Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan

Masalah
gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi
buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi penerus
bangsa. Kasus gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi
di tengah pesatnya kemajuan zaman (Republika, 2009). Dengan alasan tersebut, masalah
ini selalu menjadi program penanganan khusus oleh pemerintah. Upaya pencegahan
yang dilakukan di antaranya dengan selalu meningkatkan sosialisasi, kunjungan
langsung ke para penderita gizi buruk, pelatihan petugas lapangan, pengarahan mengenai
pentingnya ASI eksklusif pada ibu yang memiliki bayi, serta koordinasi lintas sektor
terkait pemenuhan pangan dan gizi (Antara News, 2011),

Namun sampai saat ini penanganan yang diberikan, hanya mampu mengurangi sedikit
kasus gizi buruk pada balita. Hal ini membuktikan bahwa penanganan dan program yang
diberikan oleh pemerintah belum mampu menekan jumlah kasus gizi buruk yang ada.
Ketidak berhasilan penanganan dan program tersebut mungkin dikarenakan kurang
tepatnya perbaikan terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kasus gizi buruk
pada balita.

Jika faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita diketahui dan
diatasi dengan tepat, otomatis kasus gizi buruk akan berkurang. Banyak faktor-faktor
yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Namun penyebab dasar terjadinya gizi buruk
ada dua hal yaitu sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung adalah
kurangnya asupan gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang
mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain.
Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab utama terjadinya gizi buruk.
Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang

1
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan
sosial dan ekonomi yakni kemiskinan (Republika, 2009).
.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian gizi buruk ?
2. Apa etiologi gizi buruk?
3. Apa manifestasi klinik gizi buruk ?
4. Apa patofisiologi gizi buruk?
5. Apa pathway dari gizi buruk ?
6. Apa faktor-faktor marasmus gizi buruk ?
7. Apa pemeriksaan penunjang gizi buruk ?
8. Apa penatalaksanaan medik gizi buruk ?
9. Apa komplikasi gizi buruk ?
10. Apa konsep asuhan keperawatan gizi buruk ?
11. Apa asuhan keperawatan gizi buruk ?

1.3 Tujuan
1. mengetahui pengertian gizi buruk
2. mengetahui etiologi gizi buruk
3. mengetahui manifestasi klinik gizi buruk
4. mengetahui patofisiologi gizi buruk
5. mengetahui pathway dari gizi buruk
6. mengetahui faktor-faktor marasmus gizi buruk
7. mengetahui pemeriksaan penunjang gizi buruk
8. mengetahui penatalaksanaan medik gizi buruk
9. mengetahui komplikasi gizi buruk
10. mengetahui konsep asuhan keperawatan gizi buruk
11. mengetahui asuhan keperawatan gizi buruk

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi salah satu tambahan pengetahuan tentang

2
Anak dengan gizi buruk

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Gizi Buruk


Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi,
merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energy dan protein dan makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Dari contoh 32% jumlah anak yang tergolong berat kurang sehat ditaksir ada 3% yang
dalam keadaan gizi buruk. Dalam golongan ini dikenal 3 bentuk berikut.
1. Kwashiorkor
Nama Kwashiorkor berasal dari suatu daerah di afrika, artinya “penyakit anak yang
terlantar” atau disisihkan karena ibunya mengandung alergi dan tidak lagi
memberikan air susu ibu padanya. Tanda pengganti air susu ibu dan tanpa tambahan
pangan yang seimbang anak (umumnya berumur kurang lebih delapan belas bulan)
kurang mendapat protein.

Anak penderita Kwashiorkor kelihatan gemuk, tetapi tidak sehat, mukannya gemuk
seperti bulan, kakinya bengkak karena edema (berisi cairan), lekukan bekas tinggal
jika jari kita ditekankan padanya. Perut anak itu agak buncit, tetapi bahu dan lengan
bagian atas jelas kurus. Kulitnya mudah terkelupas, rambutnya pucat dan mudah
mudah rontok. Anak itu kelihatan muram dan berdiam diri dalam gendongan ibu,
tetapi cengeng dan tidak ingin bermain-main. Kurang protein pangan adalah penyebab
utama Kwashiorkor, sedang zat pangan pemberi tenaga mungkin cukup diperolehnya
atau bahkan berlebihan.

2. Marasmus
Marasmus berarti kelaparan atau anak tak cukup mendapat makanan sejenis zat
pangan manapun, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Anak yang sangat kurus
itu hanya separuhnya dari berat sehat sesuai umur. Muka anak kurus seperti muka
orang tua, kepalanya tampak besar karena badannya kurus kecil. Tangan dan kakinya
seperti tongkat kurusnya dan rusuk-rusuk kelihatan nyata.

Seorang dapat terkena Marasmus pada sembarang umur dan penderitanya dapat
sampai berbulan-bulan atau lebih lama. Usaha memulihkan keadaan gizi anak itu
sehingga mencapai berat sehat akan memakan waktu lebih lama, disbanding penderita
Kwashiorkor. Kedua jenis gizi buruk ini memerlukan usaha perbaikan gizi secara
khusus di rumah sakit. Banyak juga bentuk gizi buruk yang merupakan campuran
antara dua bentuk tersebut.

3
Jika dilakukan estimasi berdasarkan laju pertumbuhan penduduk, jumlah balita yang
menderita gizi kurang dan buruk tahun 1989 sebesar 7.986.279 menurun menjadi
5.119.935 pada tahun 2003. Namun demikian, angka tersebut masih stagnan diantara
tahun 1999 sampai tahun 2003.

3. Marasmic-Kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan gabungan
gejala yang menyertai seperti :
a) Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit dan sebagainya.
b) Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karna berkurangnya lemak dan otot.
c) Kalium dalam tubuh menurun drastic sehingga menyebabkan gangguan metabolic
seperti gangguan pada ginjal dan pancreas.
d) Mineral lain dari dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya
kadar natrium dan fospor inorganic serta menurunya kadar magnesium.
Gejala klinis kwashiorkor-marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-
gejala masing- masing penyakit tersebut.

1.2 Etiologi
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1) Kurangnya asupan gizi dari makan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumblah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan social dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat zat makanan
secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu :
1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.
2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.
3) Pengolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang memadai.

1.3 Manifestasi Klinik


Kwashiorkor
1. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki
2. Wajah membulat dan sembab
3. Otot-otot mengecil,lebih mengecil,lebih nyata apabila diperiksa
pada posisi berdiri dan duduk,anak berbaring terus- menerus
4. Perubahan status mental cengeng,rewel,kadang apatis
5. Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
6. Pembesaran hati
7. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut

4
8. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas (crazy pavemen dermatosis)
9. Pandangan mataa anak tampak sayu

Marasmus
1. Anak sangat kurus.
2. Wajah seperti orang tua.
3. Cengeng dan rewel .
4. Rambut tipis, jarang,dan kusam .
5. Kulit keriput.
6. Tulang iga tampak jelas.
7. Pantat kendor.
8. Perut cekung.
9. Sering disertai diare kronik atau
konstipasi/ susah buang air,serta
penyakit kronik.
10. Tekanan darah, detak jantung dan
pernafasan berkurang .

Marasmic(kwashiorkor-marasmus)pada dasarnya gabungan


dari kwashiorkor,marasmus yang terdapat terlihat secara klinis:

1. Beberapa gejala klinik Terlihat


sangat buruk berat badan dari 60%
berat anak dari seusianya.
2. Kwashiokor secara klinik terlihat
disertai edema yang tidak mencolok
pada kedua punggung kaki.

1.4 Pathofisiologi
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti
suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok
dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena
keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein. Pada retina ada sel batangdan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa
membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari
vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel
tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap.

5
Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja
terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti
gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan
protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan
lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL
dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan,
pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema
adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular
menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial.
Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor
tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium
berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor,
selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka
plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh
membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena
posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena
pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang
kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan
yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena
kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.

Faktor Dari marasmus


1. faktor lingkungan
2.faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab
marasmus adalah sebagai berikut :

6
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat
dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng
yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus.
Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.

7
1.5 Pathway

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah

8
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total,elektrolit serum,
biakan darah.
Hasil yang didapat : Protein total < 5,0-8,0 g/dl
Elektroforesis protein :
a. Albumin < 3.2-5.2 g/dl b.
b. Alfa -1 < 0,6-1,0c.
c. Alfa -2 < 0,6-1,0d.
d. Beta < 0,6-1,2e.
e. Gama < 0,6-1,2

Kadar kalium dalam darah:


a. Kalium plasma< 3,1-4,3 m∑q/dl
b.Kalium serum < 3,5-5,2 m∑q/dl

2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine

3. Uji faal hati


a.Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkankerusakan
jaringan atau sel hati.
b.Adanya sumbatan saluran empedu.

4.EKG
Gambaran EKG pada pasien dengan malnutrisi ialah amplitude yang berkurang, deviasi dari
axis, interval PR dan QT yang memanjang,gelombang T menjadi mendatar, segmen ST-T
menurun, dan takikardiventricular.

5. Foto
RogtenFoto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan
dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaanyang
disebabkan oleh malnutrisi.

6. X Ray
Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan padatulang
dan or gan tubuh lain.

1.7 Penatalaksanaan Medis


Makanan/minuman dengan biologi tinggi kalori / protein. pemberian secara bertahap
dari bentuk dan jumlah mula-mula cair (seperti susu) lunak (bubur) biasa (nasi lembek).
Prinsip pemberian nutrisi:
1. Porsi kecil,sering,rendah serat,rendah laktosa
2. Energi/kalori : 100K kal/kg BB/ hari
3. Protein: 1-1,5g/ kg BB/hari
4. Cairan 130ml /kg BB/hari ringan-sedang :100ml /kg BB/ hari
edema berat

9
5. Tambahan MODISCO :
-susu (segala jenis susu)
- gula (gula pasir atau glukosa )
- minyak goring atau margarine
 Obat/cegah infeksi
Antibiotic
1. Bila tampak kompliksi: cotrymoksasol 5ml
2. Bila anak sakit berat : ampicillin 50mg / kg BB IM /IV setiap 6jam selama 2 hari
untuk melihat kemajuan atau perkembangan anak
3. Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
4. Catat kenaikan BB tiap minggu
1.8 Komplikasi
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral.
Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan
begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya
sangat banyak.

Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan
karena
kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah
anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.

Komplikasi
1. Hipotermi
2. Hipoglikemi
3. Infeksi
4. Diare dan dehidrasi
5. Syok

1.9 Pencegahan gizi buruk


a) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai
b) tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
c) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
d) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
e) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepala petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya

10
Konsep asuhan keperawatan keluarga

1. Konsep keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional, serta individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Friedman dalam Achjar, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami
istri dan anaknya, ayah dan anaknya, ibu dan anaknya (UU No. 10dalam APD Salvari, 2013).

b. Karakteristik keluarga
Menurut APD Salvari (2013), karakteristik keluarga sebagai berikut :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial:
suami, istri, anak, kakak, dan adek.
4) Mempunyai tujuan yaitu: menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.

c. Bentuk / Type Keluarga


1) Keluarga inti (nuclear family
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya, adopsi
atau keduanya.
2) Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek-nenek, paman bibi).
3) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yang bercerai atau kehilangan
pasangannya.
4) Orang tua tunggal (single parent family)

11
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
6) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone.
7) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexsual
cobabiting family)
8) Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).
9) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
10) Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat
Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat istiadat yang
sangat kuat (Depkes RI dalam Achjar, 2010).

d. Struktur keluarga
Menurut APD Salvari (2013), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudarah istri.
4) Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudarah suami.
5) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa anak
saudara yang menjadi bagaian keluarga karna adanya hubungan dengan suami istri.
e. Fungsi Keluarga
Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit akan
mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam

12
bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita
asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena
dapat mengurangi stress bagi penderita.
3) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga dan
juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang
sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
4) Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian
dan tempat untuk berlindung ( rumah) dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
f. Ciri-ciri keluarga
1) Terorganisir adalah : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan adalah : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan adalah : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsi-masing-masing (APD Salvari, 2013).

g. Tugas keluarga di bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di dalam
bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan.
Ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus di lakukan(
Fridman dalam Achjar, 2010).
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang di alami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segeralah melakukan tindakan yang

13
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga
mempuyai keterbatasan agar meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membatu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini dapat di lakukan di
rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi (Suparyanto , 2012).
4) Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga,
upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang
dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar
rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik dipersepsikan keluarga
(Achjar, 2010)

h. Pemegang kekuasaan dalam keluarga


1) Patrikal
Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
2) Matrikal
Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
3) Equaltarial
Yaitu yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu (APD Salvari, 2013).

i. Dimensi dasar struktur keluarga


Menurut APD Salvari (2013), dimensi dasar struktur keluarga sebagi berikut :
1) Pola dan proses komunikasi :
a) Bersifat terbuka dan jujur.
b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c) Berpikiran positif.
d) Tidak mengulang-ulang issu dan pendapat sendiri.
2) Struktur peran

14
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan dapat bersifat format dan informat. Peranan dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu,
dan anak.
3) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi
untuk mengubah perilaku orang lain kearah positif.
Tipe struktur kekuatan :
a) Legitimate power (hak)
b) Referent power (ditiru)
c) Expert power (keahlian)
d) Reward power (hadiah)
e) Coercive power (paksa)
f) Affective power.
4) Nila-nilai keluarga
a) Nilai, merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga jaga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
b) Norma, adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
c) Budaya, adalah kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, di bagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2. KONSEP PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KELUARAGA.


Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga
dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana
pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan
melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan
kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk

15
membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan
membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan
cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan
dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita
stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta
emosi yang tinggi
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting
dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
c) Pengobatan tradisional
d) Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa memanfaatkan
pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta
pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan

16
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh
terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan
hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga
(Friedman, 1998:9).
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita
stroke fase rehabilitasi.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan
lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan
komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter
dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien
stroke.
c) Struktur peran

17
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran,
dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan
yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b) Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidu
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum
terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan
menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah
ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif,
maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut APD Salvari, (20013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu.
Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan.

18
Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :
a. Problem atau masalah
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga
aatau anggota keluarga.
b. Etiologi
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas
keluarga yaitu
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan
keluarga adalah :
a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi).
b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
c) Dan ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan,
kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik
dan psikologis).
c. Symtom
Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga secara
langsung atau tidak langsung.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

19
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Proses scoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya, 1978.
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah : 1
· Tidak/kurang sehat. 3
· Ancaman kesehatan. 2
· Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah : 2
· Dengan mudah. 2
· Hanya sebagian. 1
· Tidak dapat. 0
3 Potensial masalah untuk dicegah : 1
· Tinggi. 3
· Cukup. 2
· Rendah. 1
4 Menonjolnya masalah : 1
· Masalah berat harus segera ditangani 2
· Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani
· Masalah tidak dirasakan 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnose keperawatan:
1) Tentukan skor untuk setiap criteria yang dibuat.
2) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinngi sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).

3. Perencanaan Keperawatan keluarga


Menurut APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :


a. Menentukan sasaran atau goal

20
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya, dimana masalah (Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir (TUM)
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan, dimana penyebab (Etiologi)
digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah dan sumber-
sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
d. Menentukan kriteria dan standart criteria
Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedanhgkan standart menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk
membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.

Standart mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu kepada 3 hal,
yaitu :
1) Pengetahuan (Kognitif)Intervensi
ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga
sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
2) Sikap (Afektif)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon emosional, sehingga
dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah yang dihadapi
3) Tindakan (Psikomotor)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan perilaku yang
merugikan keperilaku yang menguntungkan.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :
1. Tujuann hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasi.
4. Pelaksanaan.

21
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatn keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi
tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

Metode evaluasi keperawatan, yaitu :


a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, system
penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan
system SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Adlah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem penulisan
evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. CV.
Sagung Seto.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

23
CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. A
DI DESA HAURGEULIS

I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga : Tn.A
2. Alamat : Haurgeulis
3. Usia : 35 th
4. Pendidikan kepala keluarga : SMA
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : petani
7. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Susunan Keluarga

24
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
Fasilitas Yankes No. Register 158970
Nama Perawat yang Perawat . S Tanggal 11 agustus 2018

25
mengkaji Pengkajian
a. DATA KELUARGA
Nama Kepala Tn. A Bahasa sehari- Bahasa Jawa
Keluarga hari
Alamat Rumah & Telp DS mekarjati Jarak yankes 6 km
terdekat
Kec.haurgeulis
Kab.indramayu
Agama & Suku Islam & Jawa Alat Sepeda Motor
Transportasi
DATA ANGGOTA KELUARGA
N Nama Hub Um J Suk Pendidi Pekerj Status TTV Status Alat
o dgn ur K u kan aan Gizi (TB, (TD, N, Imunisa Bantu/
KK Terakhir Saat BB, BMI) S, P) si Protesa
Ini
1 Tn. A Suami 35t L Ja SMP Petani TB: 170 TD: Tidak -
h wa Cm 120/80 lengkap
mmhg
BB: 65
Kg N: 80
X/menit
BMI :
22,49 R:20
x/menit
S: 37 C
2 Ny. R Istri 30t P jaw SMP Pedag TB: 155 TD: Tidak -
h a ang Cm 110/70 lengkap
mmhg
BB: 50
Kg N: 80
x/menit
BMI:
20,8 R: 20
x/menit
S: 36 C
3 An. A Anak 6TH P jaw Paud - TB: 95 S: 36,1 Lengkap -
a Cm
BB: 17
Kg
BMI:
0,177

26
LANJUTAN
N Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Penyakit/ Analisis Masalah
o Umum Alergi Kesehatan
Saat ini
1 Tn. A Cukup - -
rapih
2 Ny. R Cukup - -
rapih
3 An. A Cukup - - Gizi kurang
rapih

b. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT (terlampir)


c. DATA PENUNJANG KELUARGA
Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
 Tipe Rumah :  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Ya/ Tidak*( ibu pasien melahirkan didukun
Permanen/tidak permanen* (rumah cukup luas,
beranak )
bersih ,terdapat ruang tamu, Ruang makan, dapur,
 Memberi ASI ekslusif :
dan kamar mandi, lantai rumah menggunakan
Ya/ Tidak*
keramik, dinding rumah menggunakan bata, atap
 Menimbang balita tiap bln :
rumah menggunakan genteng).
Ya/ Tidak*(karena ibu pasien sibuk
berdagang)
 Menggunakan air bersih untuk makan &
 Ventilasi :
minum:
Cukup/Kurang (tedapat jendela di setiap Ya/ Tidak*
ruangan, dan pintu selalu terbuka setiap pagi).  Menggunakan air bersih untuk kebersihan
diri:
Ya/ Tidak*
 Pencahayaan Rumah :  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun
:
Baik/ Tidak* (pencahayaan menggunakan Ya/ Tidak*
lampu neon, di setiap ruangan terdapat
 Tersedia tempat pembuangan sampah :

27
pencahayaan). Ya/ Tidak*
 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
Ya/ Tidak*
 Saluran Buang Limbah :  Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Ya/ Tidak*
Baik /Cukup/Kurang* ( saluran pembuangan
 Menggunakan jamban sehat :
limbah mengalir dengan lancar)
Ya/ Tidak*( menggunakan wc jongkok )
 Memberantas jentik di rumah sekali
 Sumber Air Bersih : seminggu :
Ya/ Tidak*( keluarga menguras bak mandi
Sehat/Tidak Sehat* (sumber air menggunakan
sekitar 2bulan sekali )
air sumur).
 Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/
Tidak*( anak tidak suka sayur dan jarang
makan buah)
 Jamban Memenuhi Syarat :  Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/
Ya/Tidak* (terdapat WC jongkok di kamar Tidak*
mandi)  Tidak merokok di dalam rumah : Ya/
Tidak*( ada kelaurga yang merokok didalam
 Tempat Sampah Tertutup : rumah )
Ya/Tidak .(tempat sampah tidak tertutup karena
menggunakan ember bekas)

 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah


Anggota Keluarga 8m2/orang :
Ya/Tidak*(rumah cukup luas, dan terdapat 3
kamar tidur)
d. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN
KESEHATAN ANGGOTA KELUARGANYA
 Adakah anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan atau sakit saat ini :  Tidak 
Ada, yaitu ..an.A.................................................................................
 Apakah ada anggota keluarga yang pernah terkena masalah kesehatan yang sama dengan
pasien sebelumnya:  Tidak  Ya ...................................................
 Siapa yang membantu jika ada anggota keluarga yang menderita sakit :  Semua anggota 
Hanya Ibu  Lainnya ....................................................................
 Adakah perhatian keluarga kepada anggota keluarga yang menderita sakit:  Ada  Tidak ada,
sebab.......................................................................................
 Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami pasien :  Ya  Tidak, sebab
.......................................................................................................
 Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami pasien:  Ya 
Tidak, sebab .ibu pasien tidak pernah menimbang berat badan anaknya
.....................................................................................
 Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami pasien :  Ya
 Tidak, sebab ..ibu pasien sibuk berdagang .........................................................................
 Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami pasien bila tidak
diobati/dirawat :  Ya  Tidak

28
 Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan keluarganya: 
Keluarga  Tetangga  Kader  Tenaga kesehatan, yaitu.................
 Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan tersebut :  Tidak perlu ditangani karena akan
sembuh sendiri biasanya
 Perlu berobat ke fasilitas yankes  Tidak terpikir sebab
………………………………………………………………………………………....................
.......................................……..
 Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan anggota secara aktif :  Ya 
Tidak, jelaskan ibu pasien sibuk berdagang .................................................
 Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami pasien :
 Ya  Tidak ..karena menurut ibu pasien anak nya tidak mengalami masalah kesehatan
.......... ................................................................
 Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan
yang dialami pasien :
 Ya  Tidak, yaitu......keluarga kurang paham
........................................................................................................................................................
...................
 Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami pasien :  Ya
 Tidak,................
 Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
 Ya  Tidak, sebab
........................................................................................................................................................
.................................................................
 Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan pada anggota keluarganya :
 Ya  Tidak, sebab
........................................................................................................................................................
................................................................

KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA : Kesimpulan:


1. Menerima petugas puskesmas 5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
- Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana 6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
- Kemandirian II; jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar 7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
- Kemandirian III: Jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran - Kemandirian
IV: Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7

29
Lampiran
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT
Nama Individu yang sakit : An. A Diagnosa Medik : Gizi Kurang
Sumber Dana Kesehatan : bpjs Rujukan Dokter/ Rumah Sakit :
Keadaan Umum Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan
 Pola BAK 3x/hr,vol ..ml/hr
Kesadaran :  Edema  Bunyi jantung: .....  Sianosis
 Hematuri  Poliuria
Composmetis
 Asites  Akral dingin  Oliguria  Disuria  Sekret / Slym
GCS : -  Inkontinensia  Retensi
 Tanda Perdarahan:  Irama ireguler
TD : -  Nyeri saat BAK
purpura/ hematom/  Wheezing
P : -  KemampuanBAK : Mandiri/
petekie/ hematemesis/  Ronki
S : 36,1 0C Bantu sebagian/tergantung*
...........................
melena/ epistaksis*
N : 80x/ menit  Alat bantu: .............
 Tanda Anemia : Pucat/ Tidak/Ya*………  Gunakan
 Takikardia  Otot bantu
Obat :Tidak/Ya*...
Konjungtiva pucat/ Lidah napas
 Bradikardia  Kemampuan BAB :Mandiri/ ..................
pucat/ Bibir pucat/
 Tubuh teraba hangat Bantu sebagian/tergantung*  Alat bantu
Akral pucat*
 Menggigil  Alat bantu: Tidak/Ya*... nafas
 Tanda Dehidrasi: ....................
mata cekung/ turgor kulit  Dispnea
berkurang/ bibir kering *  Sesak
 Pusing  Kesemutan  Stridor
 Berkeringat  Rasa Haus  Krepirasi
 Pengisian kapiler  3 detik
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
 Mual Muntah   Tonus otot Fungsi Penglihatan : Fungsi perabaan :
Kembung
 Kontraktur  Buram  Kesemutan pada
Nafsu Makan : …….............
 Fraktur  Tak bisa melihat  Kebas pada
Berkurang/Tidak*
Nyeri otot/tulang* ..........................…
 Sulit Menelan  Alat bantu …........  Disorientasi 
 Drop Foot Lokasi Parese

30
 Disphagia ……...........…  Visus ………........  Halusinasi 
Disartria
 Bau Nafas  Tremor Jenis
Fungsi pendengaran :  Amnesia 
……......…......…..
 Kerusakan gigi/gusi/ Paralisis
lidah/  Malaise / fatique  Kurang jelas  Refleks patologis ……
 Tuli  Kejang : sifat …….. lama
 Atropi
..……
geraham/rahang/palatu
 Kekuatan otot  Alat bantu frekwensi
m*
....….............….. ....................................
 Distensi Abdomen  Tinnitus Fungsi Penciuman
 Postur tidak normal
Fungsi Perasa  Mampu
 Bising Usus: .................
 Mampu  Terganggu
8x/menit ..................
 RPS Atas : bebas/ terbatas/  Terganggu
 Konstipasi
kelemahan/ kelumpuhan
 Diare .......x/hr Kulit
(kanan / kiri)*
 Hemoroid, grade  Jaringan parut  Memar  Laserasi 
 RPS Bawah :bebas/terbatas/
..................... Ulserasi  Pus ………
kelemahan/kelumpuhan
 Teraba Masa  Bulae/lepuh  Perdarahan bawah  Krustae
abdomen ......... (kanan / kiri)*
 Luka bakar Kulit ...... Derajat ......  Perubahan
 Stomatitis  Warna  Berdiri : Mandiri/ Bantu warna…….
...................
sebagian/tergantung*  Decubitus: grade … Lokasi ………..….
 Riwayat obat
 Berjalan : Mandiri/ Bantu Tidur dan Istirahat
pencahar .........
sebagian/tergantung*  Susah tidur
 Maag
 Konsistensi ..........  Alat Bantu :  Waktu tidur
Tidak/Ya*.............. ……………………………………………………
Diet Khusus:
…………
Tidak/Ya*................  Nyeri :
Tidak/Ya*.......................  Bantuan obat,
 Kebiasaan makan-
…………………………………………..………
minum :
………
Mandiri/ Bantu
sebagian/
Tergantung*
 Alergi
makanan/minuman :

Tidak/Ya*.....................
.............
 Alat bantu :

31
Tidak/Ya*.............

Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawa


tan Diri
 Cemas  Denial   Interaksi dengan Keluarga :  Gigi-Mulut kotor Sehari-
Marah
Baik/ tehambat*  Mata kotor  Kulit kotor hari
 Takut  Putus asa ......................
 Perineal/genital kotor 
Depresi
 Berkomunikasi : Mandi :
 Hidung kotor  Kuku kotor Mandiri
 Rendah diri 
Lancar/ terhambat* ............... / Bantu
Menarik diri  Telinga kotor
 Kegiatan sosial sehari-hari :
 Agresif Perilaku  Rambut-Kepala kotor
kekerasan sebagia
……………………………… n/tergan
 Respon pasca trauma ……. tung*
.....
 Tidak mau melihat 
Berpaka
bagian
ian :
tubuh yang rusak
Mandiri
/ Bantu

sebagia
n/tergan
tung*

Menyisi
r
Rambut
:
Mandiri
/
Bantu
sebagia
n/tergan
tung*
Keterangan Tambahan terkait Individu

32
DATA PENUNJANG MEDIS INDIVIDU YANG SAKIT
Laboratorium Radiologi EKG USG

ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan
1. DS : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Ny.R mengatakan bahwa anak nya masih merangkak
dan belum dapat berdiri
- Ny.R mengatakan anaknya di berikan ASI dan mulai
diberikan makanan tambahan
- Ny.R mengatakan anaknya terlihat kurus
DO :
- Usia An.A 11 bulan
- BB saat lahir : 2700 gram
- BB sekarang : 6,4 kg
- PB : 72 CM
- BB berada pada bawah garis merah KMS
- Nafsu makan berkurang -kembung
DS : Resiko terjadinya gangguan tumbuh
- Ny.R mengatakan bahwa anaknya baru bisa merangkak kembang
DO :
- Hasil penimbangan menunjukan berada pada bawah
garis merah
2. - usia An.A 11 bulan
- BB saat lahir : 2700gram
- BB sekarang : 6,4 kg
- PB : 72 CM
- BB berada pada bawah garis merah KMS

33
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang masih balita.
2. Resiko gangguan tumbuh kembang pada keluarga berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang masih balita

MENGETAHUI :
Nama Koordinator Tanggal/
Tandatangan

34
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Fasilitas Yankes No. Register 158970
Nama Perawat yang Pwt. S Nama Penanggungjawab/ KK Tn. A
mengkaji
Nama Individu/ An.A Alamat Ds. Paoman-Indramayu
Keluarga/ Kelompok
Penyakit/ Masalah Gizi Buruk
Kesehatan

35
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
No. Rencana Intervensi
keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 Nutrisi Seteleh Setelah pertemuan 1x30 Verbal 1 Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut) dari proses  Kaji pengetahuan
kurang dari dilakukan menit, keluarga mampu : Afektif terjadinya kekurangan gizi, merupakan keadaan keluarga tentang
kebutuhan tindakan 1) Menyebutkan pengertian Psikomotor kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh gizi buruk
tubuh keperawatan gizi buruk rendahnya konsumsi energy dan protein dan  Beri pendidikan
selama 2) Menyebutkan tanda dan makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang kesehatan tentang
1minggu , cukup lama. Dari contoh 32% jumlah anak yang pengertian gizi
gejala gizi buruk
keluarga tergolong berat kurang sehat ditaksir ada 3% yang buruk
3) Mengidentifikasi
mengetahui dalam keadaan gizi buruk. Dalam golongan ini  Berikan penjelasan
penyebab gizi buruk tentang tanda dan
dan dikenal 2 bentuk berikut.
memahami 2 Tanda dan gejala gizi buruk : gejala kekurangan
Menjelaskan secara zat gizi buruk
tentang sedarhana tentang  Kwashiorkor
 Berikan penjelasan
nutrisi dan pencegahan gizi buruk - Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama
tentang penyebab
mampu pada kaki gizi buruk
memberikan - Wajah membulat dan sembab  Berikan penjelasan
nutrisi yang - Otot-otot mengecil,lebih mengecil,lebih nyata tentang upaya yang
baik bagi apabila diperiksa pada posisi berdiri dan dapat digunakan
An. A duduk,anak berbaring terus- menerus dalam rangka
- Perubahan status mental cengeng,rewel,kadang pencegahan gizi
apatis buruk
- Anak sering menolak segala jenis makanan  Motivasi keluarga
(anoreksia) untuk
- Pembesaran hati menyebutkan
- Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut kembali penjelasan
- Gangguan kulit berupa bercak merah yang yang telah
meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas diberikan motivasi
(crazy pavemen dermatosis) keluarga untuk
selalu berupaya
- Pandangan mataa anak tampak sayu
memberikan nutrisi

36
yang mengandung
 Marasmus zat gizi secara
- Anak sangat kurus. benar kepada An.
- Wajah seperti orang tua. A
- Cengeng dan rewel .
- Rambut tipis, jarang,dan kusam .
- Kulit keriput.
- Tulang iga tampak jelas.
- Pantat kendor.
- Perut cekung.
- Sering disertai diare kronik atau konstipasi/
susah buang air,serta penyakit kronik.
- Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan
berkurang .
 Marasmic(kwashiorkor-marasmus)pada
dasarnya gabungan dari kwashiorkor,marasmus
yang terdapat terlihat secara klinis:
- Beberapa gejala klinik Terlihat sangat buruk
berat badan dari 60% berat anak dari seusianya.
- Kwashiokor secara klinik terlihat disertai edema
yang tidak mencolok pada kedua punggung
kaki.

3 Penyebab gizi buruk :


- Kurangnya asupan gizi dari makan. Hal ini
disebabkan terbatasnya jumblah makanan yang
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi
unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan social
dan ekonomi yaitu kemiskinan.
- Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan

37
infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya
kasus gizi buruk yaitu :
i. Faktor ketersediaan pangan yang
bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat.
ii. Perilaku dan budaya dalam
pengolahan pangan dan pengasuhan
asuh anak.
iii. Pengolaan yang buruk dan perawatan
kesehatan yang memadai.

4 Pencegahan gizi buruk :


a. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI)
sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan
tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai
b. tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur
2 tahun.
c. Anak diberikan makanan yang bervariasi,
seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10%
dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
d. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak
dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai

38
dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
e. Jika anak dirawat di rumah sakit karena
gizinya buruk, bisa ditanyakan kepala
petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
f. Jika anak telah menderita karena kekurangan
gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah
terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya.

39
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Fasilitas Yankes No. Register 158970
Nama Perawat yang Perawat S Nama Penanggungjawab/ KK Tn.A
mengkaji
Nama Individu/ Tn. A Alamat Paoman , Kec.Indramayu
Keluarga/ Kelompok
Penyakit/ Masalah Gizi Buruk
Kesehatan

Tgl/ Ttd
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
No. Perawat
1. Mengenal masalah
 Mendiskusikan dengan keluarga S : - Keluarga klien mengatakan tau
tentang pengertian, tanda/gejala tentang pengertian Gizi buruk
dan penyebab gizi buruk O:-
 Mengidentifikasi bersamasama - .
keluarga kondisi gizi buruk pada A : Masalah belum teratasi
An. A P : Lanjutkan intervensi
 Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali tentang
pengertian tanda gejala dan
penyebab
 Memberi kesempatan pada
keluarga untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas

40
2. Mengambil Keputusan
 Mendiskusikan bersama keluarga
tentang akibat dari Gizi buruk
jika tidak di tanggulangi segera
 Memotivasi keluarga untuk
memutuskan mengatasi Gizi
buruk yang dialami oleh An. A
 Memberikan reinvorcement
positif pada keluarga atas
kemampuannya mengambil
keputusan
3. Cara Perawatan Sederhana
 Mendiskusikan dengan keluarga
tentang cara merawat anggota
keluarga dengan gizi buruk
 Mengajukan pada keluarga cara
membuat makanan sederhana
 Menganjurkan pada keluarga
untuk mendemonstrasikan
kembali cara membuat makanan
sederhana
 Memberikan preincvorcement
positif atas kemampuan keluarga
dalam melakukan

41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat
berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi,protein serta makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Tipe gizi buruk dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
 Kwashiorkor
Anak penderita Kwashiorkor kelihatan gemuk, tetapi tidak sehat, mukannya
gemuk seperti bulan, kakinya bengkak karena edema (berisi cairan), lekukan bekas
tinggal jika jari kita ditekankan padanya. Perut anak itu agak buncit, tetapi bahu dan
lengan bagian atas jelas kurus. Kulitnya mudah terkelupas, rambutnya pucat dan
mudah mudah rontok.
 Marasmus
Marasmus berarti kelaparan atau anak tak cukup mendapat makanan sejenis
zat pangan manapun, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Anak yang
sangat kurus itu hanya separuhnya dari berat sehat sesuai umur. Muka anak
kurus seperti muka orang tua, kepalanya tampak besar karena badannya kurus
kecil. Tangan dan kakinya seperti tongkat kurusnya dan rusuk-rusuk kelihatan
nyata.

- Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan makann terjadinya
penyakit yang mengakibatkan infeksi.
- gizi buruk dapat dicegah dengan cara memberikan makanan yang bergizi tetapi sesuai
dengan kebutuhan

B. Saran
Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari dosen pengampu dan
rekan-rekan supaya saya bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan untuk menambah
pengetahuan saya tentunya.

42
DAFTAR PUSTAKA

http://zikrillahbewey.blogspot.com/2016/03/asuhan-keperawatan-keluarga_20.html

43

Anda mungkin juga menyukai