Anda di halaman 1dari 20

Makalah MPKT-B

Jakarta Metropolitan-Megapolitan
Polusi

HOME GROUP 1
Aghni Ulma Saudi
Alif Ardiansyah Putra
Aulia Andini
Faishal Muhammad
Nur Aini
Shabrina Adani

K. 201

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRAK

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, menganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti.Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di
dalam rumah, sekolah, dan kantor atau berasal dari emisi kendaraan bermotor,
industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 70 persen penduduk


kota di dunia pernah sesekali menghirup udara yang tidak sehat, sedangkan 10
persen lain menghirup udara yang bersifat marjinal.Di Indonesia, kurang lebih
70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak
negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan.

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan
sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu
belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi
udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang mengangkat tema mengenai polusi ini
secara tepat waktu.
Berikut ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai berbagai jenis
polusi. Penulis mengangkat tema ini karena polusi merupakan suatu masalah yang
signifikan di Indonesia khususnya Jakarta. Penulis berharap makalah menganai
polusi ini dapat membawa banyak manfaat bagi kita semua untuk menuntaskan
masalah polusi.
Melalui kata pengantar ini penulis ingin berterima kasih kepada berbagai
pihak yang telah terlibat dalam penulisan makalah ini. Penulis juga ingin berterima
kasih kepada berbagai sumber yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Tak ada gading yang tak retak, penulis sadar kesempurnaan masih sangat
jauh dari makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan
berupa kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini di kemudian hari.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Depok, 31 Oktober 2012

Tim penulis
KATA KUNCI
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Polusi adalah perubahan fisik, kimia, dan biologi yang terjadi pada lingkungan
yang disebabkan oleh manusia yang dapat membahayakan makhluk hidup. Polusi dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, diantaranya pencemaran udara, pencemaran air
dan pencemaran udara
Jakarta sebagai ibu kota negara saat ini sudah tidak memiliki kawasan bebas
polusi udara. Kalaupun ada, tempatnya itu sangat terbatas yakni hanya di ruang ICU
rumah sakit. Sejauh ini partikel PM atau sejenis pemicu penyakit ISPA (infeksi saluran
pernapasan atas), menjadi unsur dominan pencemar lingkungan. Dikhawatirkan jika hal
ini dibiarkan berlarut-larut dampaknya buruk bagi kehidupan manusia dan
lingkungan.Berbagai upaya harus dilakukan untuk mewujudkan Jakarta yang hijau dan
bebas polusi. Bahkan program penambahan ruang terbuka hijau (RTH) dan
pemberlakuan regulasi pembatasan kendaraan di Jakarta, sudah sangat mendesak
dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa ciri khas lingkungan yang sehat?
2. Bagaimana pengaruh populasi manusia terhadap bencana polusi?
3. Bencana apa saja yang dapat timbul dari masalah polusi?
4. Apa teknologi baru yang dicipdstakan untuk mengatasi polusi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu polusi dan dampak yang dihasilkan
2. Mengetahui lingkungan apa yang terhitung sehat
3. Mengetahui penanggulangan dari masalah bencana polusi
4. Mencari tahu tentang teknologi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi
polusi
ISI

A. LINGKUNGAN SEHAT
Lingkungan yang sehat atau Environmental Health tidak hanya diukur melalui
gagasan Kuantitaif, tapi justru terdapat berbagai macam aspek didalamnya yang saling
melakukan hubungan timbal balik, dimana objek dalam Lingkungan yang sehat adalah
kita sendiri sebagai manusia, berbagai macam tinjaun dan aspek dapat menjadi tolak
ukur terhadap Environmental Health itu sendiri.

Sedangkan, polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau


dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya


pencemaran lingkungan, serta mengetahui tingkat pencemaran itu. Parameter-
parameter yang digunakan sebagai indikator penemaran lingkugnan antara lain sebagai
berikut:

a. Parameter kimia

Parameter kimia meliputi CO2, pH, alkalinitas, fosfor dan kadang aktifitas berat.

b. Parameter biokimia

Parameter biokimia meliputi BOD ( biochemical Orxygen Deman), yaitu jumlah


oksigen yang terkandung atau terlalur di air. Cara pengukuran BOD adalah dengan
menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennnya selama 5 hari
dan kemudian diukur kembali kadungan oksigennya, BOD digunakan untuk mengukur
banyaknya pencemaran organik.
Di air yang normal dan alami, kadar pH adalah 6,5 – 8,5. Keasaman air dapat iukur
dengan kertas lakmus. Contoh lain adalah kandungan oksifen d dalam air minum
tidak boleh kurang dari 3 ppm

c. Parameter fisik

Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kejernihan dan kandungan
bahan radiokatif.

d. Parameter biologi

Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya bahan organk/mikroorganisme seperti


bakteri coli, virus, bentos dan plakton. Organisme yang peka akan mati di lingkungan
air yang teremar.

Contoh: keadaan siput air dan planaria di sugnau atau perairan menunjukkan bahwa
air di sungai tersebut belum tercemar.

Ketika berupaya untuk menyelamatkan bumi atau lingkungan alam, kita


sebaiknya mengetahui fakta-fakta lingkungan yang terjadi, yaitu dimulai dari
lingkungan sekitar dan terdekat. Dengan demikian, kita dapat menyadari hal-hal yang
paling tepat untuk menanganinya.

B. PENGARUH POPULASI TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN

Tiap detik 5 sampai 6 anak lahir di dunia sehingga jumlah manusia semakin hari
semakin bertambah dengan cepat. Permasalahan yang timbul dari pertumbuhan
manusia yang cepat ini yaitu kekhawatiran manusia itu sendiri akan kelebihan populasi
yang akan atau telah menyebabkan penipisan sumber daya alam dan perusakan
lingkungan. Kemudian untuk menyikapi hal itu banyak negara yang mencanangkan
program keluarga berencana untuk mengontrol tingkat fertilitas dan meyetabilkan
jumlah populasi di negara mereka.
Pertumbuhan populasi manusia membentuk kurva J tajam. Awalnya
pertumbuhan populasi manusia relatif lambat namun dengan bertambahnya individu
bereproduksi, pertumbuhan meningkat. Hal ini merefleksikan fakta bahwa populasi
dunia bertambah sangat tajam seperti fungsi eksponen. Tingkat pertumbuhan
ditentukan oleh perbedaan antara jumlah orang yang lahir pertahun dan jumlah orang
yang mati pertahun.
Pertumbuhan populasi manusia yang meningkat ini tentunya berdampak pada
ekosistem dan menyebabkan terjadinya polutan yang berakumulasi. Polutan adalah
substansi tambahan pada lingkungan, hasil dari aktifitas manusia, yang berdampak pada
kehidupan, termasuk manusia. Polutan ini terdapat pada udara, air, dan tanah. Polutan
secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu polutan primer dan polutan sekunder.
Polutan primer langsung dipancarkan di lingkungan namun polutan sekunder terbentuk
karena interaksi polutan-polutan yang ada. Klasifikasi lain dari polutan tentu saja dapat
dikelompokkan berdasarkan kandungannya. Zat-zat yang mencemari udara antara lain
senyawa Sulfur, Karbon oksida, senyawa Nitrogen, Senyawa organik volatil, fotokimia
oksida, logam, halogen dan material partikulat. Masing-masing dari senyawa dan zat ini
memiliki dampak yang berbahaya bagi kehidupan manusia sendiri. Senyawa sulfur dan
nitrogen misalnya, beberapa dari senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air menjadi
hujan asam yang dapat merusak hutan, laut bahakan bangunan-bangunan yang
berkonstruksi logam. Karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca
diyakini sebagai penyebab pemanasan global yang telah mengubah siklus iklim dunia
saat ini. Banyak lagi dampak dari polutan-polutan tersebut bagi kehidupan kita.
Polusi udara diklam disebabkan oleh manusia itu sendiri. Banyak kegiatan
manusia seperti industri, transportasi, dan sebagainya yang menghasilkan bahan
buangan ke udara. Bahan buangan ini sebagian besar tidak dapat dinetralisir oleh alam
karena sifat dari polutan itu sendiri ataupun karena banyaknya polutan yang dihasilkan
seiring pertumbuhan manusia. Manusia sendiri telah lama sadar bahwa mereka telah
membuang sesuatu yang berbahaya di tempat mereka hidup. Namun perlu usaha yang
global dan kesadaran yang besar untuk merubah pola hidup manusia yang sudah
tergantung pada industri dan berbagai peralatan katakanlah mesin penghasil polutan
tersebut sejak lama. Hal yang sama di luar ruangan terjadi di dalam ruangan. Udara di
dalam ruangan dimana sebagian besar manusia beraktifitas, diteliti tidak lebih baik
bahkan sebagian besar lebih buruk daripada udara di luar ruangan. Rokok adalah
penyebab utama pencemaran di dalam ruangan. Rokok menghasilkan berbagai jenis
polutan berbahaya yang dapat menyebabkan kematian bahkan bagi penghirup asapnya
saja.
Polusi udara ini pada tubuh manusia terutama organ pernafasan tentunya
sangat berbahaya. Merusak sistem kerja organ yang menopang kehidupan kita selain
juga merusak makhluk hidup lain dan ekosistemnya. Hujan asam, kerusakan hutan,
pencemaran air ( sungai danau dan laut), ekosistem lain serta merusak bangunan dan
kendaraan adalah dampak dari sesuatu yang sebenarnya kita sebabkan sendiri.
Selanjutnya yang harus kita pikirkan bersama adalah bagaimana mengontrol polusi
tersebut agar kehidupan kita tidak bertambah buruk. Selain Protokol Montreal yang
telah disebabkan di atas banyak lagi usaha-usaha negara-negara dunia seperti karbon
trading dan penelitian mengenai teknologi ramah lingkungan seperti bahan bakar ramah
lingkungan dan sebagainya.

C. BENCANA AKIBAT POLUSI


Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah
kota di Meksiko dan Thailand). Selain itu, masih dalam skala global, kadar partikel debu
yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104
mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada
tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per
meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga,
jumlah hari dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke
tahun.Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun
2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya dalam waktu 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan
penelitian Kelompok Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005,
jumlah hari dengan kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun
pada tahun 2006, jumlahnya justru naik diatas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak
berlebihan jika Jakarta dijuluki “kota polusi”, karena begitu keluar rumah, penduduk
Jakarta akan langsung berhadapan dengan polusi. Penyebab paling signifikan dari polusi
udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang menyumbang andil sebesar ±70
persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan antara jumlah kendaraan
bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang


terdaftar di DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni
2009 adalah 9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan
Maret 2009 adalah 8.513.385 jiwa.Perbandingan data tersebut menunjukkan
bahwa kendaraan bermotor di DKI Jakarta lebih banyak daripada
penduduknya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta juga sangat tinggi, yaitu
mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi sangat signifikan karena
ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata belum memenuhi ketentuan
ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1
kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya. Padahal, perbandiangan
ideal antara prasarana jalan dengan luas wilayah adalah 14 persen. Dengan kondisi yang
tidak ideal tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit
diatasi dan pencemaran udara semakin meningkat

Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang
terbuka hijau (RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan begetasi (endemic,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan
oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan. RTH kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah
sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro,
peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap
polutan media udara,, air dan tanah serta penahan angin. Kurangnya RTH kota akan
mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota untuk menyerap polusi.

Berdasarkan perhitungan para ahli, luas RTH kota idealnya adalah minimal 30
persen dari luas seluruh wilayah kota. Perhitungan ini telah diadopsi dalam Pasal 29 UU
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sayangnya, dengan segala
permasalahannya, Jakarta tampaknya belum dapat memenuhi luas ideal RTH kota dalam
waktu dekat. Hingga tahun 2009, RTH Jakarta hanya 9 persen, sedangkanrencana RTH
Jakarta pada tahun 2000-2010 hanya ditetapkan sebesar 13,94 persen.
Ketidakmampuan Jakarta untuk memenuhi luas ideal RTH kota tentu akan berimbas
pada memburuknya kadar polusi.

Buruknya kadar polusi udara di Jakarta menimbulkan banyak masalah sosial


bagi penduduknya. Masalah utamanya tentu saja adalah masalah kesehatan. Menurut
data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 46 persen penyakit di Jakarta disebabkan oleh
pencemaran udara, di mana penyakit-penyakit umumnya adalah infeksi saluran
pernapasan, asma, dan kanker paru-paru. Selain penyakit-penyakit itu, polusi juga
berpotensi mengakibatkan perubahan fisiologis pada manusia seperti: melemahkan
fungsi paru-paru dan memengaruhi tekanan darah.

Dampak lanjutan dari menurunnya kualitas kesehatan masyarakat adalah


meningkatnya biaya untuk pengobatan. Jika masyarakat sakit-sakitan, tentu saja akan
ada beban sosial pada masyarakat yang akan memengaruhi GDP (Gross Domestic
Product). Sebagai ilustrasi, biaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan
oleh polusi udara pada tahun 1998 mencapai Rp 1,8 triliun. Apabila peningkatan kadar
polusi tidak juga dicegah, biaya tersebut akan terus meningkat dan bisa mencapai Rp 4,3
triliun pada tahun 2015.

Selain masalah kesehatan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat,


polusi buruk juga memengaruhi estetika kota. Tentu tidak nyaman melihat suasana kota
yang udaranya hampir terus-menerus dicemari kabut asap polusi dari kendaraan
bermotor dan industri.
Untuk menghilangkan citra negatif Jakarta sebagai kota polusi, sudah semestinya apabila
masyarakat dan Pemerintah DKI Jakarta perlu menetapkan dan melaksanakan langkah-
langkah perbaikan yang tepat. Langkah-langkah yang tidak tepat atau tidak sesuai
dengan aspirasi masyarakat perlu diidentifikasi dan kemudian dihindari untuk mencegah
resistansi (perlawanan) dari masyarakat agar upaya perbaikan yang ditempuh tidak
menjadi kontraproduktif. Sebagai contoh,rencana pembatasan jumlah kendaraan
bermotor untuk membantu mengurangi polusi dan kemacetan menuai protes dari para
pelaku industri otomotif karena pembatasan tersebut dapat mengurangi produktivitas
mereka dan berimbas pada kehidupan dan pekerjaan para tenaga kerja sektor otomotif.
Sebagai alternatif solusi, Pemerintah perlu memperbaiki sektor transportasi dan fasilitas
angkutan umum sehingga para pengguna kendaraan pribadi tidak akan segan-segan
untuk beralih ke kendaraan umum. Dalam beberapa kasus (seperti
pengoperasianbusway), cara ini sudah menampakkan hasil yang lumayan. Pemerintah
perlu menyadari bahwa membludaknya penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta
disebabkan terutama oleh buruknya fasilitas angkutan umum yang mengakibatkan
penumpang merasa tidak aman dan nyaman menggunakannya.

Pelaksanaan dan penegakan hukum memegang peran yang sangat krusial dalam
mencegah laju polusi, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Fakta
membuktikan bahwa ketidaktegasan dalam pelaksanaan hukum menyumbang andil
signifikan dalam peningkatan polusi di Indonesia. Sebagai contoh, UU Nomor 14 Tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah memberlakukan kewajiban uji emisi
kendaraan bermotor. Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) UU tersebut menyatakan, "Untuk
mencegah pencemaran udara dan kebisingan suara kendaraan bermotor yang dapat
mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan. Setiap pemilik,
pengusaha angkutan umum dan/atau pengemudi kendaraan bermotor wajib mencegah
terjadinya pencemaran udara dan kebisingan yang diakibatkan oleh pengoperasian
kendaraannya."

Orang yang melanggar ketentuan tersebut akan terkena sanksi pidana


sebagaimana diatur dalam Pasal 67 UU tersebut: "Barangsiapa mengemudikan
kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang,
atau tingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)." Dalam kenyataan, kita bisa melihat sendiri
dengan sejelas-jelasnya banyak kendaraan bermotor di negara kita yang bebas berlalu
lalang di jalan umum dengan mengeluarkan asap hitam pekat dan suara yang
memekakkan telinga. Itulah salah satu contoh pahit penegakan hukum di Indonesia.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan polusi membutuhkan


keterlibatan seluruh masyarakat. Pelaksanaan kebijakan apapun tentu tidak akan
mendatangkan hasil maksimal apabila hanya mengandalkan peran Pemerintah. Sebagai
contoh, aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk mencegah polusi tidak akan
banyak berarti tanpa kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan
sinergi antara Pemerintah dan masyarakat dalam perbaikan lingkungan juga perlu
digalakkan. Pada dasarnya, banyak warga Jakarta yang telah memahami persoalan kota
mereka dan telah berinisiatif untuk ikut memperbaikinya. Gerakan "bike to
work" (bersepeda ke tempat kerja) adalah salah satu contoh bentuk kepedulian warga
Jakarta untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor. Kepedulian dan partisipasi warga
perlu terus dijaga sebagai aset penting dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan.
Polusi Air

Siapa yang tidak mengenal kota ini. Kota ini bisa disebut “jantung” pembangunan
Indonesia dalam segala bidang. Semua hasil pembangunan beserta aktivitas yang
pendukungnya, bisa dilihat di kota ini. Akan tetapi, keberhasilan – keberhasilan tersebut
tidak menyeluruh. Ada beberapa sektor yang tertinggal, terabaikan, tidak
terprioritaskan, bahkan dikorbankan. Salah satu sektornya ialah lingkungan. Banyak
permasalah lingkungan yang terjadi di DKI Jakarta. Sudah terlalu banyak sehingga kita
tidak perlu menuliskannya lagi. Dari sekian permasalah itu, ada satu permasalahan yang
penting dari sekian permasalahan yang juga penting, yaitu masalah kualitas air di DKI
Jakarta untuk keperluan konsumsi warga DKI Jakarta. Kenapa air? Karena kita semua
menyadari betapa pentingnya air bagi hidup dan aktivitas kita. Persediaan dan
Kebutuhan air sekitar 70% permukaan bumi tertutup oleh air, yang terdiri dari 2,5% air
tawar, sisanya adalah air asin. Kurang dari 1% merupakan air yang dapat dikonsumsi,
sisanya merupakan air tanah yang dalam, dan es di kutub.

8,3 milyar penduduk dunia pada tahun 2005 akan mengalami krisis air bersih. Menurut
Departemen Kesehatan (1994), rata-rata kebutuhan air Indonesia adalah 60 liter/kapita,
meliputi 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum, dan sisanya
untuk keperluan lainnya. Dengan asumsi Jakarta berpenduduk 8,5 juta jiwa maka
konsumsi total air bersih menjadi sekitar 510 liter/harinya. Ketersediaan air di Indonesia
mencapai 15.000m3 per kapita per tahun, sedangkan dunia hanya 8000m3 per kapita
per tahun. Namun, dengan kondisi Indonesia saat ini diperkirakan pada tahun 2020
terjadi krisis air. Cadangan air di Indonesia hanya mampu memenuhi 1.700 m3 per orang
per hari. Angka ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan rerata cadangan air dunia,
yakni di atas 2.000 m3 per orang per hari. Untuk kota-kota di negara maju
kebutuhannya lebih tinggi, seperti Chicago dan Los Angeles (Amerika Serikat) memiliki
kebutuhan air per kapita per harinya masing-masing 800 dan 640 liter, kota Paris
(Perancis) 480 liter, kota Tokyo (Jepang) 530 liter dan kota Uppsala (Swedia) 750 liter.
Air minum di Jakarta bersumber dari jaringan air minum (PDAM), air tanah, air kemasan,
atau dari penjual air keliling.

Berdasarkan data statistik BPS (Badan Pusat Statistik) DKI Jakarta 1998 sekitar 50%
rumah tangga menggunakan air ledeng (PDAM), air tanah dengan menggunakan pompa
sebesar 42,67%, sumur gali 3,16% dan lainnya 0,63%. Menurut data terbaru, pasokan air
bersih untuk warga Jakarta masih sangat bergantung kepada air bawah tanah, yaitu
55%. Sementara pasokan dari PDAM hanya mampu memenuhi kebutuhan 45%
penduduk Ibukota (Kantor Berita Antara, 3 Januari 2007). Menurut Direktur Walhi
Jakarta, Selamet Daroyni, sekitar 70% – 80% kebutuhan air baku air minum DKI Jakarta
disuplai dari luar provinsi, yaitu dari Waduk Jati Luhur dan Tangerang.

Kualitas air di DKI Jakarta

Kualitas air menyangkut kualitas fisik, kualitas kimia, dan kualitas biologi. Kualitas fisik
meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kualitas kimia berhubungan
dengan ion-ion senyawa ataupun logam dan residu dari senyawa lainnya yang bersifat
racun. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa, dan warna air
akan berubah. Sedangkan kualitas biologi berkaitan dengan kehadiran mikroba patogen,
pencemar, dan penghasil toksin. Pemantauan terhadap kualitas air yang dilakukan
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2004
menunjukkan air sungai dan air tanah memiliki kandungan pencemar organik dan
anorganik yang tinggi. Akibatnya, air sungai dan air tanah di DKI Jakarta tidak sesuai lagi
dengan baku mutu peruntukannya yaitu air minum, perikanan, pertanian, dan usaha
perkotaan lainnya. Tingginya tingkat pencemaran air di Jakarta terutama berasal dari
limbah domestik, terutama yang berasal dari septic tank. Data dari KLH menyebutkan
pencemaran air 55% disebabkan limbah domestik yang ditandai dengan tingginya
kandungan coliform dan fecal coli (Anonim, 2004).

Pemantauan BPLHD DKI Jakarta tahun 2004 di 66 lokasi yang tersebar di 13 sungai
menunjukan seluruh lokasi tersebut tidak layak dijadikan sumber air minum. Penelitian
lebih lanjut mengungkapkan bagian hulu sungai Ciliwung yang biasa digunakan sebagai
air baku air minum pun telah mengandung kadar BOD rata-rata 8,97 mg/L dan COD
dengan kadar rata-rata 35,22 mg/L. Padahal baku mutu BOD 10 mg/L dan COD 20 mg/L
(Nurhayati, 2004). USAID Indonesia menyebutkan 63% air tanah di Jakarta tercemar
E.coli, sementara pihak pemerintah menyatakan tingkat pencemaran mencapai 80%.
(Kompas, 27 03 07, Kota Kita; Revitalisasi Air).

Berdasarkan pengakuan warga Daerah Rawamangun, Jakarta Timur, di sana airnya tidak
layak dikonsumsi. Bahkan tidak layak lagi digunakan untuk mandi karena berminyak,
berwarna coklat dan licin. Sementara itu, warga Kelurahan Tomang, Jakarta Barat
mengaku lebih menggunakan air dari PDAM daripada air tanah, karena air tanah di
daerah tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi untuk kebutuhan sehari – hari apalagi
untuk minum.

Menurut data lainnya, Sedikitnya 25 sumur di daerah Bidara Cina, Jakarta Timur,
diketahui telah terkontamisasi bahan kimia seperti arsenik dan bakteri. Kadar arsenik di
14 sumur terbuka dan 11 sumur tertutup di Bidara Cina menunjukkan angka mencapai
0.02 mg/l dan terdapat kuman coliform dan faecal coli yang mencapai batas lebih besar
dari 2400/100 ml.

Air permukaan dan air tanah dangkal yang sudah tercenar dan tidak layak lagi
dikonsumsi, menyebabkan besarnya kebutuhan akan pemakaian air PDAM. Akan tetapi,
PDAM DKI Jakarta masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan air minum yang
dikonsumsi warga DKI Jakarta. Permasalah ini disebabkan karena kurangnya kuantitas
dan kualitas sumber air yang digunakan. Permasalahan ini membuat PDAM memberikan
khlor ke dalam air sebagai disinfektan dengan jumlah yang cukup banyak, padahal
efeknya bisa memunculkan radikal bebas.

Keadaan tersebut, sangat memprihatinkan bagi warga DKI Jakarta. Mereka mempunyai
pilihan yang sulit. Mengkonsumsi air tanah yang tidak layak atau berebut air PDAM.
Sementara industri atau perusahaan besar, menggunakan pompa air untuk
menggunakan air tanah dalam dengan kemampuan financial dan teknologinya.
Penggunaan air tanah dalam oleh perusahaan dan industri besar ini akhirnya dilakukan
secara berlebihan karena kebutuhan yang besar pula. Penggunaan air dalam secara
berlebihan menyebabkan pengosongan air dalam tanah sehingga membuat penurunan
permukaan tanah dan intrusi air laut. Penurunan permukaan tanah menyebabkan 45 %
wilayah DKI Jakarta lebih rendah dari permukaan air laut. Sementara intrusi air laut
menyebabkan semakin menurunnya kualitas air tanah dan merusak pondasi bangunan
di DKI Jakarta.
D. SOLUSI UNTUK POLUSI

1. Polusi Udara

Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change Working Group yang


dirilis April 2007, memprediksikan suhu/temperature global yang akan
meningkat 4 derajat ada akhir abad 21 dibanding akhir abad ke 20. Polusi yang
diakibatkan angkutan darat memberikan kontribusi gas berbahaya seperti sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), hidro karbon (HC), karbon monoksida
(CO) dan debu. Polusi tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan hidup,
namun juga memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan
manusia.

Lebih jauh, kondisi ini juga menjadi penyebab meningkatnya jumlah kematian
akibat penyakit paru-paru dan jantung. Sementara Bank Pembangunan Asia
(ADB) dan CAI-Asia, memperkirakan kerugian ekonomi akibat buruknya kualitas
udara dapat mengurangi dua hingga empat persen pendapatan nasional sebuah
negara

Tingginya angka pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor


menarik perhatian Dr. Muhammad Nur, D.E.A., seorang doktor bidang Fisika
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk melakukan penelitian dan
menciptakan knalpot antipolusi berteknologi plasma sejak tahun 1998 hingga
tahun 2004. Teknologi ini diharapkan menjawab tuntutan Clean Development
Mechanism (CDM) dari PBB, dimana kota-kota besar di dunia juga menerapkan
program Urban Air Quality sebagai cara menerapkan berbagai standard dan
peraturan emisi gas buang, baik peralatan mesin bersifat statis maupun alat
transportasi. Program UAQ ini berlakukan di 10 kota besar di Indonesia akan
berlangsung sampai tahun 2010.

Knalpot plasma ini berdasarkan uji coba yang sudah dilakukan mampu mereduksi
gas buang seperti senyawa CO2 hingga 70 persen, CO 93 persen, dan HC
mencapai 70 persen. Karena gas buang beracun yang direduksi sangat tinggi,
maka kadar oksigen yang sangat dibutuhkan makhluk hidup dapat naik hingga 50
persentase.

Cara Kerja
Ketika gas-gas emisi ini dilewatkan dalam sistem reaktor, semuanya dibangkitkan
menjadi plasma. Plasma ini adalah gas yang terionisasi dan kemudian ada yang
menjadi radikal bebas maupun atom yang secara fisis telah tereksistasi. Sehingga
ketika gas tersebut keluar dari reaktor sudah menjadi sesuatu yang baru dan tak
lagi bersifat polutan, yaitu debu halus padatan aerosol yang menurut kami
menjadi amonium karbonat dan amonium sulfat. Knalpot ini mampu mengubah
polutan atau gas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor menjadi senyawa
baru yang netral dan tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia.

Secara teknis, knalpot antipolusi ditempatkan sebuah reaktor plasma di dalam


knalpot kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil. Reaktor ini akan
mengubah fase gas menjadi fase plasma. Plasma sendiri mengandung banyak ion
radikal bebas di dalam reactor plasma yang dalam waktu singkat akan saling
bereaksi. Hasil reaksi inilah yang kemudian berubah menjadi senyawa baru yang
netral dan aerosol. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis
spektroskopi, sejumlah senyawa baru yang terbentuk dari reactor plasma adalah
Amonium Sulfat dan Amonium Karbonat. Reaktor plasma itu merupakan suatu
sistem yang dapat mengubah fase gas menjadi fase plasma. Agar dapat bekerja
secara baik, reaktor plasma membutuhkan sumber tenaga pembangkit berupa
energi listrik. Pada awalnya, sumber tenaga pembangkit diambilkan dari sebuah
sumber pembangkit (generator) yang bergantung pada tegangan listrik PLN.
Namun pada perkembangannya, tim peneliti berhasil menemukan sebuah desain
generator plasma dari generator pengapian mobil yang termodifikasi dan disebut
sebagai generator bergerak.
Sumber energi awal yang digunakan dalam model ini berasal dari sumber
tegangan DC yang ada di kendaraan bermotor. Generator bergerak ini dapat
ditempatkan di dalam mobil atau kendaraan bermotor.Berdasarkan hasil uji coba
di laboratorium, unsur polutan atau gas emisi yang dikeluarkan kendaraan dapat
dinetralisasi hingga mencapai 100 persen. Karbon dioksida misalnya, setelah
diproses dalam knalpot berteknologi plasma dapat dinetralisasi hingga 86,5
persen, gas karbon monoksida (CO) dapat menyusut hingga 88,9 persen dan gas
hidrokarbon (HC) dapat menyusut 97,37 persen dengan perputaran mesin
mencapai 2.200 rpm. Sedangkan gas nitrogen dioksida dapat dinetralisasi hingga
76,19 persen pada putaran mesin 4.600 rpm. Kombinasi ini menghasilkan tingkat
pereduksian yang cukup tinggi untuk berbagai gas emisi. Seperti Cox, Nox, Sox,
dan HC dari kendaraan berbahan bakar bensin dan solar.

Dr. Muhammad Nur, D.E.A., merintis penelitiannya sejak 1998 dengan biaya
sendiri. Baru sejak 2003, Direktorat Pendidikan Tinggi turun tangan memberi
dana, yang kemudian dilanjutkan Kementerian Ristek sejak setahun lalu. Kini,
sambil terus menyempurnakan prototipe knalpot plasma, Nur --bekerja sama
dengan PT Dharma Poli Metal-- berencana memasuki tahap produksi massal.
Direncanakan setiap tahun PT Dharma Polimetal memproduksi sekitar tiga juta
knalpot. Knalpot berteknologi plasma ini tidak hanya untuk sepeda motor dan
mobil, tetapi bisa diaplikasikan pada genset dan cerobong pembuangan pada
peralatan mesin lain. Untuk urusan paten, Nur mengatasnamakan pemegangnya
pada Undip. Di masa depan, teknologi ini dapat menjadi pilihan utama teknologi
industri kelak sambil tetap melestarikan lingkungan.

2. Polusi Suara

Desain rumah Armadillo, bias jadi alernatif rumah-rumah di Jakarta yang bising
dengan suara-suara kendaraan bermotor atau mesin pabrik. Memilih tinggal di
lokasi yang ramai memang harus bersiap dengan kebisingan. Akan tetapi dengan
desain yang tepat, kebisingan jalan di sekitar rumah bisa diminimalisir.

Hal inilah yang dilakukan oleh sebuah keluarga di Singapura yang membangun
Armadillo House. Rumah bergaya minimalis rancangan Formwerkz Architects ini
sengaja didesain untuk menghadirkan suasana damai di tengah keramaian lalu
lintas kota.

Rumah dua setengah lantai ini terletak di jalan


raya yang ramai. Sejak awal membangun
rumah ini, si pemilik dan arsitek memang
terganggu dengan kebisingan jalan raya di
dekat rumah, belum lagi masalah polusi dan
privacy.

Membangun tembok besar memang dengan


mudah dapat memecahkan masalah tersebut,
tetapi rumah akan gelap, karena tidak mendapat sinar matahari. Sang desainer
akhirnya menemukan pemecahannya setelah terinspirasi bentuk armadillo—
sejenis trenggiling yang memiliki sisik seperti perisai yang bertumpuk-tumpuk.

Bagian fasade rumah terlihat seperti perisai yang menghalangi dinding dari sinar
matahari langsung. Bentuk perisai ini ini mampu menghalangi masuknya polusi
debu dan suara ke dalam rumah. Selain itu, juga menghadirkan suasana privacy,
tanpa harus merasa terkungkung di dalam tembok, karena cahaya alami dari luar
rumah tetap bisa masuk. Untuk menambah kenyamanan, sebuah kipas mekanik
mengembuskan udara dari lantai dasar ke lantai atas.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara
http://id.wikipedia.org/wiki/Respirasi
http://www.anneahira.com/cara-mengatasi-pencemaran-udara.htm
http://green.kompasiana.com/polusi/2011/07/06/penyebab-dari-pencemaran-
udara/
http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/Biologi/Pencemara
n.Udara/materi2.html
http://princinata.blogspot.com/2010/06/polusi-pencemaran-udara-dampak-
dan_24.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-
udara/terjadinya-pencemaran-udara-dan-penanggulangannya/
Keller, Strahler, Sevilla, Botkin. 2011. MPKT-B Science, Technology, and Health.
Depok: Universitas Indonesia.
Fardiaz, Srikandi. 2008. Polusi Air dan Udara. Jakarta: Kanisius.
Arya, Wisnu W. 2009. Dampak Pencemaran Lingkungan (III/2) ed.Revisi. Jakarta:
Andi Publisher.

Anda mungkin juga menyukai