Anda di halaman 1dari 2

Cara menghindari uu ite

Mungkin sebagian besar dari kita terutama kreator dalam berbagai medium baik itu tulisan, meme,
podcast maupun video youtube mau membuat konten kritis seputar politisi, figur terkenal atau brand
tapi ngga jadi karena takut terjerat UU ITE, itu adalah ketakutan yang sangat wajar, mengingat
banyaknya korban yang terjerat UU ITE, karena kenyataannya UU ini dianggap bermasalah dan seringkali
memang besar celah subjektivitas dan bias kepentingan hingga ada orang-orang yang sebenarnya tidak
bersalah namun dikriminalisasi.

Jadi kali ini kami mau berbagi tips bagi anda bikin konten yang setidaknya mengurangi potensi anda
terjerat UU ITE dengan asumsi penegak hukum kita waras dan sehat walafiat, rasional, logis, serta
merujuk sepenuhnya kepada apa yang tertulis dalam perundangan.

1. Berbasis fakta

pastikan konten anda mengandung informasi yang valid, tidak hoaks maupun ambigu atau simpang
siur. Contoh hoaks: Jokowi adalah PKI. Contoh informasi yang masih simpang siur: Jokowi adalah
komunis.

Bisa lihat perbedaannya? Yang pertama berbicara tentang sebuah partai yang dulu pernah ada dan
bisa diverifikasi datanya “Apakah Jokowi pernah menjadi anggota PKI?” tinggal dilihat saja bukti
keanggotaannya, sementara yang kedua bicara tentang ideologi dan itu sulit untuk dibuktikan,
karena ini soal rasa dan kita tidak pernah tau isi pikiran orang.

Nah untuk data seperti ini, kalau anda tetap mau menyatakan pendapat seputar hal ini, maka anda
tinggal tambahkan saja kata “Mungkin” atau “Mungkin Saja” sehingga kalimatnya menjadi “Jokowi
mungkin saja komunis”

2. Tidak dengan tujuan menghina

Pastikan konten anda merupakan kritik dan bukan hinaan, contoh kritik, “Jangan pilih Setya Novanto
Lagi, karena kinerja dia di DPR kurang baik, terlihat dari gimana beberapa kali tersangkut kasus
korupsi.” Contoh hinaan, “Jangan pilih Setya Novanto karena dia g*blok anj*ng … *9($3#@-*/>”

Semudah itu. Tapi ada satu catatan lagi untuk komplen terhadap brand dimana dia bisa dianggap
sebagai pengerusakan reputasi apabila dilakukan dengan konsisten, berulang-ulang dan secara
sengaja diviralkan untuk mempengaruhi pressepsi publik, bukan dalam koridor perbaikan layanan
atau kualitas produk.

3. Bertujuan mengungkap kebenaran

Niat mulia seperi sangat penting untuk menghindari jeratan UU ITE, anda tidak bisa disebut
mencemarkan nama orang jika pada faktanya sudah cemar misalnya saja anda mengomentari Dwi
Hartanto yang sejak dulu mengaku dihadapan publik sebagai lulusan Tokyo Institute of Technology
tapi pada faktanya adalah lulusan Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Kemudian anda
membuat sebuah konten dimana anda menyebut “Dwi Pembohong” dan kebohongannya telah
merugikan publik serta telah mencemari nama baik intelektual Indonesia dan seterusnya… maka
konten anda tidak bisa disebut sebagai “Kasus Pencemaran Nama Baik” karena semata-mata
dilakukan untuk mengungkap kebenaran.
4. Jangan memprovokasi permusuhan antar golongan

Ini adalah syarat untuk menghindari ujaran kebencian yang juga diatur dalam UU ITE, kadang lucu
juga sih karena mereka itu banyak yang sedari kecil sudah diajarkan untuk membenci satu sama lain.
Kalau mau membuat konten kritik entah itu suku, ras, agama atau kategori kelas sosial lainnya boleh
saja asal terus berpegang prinsip dengan yang tadi kami sebut diatas dan jangan disusun dengan
nada-nada yang menimbulkan huru hara. Selain berpotensi dijerat UU ITE hal itu juga hampir pasti
ngga ada gunanya, karena mereka dari sananya sudah berseberangan, ngga usah pake diprovokasi
juga mereka sudah saling ngga setuju, ngga suka dan nyinyiran satu sama lain di basecamp mereka
masing-masing. Jadi sebaiknya anda melakukan yang sebaliknya, provokasi untuk berdamai.

5. Jika belum yakin, gunakan kalimat tanya atau pengandaian

Kalau anda mau mengkritik namun bimbang dengan data yang anda dapat dari media, jangan
berspekulasi. Tinggal ubah saja teks anda menjadi pertanyaan, contoh anda merasa jonru ginting
tidak memenuhi panggilan polisi dengan alasan yang dibuat-buat. Tapi anda kan belum tau pasti
apakah benar dia itu mebuat-buat alasan untuk menghindari hukum. Nah, maka yang bisa anda
lakukan adalah bertanya, “Denger-denger jonru ginting ngga memenuhi panggilan polisi tuh. Kenapa
yaa?” kalau anda mau menambah efek spekulatifnya anda bisa perpanjang kalimatnya tapi
tambahkan kata “Kalau” atau “Jika” penanda status pernyataan anda masih dugaan atau
pengandaian.

Nah itulah tips dari kami untuk mengurangi resiko terjerat UU ITE yang terkadang absurd ini, namun
semua prinsip tadi bisa ditabrak sejauh apa yang anda lakukan merupakan upaya pembelaan diri
dalam artian anda adalah pihak yang defensif, oleh karena itu harus ada bukti bahwa ada pihak yang
menyerang anda terlebih dulu.

Anda mungkin juga menyukai