada garis-garis spektrum yang tampak pada
spektroskopi secara berurutan, seperti tabel 3.

Janganlah Anda lupakan subkulit ini dengan bilangan kuantumnya!


Tanda subkulit ini akan digunakan pula dalam konfigurasi elektron dan sistem periodik pada
kegiatan belajar 3 dan 4 dalam modul ini.
Masih ingatkah Anda bahwa setiap kulit terdiri dari beberapa subkulit. Hal ini memungkinkan
untuk kulit yang berbeda akan memiliki jenis subkulit yang sama.
Perhatikan contoh tabel 4!

Kulit K dan L sama-sama memiliki subkulit s.


Bagaimana dengan kulit berikutnya?
Silahkan Anda lanjutkan untuk kulit M dan N!

Jawaban Anda akan benar jika seperti berikut :


Kulit M, maka nilai n=3 dan l=0, 1, dan 2 sehingga subkulitnya s, p, dan d.
Kulit N, maka nilai n=4 dan l=0, 1, 2, dan 3 sehingga subkulitnya s, p, d, dan f.
Dari latihan yang telah Anda kerjakan, Anda dapat melihat bahwa jenis subkulit yang sama dapat
dimiliki oleh jenis kulit yang berbeda. Untuk membedakan jenis subkulit dari suatu jenis kulit
ditambahkan bilangan kuantum utama. Dengan demikian, tabel sebelumnya dapat dilengkapi
menjadi tabel 5.

Sebagaimana Anda telah pelajari teori atom modern, bahwa setiap subkulit dari orbital, maka
satu orbital dinyatakan dalam satu buah kotak. Masing-masing orbital mempunyai bentuk yang
khas. Bentuk orbital akan dipelajari setelah kita selesai mempelajari ke empat bilangan kuantum.
Marilah kita lanjutkan jenis bilangan kuantum selanjutnya!
3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya elektron pada subkulit
tertentu dan arah momentum sudut elektron terhadap inti. Sehingga nilai bilangan kuantum
magnetik berhubungan dengan bilangan kuantum azimut. Nilai bilangan kuantum magnetik
antara – l sampai + l.
Hubungan antara bilangan kuantum azimut dengan bilangan kuantum magnetik dapat Anda
perhatikan pada tabel 6.

Dapatkah anda memahami tabel 1.6 ?


Jika bilangan kuantum azimut (l) = 0, maka atom tersebut memiliki orbital s dengan kotak
sebanyak 1 dan bilangan kuantum magnetik 0. sedangkan bilangan kuantum azimut 1, akan
memiliki orbital p dengan kotak yang saling menempel sebanyak 3 dan bilangan kuantum
magnetik masing-masing kotak secara urut dari kiri ke kanan –1, 0 dan +1. Demikian masing-
masing halnya untuk bilangan kuantum azimut selanjutnya.
4. Bilangan Kuantum Spin (s)

Lambang bilangan kuantum spin adalah s yang menyatakan arah rotasi elektron pada porosnya.
Ada dua kemungkinan arah rotasi yaitu searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Hal
ini seperti berputarnya gasing atau mata uang logam. Pernahkan Anda bermain gasing? Apakah
Anda memperhatikan arah berputarnya gasing pada porosnya? Jika belum pernah bermain
gasing, cobalah dengan cara lain seperti berikut ini! Letakan uang logam tegak dengan lantai
yang dipegang oleh ibu jari dan jari telunjuk.
Perhatikan gambar!

Setelah koin berdiri tegak, bengkokkan jari telunjuk Anda.


Apa yang terjadi?
Bagaimana seandainya ibu jari yang di bengkokkan?
Jika Anda melakukan dengan benar, maka pada saat ibu jari telunjuk yang dibengkokkan maka
uang logam akan berputar searah jarum jam, sedangkan untuk ibu jari yang dibengkokkan maka
uang logam akan berputar berlawanan arah jarum jam.
Begitulah elektron yang berotasi, bila searah jarum jam maka memiliki nilai s=+½ dan dalam
orbital dituliskan dengan tanda panah ke atas. Sebaliknya untuk elektron yang berotasi
berlawanan arah jarum jam maka memiliki nilai s = -½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda
panah ke bawah.
Dari uraian arah rotasi maka kiata dapat mengetahui bahwa dalam satu orbital atau kotak
maksimum memiliki 2 elektron.
Marilah kita gabungkan ke empat uraian tentang bilangan kuantum yang telah dipelajari.
Perhatikanlah tabel 7.

Apa yang dapat Anda simpulkan dari tabel 7 ?


Bila kulit atom sama (bilangan kuantum utama sama), subkulit (bilangan kuantum azimut) dan
orbital (bilangan kuantum magnetik) serta arah (bilangan kuantum spin) dapat berbeda.
Contohnya:
kulit ke 2 dapat memiliki bilangan kuantum azimut 0 atau 1 dan bilangan kuantum magnetiknya
bisa –1, 0 atau +1 sesuai dengan posisi dalam kotak serta memiliki bilangan kuantum spin yang
dapat berbeda sesuai arah panahnya.

Bentuk dan Orientasi Orbital

Energi dan bentuk orbital diturunkan dari persamaan gelombang (ϕ = psi), sedangkan besaran
pangkat dua (ϕ2) dari persamaan gelombang menyatakan rapatan muatan atau peluang
menemukan elektron pada suatu titik dan jarak tertentu dari inti. Bentuk orbital tergantung pada
bilangan kuantum azimuth (l), artinya orbital dengan bilangan kuantum azimuth yang sama akan
mempunyai bentuk yang sama. Orbital 1s, 2s, dan 3s akan mempunyai bentuk yang sama, tetapi
ukuran atau tingkat energinya berbeda.
1. Orbital s

Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital 1s. Gambar berikut menunjukkan
tiga cara pemaparan orbital 1s. Gambar menunjukkan bahwa rapatan muatan maksimum adalah
pada titik-titik di sekitar (dekat) inti. Rapatan berkurang secara eksponen dengan bertambahnya
jarak dari inti. Pola bercak-bercak (gambar) secara jelas menunjukkan bahwa rapatan muatan
meluas secara simetris ke semua arah dengan jarak antar bercak yang berangsur meningkat.
Secara teori peluang, untuk menemui elektron tidak pernah mencapai nol. Oleh karena itu tidak
mungkin menggambarkan suatu orbital secara lengkap. Biasanya gambar orbital dibatasi,
sehingga mencakup bagian terbesar (katakanlah 90%) peluang menemukan elektron. Gambar (c)
adalah orbital 1s dengan kontur 90%. Dalam teori atom modern, jari-jari atomdidefinisikan
sebagai jarak dari inti hingga daerah dengan peluang terbesar menemukan elektron pada orbital
terluar. Bentuk dan orientasi orbital 2s diberikan pada gambar. Sama dengan orbital 1s, rapatan
muatan terbesar adalah pada titik-titik sekitar inti. Rapatan menurun sampai mencapai nol pada
jarak tertentu dari inti. Daerah tanpa peluang menemukan elektron ini disebut simpul.
Selanjutnya, rapatan muatan elektron meningkat kembali sampai mencapai maksimum,
kemudian secara bertahap menurun mendekati nol pada jarak yang lebih jauh. Peluang terbesar
menemukan elektron pada orbital 2s adalah pada awan lapisan kedua. Sedangkan untuk orbital
3s juga mempunyai pola yang mirip dengan orbital 2s, tetapi dengan 2 simpul. Kontur 90% dari
orbital 3s ditunjukkan pada gambar (b), di mana peluang untuk menemukan elektron pada orbital
3s adalah pada awan lapisan ketiga.

Orbital 1s, 2s, 3s Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S.
Silberberg. 2000.

2. Orbital p

Rapatan muatan elektron orbital 2p adalah nol pada inti, meningkat hingga mencapai maksimum
di kedua sisi, kemudian menurun mendekati nol seiring dengan bertambahnya jarak dari inti.
Setiap subkulit p ( = 1) terdiri dari tiga orbital yang setara sesuai dengan tiga harga m untuk
= 1, yaitu -1, 0, dan +1. Masing-masing diberi nama px, py, dan pz sesuai dengan orientasinya
dalam ruang. Kontur yang disederhanakan dari ketiga orbital 2p diberikan pada gambar (c).
Distribusi rapatan muatan elektron pada orbital 3p ditunjukkan pada gambar (b). Sedangkan
kontur orbital 3p dapat juga digambarkan seperti gambar (a) (seperti balon terpilin), tetapi
ukurannya relatif lebih besar.
Orbital px, py, pz Sumber: Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change,
Martin S. Silberberg. 2000

3. Orbital d dan f
Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d, mulai terdapat pada kulit ketiga (n = 3).
Setiap subkulit d terdiri atas lima orbital sesuai dengan lima harga m untuk l = 2, yaitu m = –2, –
1, 0, +1, dan +2. Kelima orbital d itu diberi nama sesuai dengan orientasinya, sebagai x2–
x2 d , dxy, dxz, dyz, dan z d 2 . Kontur dari kelima orbital 3d diberikan pada gambar berikut.
Walaupun orbital z d 2 mempunyai bentuk yang berbeda dari empat orbital d lainnya, tetapi
energi dari kelima orbital itu setara.

Orbital d Sumber: Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S.
Silberberg. 2000. Orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk dipaparkan, tetapi hal itu tidaklah
merupakan masalah penting. Setiap subkulit f terdiri atas 7 orbital, sesuai dengan 7 harga m
untuk l = 3.

Seluruh orbital d Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S.
Silberberg. 2000.
Salah satu dari tujuh orbital 4 f, yaitu orbital f xyz Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of
Matter and Change, Martin S. Silberberg. 2000.

Konfigurasi Elektron

Halaman ini menjelaskan bagaimana menuliskan konfigurasi elektron menggunakan notasi s,p
dan d.

Konfigurasi elektron dari atom

Hubungan antara orbital dengan tabel periodik

Kita akan melihat bagaimana cara menuliskan konfigurasi elektron sampai pada orbital d.
Halaman ini akan menjelaskan konfigurasi berdasarkan tabel periodik sederhana di atas ini dan
selanjutnya pengaplikasiannya pada konfigurasi atom yang lebih besar.

Periode Pertama

Hidrogen hanya memiliki satu elektron pada orbital 1s, kita dapat menuliskannya dengan 1s1 dan
helium memiliki dua elektron pada orbital 1s sehingga dapat dituliskan dengan 1s2

Periode kedua

Sekarang kita masuk ke level kedua, yaitu periode kedua. Elektron litium memenuhi orbital 2s
karena orbital ini memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital 2p. Litium memiliki
konfigurasi elektron 1s22s1. Berilium memiliki elektron kedua pada level yang sama – 1s22s2.

Sekarang kita mulai mengisi level 2p. Pada level ini seluruhnya memiliki energi yang sama,
sehingga elektron akan menempati tiap orbital satu persatu.
B 1s22s22px1
C 1s22s22px12py 1
N 1s22s22px12py 12pz1

Elektron selanjutnya akan membentuk sebuah pasangan dengan elektron tunggal yang
sebelumnya menempati orbital.

O 1s22s22px22p y12pz1
F 1s22s22px22py 22pz1
Ne 1s22s22px22py 22pz2

Kita dapat melihat di sini bahwa semakin banyak jumlah elektron, semakin merepotkan bagi kita
untuk menuliskan struktur elektron secara lengkap. Ada dua cara penulisan untuk mengatasi hal
ini dan kita harus terbiasa dengan kedua cara ini.

Cara singkat pertama : Seluruh variasi orbital p dapat dituliskan secara bertumpuk. Sebagai
contoh, flor dapat ditulis sebagai 1s22s22p5, dan neon sebagai 1s22s22p6.

Penulisan ini biasa dilakukan jika elektron berada dalam kulit dalam. Jika elektron berada dalam
keadaan berikatan (di mana elektron berada di luar atom), terkadang ditulis dalam cara singkat,
terkadang dengan cara penuh.

Sebagai contoh, walaupun kita belum membahas konfigurasi elektron dari klor, kita dapat
menuliskannya sebagai 1s22s22p63s23px23p y23pz1.

Perhatikan bahwa elektron-elektron pada orbital 2p bertumpuk satu sama lain sementara orbital
3p dituliskan secara penuh. Sesungguhnya elektron-elektron pada orbital 3p terlibat dalam
pembentukan ikatan karena berada pada kulit terluar dari atom, sementara elektron-elektron pada
2p terbenam jauh di dalam atom dan hampir bisa dikatakan tidak berperan sama sekali.

Cara singkat kedua : Kita dapat menumpukkan seluruh elektron-elektron terdalam dengan
menggunakan, sebagai contoh, simbol [Ne]. Di dalam konteks ini, [Ne] berarti konfigurasi
elektron dari atom neon -dengan kata lain 1s22s22px22py22p z2.

Berdasarkan cara di atas kita dapat menuliskan konfigurasi elektron klor dengan
[Ne]3s23px23py23pz1.

Periode ketiga

Mulai dari neon, seluruh orbital tingkat kedua telah dipenuhi elekton, selanjutnya kita harus
memulai dari natrium pada periode ketiga. Cara pengisiannya sama dengan periode-periode
sebelumnya, kecuali adalah sekarang semuanya berlangsung pada periode ketiga.

Sebagai contoh :
cara singkat

Mg 1s22s22p63s2 [Ne]3s2

S 1s22s22p63s23px 23py13pz1 [Ne]3s23px23py13p z1

Ar 1s22s22p63s23px 23py23pz2 [Ne]3s23px23py23p z2

Permulaan periode keempat

Sampai saat ini kita belum mengisi orbital tingkat 3 sampai penuh – tingkat 3d belum kita
gunakan. Tetapi kalau kita melihat kembali tingkat energi orbital-orbital, kita dapat melihat
bahwa setelah 3p energi orbital terendah adalah 4s – oleh karena itu elektron mengisinya terlebih
dahulu.

K 1s22s22p63s23p6 4s1

Ca 1s22s22p63s23p6 4s2

Bukti kuat tentang hal ini ialah bahwa elemen seperti natrium ( 1s22s22p63s1 ) dan kalium (
1s22s22p63s23p64s 1 ) memiliki sifat kimia yang mirip.

Elektron terluar menentukan sifat dari suatu elemen. Sifat keduanya tidak akan mirip bila
konfigurasi elektron terluar dari kalium adalah 3d1.

Elemen blok s dan p

Elemen-elemen pada golongan 1 dari tabel periodik memiliki konfigurasi elektron terluar
ns1 (dimana n merupakan nomor antara 2 sampai 7). Seluruh elemen pada golongan 2 memiliki
konfigurasi elektron terluar ns2. Elemen-elemen di grup 1 dan 2 dideskripsikan sebagai elemen-
elemen blok s.
Elemen-elemen dari golongan 3 seterusnya hingga gas mulia memiliki elektron terluar pada
orbital p. Oleh karenanya, dideskripsikan dengan elemen-elemen blok p.

Elemen blok d

Perhatikan bahwa orbital 4s memiliki energi lebih rendah dibandingkan dengan orbital 3d
sehingga orbital 4s terisi lebih dahulu. Setelah orbital 3d terisi, elektron selanjutnya akan mengisi
orbital 4p.

Elemen-elemen pada blok d adalah elemen di mana elektron terakhir dari orbitalnya berada pada
orbital d. Periode pertama dari blok d terdiri dari elemen dari skandium hingga seng, yang
umumnya kita sebut dengan elemen transisi atau logam transisi. Istilah “elemen transisi” dan
“elemen blok d” sebenarnya tidaklah memiliki arti yang sama, tetapi dalam perihal ini tidaklah
menjadi suatu masalah.

Elektron d hampir selalu dideskripsikan sebagai, sebagai contoh, d5 atau d8 – dan bukan ditulis
dalam orbital yang terpisah-pisah. Perhatikan bahwa ada 5 orbital d, dan elektron akan
menempati orbital sendiri sejauh ia mungkin. Setelah 5 elektron menempati orbital sendiri-
sendiri barulah elektron selanjutnya berpasangan.

d5 berarti

d8 berarti

Perhatikan bentuk pengisian orbital pada level 3, terutama pada pengisian atom 3d setelah 4s.

Sc 1s22s22p63s23p6 3d14s2

Ti 1s22s22p63s23p6 3d24s2

V 1s22s22p63s23p6 3d34s2
Cr 1s22s22p63s23p6 3d54s1

Perhatikan bahwa kromium tidak mengikuti keteraturan yang berlaku. Pada kromium elektron-
elektron pada orbital 3d dan 4s ditempati oleh satu elektron. Memang, mudah untuk diingat
jikalau keteraturan ini tidak berantakan – tapi sayangnya tidak !

Mn 1s22s22p63s23p6 3d54s2 (kembali ke keteraturan semula)


Fe 1s22s22p63s23p6 3d64s2
Co 1s22s22p63s23p6 3d74s2
Ni 1s22s22p63s23p6 3d84s2
Cu 1s22s22p63s23p6 3d104s1 (perhatikan!)
Zn 1s22s22p63s23p6 3d104s2

Pada elemen seng proses pengisian orbital d selesai.

Pengisian sisa periode 4

Orbital selanjutnya adalah 4p, yang pengisiannya sama seperti 2p atau 3p. Kita sekarang kembali
ke elemen dari galium hingga kripton. Sebagai contoh, Brom, memilki konfigurasi elektron
1s22s22p63s23p63d104s 24px24py24pz1.

Rangkuman

Menuliskan konfigurasi elektron dari hidrogen sampai kripton

 Gunakan tabel periodik untuk mendapatkan nomor atom yang berarti banyaknya jumlah
elektron.
 Isilah orbital-orbital dengan urutan 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p sampai elektron-elektron selesai
terisi. Cermatilah keteraturan pada orbital 3d ! Isilah orbital p dan d dengan elektron tunggal
sebisa mungkin sebelum berpasangan.
 Ingat bahwa kromium dan tembaga memiliki konfigurasi elektron yang tidak sesuai dengan
keteraturan.

Menuliskan struktur elektron elemen-elemen “besar” pada blok s dan p

Pertama kita berusaha untuk mengetahui jumlah elektron terluar. Jumlah elektron terluar sama
dengan nomor golongan. Sebagai contoh, seluruh elemen pada golongan 3 memiliki 3 elektron
pada level terluar. Lalu masukkan elektron-elektron tersebut ke orbital s dan p. Pada level orbital
ke berapa ? Hitunglah periode pada tabel periodik.

Sebagai contoh, Yodium berada pada golongan 7 dan oleh karenanya memiliki 7 elektron terluar.
Yodium berada pada periode 5 dan oleh karenanya elekton mengisi pada orbital 5s dan 5p. Jadi,
Yodium memiliki konfigurasi elektron terluar 5s25px25py25pz 1.
Bagaimana dengan konfigurasi elektron di dalamnya ? Level 1, 2, dan 3 telah terlebih dahulu
terisi penuh, dan sisanya tinggal 4s, 4p, dan 4d. Sehingga konfigurasi seluruhnya adalah :
1s22s22p63s23p63d104s 24p64d105s25px25p y25pz1.

Jikalau kita telah menyelesaikannya, hitunglah kembali jumlah seluruh elektron yang ada apakah
sama dengan nomor atom.

Contoh yang kedua, Barium , berada pada golongan 2 dan memiliki 2 elektron terluar. Barium
berada pada periode keenam. Oleh karenanya, Barium memilki konfigurasi elektron terluar 6s2.

Konfigurasi keseluruhannya adalah : 1s22s22p63s23p63d104s 24p64d105s25p66s2.

Kita mungkin akan terjebak untuk mengisi orbital 5d10 tetapi ingatlah bahwa orbital d selalu diisi
setelah orbital s pada level selanjutnya terisi. Sehingga orbital 5d diisi setelah 6s dan 3d diisi
setelah 4s.

SISTEM PERIODIK UNSUR

Hubungan Sistem Periodik dengan Konfigurasi Elektron

Para ahli kimia pada abad ke-19 mengamati bahwa terdapat kemiripan sifat yang berulang secara
periodik (berkala) di antara unsur-unsur. Kita telah mempelajari usaha pengelompokan unsur
berdasarkan kesamaan sifat, mulai dari Johann Wolfgang Dobereiner (1780 – 1849) pada
tahun 1829 dengan kelompok-kelompok triad. Kemudian pada tahun 1865, John Alexander
Reina Newlands (1838 – 1898) mengemukakan pengulangan unsur-unsur secara oktaf,
serta Julius Lothar Meyer (1830 – 1895) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907)
pada tahun 1869 secara terpisah berhasil menyusun unsur-unsur dalam sistem periodik, yang
kemudian disempurnakan dan diresmikan oleh IUPAC pada tahun 1933. Unsur-unsur yang
jumlah kulitnya sama ditempatkan pada periode (baris) yang sama.

Nomor periode = jumlah kulit

Unsur-unsur yang hanya mempunyai satu kulit terletak pada periode pertama (baris paling atas).
Unsur-unsur yang mempunyai dua kulit terletak pada periode kedua (baris kedua), dan
seterusnya.

Contoh:

• 5B : 1s2, 2s2, 2p1 periode 2

• 15P : 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p3 periode 3

• 25Mn : [Ar], 3d5, 4s2 periode 4

• 35Br : [Ar], 3d10, 4s2, 4p5 periode 4


Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan nomor periode suatu unsur
dapat diambil dari nomor kulit paling besar. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang
struktur atom, telah dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat unsur ditentukan oleh konfigurasi
elektronnya, terutama oleh elektron valensi. Unsur-unsur yang memilikistruktur elektron terluar
(elektron valensi) yang sama ditempatkan pada golongan (kolom) yang sama. Dengan demikian,
unsur-unsur yang segolongan memiliki sifat-sifat kimia yang sama. Penentuan nomor golongan
tidaklah sesederhana seperti penentuan nomor periode. Distribusi elektron-elektron terluar pada
subkulit s, p, d, dan fsangatlah menentukan sifat-sifat kimia suatu unsur.

Kegunaan Sistem Periodik

Sistem periodik dapat digunakan untuk memprediksi harga bilangan oksidasi, yaitu:

1. Nomor golongan suatu unsur, baik unsur utama maupun unsur transisi, menyatakan bilangan
oksidasi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur tersebut. Hal ini berlaku bagi unsur logam dan
unsur non logam.

2. Bilangan oksidasi terendah yang dapat dicapai oleh suatu unsur bukan logam adalah nomor
golongan dikurangi delapan. Adapun bilangan oksidasi terendah bagi unsur logam adalah nol.
Hal ini disebabkan karena unsur logam tidak mungkin mempunyai bilangan oksidasi negatif.

Ni buat agan-agan yang ingin melihat tabel periodik unsur dalam bentuk flash, silahkan di

download filenya disini

IKATAN KIMIA

Bentuk Geometri Molekul

Bentuk molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul. Berikut ini bentuk
geometri dari beberapa molekul.

Bentuk geometri dari beberapa molekul sederhana

Kita dapat menentukan bentuk molekul dari hasil percobaan maupun dengan cara meramalkan
bentuk molekul melalui pemahaman struktur elektron dalam molekul. Pada subbab ini, kita akan
membahas cara meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori tolak-menolak elektron-elektron
pada kulit luar atom pusatnya.

Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion)


Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) menyatakan bahwa pasangan elektron
dalam ikatan kimia ataupun pasangan elektron yang tidak dipakai bersama (yaitu pasangan
elektron “mandiri”) saling tolakmenolak, pasangan elektron cenderung untuk berjauhan satu
sama lain. Menurut asas Pauli, jika sepasang elektron menempati suatu orbital, maka elektron
lain bagaimanapun rotasinya tidak dapat berdekatan dengan pasangan tersebut. Teori ini
menggambarkan arah pasangan elektron terhadap inti suatu atom. Gaya tolak-menolak antara
dua pasang elektron akan semakin kuat dengan semakin kecilnya jarak antara kedua pasang
elektron tersebut. Gaya tolakan akan menjadi semakin kuat jika sudut di antara kedua pasang
elektron tersebut besarnya 90º. Selain itu, tolakan yang melibatkan pasangan elektron mandiri
lebih kuat daripada yang melibatkan pasangan ikatan (Ralph H. Petrucci, 1985).

Berikut ini adalah urutan besarnya gaya tolakan antara dua pasang elektron.

pasangan mandiri – pasangan mandiri > pasangan mandiri – pasangan ikatan > pasangan ikatan –
pasangan ikatan.

Teori Hibridisasi

Teori domain elektron dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul, tetapi teori ini tidak
dapat digunakan untuk mengetahui penyebab suatu molekul dapat berbentuk seperti itu. Sebagai
contoh, teori domain elektron meramalkan molekul metana (CH4) berbentuk tetrahedron dengan
4 ikatan C-H yang ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut, akan
tetapi mengapa molekul CH4dapat berbentuk tetrahedron? Pada tingkat dasar, atom C (nomor
atom = 6) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.

Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2 ikatan kovalen (ingat,
hanya elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk membentuk ikatan kovalen). Oleh karena
ternyata C membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1 elektron dari orbital
2s dipromosikan ke orbital 2p, sehingga C mempunyai 4 elektron tunggal sebagai berikut.

menjadi

Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu pada satu orbital
2s dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab C pada CH4 dapat
membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen. Untuk menjelaskan hal ini, maka dikatakan
bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan H membentuk CH4, orbital 2s dan
ketiga orbital 2p mengalami hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya
ditandai dengansp3 untuk menyatakan asalnya, yaitu satu orbital s dan 3 orbital p. 6C: 1s2 2s1
2p3 mengalami hibridisasi menjadi 6C : 1s2 (2sp3)4 Hibridisasi tidak hanya menyangkut tingkat
energi, tetapi juga bentuk orbital gambar. Sekarang, C dengan 4 orbital hibrida sp3, dapat
membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen. Jadi, hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital
dari tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat.

Bentuk molekul CH4

Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi) sama dengan jumlah orbital yang terlihat
pada hibridasi itu.
Gaya Tarik Dipol-Dipol

Molekul yang sebaran muatannya tidak simetris, bersifat polar dan mempunyai dua ujung yang
berbeda muatan (dipol). Dalam zat polar, molekulmolekulnya cenderung menyusun diri dengan
ujung (pol) positif berdekatan dengan ujung (pol) negatif dari molekul di dekatnya. Suatu gaya
tarik-menarik yang terjadi disebut gaya tarik dipol-dipol. Gaya tarik dipol-dipol lebih kuat
dibandingkan gaya dispersi (gaya London), sehingga zat polar cenderung mempunyai titik cair
dan titik didih lebih tinggi dibandingkan zat nonpolar yang massa molekulnya kira-kira sama.
Contohnya normal butana dan aseton (James E. Brady, 2000).

Gaya-gaya antarmolekul, yaitu gaya dispersi (gaya London) dan gaya dipol dipol, secara kolektif
disebut gaya Van der Waals. Gaya dispersi terdapat pada setiap zat, baik polar maupun nonpolar.
Gaya dipol-dipol yang terdapat pada zat polar menambah gaya dispersi dalam zat itu. Dalam
membandingkan zat zat yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) kira-kira sama, adanya
gaya dipol-dipol dapat menghasilkan perbedaan sifat yang cukup nyata. Misalnya, normal butana
dengan aseton. Akan tetapi dalam membandingkan zat dengan massa molekul relatif (Mr) yang
berbeda jauh, gaya dispersi menjadi lebih penting. Misalnya, HCl dengan HI, HCl (momen dipol
= 1,08) lebih polar dari HI (momen dipol = 0,38). Kenyataannya, HI mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada HCl. Fakta itu menunjukkan bahwa gaya Van der Waals dalam HI lebih kuat
daripada HCl. Berarti, lebih polarnya HCl tidak cukup untuk mengimbangi kecenderungan
peningkatan gaya dispersi akibat pertambahan massa molekul dari HI.

Gaya Tarik Antarmolekul

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan berbagai jenis zat yang partikelnya berupa
molekul dan berbeda fasa. Dalam fasa gas, pada suhu tinggi dan tekanan yang relatif rendah
(jauh di atas titik didihnya), molekul-molekul benar-benar berdiri sendiri, tidak ada gaya tarik
antarmolekul. Akan tetapi, pada suhu yang relatif rendah dan tekanan yang relatif tinggi, yaitu
mendekati titik embunnya, terdapat suatu gaya tarik-menarik antarmolekul. Gaya tarik menarik
antar molekul itulah yang memungkinkan suatu gas dapat mengembun (James E. Brady, 1990).

Molekul-molekul dalam zat cair atau dalam zat padat diikat oleh gaya tarikmenarik antar
molekul. Oleh karena itu, untuk mencairkan suatu zat padat atau untuk menguapkan suatu zat
cair diperlukan energi untuk mengatasi gaya tarik-menarik antar molekul. Makin kuat gaya tarik
antar molekul, makin banyak energi yang diperlukan untuk mengatasinya, maka semakin tinggi
titik cair atau titik didih.

Gaya Tarik-Menarik Dipol Sesaat – Dipol Terimbas (Gaya London)

Antarmolekul nonpolar terjadi tarik-menarik yang lemah akibat terbentuknya dipol sesaat. Pada
waktu membahas struktur elektron, kita mengacu pada peluang untuk menemukan elektron di
daerah tertentu pada waktu tertentu. Elektron senantiasa bergerak dalam orbit. Perpindahan
elektron dari suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara normal
bersifat nonpolar menjadi polar, sehingga terbentuk suatu dipol sesaat. Dipol yang terbentuk
dengan cara itu disebut dipol sesaat karena dipol itu dapat berpindah milyaran kali dalam 1 detik.
Pada saat berikutnya, dipol itu hilang atau bahkan sudah berbalik arahnya. Suatu saat yang
mungkin terjadi digambarkan pada gambar

Gaya London

Dipol sesaat pada suatu molekul dapat mengimbas pada molekul di sekitarnya, sehingga
membentuk suatu dipol terimbas. Hasilnya adalah suatu gaya tarik-menarik antarmolekul yang
lemah. Penjelasan teoritis mengenai gaya-gaya ini dikemukakan oleh Fritz London pada tahun
1928. Oleh karena itu gaya ini disebut gaya London (disebut juga gaya dispersi) (James E.
Brady, 1990).

Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk mengimbas suatu molekul
disebut polarisabilitas. Polarisabilitas berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) dan bentuk
molekul. Pada umumnya, makin banyak jumlah elektron dalam molekul, makin mudah
mengalami polarisasi. Oleh karena jumlah elektron berkaitan dengan massa molekul relatif,
maka dapat dikatakan bahwa makin besar massa molekul relatif, makin kuat gaya London.
Misalnya, radon (Ar = 222) mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan helium (Ar = 4),
221 K untuk Rn dibandingkan dengan 4 K untuk He. Molekul yang bentuknya panjang lebih
mudah mengalami polarisasi dibandingkan molekul yang kecil, kompak, dan simetris. Misalnya,
normal pentana mempunyai titik cair dan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan neopentana.
Kedua zat itu mempunyai massa molekul relatif yang sama besar.

Bentuk molekul dan polarisabilitas

Gaya dispersi (gaya London) merupakan gaya yang relatif lemah. Zat yang molekulnya
bertarikan hanya berdasarkan gaya London, yang mempunyai titik leleh dan titik didih yang
rendah dibandingkan dengan zat lain yang massa molekul relatifnya kira-kira sama. Jika
molekul-molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas pada suhu kamar, misalnya
hidrogen (H2), nitrogen (N2), metana (CH4), dan gas-gas mulia.
Ikatan Hidrogen

Antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung atom hidrogen terjadi ikatan
hidrogen. Titik didih senyawa “hidrida” dari unsur-unsur golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA,
diberikan pada gambar

Titik didih senyawa hidrida dari unsur-unsur golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA. Sumber:
Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg. 2000.

Perilaku normal ditunjukkan oleh senyawa hidrida dari unsur-unsur golongan IVA, yaitu titik
didih meningkat sesuai dengan penambahan massa molekul. Kecenderungan itu sesuai dengan
yang diharapkan karena dari CH4 ke SnH4 massa molekul relatif meningkat, sehingga gaya Van
der Waals juga makin kuat. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian seperti yang terlihat pada
gambar, yaitu HF, H2O, dan NH3. Ketiga senyawa itu mempunyai titik didih yang luar biasa
tinggi dibandingkan anggota lain dalam kelompoknya. Fakta itu menunjukkan adanya gaya tarik-
menarik antarmolekul yang sangat kuat dalam senyawa-senyawa tersebut. Walaupun molekul
HF, H2O, dan NH3bersifat polar, gaya dipol-dipolnya tidak cukup kuat untuk menerangkan titik
didih yang mencolok tinggi itu.

Perilaku yang luar biasa dari senyawa-senyawa yang disebutkan di atas disebabkan oleh ikatan
lain yang disebut ikatan hidrogen (James E. Brady, 2000). Oleh karena unsur F, O, dan N sangat
elektronegatif, maka ikatan F – H, O – H, dan N – H sangat polar, atom H dalam senyawa-
senyawa itu sangat positif. Akibatnya, atom H dari satu molekul terikat kuat pada atom unsur
yang sangat elektronegatif (F, O, atau N) dari molekul tetangganya melalui pasangan elektron
bebas pada atom unsur berkeelektronegatifan besar itu. Ikatan hidrogen dalam H2O disajikan
pada gambar :
Molekul polar air (kiri) dan ikatan hidrogen pada air (kanan).

Ikatan Ion

Ikatan Ion

Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik listrik (gaya Coulomb) antara ion yang
berbeda. Ikatan ion juga dikenal sebagai ikatan elektrovalen.

Pembentukan Ikatan Ion

Telah diketahui sebelumnya bahwa ikatan antara natrium dan klorin dalam narium klorida terjadi
karena adanya serah terima elektron. Natrium merupakan logam dengan reaktivitas tinggi karena
mudah melepas elektron dengan energi ionisasi rendah sedangkan klorin merupakan nonlogam
dengan afinitas atau daya penagkapan elektron yang tinggi. Apabila terjadi reaksi antara natrium
dan klorin maka atom klorin akan menarik satu elektron natrium. Akibatnya natrium menjadi ion
positif dan klorin menjadi ion negatif. Adanya ion positif dan negatif memungkinkan terjadinya
gaya tarik antara atom sehingga terbentuk natrium klorida.
Struktur Atom

Struktur Atom

Atom terdiri dari proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron berada di dalam inti atom.
Sedangkan elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena muatan listriknya. semua
elektron bermuatan negatif (-) dan semua proton bermuatan positif (+) . sementara itu neutron
bermuatan netral. Elektron bermuatan yang bermuatan negatif (-) ditarik oleh proton yang
bermuatan positif (+) pada inti atom.

Dalam hal ini, semua atom di alam semesta akan terjadi bermuatan positif (+) karena ada
kelebihan muatan listrik positif (+) di dalam proton. Akibatnya, semua atom akan saling
bertolak satu sama lain.

A. Perkembangan Teori Atom

Konsep atom dikemukakan oleh Demokritos yang tidak didukung oleh ekperimen yang
menyakinkan, sehingga tidak dapat diterima oleh beberpa ahli ilmu pengetahuan dan filsafat.

Pengembangan konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian
dilakukan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan disempurnakan oleh Bohr (1914)

Hasil ekperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilakn gambaran mengenai susunan
parikel-partikel tersebut didalam atom. Gambaran ini berfungsi untuk memudahkan dalam
memahami sifat-sifat kimia suatu atom. Gambaran susunan partikel-partikel dasar dalam atom
disebut model atom.

1. Model Atom Dalton

1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi-bagi.
2. Atom digambarkan sebagai bola pegal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-
atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atas atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan

Hipotesis Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pegal seperti bola tolak peluru.

2. Model Atom Thomson

Atom adalah bola bulat bermuatan


positif dan di permukaan tersebar

elektron yang bermuatan negatif

3. Model Atom Rutherford

Atom adalah bola berongga yang tersusun dari inti atom dan eletron yang tersusun dari inti atom

dan e lektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat
pada inti atom. Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak
jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai
pemancaran energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan
jatuh ke dalam inti.

4. Model Atom Niels Bohr

1.
1. Atom terdiri atas inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
2. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau
memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan berkurang. Jika
berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi, elektron akan menyerap energi. Jika
beralih ke lintasan yang lebih rendah, elektron akan memancarkan energi lebih rendah,
elektron akan memancarkan energi.
3. Kedudukan elektron-eletron pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut kulit-kulit
elektron.

5. Model Atom Model

kulit-kulit elektron bukan kedudukan yang pasti dari suatu elektron, tetapi hanya suatu keboleh
jadian saja.

B. Percobaan-percobaan Mengenal Struktur Atom

1. Elektron

Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil
ekperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju ke anode
yang disebut sinar katode.

George Johnstone Stoney (1891) yand mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”.
Kelemahan dari stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat
antara atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainya. Antonine Henri
Beecquerel (1896) menemukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktof yang sifatnya
mirip dengan elektron.

Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan
listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode.

Hasil percobaan J.J Thomson menujukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah kutub
positif medan listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif dalam suatu atom.

Besarnya muatan dalam eletron ditemukan oleh Robert Andreww miliki (1908) melalui
percobaan tetes Minyak Milikan seperti gambar berikut.

Minyak disemprotkan kedalam tabung yang bermuatan litrik. Akibat gaya tarik grafitasi akan
mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan negatif maka
akan tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil percobaan Milikan dan Thomson diperoleh
muatan elektron-1 dan massa elektron 0.

2. Proton

Jika massa elektron 0 bearti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataan
nya partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom netral. Eugene
Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang diberi
lubang-lubang dan diberi muatan listrik.

Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anode,
terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melalui lubang pada katode. Setelah
berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogenlah yang menghasilkan sinar muatan
positif yang paling kecil baik massa maupun muatanya, sehingga partikel ini disebut proton.
Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1
3. Inti atom

Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan
lempang tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar
alfa yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/ menembus lempeng sehingga
mincullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden
(1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895)
dan penemuan zat radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut.

Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti
atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, sehingga atom
bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang ada dalam inti atom,
sehingga dapt diprediksi bahwa ada partikel lain dalam inti atom.

4. Neutron

Prediksi dari Rutherford memicu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus
tinggi.

James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu
bersifat nertal atau tidak bermuatan dan massanya hampir sama dengan proton. Partikel ini
disebut neutron dan dilambangkan

C. Menetukan Struktur Atom Berdasarkan Tabel Periodik

1. Partikel Dasar Penyusun Atom

Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur tersebut. Struktur
atom menggambarkan bagaimana partikel-partikel dalam atom tersusun, atom tersusun atas inti
atom dan dikelilingi elektron-elektron yang tersebar dalam kulit-kulitnya. Secara sistematis dapat
digambarkan partikel-partikel sub atom berikut.

Sebagian besar atom terdiri dari ruang hampa yang dalamnya terdapat inti yang sangat kecil di
mana massa dan muatan positifnya dipusatkan dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang
bermuatan negatif. Inti atom tersusun atas sejumlah proton dan neutron. Jumlah proton dalam
inti atom menentukan muatan inti atom, sedangkan massa atom inti ditentukan oleh banyaknya
proton dan neutron. Selanjutnya ketiga partikel sub atom (proton, neutron, dan elektron ) dangan
kombinasi tertentu membentuk atom suatu unsur yang lambangnya dapat dituliskan :

X : lambang suatu unsur


Z : nomor atom

A : nomor massa

2. Memahami Susunan dari Sebuah Atom

1.
1. Lihatlah nomor dari tabel periodik. Nomor atom selalu labih kecil dari nomor massa
2. Nomor atom merupakan jumlah proton. Oleh karena sifat atom netral, maka nomor
atom juga merupakan jumlah elekton
3. Susunan elektron-elektron dalam level-level energi, selalu isi level terdalam sebelum
mengisi level luar

Dua hal yang penting diperhatikan jika anda melihat susunan daam tabel periodik.

1. Jumlah elektron tingkat terluar (atau kulit terluar)sama dengan nomor golongan (kecuali helium
yang memiliki 2 elektron. Gas mulia biasa disebut dengan golonga 0 bukan golongan 8). Hal ini
berlaku diseluruh golongan unsur pada tabel periodik (kecuali unsur-unsur transisi). Jadi, jika
anda mengetahui bahwa barium terletak pada golongan 2, bearti barium memiliki 2 elektron
pada tingkat teluar.
2. Gas mulia memiliki elektron penuh pada tingkat terluar

D. Nomor Atom dan Nomor Massa

Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel
penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A)

Penulisan lombang atom unsur menyetarakan nomor atom dan nomor massa.

Dimana :

A = nomor massa

Z = nomor atom

X = lambang unsur

Nomor Massa (A) = Jumlah proton + Jumlah Neutron

Atau

Jumlah Neutron = Nomor massa – Nomor atom

Nomor Atom (Z) = Jumlah proton

1. Nomor Atom (Z)


Nomor atom (Z) menujukkan jumlah proton (muatan positif) atau jumlah elektron dalam atom
tersebut. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur. Oleh karena atom bersifat netral
maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronya, sehingga nomor atom juga menujukkan
jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom
ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur

2. Nomor Massa (A)

Massa elektron sangat kecil dan dianggap nol sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom
yaitu proton dan neutron. Nomor massa (A) menyatakan banyaknya proton dan neutron yang
menyusun inti atom suatu unsur. Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur.

E. Isotop, Isobar, dan Isoton suatu Unsur

1. Isotop

Isotop adalah atom yang mempunyai nomor sama tetapi memiliki nomor massa berbeda

Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektron valensinya sama.

Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menetukan massa atom relatif (Ar) atom tersebut
berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop

2. Isobar

Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor massa sama.

3. Isoton

Atom-atom yang berbeda tetapi mempunyai jumlah neutron yang sama

F. Menetukan Elektron Valensi

1. Konfigurasi Elektron

Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap atom
dapat terisi eletron maksimum 2n2, dimana n merupakan letak kulit.

Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N dan seterusnya dimulai dari yang terdekat dengan inti
atom.

Elektron disusun sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi maksimum sesuai daya
tampung kulit tersebut. Jadi masing ada sisa elektron yang tidak dapat ditampung pada kulit
tersebut maka diletakkan pada kulit selanjutnya.
2. Elektron Valensi

Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan reaksi kimia adalah elektron
pada kulit terluar atau elektron valensi.

Jumlah elektron valensi suatu atom ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit
terakhir dari konfigurasi elektron atom tersebut. Perhatikan Tabel untuk menentukan jumlah
elektron valensi

Unsur –unsur yang mempunyai jumlah elektron valensi yang sama akan memiliki sifat kimia
yang sama pula.

Anda mungkin juga menyukai