Anda di halaman 1dari 5

Nama :Yoga Setyawan

Stambuk :F231 16 126


TEORI PERKOTAAN

Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin pa


ling kompleks. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi,
ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah
penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan
tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di
dalamnya. Yang jelas adalah kenyataan bahwa kawasan kota juga memiliki sifat yang sangat
mempengaruhi kehidupan tempatnya. Kenyataan tersebut dapat diamati di tempat di mana
suasana kota kurang baik dan di mana masyarakatnya menderita oleh wujud dan ekspresi
tempatnya.
Kota dapat terbentuk sejak terbentuknya kerumunan tempat tinggal manusia yang
relative padat pada suatu kawasan tertentu dibanding kawasan disekitarnya. Idealnya
kawasan yang disebut kota, penduduknya bukan bermatapencaharian yang berkaitan
langsung dengan alam, seperti petani atau peternak, melainkan dibidang pemerintahan,
perdagangan, kerajinan, pengolahan bahan mentah, industry dan jasa. Dari sifat awal yang
sederhana hingga kompleks, menunjukkan kota terbentuk melalui suatu proses. Oleh karena
hal itu kami akan membahas teori perkotaan, semoga dengan makalah yang kami buat dapat
berguna bagi pembelajaran kita semua.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah dan apa saja teori perkotaan itu?
.Tujuan
Untuk mengetahui teori perkotaan.

Kota Menurut Para Ahli


Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang keilmuannya
masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai berikut.
a. (Bintarto)
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta
coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan
pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal
mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.
b. (Max Weber)
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai
sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
c. (Louis Wirth)
Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh orang-orang
yang heterogen kedudukan sosialnya.
d. (Arnold Toynbee)
Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kekompleksan yang khusus dan
tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing.
e. (Grunfeld)
Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada
kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan
tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya
berdekatan.
f. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1)
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
Teori Perkotaan dibagi menjadi
1. Teori perkembangan kota
2. Teori pertumbuhan kota
Teori Perkembangan Kota
Teori Konsentris (The Consentric Theory)
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar tudy kasusnya
mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya sesuat kota yang besar mempunyai
kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagian-bagiannya. Masing-masing zona
tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar. Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang
ke segala arah, maka pola keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang
berlapis-lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti suatu pola
konsentris ini adalah sebagai berikut:
a) Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB).
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam daerah ini terdapat
bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik sosial, ekonomi, poitik dan
budaya. Contohnya : Daerah pertokoan, perkantoran, gedung kesenian, bank dan lainnya.
b) Daerah Peralihan.
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu dalam
kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk ini sebagian besar terdiri dari pendatang-pendatang
yang tidak stabil (musiman), terutama ditinjau dari tempat tinggalnya. Di beberapa tempat
pada daerah ini terdapat kegiatan industri ringan, sebagai perluasan dari KPB.
c) Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja.
Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi
perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan, hal ini disebabkan karena
kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari golongan pekerja kelas rendah.
d) Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya.
Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding dengan
penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik ditinjau dari pemukimannya
maupun dari perekonomiannya.
e) Daerah Penglaju.
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup daerah
pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan dan sebagian
yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan, Kebanyakan penduduknya mempunyai
lapangan pekerjaan nonagraris dan merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di
dalam kota, sebagian penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja di bidang pertanian.
2. Teori Sektor
Teori sektor ini dikemukakan oleh Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999), dinyatakan
bahwa perkembangan-perkembangan baru yang terjadi di dalam suatu kota, berangsur-angsur
menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh sector-sektor yang sama terlebih dahulu.
Alasan ini terutama didasarkan pada adanya kenyataan bahwa di dalam kota-kota yang besar
terdapat variasi sewa tanah atau sewa rumah yang besar. Belum tentu sesuatu tempat yang
mempunyai jarak yang sama terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa tanah atau rumah
yang sama, atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat terhadap KPB akan mempunyai
nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-kadang daerah tertentu dan bahkan sering terjadi
bahwa daerah-daerah tertentu yang letaknya lebih dekat dengan KPB mempunyai nilai sewa
tanah atau rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari KPB. Keadaan ini
sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi dan segala aspek-aspek yang
lainnya.
a) Pertumbuhan Vertikat, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur keluarga tunggal dan
semakin lama akan didiami oleh struktur keluarga ganda. Hal ini karena ada factor pembatas,
yaitu : fisik, social, ekonomi dan politik.
b) Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih cukup tersedia
ruang-ruang kosong untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan lainnya.
c) Pertumbuhan Mendatar ke Arah Luar (Centrifugal), yaitu biasanya terjadi karena
adanya kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan kegiatan lainnya. Pertumbuhannya bersifat
datar centrifugal, karena perembetan pertumbuhannya akan kelihatan nyata pada sepanjang
rute transportasi. Pertumbuhan datar centrifugal ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
1) Pertumbuhan Datas Aksial, pertumbuhan kota yang memanjang ini terutama dipengaruhi
oleh adanya jalur transportasi yang menghubungkan KPB dengan daerah-daerah yang berada
diluarnya.
2) Pertumbuhan Datar Tematis, pertumbuhan lateral suatu kota tipe ini tidak mengikuti
arah jalur transportasi yang ada, tetapi lebih banyak dilatarbelakangi oleh keadaan khusus,
sebagai cintih yaitu dengan didirikannya beberapa pusat pendidikan, sehingga akan menarik
penduduk untuk bertempat tinggal di daerah sekitarnya. Di lingkungan pusat kegiatan yang
beru ii akan timbul suatu suasana perkotaan yang secara administrative mungkin terpisah dari
kota yang ada. Oleh karena jarak antara pusast kegiatan yang baru dengan daerah perkotaan
yang lama biasanya tidak terlalu jauh, maka pertumbuhan selanjutnya adalah pada pusat yang
lama dengan pusat yang baru akan bergabung menjadi satu.
3) Pertumbuhan Datar Kolesen, perkembangan lateral ketiga ini terjadi karena adanya
gabungan dari perkembangan tipe satu dan dua. Sehubungan dengan adanya perkembangan
yang terus-menerus dan bersifat datar pada kota (pusat kegiatan), maka mengakibatkan
terjadinya penggabungan pusat-pusat tersebut satu kesatuan kegiatan. (Yunus, 1991 & 1999)
3. Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua geograf ini
berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam wilayah kota,
kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam teori Burgess dan Hoyt.
Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi bentuk yang kompleks.
Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus baru yang berfungsi
sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan berkembang sesuai dengan
penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk struktur kota yang memiliki sel-sel
pertumbuhan.
Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, Bandar udara, kompleks industri,
pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam
penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya, kompleks
industri mencari lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi. Perumahan baru mencari
lokasi yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan tempat pendidikan.
Harris dan Ullman berpendapat bahwa karakteristik persebaran penggunaan lahan
ditentukan oleh faktor-faktor yang unik seperti situs kota dan sejarahnya yang khas, sehingga
tidak ada urut-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti pada teori konsentris dan
sektoral. Teori dari Burgess dan Hoyt dianggap hanya menunjukkan contoh-contoh dari
kenampakan nyata suatu kota.
4. Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965 dengan
mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris
dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.
5. Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry
Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
6. Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada peranan
transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros ditunjukkan pada
gambar sebagai berikut.
7. Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang
berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. Teori historis dari
Alonso dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari model gambar di depan menunjukkan bahwa dengan meningkatnya standar
hidup masyarakat yang semula tinggal di dekat CBD disertai penurunan kualitas lingkungan,
mendorong penduduk untuk pindah ke daerah pinggiran (a). Perbaikan daerah CBD menjadi
menarik karena dekat dengan pusat segala fasilitas kota (b). Program perbaikan yang semula
hanya difokuskan di zona 1 dan 2, melebar ke zona 3 yang menarik para pendatang baru
khususnya dari zona 2 (c).
2.3. Teori Petumbuhan Kota
1.) Central Place
Teori Tempat Pusat oleh Christaller (1933), menjelaskan bagaimana susunan dari
besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller
menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan cenderung tersebar di dalam
wilayah membentuk pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan keuntungan optimal
pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat yang
menyediakan barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah belakangnya.
Teori ini dapat berlaku apabila memiliki karakteristik sebagai berikut
1. Wilayahnya datar dan tidak berbukit
2. Tingkat ekonomi dan daya beli penduduk relative sama
3. Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk bergerak ke berbagai arah
2.)Teori Basis Ekonomi (Economic Base)

Teori economic base menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu kota berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar kota itu
sendiri.
Ferroux dalam Mudrajad Kuncoro (2002), menyatakan bahwa pusat pertumbuhan
ekonomi itu merupakan suatu tempat dalam suatu ruang atau suatu wilayah, dari mana
kekuatan-kekuatan sentrifugal memancar dan kemana kekuatan-kekuatan sentripental ditarik.
Konsep pusat pertumbuhan ekonomi ini sebagai suatu gugusan industri-industri, baik yang
saling terkait maupun yang berdiri sendiri-sendiri, yang kemudian berkembang menjadi kota
dan berlokasi pada suatu tempat tertentu dalam suatu wilayah.

Myrdai dalam Tulus T.H. Tambunan (2001a), berpendapat bahwa pada pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi akan berkembang industri-industri yang akan memancarkan berbagai
bentuk keuntungan {spread effect) ke wilayah sekitarnya berupa permintaan hasil-hasil
produksi dari wilayah sekitarnya sehingga perekonomian wilayah sekitar pusat pertumbuhan
ekonomi akan ikut berkembang

Anda mungkin juga menyukai