Lapkas Panjang Pediatri Intan Sompie
Lapkas Panjang Pediatri Intan Sompie
Tetralogy of Fallot
Oleh
Supervisor Pembimbing
Residen Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
“Tetralogy of Fallot”
Mengetahui,
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
D. Anamnesis .............................................................................................. 14
I. Diagnosis ................................................................................................ 23
J. Terapi ..................................................................................................... 23
K. Follow up ............................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. Manifestasi
klinis bergantung dari berat ringan penyakit, mulai dari asimtomatis sampai
dengan adanya gejala gagal jantung. Penyakit jantung pada anak banyak
macamnya, ada yang didapat sewaktu anak masih kecil sampai menjelang remaja,
tapi sebagian besar merupakan penyakit jantung bawaan semenjak bayi dalam
Insiden PJB diperkirakan meliputi 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup.
Kelainan yang banyak dijumpai diantaranya adalah defek septum ventrikel (VSD),
duktus arteriosus persisten (PDA), defek septum atrium (ASD), stenosis pulmonal
(PS), stenosis aorta (AS), tetralogi of fallot (TOF) dan transposisi pembuluh darah
besar (TGA).2
wanita. Hanya beberapa kelainan tertentu seperti stenosis aorta, koartasio aorta,
tetralogi of fallot dan transposisi pembuluh darah besar lebih sering terdapat pada
anak laki-laki. Duktus arteriosus persisten dan defek septum atrium ternyata lebih
1
terjadi. TOF diklasifikasikan sebagai gangguan jantung sianosis,
2,3
karena terjadi aliran darah yang tidak memadai ke paru-paru untuk oksigenasi.
bedah adalah untuk mengatasi gejala klinis akibat komplikasi PJB sambil
menunggu waktu yang tepat untuk dilakukan operasi definitif. Komplikasi yang
terjadi dapat diminimalisir dengan deteksi dini TOF pada anak. Berikut akan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel.
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
3
Gambar 1 : kelainan anatomi yang terjadi pada TOF3,4
2.2. Etiologi
penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain:2,4
1. Faktor endogen
DiGeorge syndrome)
2. Faktor eksogen
4
a. Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya ikut program KB oral atau
e. Alkohol
jarang terpisah. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab kelainan jantung
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke
2.3. Patofisiologi
karena pada Tetralogi fallot oksigenasi darah yang tidak adekuat di pompa ke
tubuh. Pada saat lahir, bayi tidak menunjukkan tanda sianosis, tetapi kemudian
dapat berkembang seperti kulit membiru setelah menangis atau setelah pemberian
makan. Pada Tetralogi fallot jumlah darah yg menuju paru kurang oleh karena
obstruksi akibat stenosis pulmonal dan ukuran A.pulmonalis lebih kecil. Hal ini
5
kekurangan O2 sebagian mengalir ke ventrikel kiri, diteruskan ke aorta kemudian
keseluruh tubuh.2,4
penurunan saturasi O2 arterial sehingga bayi tampak sianosis atau biru. Sianosis
terjadi oleh karena darah miskin O2 tampak lebih gelap dan berwarna biru
mendadak jumlah darah yang menuju paru pada beberapa bayi dan anak
spell, paroxymal dyspnoe, bayi atau anak menjadi sangat biru, bernapas dengan
stenosis pulmonal, dan yang terpenting adalah stenosis pulmonal. Misalnya VSD
sedang kombinasi dengan stenosis ringan, tekanan pada ventrikel kanan masih
akan lebih rendah daripada tekanan ventrikel kiri maka shunt akan berjalan dari
kiri ke kanan. Bila anak dan jantung semakin besar (karena pertumbuhan), maka
defek pada sekat ventrikel relatif lebih kecil, tapi derajat stenosis lebih berat
sehingga arah shunt dapat berubah. Pada suatu saat dapat terjadi tekanan ventrikel
kanan sama dengan tekanan ventrikel kiri, meskipun defek pada sekat ventrikel
6
tetap, tekanan pd ventrikel kanan lebih tinggi daripada tekanan ventrikel kiri
maka shunt menjadi dari kanan ke kiri dan terjadi sianosis. Jadi sebenarnya
gejala klinis sangat bergantung pada derajat stenosis, juga pada besarnya defek
sekat. Bila katup sangat sempit (stenosis berat) bayi akan sangat biru sejak lahir &
membutuhkan operasi segera . Jika stenosis anak ringan anak dapat tumbuh
selama 1–2 tahun tanpa membutuhkan apapun. Sebagian besar bayi berada di
antara 2 variasi ini yg menjadi biru dengan aktivitas ringan seperti makan atau
menangis.4,7
2.5. Diagnosis
2.5.1. Anamnesis
Saat dan beratnya gejala juga bervariasi, dari yang mengalami sianosis dini
dengan serangan anoksia yang berat, sampai ke keadaan ringan tanpa gejala. Pada
serangan biru, penurunan toleransi latihan. Bila bayi dapat melampaui umur 2
Squatting pada umumnya terdapat pada anak pra sekolah, sedangkan anak yang
lebih besar jarang melakukannya karena malu; mereka akan berhenti melakukan
7
TOF dibagi dalam 4 derajat:4,5
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
jari-jari tabuh (clubbing finger). Tekanan darah pada umumnya normal, tetapi
menyebabkan hipertensi. Gigi geligi sering dalam keadaan buruk akibat gangguan
retinopati berupa pelebaran pembuluh darah retina. Tetralogi fallot jarang sekali
makin parah maka bising makin melemah, ini disebabkan karena darah dari
ventrikel kanan yang melintas ke ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami
turbulensi karena tekanan sistol antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama.4,8
8
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Roentgen
yang hilang akibat kecilnya arteri pulmonalis, maka tampak apeks jantung yang
berkurang karena aliran darah pulmonal mengurang dan ukuran arteri pulmonalis
yang kecil. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vaskuler paru
tampak normal, atau bahkan bertambah. Aorta biasanya besar dan pada 20%
c. Ekokardiografi
9
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
paru.4
d. Kateterisasi
2.7. Penatalaksanaan
termasuk derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun dispneu berat. Penderita
perlu dirawat inap, bila termasuk derajat IV dengan sianosis atau dispneu
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah :
10
dengan menghubungkan arteri subklavia dengan a. pulmonalis
koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah paliatif. Bila
kanan. Umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun
dengan perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Namun jika
syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau
11
antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig
12
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : RP
Kebangsaan : Indonesia
Nama Ibu : SR
Usia : 30 tahun
Perkawinan :1
Pendidikan : SMA
13
Nama Ayah : YP
Usia : 45 tahun
Perkawinan :1
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
C. Family Tree
5⁄ tahun
12
D. Anamnesis
1) Keluhan utama:
14
Sering terhenti saat menetek atau minum susu dan tampak kebiruan
sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak dialami tiba-tiba saat sedang
menetek. Pada saat sesak, pasien tampak kebiruan pada bibir dan jari-jari.
sebelumnya memiliki riwayat kebiruan pada bibir dan jari-jari tangan dan
3) Anamnesis antenatal
Morbili : (-)
Varisela : (-)
Pertusis : (-)
Diare : (-)
15
Cacing : (-)
Lain-lain : (-)
16
7) Imunisasi
8) Riwayat keluarga
berlantai tehel. Terdapat 3 buah kamar yang dihuni oleh 4 orang, 2 dewasa
penerangan dan listrik dari PLN. Sumber air minum dari PDAM.
E. Pemeriksaan Fisik
17
SpO2 : 92%
BB : 5 kg
TB : 60 cm
Status Gizi : Gizi kurang (< -2 SD pada kurva pertumbuhan WHO)
Sianosis : Ada, ujung-ujung jari dan bibir
Anemia : Tidak ditemukan
Ikterus : Tidak ditemukan
Kejang : Tidak ditemukan
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Normal, eutoni
Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Sianosis regio digiti manus et pedis
Kepala
Bentuk : Mesocephal
Ubun-ubun besar : Belum menutup, datar
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata :
- Exophtalmus/enophtalmus : (-/-)
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Conjunctiva : Anemis (-)
- Sclera : Ikterik (-)
- Corneal reflex : Normal
- Pupil : Bulat, isokor, Ø 3mm-3mm, RC (+/+)
18
- Lensa : Jernih
- Fundus & visus : Tidak dievaluasi
- Gerakan : Normal
Telinga : Sekret (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut :
- Bibir : Sianosis (+)
- Selaput mulut : Mukosa basah
- Lidah : Sianosis (+), Beslag (-)
- Gusi : Perdarahan (-)
- Gigi : Caries (-)
- Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorokan :
- Tonsil : T1-T1, hiperemis (–)
- Faring : Hiperemis (–)
Leher :
- Trakea : Letak di tengah
- Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
- Kaku kuduk : (-)
Thoraks
Bentuk : Simetris
Retraksi : (+) subcostal, intercostal
Xiphosternum : (-)
Rachitic rosary : (-)
Harrison’s groove : (-)
Ruang intercostal : menyempit
Pernapasan paradoxal : (-)
Precordial bulging : (-)
Paru-paru
19
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi subcostal dan intercostal
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi :Sp. Bronkovesikuler, ronkhi basah halus +/+, wheezing -/-
Jantung
Detak jantung : 126 x/menit
Iktus kordis : Tidak tampak
Batas kiri : Linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmo : P1< P2
Bising : (+) ejeksi sistolik grade III/6 PM ICS II-III LPSS
Abdomen
Bentuk : Datar, lemas
Lain-lain : Bising usus (+) normal, turgor kulit kembali cepat
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Lain-lain : (-)
F. Pemeriksaan Laboratorium
20
Hasil Lab 22/8/2017
21
G. Pemeriksaan Radiologi
H. Resume Masuk
22
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Kurang ( < - 2 SD dengan kurva BB/PB WHO)
Nadi : 126 kali/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)
Respirasi : 60 kali/menit (sesak, > 50 kali/menit)
Suhu badan : 36,9 oC
Saturasi oksigen : 92%
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (+), bibir
sianosis (+)
Thoraks : Simetris, retraksi (+) subcostal, intercostal
Cor : bising (+) ejeksi sistolik grade II/6 PM ICS II-III LPSS
Pulmo : Sp. bronkovesikuler, ronkhi basah halus +/+, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, turgor kulit kembali
cepat
Hepar dan lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, sianosis (+), jari tabuh (+)
Pada pemeriksaan penunjang:
Lab : leukosit: 17.300 /uL
Foto thorax : gambaran jantung sepatu
I. Diagnosis
J. Terapi
- O2 headbox 10 lpm
23
- Inj. Gentamicin 1 x 35 mg IV
- GDS/ 24 jam
K. Follow up
23/08/2017 Sesak (+) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 10 lpm
PICU Demam (-) Kes: CM + IVFD kaen 4B (HS) 20
Batuk (+) N: 122 x/m bronkopneumonia ml/ jam
Kebiruan di R: 55 x/m Inj. cefotaxime 3 x 250
o
bibir (+) S: 36.8 C mg IV (1)
SSP: pupil bulat Inj. gentamicin 1 x 35
isokor ᴓ 3 mm – 3 mg IV (1)
mm, RC (+/+), Rf NPO Susu 8 x 5 ml
(+/+), Rp (-/-), spastis GDS/BD/24 jam
(-), klonus (-)
CV: akral hangat,
CRT ≤ 2”, bising (+),
sianosis (+)
RT: simetris, retraksi
(+) SC
Sp. bronkovesikuler,
Rh (+/+), Wh (-/-)
GIT: datar, lemas,
BU (+) N, H/L ttb
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
24/08/2017 Sesak (+) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 10 lpm
PICU Demam (-) Kes: CM + IVFD kaen 4B (HS -
Batuk (+) N: 120 x/m bronkopneumonia TPN) 15-16 ml/ jam
Kebiruan (+) R: 45 x/m Inj. cefotaxime 3 x 250
di bibir dan S: 36.8oC mg IV (2)
ujung jari SSP: pupil bulat Inj. gentamicin 1 x 35
isokor ᴓ 3 mm – 3 mg IV (2)
24
mm, RC (+/+), Rf TPN: AF 5% 106 ml/5
(+/+), Rp (-/-), spastis jam, Ivelip 20% 26 ml/2
(-), klonus (-) jam, susu 8 x 15 ml
CV: akral hangat, (kebutuhan 20
CRT ≤ 2”, bising (+) ml/kgBB)
ejeksi sistolik grade BD/GDS/24 jam
II/6 PM ICS II-III
LPSS, sianosis (+) Pro:
RT: simetris, retraksi Blood smear, kultur
(+) SC darah
Sp. Bronkovesikuler,
Rh (+/+), Wh (-/-)
GIT: datar, lemas,
BU (+) N, H/L ttb
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
25/08/2017 Sesak (+) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 10 lpm
PICU Sianosis (+) berat + IVFD kaen 4B (HS -
Kes: CM bronkopneumonia TPN) 15-16 ml/ jam
N: 120 x/m Inj. cefotaxime 3 x 250
R: 45 x/m mg IV (3)
S: 36.8oC Inj. gentamicin 1 x 35
SSP: pupil bulat mg IV (3)
isokor ᴓ 3 mm – 3 Propanolol 3 x 1,5 mg
mm, RC (+/+), Rf TPN: AF 5% 106 ml/5
(+/+), Rp (-/-), spastis jam, Ivelip 20% 26 ml/2
(-), klonus (-) jam, susu 8 x 15 ml
CV: akral hangat, (kebutuhan 20
CRT ≤ 2”, bising (+) ml/kgBB)
ejeksi sistolik grade BD/GDS/24 jam
II/6 PM ICS II-III
LPSS, sianosis (+) TH: Blood smear dan
RT: simetris, retraksi kultur darah
(+) SC
Sp. Bronkovesikuler,
Rh (+/+), Wh (-/-)
GIT: datar, lemas,
25
BU (+) N, H/L ttb
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
26/08/2017 Sesak (+) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 10 lpm
PICU Sianosis (+) Kes: CM + IVFD kaen 4B (HS -
N: 122 x/m bronkopneumonia TPN) 15-16 ml/ jam
R: 40 x/m Inj. cefotaxime 3 x 250
S: 36.8oC mg IV (4)
SSP: pupil bulat Inj. gentamicin 1 x 35
isokor ᴓ 3 mm – 3 mg IV (4)
mm, RC (+/+), Rf Propanolol 3 x 1,5 mg
(+/+), Rp (-/-), spastis TPN: AF 5% 106 ml/5
(-), klonus (-) jam, Ivelip 20% 26 ml/2
CV: akral hangat, jam, susu 8 x 15 ml
CRT ≤ 2”, bising (+) (kebutuhan 20
ejeksi sistolik grade ml/kgBB) s/d 8 x 20 ml
II/6 PM ICS II-III (kebutuhan 30
LPSS, sianosis (+) ml/kgBB)
RT: simetris, retraksi BD/GDS/24 jam
(+) SC
Sp. Bronkovesikuler,
Rh (+/+), Wh (-/-)
GIT: datar, lemas,
BU (+) N, H/L ttb
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
27/08/2017 Sesak (+) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 10 lpm
PICU Sianosis Kes: CM + IVFD kaen 4B (HS -
hilang timbul N: 110 x/m bronkopneumonia TPN) 15-16 ml/ jam
NGT coklat R: 52 x/m + observasi GIT Inj. cefotaxime 3 x 250
(+) S: 36oC bleeding ec sepsis mg IV (5)
SpO2: 80% + sepsis Inj. gentamicin 1 x 35
SSP: pupil bulat mg IV (5)
isokor ᴓ 3 mm – 3 Propanolol 3 x 1,5 mg
mm, RC (+/+), Rf stop
(+/+), Rp (-/-), spastis TPN: AF 5% 106 ml/5
(-), klonus (-) jam, Ivelip 20% 26 ml/2
26
CV: akral hangat, jam
CRT ≤ 2”, bising (+) Inj. Omeprazole 2 x 10
ejeksi sistolik grade mg IV (Do: 2
II/6 PM ICS II-III mg/kgBB/kali)
LPSS, sianosis (+) Inj. Vitamin K 2 mg SC
RT: simetris, retraksi BD/GDS/24 jam
(+) SC
Sp. Bronkovesikuler, Pro: PT, APTT, DL,
Rh (+/+), Wh (-/-) crossmatch
GIT: datar, lemas,
BU (+) N, H/L ttb
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
28/08/2017 Sesak (+) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 6 lpm
PICU Sianosis (+) Kes: CM + IVFD kaen 4B (HS -
NGT coklat (- N: 120 x/m bronkopneumonia TPN) 15-16 ml/ jam
) R: 45 x/m + observasi GIT Inj. cefotaxime 3 x 250
S: 36.8oC bleeding ec susp. mg IV (6)
SSP: pupil bulat sepsis + sepsis Inj. gentamicin 1 x 35
isokor ᴓ 3 mm – 3 mg IV (6)
mm, RC (+/+), Rf Inj. Omeprazole 2 x 10
(+/+), Rp (-/-), spastis mg IV (2) stop
(-), klonus (-) Propanolol 3 x 1,5 mg
CV: akral hangat, TPN: AF 5% 106 ml/5
CRT ≤ 2”, bising (+) jam, Ivelip 20% 26 ml/2
ejeksi sistolik grade jam
II/6 PM ICS II-III Susu TF 8 x 5 ml
LPSS, sianosis (+) BD/GDS/24 jam
RT: simetris, retraksi Inj. Vitamin K 2 mg SC
(+) SC (3)
Sp. Bronkovesikuler, Inj. Ranitidin 2 x 5 mg
Rh (-/-), Wh (-/-) IV
GIT: datar, lemas,
BU (+) N, H/L ttb TH: Konsul kardiologi
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
27
29/08/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 headbox 10 lpm
PICU Sesak (+)↓ Kes: CM + O2 sungkup 6 lpm
Sianosis (-) N: 125 x/m bronkopneumonia IVFD kaen 4B (HS) 20
R: 38 x/m + riwayat GIT ml/jam (HS-TPN)
o
S: 36.8 C bleeding ec sepsis 15-16 ml/jam
SpO2: 98% + sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
SSP: pupil bulat mg IV (7)
isokor ᴓ 3 mm – 3 Inj. gentamicin 1 x 35
mm, RC (+/+), Rf mg IV (7)
(+/+), Rp (-/-), spastis Propanolol 3 x 1,5 mg
(-), klonus (-) Susu 8 x 20 ml
CV: akral hangat, (kebutuhan 30
CRT ≤ 2”, bising (+) ml/kgBB) naik bertahap
ejeksi sistolik grade TPN: AF 5% 100 ml/5
II/6 PM ICS II-III jam, Ivelip 20% 26 ml/2
LPSS, sianosis (-) jam
RT: simetris, retraksi BD/24 jam
(+) SC
Sp. Bronkovesikuler, TH: Konsul kardiologi
Rh (-/-), Wh (-/-) Pro: Pindah cardiac
GIT: datar, lemas, center, PT, APTT
BU (+) N, H/L ttb
Hemato: conj. an (-),
skl. ikt (-)
30/08/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Susp. Tetralogy of O2 sungkup 5 lpm
IMC Anak Sesak (+)↓ Kes: CM Fallot + riwayat IVFD kaen 4A (HS -
Sianosis (-) N: 112 x/m bronkopneumonia TPN) 9 gtt/menit
R: 32 x/m + riwayat GIT Inj. cefotaxime 3 x 250
S: 36.5oC bleeding ec sepsis mg IV (8)
SpO2: 98% Inj. gentamicin 1 x 35
Kep: conj. an (-), skl mg IV (8)
ikt (-), PCH (-) Propanolol 3 x 1,5 mg
Tho: simetris, retraksi Susu 8 x 20 ml
(-) (kebutuhan 30
Cor: bising (+) ejeksi ml/kgBB) naik bertahap
sistolik III/6 ICS II-III TPN: AF 5% 100 ml/5
28
LPSS jam, Ivelip 20% 26 ml/2
Pulmo: Sp. jam
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
31/08/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Susp. Tetralogy of O2 sungkup 5 lpm O2
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM Fallot + riwayat nasal 1 lpm
Sianosis (-) N: 112 x/m bronkopneumonia IVFD kaen 4A (HS -
R: 32 x/m + riwayat GIT TPN) 9 gtt/menit
o
S: 36.7 C bleeding ec sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
SpO2: 98% + sepsis mg IV (9)
Kep: conj. an (-), skl Inj. gentamicin 1 x 35
ikt (-), PCH (-) mg IV (9)
Tho: simetris, retraksi Propanolol 3 x 1,5 mg
(-) Susu 8 x 20 ml
Cor: bising (+) ejeksi (kebutuhan 30
sistolik III/6 ICS II-III ml/kgBB) naik bertahap
LPSS TPN: AF 5% 100 ml/5
Pulmo: Sp. jam, Ivelip 20% 26 ml/2
Bronkovesikuler, Rh jam
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas, Pro: Echocardiography
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
01/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Susp. Tetralogy of O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM Fallot + riwayat IVFD kaen 4A (HS -S)
N: 89 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam
R: 42 x/m + riwayat GIT Inj. cefotaxime 3 x 250
o
S: 36.9 C bleeding ec sepsis mg IV (10)
SpO2: 98% + sepsis Inj. gentamicin 1 x 35
Kep: conj. an (-), skl mg IV (10)
29
ikt (-), PCH (-) Propanolol 3 x 1,5 mg
Tho: simetris, retraksi Susu 8 x 20 ml
(-) (kebutuhan 30
Cor: bising (+) ejeksi ml/kgBB) naik bertahap
sistolik III/6 ICS II-III TPN: AF 5% 100 ml/5
LPSS jam, Ivelip 20% 26 ml/2
Pulmo: Sp. jam
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-) Pro: DL, DC, CRP
Abd: datar, lemas, Echocardiography
BU (+) N, NT (-), (Senin, 4/9)
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
02/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Susp. Tetralogy of O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM Fallot + riwayat IVFD kaen 4A + KCl
Sianosis (-) N: 86 x/m bronkopneumonia 10 mEq 125cc = 14
R: 46 x/m + riwayat GIT ml/jam, selanjutnya
o
S: 36 C bleeding ec sepsis kaen 4A = 14 ml/jam
SpO2: 90% + sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
Kep: conj. an (-), skl mg IV (11)
ikt (-), PCH (-) Inj. gentamicin stop
Tho: simetris, retraksi Propanolol 3 x 1,5 mg
(-) Susu 8 x 20 ml
Cor: bising (+) ejeksi (kebutuhan 30
sistolik III/6 ICS II-III ml/kgBB) naik bertahap
LPSS
Pulmo: Sp. Pro: Periksa elektrolit,
Bronkovesikuler, Rh echocardiography
(-/-), Wh (-/-) (Senin, 4/9)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
03/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Susp. Tetralogy of O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM Fallot + riwayat IVFD 1:1 + KCl 13
30
Sianosis (-) N: 86 x/m bronkopneumonia mEq = 14 ml/jam,
R: 50 x/m + riwayat GIT selanjutnya kaen 4A =
S: 36.5oC bleeding ec sepsis 14 ml/jam
SpO2: 85% + sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
Kep: conj. an (-), skl mg IV (12)
ikt (-), PCH (-) Inj. gentamicin stop
Tho: simetris, retraksi Propanolol 3 x 1,5 mg
(-) Susu 8 x 20 ml
Cor: bising (+) ejeksi (kebutuhan 30
sistolik III/6 ICS II-III ml/kgBB) naik bertahap
LPSS pelan-pelan
Pulmo: Sp.
Pro: periksa lab
Bronkovesikuler, Rh
elektrolit, setelah infus
(-/-), Wh (-/-)
habis 1 kolf
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
04/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Susp. Tetralogy of O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM Fallot + riwayat IVFD 1:1 + KCl 13
Sianosis (-) N: 78 x/m bronkopneumonia mEq = 14 ml/jam,
R: 34 x/m + riwayat GIT selanjutnya kaen 4A =
S: 36.5oC bleeding ec sepsis 14 ml/jam
SpO2: 86% + sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
Kep: conj. an (-), skl mg IV (13)
ikt (-), PCH (-) Inj. gentamicin stop
Tho: simetris, retraksi Propanolol 3 x 1,5 mg
(-) Susu 8 x 20 ml
Cor: bising (+) ejeksi (kebutuhan 30
sistolik III/6 ICS II-III ml/kgBB) naik bertahap
LPSS pelan-pelan
Pulmo: Sp.
Pro: periksa lab
Bronkovesikuler, Rh
elektrolit, setelah infus
(-/-), Wh (-/-)
habis 1 kolf,
Abd: datar, lemas,
echocardiography
BU (+) N, NT (-),
31
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
05/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 79 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam, selanjutnya
R: 32 x/m + riwayat GIT kaen 4A = 14 ml/jam
S: 36.5oC bleeding ec sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
Kep: conj. an (-), skl mg IV (14)
ikt (-), PCH (-) Propanolol 3 x 1,5 mg
Tho: simetris, retraksi Susu 8 x 30 ml
(-) (kebutuhan 48
Cor: bising (+) ejeksi ml/kgBB)
sistolik III/6 ICS II-III Pro: periksa lab
LPSS elektrolit
Pulmo: Sp.
32
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
06/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 80 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam, selanjutnya
R: 30 x/m + riwayat GIT kaen 4A = 14 ml/jam
S: 36.9oC bleeding ec sepsis Inj. cefotaxime 3 x 250
Kep: conj. an (-), skl mg IV (15)
ikt (-), PCH (-) Propanolol 3 x 1,5 mg
Tho: simetris, retraksi Susu 8 x 45 ml
(-) (kebutuhan 70
Cor: bising (+) ejeksi ml/kgBB)
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
07/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 98 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam
R: 32 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36.7 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 30 ml
Kep: conj. an (-), skl (kebutuhan 72
ikt (-), PCH (-) ml/kgBB)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
33
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
08/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 79 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam
R: 33 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
S: 36.8oC bleeding ec sepsis Susu 12 x 30 ml
SpO2: 82% (kebutuhan 72
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
09/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 sungkup 4 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 100 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam
R: 34 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36.7 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 30 ml
SpO2: 89% (kebutuhan 72
34
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
10/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 sungkup 4 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 100 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam
R: 36 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36.5 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 30 ml
SpO2: 90% (kebutuhan 72
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
11/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 sungkup 6 lpm
35
IMC Anak Sesak (+) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 3B (HS) =
Sianosis (-) N: 102 x/m bronkopneumonia 20 ml/jam
R: 38 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 35 ml
SpO2: 74% (kebutuhan 80
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-),
sianosis (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
12/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (+)↓ Kes: CM + riwayat IVFD kaen 4A (HS) =
Sianosis (-) N: 112 x/m bronkopneumonia 14 ml/jam
R: 45 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36,5 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 40 ml
SpO2: 77% (kebutuhan 96
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
36
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
13/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (+) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 3B (HS) =
Sianosis (+) N: 115 x/m bronkopneumonia 20-21 ml/jam
sejak malam R: 42 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36,7 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 50 ml
SpO2: 83% (kebutuhan 120
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
14/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (+)↓ Kes: CM + riwayat IVFD kaen 3B (HS) =
Sianosis (-) N: 104 x/m bronkopneumonia 20-21 ml/jam
Anak mulai R: 49 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
bisa menyusui S: 36,6oC bleeding ec sepsis Susu 12 x 50 ml
SpO2: 87% (kebutuhan 120
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
37
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
15/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 3B (HS) =
Sianosis (-) N: 129 x/m bronkopneumonia 20-21 ml/jam
Anak mulai R: 59 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
bisa menyusui S: 36,5oC bleeding ec sepsis Susu 12 x 60 ml
SpO2: 83% (kebutuhan 140
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
16/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 3B (HS) =
Sianosis (-) N: 130 x/m bronkopneumonia 20-21 ml/jam
R: 52 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36,3 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 60 ml
SpO2: 80% (kebutuhan 140
38
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
17/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat IVFD kaen 3B (HS) =
Sianosis (-) N: 126 x/m bronkopneumonia 20-21 ml/jam
R: 54 x/m + riwayat GIT Propanolol 3 x 1,5 mg
o
S: 36,5 C bleeding ec sepsis Susu 12 x 60 ml
SpO2: 90% (kebutuhan 140
Kep: conj. an (-), skl ml/kgBB)
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
18/09/2017 Demam (-) KU: tampak sakit Tetralogy of Fallot O2 nasal 1 lpm
39
IMC Anak Sesak (-) Kes: CM + riwayat Propanolol 3 x 1,5 mg
Sianosis (-) N: 117 x/m bronkopneumonia Susu 12 x 60 ml
R: 30 x/m + riwayat GIT (kebutuhan 140
o
S: 36,5 C bleeding ec sepsis ml/kgBB)
SpO2: 86%
Kep: conj. an (-), skl
ikt (-), PCH (-)
Tho: simetris, retraksi
(-)
Cor: bising (+) ejeksi
sistolik III/6 ICS II-III
LPSS
Pulmo: Sp.
Bronkovesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Abd: datar, lemas,
BU (+) N, NT (-),
H/L ttb
Ext: akral hangat,
CRT ≤ 2”
40
BAB III
PEMBAHASAN
keluhan ujung jari tangan dan bibir membiru sejak lahir. Keluhan ini merupakan
keluhan sianosis tipe sentral oleh karena kebiruan terlihat pada kulit dan membran
mukosa. Sianosis tipe sentral terjadi akibat penurunan jumlah saturasi oksigen
oleh penurunan laju oksigen tanpa adanya kompensasi yang cukup dari paru-paru
diakibatkan oleh penyakit jantung kongenital seperti TOF dan TGA. Penyakit
kongenital ini berhubungan dengan kebocoran jantung kanan ke kiri. Pada PJB
sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah
rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari
kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena
pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan–kaki
adalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce
Dari anamnesis ditemukan riwayat sesak dan tampak kebiruan saat sedang
menetek atau minum susu yang mengakibatkan pasien sering terhenti saat
menetek atau minum susu. Fenomena ini disebut “hypercyanotic spell”, biasanya
41
merupakan hasil penyempitan secara mendadak aliran darah ke paru. Serangan
dapat terjadi setiap waktu antara usia 1 bulan dan 12 tahun, terutama terjadi antara
bulan ke-2 dan ke-3. Paling sering terlihat setelah bangun tidur, menangis, buang
air besar, dan makan. Serangan ditandai dengan meningkatnya kecepatan dan
Anak ToF menjadi iritatif dalam keadaan kadar oksigen berkurang, atau
memerlukan asupan oksigen yang lebih banyak, anak dapat menjadi mudah lelah,
terputus-putus.9
tampak adanya jari tabuh, dan pada pemeriksaan jantung didapatkan bising ejeksi
sistolik yang penjalarannya sepanjang linea parasternalis kiri SIC II hingga SIC
IV. Pemeriksaan ini mengarahkan bahwa terjadinya suatu kelainan pada jantung
jumlah eritrosit dan hematokrit (polisitemia vera) yang sesuai dengan desaturasi
dan stenosis. Pada kasus ditemukan peningkatan eritrosit 6,72 x 10^6/μL dan
aorta terletak di sebelah kanan pada 25% kasus. Apeks jantung kecil dan teangkat,
dan konus pulmonalis cekung, vaskularisasi paru menurun. Gambaran ini disebut
42
infundibular besar dengan overriding aorta dapat dilihat dengan pandangan
parasternal long axis. Anatomi jalan keluar ventrikel kanan, katup pulmonal,
kelainan arteri koroner dan juga kelainan lain yang berhubungan misalnya, ASD,
pirau kanan ke kiri dengan mengurangi aliran balik vena sistemik. Yaitu berupa
:15-18
a. Posisi lutut ke dada (knee-chest position). Dengan posisi ini maka aliran
b. Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kgbb SC, IM, IV untuk menekan pusat pernapasan
metabolik.
paru.
43
e. Propanolol 0,02 mg/kgBB/dosis IV, dilanjutkan 0,1 mg/kgBB dalam 10
bedah, deteksi dan terapi anemia relative, dan hindari dehidrasi, jaga kesehatan
dilakukan tindakan bedah paliatif. Pada pasien gejala serangan dapat teratasi
a. IVFD Kaen 4B 20-21 ml/jam, yang ditujukan untuk menjaga status hidrasi
pasien, serta sebagai jalur pemberian obat parenteral.
b. Oksigen headbox 10 lpm diberikan untuk mencegah terjadinya hipoksia
karena dispnea dan gagal nafas yang mungkin terjadi, menurunkan usaha
untuk bernapas, dan mengurangi kerja miokardium.
c. Injeksi cefotaxime 3 x 250 mg intravena. Cefotaxime adalah golongan
sefalosporin generasi ketiga yang paling aktif terhadap bakteri Pneumokokus
dan direkomendasikan terapi empiris infeksi berat yang mungkin disebabkan
bakteri tersebut. Pneumokokus merupakan bakteri penyebab
bronkopneumonia tersering pada anak-anak. Sefalosporin termasuk antibiotik
𝛽-laktam yang bersifat bakteriostatik dengan mekanisme kerja menghambat
sintesis mukopeptida yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel
bakteri.20
d. Injeksi gentamisin 1 x 35 mg intravena. Gentamisin merupakan suatu
aminoglikosida, aminoglikosida digunakan secara luas terhadap bakteri
enterik gram-negatif terutama pada bakteremia dan sepsis. Obat ini efektif
terhadap organisme gram-positif dan gram-negatif.20
e. Propanolol 3 x 1,5 mg. Apabila tidak segera dilakukan operasi dapat
diberikan propanolol rumatan dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari, dibagi 3-4
44
dosis, sampai dilakukan operasi. Pemberian obat ini diharapkan dapat
mengurangi spasme otot infundibular dan menurunkan frekuensi
serangan.9,12-14
f. Oral stop sementara. Pada anak dengan distress pernapasan berat, pemberian
makanan per oral harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric
tube (NGT) atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT
dapat menekan pernapasan, khususnya pada bayi/ anak dengan ukuran lubang
hidung kecil. Jika memang dibutuhkan sebaiknya menggunakan ukuran yang
terkecil.13
g. Balans diuresis/ 24 jam. Perlu dilakukan pemantauan balans diuresis ketat
agar anak tidak mengalami overhidrasi.13
h. GDS/ 24 jam. Perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia
dan harus dilakukan pada pasien yang asupan oralnya diperbehentikan
sementara.13
Simpulan, dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosa dengan Tetralogy of Fallot dengan
bronkopneumonia. Tatalaksana dengan pengobatan antibiotic dan supportif. Bila
serangan sianotik terkendali dengan propanolol dan kondisi bayi cukup baik untuk
menunggu, maka operasi koreksi total dilakukan pada usia sekitar 1 tahun.
45
DAFTAR PUSTAKA
4. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lectures note, kardiologi
anak dengan penyakit jantung bawaan. Artikel ilmiah. Jakarta: Prodi Sarjana
8. Hasan R, Alatas. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu
2013;40(3):176-81.
10. Apitz C, Webb GD, Redington AN. Tetralogy of fallot. Lancet 2009;
374(9699): 1462–71.
46
11. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
13. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
14. Amal I, Ontoseno T. Tatalaksana dan rujukan awal penyakit jantung bawaan
15. Devore GR, Polanko B. Tomographic ultrasound imaging of the fetal heart: a
17. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners Edisi 5. Philladephia: Mosby,
2007.
47