Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

EPIDURAL HEMATOMA (EDH)

Diajukan kepada :
dr. Agus Budi Setiawan, Sp. BS

Disusun oleh:
Firdausa Dwi Ariyanti G4A017044
Azhar Naufaldi S G4A017093
Muhamad Aryan P

SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
EPIDURAL HEMATOMA (EDH)

Disusun oleh:
Firdausa Dwi Ariyanti G4A017044
Azhar Naufaldi S G4A017093
Muhamad Aryan P

Telah dipresentasikan pada


Tanggal, Februari 2019

Pembimbing,

dr. Agus Budi Setiawan, Sp. BS

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan referat
ini dengan judul Epidural Hematoma (EDH). Penyelesaian referat ini banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Agus Budi Setiawan, Sp. BS atas
bimbingan dan arahannya selama mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Kota Purwokerto.

Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan referat ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tenaga kesehatan
terkhusus dalam bidang Ilmu Bedah

Purwokerto, Februari 2019

Penulis

3
I. PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi, terutama dalam bidang transportasi, mengakibatkan


meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor dan hal ini berdampak pada
meningkatnya kasus kecelakaan kendaraan bermotor yang menimbulkan korban
jiwa.1 Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 5,3
juta jiwa penduduk Amerika, 2 % sedikit lebih dari seluruh penduduk AS, saat ini
hidup dengan cacat akibat cedera otak. CDC juga melaporkan bahwa dari satu
juta orang yang diobati dan dipulangkan dari ruang gawat darurat rumah sakit
setiap tahun: 230.000 pasien dirawat dan hidup, 80.000 pasien timbul cacat akibat
cedera kepalanya dan 50.000 pasien meninggal.
Pasien cedera kepala biasanya meninggal dunia karena perdarahan
intrakranial. Ada empat macam perdarahan intrakranial yaitu Subdural (SDH),
Epidural (EDH), Subarachnoid (SAH) dan Intraserebral (ICH) Hematoma,
dimana angka kejadian EDH maupun SDH sekitar 20-40%. (6) Diantara keempat
jenis perdarahan tersebut EDH merupakan jenis yang paling banyak menjadi
perhatian para klinisi dan peneliti karena frekuensi kejadiannya yang tinggi,
penegakan diagnosis yang relatif mudah dan keberhasilan operasi yang tinggi.
Hematoma epidural (EDH) adalah bentuk cedera kepala yang mudah
diobati yang sering dikaitkan dengan prognosis yang baik. Dalam kasus yang
jarang terjadi, pendarahan tersebut bisa terjadi secara spontan. Kemajuan dalam
pencitraan CT kontemporer telah membuat konfirmasi diagnosis EDH cepat dan
akurat. Pasien dengan hematoma epidural yang memenuhi kriteria bedah dan
menerima intervensi bedah segera dapat memiliki prognosis yang sangat baik jika
ada kerusakan otak primer yang mendasarinya yang terbatas dari peristiwa
traumatis. Operasi EDH dianjurkan dilakukan sesegera mungkin setelah
diagnosis ditegakkan. Semakin cepat operasi dilakukan semakin besar manfaat
yang diberikan.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada 27 Februari 2017 di instalasi
rekam medik RSUD Margono Soekarjo Purwokerto pada tahun 2015 pasien
cedera kepala sebanyak 972, dan termasuk 79 pasien cedera kepala berat (8,12%).
Tahun 2016 pasien cedera kepala sebanyak 442 pasien, termasuk 86 pasien

4
cedera kepala berat (19,45%). Jumlah pasien cedera kepala yang meninggal di
rumah sakit selama 2015–2016 adalah 251 pasien. Berdasarkan latar belakang ini
maka penulis berpendapat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kejadian EDH dan karakteristiknya di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo selama
periode tahun 2018.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Epi berasal dari bahasa Yunani untuk lebih atau lebih. EDH
(Epidural Hematoma) adalah kumpulan darah pada ekstradural atau di
antara duramater dan tabula interna (Gambar 1). EDH diakibatkan
robeknya pembuluh darah cabang dari arteri meningeal tengah, vena,
sinus vena dural, dan pembuluh darah di cranium. Sebagian besar
hematoma epidural (EDH) (70-80%) berlokasi di daerah temporoparietal,
sedangkan 10% EDH berlokasi di frontal maupun oksipital. Biasanya
disertai dengan terjadi fraktur kranium ( 85-96%). Volume EDH biasanya
stabil, mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma,
tetapi pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24
jam pertama (Stiver, 2008).
Trauma adalah penyebab khas EDH. Trauma yang sering terjadi
merupakan dampak tumpul ke kepala dari serangan, jatuh, atau
kecelakaan lainnya. Dystocia, persalinan forsep, dan cetakan tengkorak
yang berlebihan melalui jalan lahir telah terlibat dalam EDH pada bayi
baru lahir.

B. Epidemiologi
Tahun 1995-2001 Amerika Serikat mencatat 235.000 penderita
cedera otak ringan dirawat setiap tahunnya, 1,1 juta mendapat perawatan
di unit gawat darurat, 50.000 (3,6%) pasien meninggal. Faktor resiko
utama cedera otak adalah umur, ras, dan tingkat sosioekonomi yang
rendah. Angka kejadian laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan
(Corrigan et al., 2010). Di Asia pada tahun 2002 pensentase cedera otak
karena kecelakaan lalu lintas sebesar 60% kasus, 20-30% karena terjatuh
dari ketinggian, dan penyebab lainnya 10%.4 Pada penelitian yang
dilakukan pada tahun 2006 menunjukkan cedera dan luka berada di urutan
6 dari total kasus yang masuk rumah sakit di seluruh Indonesia dengan

6
jumlah mencapai 340.000 kasus, namun belum ada data pasti mengenai
porsi cedera otak. Dari penelitian yang dilakukan pada beberapa rumah
sakit diperoleh data pada tahun 2005 RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta, kasus cedera otak mencapai 434 pasien cedera otak ringan, 315
pasien cedera otak sedang, kasus dengan mortalitas sebanyak 23 kasus.
Sebanyak 10-20% dari semua pasien dengan cedera kepala
diperkirakan memiliki EDH. Sekitar 17% dari pasien sadar sebelumnya
yang memburuk menjadi koma setelah trauma mengalami EDH.
Menggunakan Sampel Rawat Inap Nasional (NIS), analisis retrospektif
dilakukan dari semua kasus EDH di Amerika Serikat. Sebanyak 5.189
penerimaan diidentifikasi, dan mortalitas dan komplikasi di rumah sakit
masing-masing ditentukan menjadi 3,5% dan 2,9% (Ulman, 2016).
Angka kejadian EDH adalah 2-4 % dari seluruh perdarahan
intraserebral dan paling sering terjadi pada usia produktif 20-30 tahun.
EDH jarang terjadi pada orang tua > 60 tahun dan anak - anak kurang dari
2 tahun. Pada anak - anak, usia 5-10 tahun merupakan usia tersering
menderita EDH. EDH lebih sering terjadi pada laki – laki dengan
perbandingan 4: 1 (Bullock, 2006).

C. Patomekanisme
EDH terutama disebabkan oleh gangguan struktural pembuluh
dural dan cranium yang umumnya terkait dengan fraktur calvarial.
Laserasi arteri meningeal tengah dan sinus dural yang menyertainya
adalah etiologi yang paling umum. Pada fossa posterior, gangguan sinus
vena dural (misalnya, sinus transversus atau sigmoid) oleh fraktur dapat
menyebabkan EDH. Gangguan sinus sagital superior dapat menyebabkan
verteks EDH. Sumber non-arteri lainnya dari perdarahan epidural
termasuk vena diploic, granulasi arachnoid, dan sinus petrosal. Hematom
epidural ujung temporal anterior telah didalilkan untuk membentuk karena
gangguan sinus sphenoparietal. Adanya ganggaun perdarahan ini akan
mengganggu sistem tekanan intrakranial.

7
Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan yang timbul karena
adanya volume massa otak, cairan cerebrospinal (LCS), dan darah yang
mensuplai otak dalam suatu ruang intrakranial yang tertutup. TIK ini bisa
meningkat yang disebabkan oleh adanya perdarahan intrakranial (EDH,
SDH, kontusio otak, PSA, ICH ), edema otak, tumor otak, dan
hidrosefalus. 21,22
Akibat dari adanya peningkatan TIK akan menyebabkan
terjadinya penurunan aliran darah ke otak (CBF= Cerebral Blood Flow)
sehingga timbul iskemia otak. Iskemia otak adalah suatu gangguan
hemodinamik yang akan menyebabkan penurunan aliran darah otak
sampai ke suatu tingkat yang akan menyebabkan kerusakan otak yang
ireversibel. Autopsi pada pasien cedera kepala berat yang akhirnya
meninggal didapatkan 80 % mengalami iskemia otak.9,23 TIK dapat
diukur dengan satuan cmH2O atau mmHg, dan memiliki nilai normal 50
sampai 200 mmH2O atau 5 – 20 mmHg. 8,24
Teori Doktrin Monroe Kelly menyatakan bahwa rongga intra
kranial pada dasarnya merupakan rongga yang kaku, tidak mungkin
mekar, sehingga bila salah satu dari ketiga komponennya membesar, dua
komponen lainnya harus mengkompensasi dengan mengurangi
volumenya (bila TIK masih konstan). Mekanisme kompensasi intrakranial
ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural dapat menjadi parah bila
mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran cairan
serebrospinal ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi otak terhadap
peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK. Segera setelah cedera otak,
suatu massa seperti perdarahan dapat terus bertambah dengan TIK masih
tetap normal. Namun, sewaktu batas pemindahan/pengeluaran LCS dan
darah intravaskuler tadi terlewati maka TIK secara sangat cepat akan
meningkat. Peningkatan TIK ini yang nantinya akan menimbulkan
manifestasi klinis pada pasien EDH.

8
D. Manifestasi Klinis
Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan yang timbul karena
adanya volume massa otak, cairan cerebrospinal (LCS), dan darah yang
mensuplai otak dalam suatu ruang intrakranial yang tertutup. TIK ini bisa
meningkat oleh karena adanya perdarahan intrakranial (EDH, SDH,
kontusio otak, PSA, ICH), edema otak, tumor otak, dan hidrosefalus
(Rosner, 2002). Akibat dari adanya peningkatan TIK akan menyebabkan
terjadinya penurunan aliran darah ke otak sehingga timbul iskemia otak.
Iskemia otak adalah suatu gangguan hemodinamik yang menyebabkan
penurunan aliran darah otak sampai ke suatu tingkat yang menyebabkan
kerusakan otak yang ireversibel (Moltan, 2005). Akibat dari peningkatan
TIK ini, maka muncullah gejala-gejala seperti penurunan kesadaran, sakit
kepala, muntah proyektil, kejang, hemiparese kontralateral lesi.
Pada beberapa kasus EDH, sering didaptkan fenomena lucid.
Ketika kepala terkena trauma (terbanting atau terbentur) mungkin
penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu
beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif,
diikuti kesadaran yang berangsur menurun. Masa antara dua penurunan
kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut
lucid interval. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang
ringan pada epidural hematom. Sementara pada subdural hematoma
cedera primernya hampir selalu berat atau epidural hematoma dengan
trauma primer berat tidak akan mengalami lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar
(Selladurai, 2007).

E. Penegakkan diagnosis
Penegakkan diagnosis EDH didasarkan dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun anamnesis yang
dilakukan berupa keluhan utama, kronologi kejadian, riwayat penyakit
sekarang dan riwayat penyakit dahulu. Pemeriksaan fisik pada pasien
trauma dengan melakukan primary survey, termasuk menilai tingkat

9
kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Salah satu
penilaian derajat keparahan cedera otak dengan (GCS), GCS sering
digunakan karena mudah untuk dinilai. Outcome dapat dinilai dengan
menggunakan GCS. Setelah itu melakukan pemeriksaan generalis.
Pemeriksaan penunjang pun dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis EDH, yaitu berupa X-ray cranium untuk menilai garis fraktur
atau CT-Scan. CT-Scan mrupakan gold standard dalam penegakkan
diagnosis. Lokasi perdarahan dan perkiraan volume perdarahan juga dapat
diperkirakan dengan tepat. Kelainan lain seperti subdural, perdarahan
intraserebral, perdarahan intraventrikel, hidrosefalus, edema serebri, dan
tumor, yang dapat mengakibatkan peningkatan TIK juga dapat dilihat dari
CT-Scan. Gambaran EDH pada CT-Scan adalah lesi hiperdens berbentuk
bikonveks pada tempat terjadinya cedera, juga terdapat fraktur seperti
gambar 2.1 (Perron, 2008).

Gambar 2.1 gambaran CT-Scan pada Epidural Hematoma (EDH)

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal :
 Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC), pasang collar brace
 Elevasi kepala dari tempat tidur setinggi 30-45°
 Pemberian cairan isotonis dan terapi medikamentosa sesuai keluhan
yang timbul berupa analgetik, antiemetic, H2 reseptor antagonis,
antibiotik.

10
 Bila telah stabil pasien dirujuk ke fasilitas rumah sakit yang memiliki
sarana dokter spesialis bedah saraf. Epidural hematoma dengan gejala
minimal, tidak ada defisit neurologis fokal, tidak ada tanda herniasi
dapat, diberikan terapi, dengan medikamentosa, dengan observasi
neurologis ketat.
 Transfer/Rujukan ke fasilitas Rumah Sakit dengan sarana/spesialis
bedah sarah, dilakukan pada keadaan : Pasien tidak sadar atau GCS <
15, terdapat gejala defisit neurologis fokal : hemipareses, hipestesi,
gangguan penglihatan, ataksia, suspek fraktur skull atau trauma
penetrating (tanda fraktur basis kranii, fraktur depress terbuka -
Trauma kepala dengan mekanisme trauma akibat benturan high
energy : o terlempar dari kendaraan bermotor, o jatuh dari ketinggian
lebih dari 1 meter, atau kurang pada batyi, o tabrakan kendaraan
bermotor kecepatan tinggi - Riwayat kejang - Suspek trauma servical
Penanganan dari EDH yaitu berupa medikamentosa dan operatif.
Terapi medikamentosa diberikan jika terdapat EDH subakut atau kronik
yang berukuran kecil (ketebalan ≤ 1 cm) serta gejala dan tanda neurologis
minimal. Terapi operatif bertujuan untuk menghilangkan bekuan darah
sehingga dapat menurunkan tekanan intrakranial, hemostasis dan
mencegah reakumulasi darah di ruang epidural. Secara umum indikasi
operasi pada pasien EDH adalah :
- Pasien EDH tnap melihat GCS dengan volume hematoma kira-kira
>30 cc , ketebalan hematoma >15mm, atau jarak midline shifting >5
mm, atau
- Pasien EDH akut (GCS<9) dan pupil anisokor

G. Prognosis
Angka mortalitas 20-55% . Dengan diagnosis serta penatalaksanaan
yang optimal dalam beberapa jam, angka mortalitas berkisar 5-10%. Adanya
reflex babinski positif bilateral serta postur deserebrasi preoperasi
memperburuk prognosis. Kematian biasanya disebabkan henti nafas akibat
herniasi unkal yang menyebabkan penekanan pada batang otak.

11
III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan subyek


penelitian pasien yang telah didiagnosis EDH di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto selama tahun 2018. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling kasus EDH dengan memakai data status pasien
dan data elektronik catatan medis (medical record). Data dicatat dan
dikelompokan sesuai dengan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama,
penyebab trauma, derajat keparahan cedera otak dibagi dalam 3 kategori yaitu
cedera otak ringan, cedera otak sedang, cedera otak berat, tindakan operasi,
dan interval waktu lama perawatan. Data dianalisa secara deskriptif
menggunakan univariabel yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik
subyek penelitian dianalisa secara deskriptif dalam ukuran jumlah dan
persentase untuk data kategorik, analisa data penelitian ini menggunakan
program SPSS for windows versi 20.0.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Analisis Univariat (Karakteristik Responden)
Hasil pendataan deskriptif yang telah dilakukan di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan total sampling
diambil menggunakan data status atau rekam medis pasien
sebanyak 233 pasien EDH selama tahun 2018 dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien EDH tahun 2018 di RSUD
Margono Soekarjo Purwokerto
No. karakteristik Distribusi Jumlah %
1. Jenis Laki-laki 172 73,8%
kelamin Perempuan 61 26,2%
2. Usia Anak 31 13,3%
Remaja 101 43,3%
Dewasa 79 33,9%
Usia lanjut 22 9,4%
3. GCS COR (14-15) 73 31,1%
COS (9-13) 104 44,6%
COB (3-8) 56 24%
4. Keluhan Penkes 138 59,2%
Utama Nyeri kepala 95 40,8%
5. Kronologi Non-KLL 38 16,3%
kejadian KLL tunggal 34 14,6%
KLL ganda 161 69,1%
6. Tindakan Operasi 142 61,4%
operatif Tidak 90 36,6%
7. Lama 1-5 hari 143 61,4%
perawatan 6-10 hari 80 34,4%
>10 hari 10 4,3%

Dari 233 pasien EDH, didapatkan laki-laki (73,8%) lebih


banyak daripada perempuan (26,2%) dengan perbedaan 2,81 : 1.
Adapun frekuensi usia pada kasus EDH yaitu anak-anak (13,3%),
remaja (43,3%), dewasa (33,9%), usia lanjut (9,4%).
Tingkat keparahan cedera otak pada pasien EDH tahun
2018 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
berdasarkan penilaian GCS yaitu terbagi menjadi tiga, cedera

13
otak ringan/COR (GCS 14-15), cedera otak sedang/COS (GCS 9-
13), dan cedera otak berat/COB (GCS 3-8). Adapun
penyebarannya yaitu COR (31,1%), COS (44,6%), COB
(24,0%).
Keluhan utama yang sering dikeluhkan pada kasus EDH
yaitu berupa penurunan kesadaran dan nyeri kepala. Sebanyak
138 pasien mengeluhkan penurunan kesadaran dari total 233
pasien EDH (59,2%), sedangkan keluhan nyeri kepala sekitar 95
pasien (40,8%).
Adapun pembagian kronologi kejadian penyebab EDH
pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu akibat kecelakaan
lalu lintas (KLL) dan non- KLL (seperti jatuh dari ketinggian,
terpeleset, kejatuhan kayu, jatuh saat main yang mengakibatkan
trauma kepala). Akibat kasus non-KLL itu sendiri sekitar 38 dari
233 pasien EDH (16,3%), sedangkan akibat kasus KLL sekitar
195 dari 233 pasien (83,7%). Kasus KLL itu sendiri dibagi
menjadi KLL tunggal dan KLL ganda. KLL tunggal sebanyak 34
pasien (14,6%), sedangkan KLL ganda sebanyak 161 pasien
(69,1%). Pendataan di bulan September hingga Desember 2018,
didapatkan pejalan kaki yang mengalami KLL ganda sebanyak 9
dari 31 (29,0%), pengendara sepeda sebanyak 1 (3,2%),
pengendara sepeda motor sebanyak 20 orang (64,5%),
pengendara mobil sebanyak 1 (3,2%).
Tindakan operatif sebagai penanganan EDH tahun 2018 di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebanyak 143
dari 233 pasien (61,4%), sedangkan yang non operasi sebanyak
90 dari 233 pasien (38,6%).
Lama perawatan pasien EDH di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto tahun 2018 dibagi menjadi tiga yaitu,
interval perawatan 1-5 hari sebanyak 143 pasien (61,4%), 6-10
hari sebanyak 80 pasien (34,3%), >10 hari sebanyak 10 pasien
(4,3%).

14
B. Pembahasan
Distribusi kasus EDH berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan laki-laki lebih sering mengalami EDH dibanding
perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana
EDH lebih sering terjadi pada laki – laki dengan perbandingan 4: 1
(Bullock, 2006). Penelitian yang dilakukan di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang menunjukkan
perbandingan pasien laki-laki dengan perempuan yaitu 6:4.
Data demografi dari 233 pasien EDH di RSUD Margono
tahun 2018 didapatkan bahwa prevalensi cedera kepala relatif lebih
banyak terjadi pada usia remaja (43,3%) dan dewasa (33,9%). Hal
ini sesuai dengan data di Indonesia, bahwa sebagian besar (70%)
korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor
dengan golongan umur 15-55 tahun, dan cedera kepala merupakan
urutan pertama dari semua jenis trauma yang di alami korban
kecelakaan.
Data distribusi pasien EDH di RSUD Margono tahun 2018
berdasarkan nilai GCS didapatkan pasien dengan cedera otak
sedang paling banyak ditemukan yaitu 46%. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Dr. M. Djamil Padang selama bulan Maret-Mei 2015 didapatkan
bahwa pasien yang datang ke IGD dengan keadaan cedera otak
sedang (GCS 9-12) sekitar 70%. Penilaian GCS merupakan faktor
prediksi yang kuat dalam menentukan prognosis dimana suatu skor
GCS yang rendah pada awal cedera berhubungan dengan prognosis
yang buruk (Astuti, 2016). Menurut Sastrodiningrat yang mengutip
pendapat Jennet dkk, melaporkan bahwa 82% dari penderita-
penderita dengan skor GCS 11 atau lebih, dalam waktu 24 jam
setelah cedera mempunyai good outcome atau moderately disabled
dan hanya 12% yang meninggal atau mendapat severe disability.

15
Outcome secara progresif akan menurun bila skor awal GCS
menurun.

V. KESIMPULAN

1. Distribusi frekuensi jenis kelamin dari 233 pasien EDH tahun 2018 di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto laki-laki (73,8%) lebih banyak
daripada perempuan (26,2%), sedangkan frekuensi usia pada kasus EDH yaitu
anak-anak (13,3%), remaja (43,3%), dewasa (33,9%), usia lanjut (9,4%). Hal
ini karena pria lebih banyak beraktivitas dibanding wanita terutama usia
remaja dan dewasa muda
2. Tingkat keparahan EDH berdasarkan penilaian GCS yaitu terbagi menjadi
COR (31,1%), COS (44,6%), COB (24,0%)

16
3. Keluhan utama pasien EDH yaitu berupa penurunan kesadaran (59,2%) dan
nyeri kepala (40,8%).
4. Kronologi kejadian penyebab EDH yaitu akibat non-KLL itu sendiri sekitar 38
dari 233 pasien EDH (16,3%), KLL tunggal sebanyak 34 pasien (14,6%),
sedangkan KLL ganda sebanyak 161 pasien (69,1%).
5. Tindakan operatif penanganan EDH sebanyak 143 dari 233 pasien (61,4%),
sedangkan yang tidak dioperasi sebanyak 90 dari 233 pasien (38,6%).
6. Lama perawatan pasien EDH di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto tahun 2018 dibagi menjadi tiga yaitu, interval perawatan 1-5 hari
sebanyak 143 pasien (61,4%), 6-10 hari sebanyak 80 pasien (34,3%), >10 hari
sebanyak 10 pasien (4,3%).

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E., Saanin, S., Edison. 2016. Hubungan Glasgow Coma Scale Dengan
Glasgow Outcome Scale Berdasarkan Lama Waktu Tunggu Operasi
Pada Pasien Perdarahan Epidural. Majalah Kedokteran Andalas.
2(39): 50-57.
Bullock et al. Surgical management of Acute Epidural Hematomas. 2006. In
: Neurosurgery, 58 (3).
Handbook of Neurosurgery, Mark S. 2010. Greenberg (edt), 7th Ed, Thieme
New York, NewYork.
Head Injury, Pathofisdiology and Management of Severe Closed Injury,
Peter Reilly and Russ Bullock, 2nd Ed. CRC Press, 2005

17
Neurotrauma, Raj. K. Narayan, Jack E. Wilberger, John T. Povlishock,
(Eds), MacGraw Hill, 1996.
Neurologi and Trauma, Randolph W Evans, 2nd edition, Oxford University
Press, 2006
Selladurai B, Reilly P. Epidemiology of Acute Head Injury. Dalam : Initial
Management of Head Injury, a Comprehensive guide. Australia :
McGraw Hill, 2007
Perron AD : How to read a head CT Scan. In :Injuries to Bones and Organs.
New York : Mc Graw Hill. March 2008: Chp 69: 356 – 358.
Ullman JS, Sin Anthony. Epidural hemorrhage. In: Nosco MG, Talavera F
editors. Traumatic brain injury. May 2006.
Rosner MJ. Pathophysiology and management of intracranial pressure
monitoring. In: Andrew BT.Editor. Neurosurgical intensive care. 3
rd ed. New York: Mc Graw-Hill.2002. hal 122.

LAMPIRAN

Lampiran 1

JENIS KELAMIN

Statistics
JENIS_KELAMIN1
N Valid 233

18
Missing 0
Mean 1.2618
Median 1.0000
Std. Deviation .44056
Variance .194
Range 1.00

JENIS_KELAMIN1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 172 73.8 73.8 73.8
PEREMPUAN 61 26.2 26.2 100.0
Total 233 100.0 100.0

GCS

Statistics
GCS
N Valid 233
Missing 0
Mean 1.93
Median 2.00
Std. Deviation .742
Variance .551
Range 2

GCS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cor 73 31.3 31.3 31.3
cos 104 44.6 44.6 76.0
cob 56 24.0 24.0 100.0
Total 233 100.0 100.0

KELUHAN UTAMA

Statistics
KELUHAN_UTAMA
N Valid 233

19
Missing 0

KELUHAN_UTAMA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sakit kepala 95 40.8 40.8 40.8
penkes 138 59.2 59.2 100.0
Total 233 100.0 100.0

USIA

Statistics
USIA
N Valid 233
Missing 0
Mean 2.39
Median 2.00
Std. Deviation .835
Variance .697
Range 3

USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid anak 31 13.3 13.3 13.3
remaja 101 43.3 43.3 56.7
dewasa 79 33.9 33.9 90.6
manula 22 9.4 9.4 100.0
Total 233 100.0 100.0

OPERASI

Statistics
OP
N Valid 233
Missing 0

20
OP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid operasi 143 61.4 61.4 61.4
tidak operasi 90 38.6 38.6 100.0
Total 233 100.0 100.0

LAMA PERAWATAN

Statistics
LAMA
N Valid 233
Missing 0
Mean 1.43
Median 1.00
Std. Deviation .576
Variance .332
Range 2

LAMA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-5 hari 143 61.4 61.4 61.4
6-10 hari 80 34.3 34.3 95.7
>10 hari 10 4.3 4.3 100.0
Total 233 100.0 100.0

PENYEBAB

Statistics
PENYEBAB
N Valid 233
Missing 0
Mean 2.02
Median 2.00
Std. Deviation .557
Variance .310
Range 2

PENYEBAB

21
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KLL TUNGGAL 34 14.6 14.6 14.6
KLL GANDA 161 69.1 69.1 83.7
NON KLL 38 16.3 16.3 100.0
Total 233 100.0 100.0

22

Anda mungkin juga menyukai