Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN

PENDEKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN


PENENTUAN KEBIJAKAN MAINTENANCE PADA MESIN RING FRAME
DIVISI SPINNING I DI PT PISMA PUTRA TEXTILE
Lilik Haryono*), Dr. Aries Susanty, S.T

Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Diponegoro University,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Email : *) lilikharyo@gmail.com

Abstrak
Peranan mesin sangat vital pada seluruh proses produksi, sehingga keadaan mesin harus selalu
dalam keadaan yang optimal, terutama mesin ring frame karena pada mesin ini terjadi proses
perubahan sliver menjadi benang. Tingginya waktu downtime akan berpengaruh terhadap target
produksi yang sering tidak tercapai. Pengukuran nilai efisiensi ini hanya memperhatikan target
produksi. Untuk mengetahui efisiensi dari mesin perlu adanya aspek availability,performance, dan
quality. Kegiatan perawatan mengalami perkembangan seiring perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi menjadi Total Productive Maintenance (TPM).Tujuan dari TPM adalah melakukan
minimalisasi kerugian dari sistem manufaktur sehingga mengurangi biaya produksi dengan
melakukan pendekatan Overal Equipment Effectiveness (OEE). Perhitungan nilai OEE
mempertimbangkan aspek availability, perfomance, dan quality. Selain itu, untuk mengetahui
besarnya kerugian produksi, maka dilakukan analisis terhadap six big losses yang pada dasarnya
merupakan kerugian dari ketiga aspek OEE. Dengan analisis ini, nantinya dapat diketahui akar
penyebab masalah-masalah yang terjadi pada mesin ring frame sehingga dapat dilakukan langkah
perbaikan. Tujuan dari KKI di PT Pisma Putra Text adalah menghitung OEE dari mesin ring
frame, menentukan six big lose, dan mencari penyebab masalah dengan fish bone dan melakukan
proses perbaikan.
Kata kunci : TPM, OEE, Six big lose

Abstract
The role of the machine is vital to the entire production process, so the state of the machine must
always be in an optimal state, especially the ring frame machine because in this machine there is a
process of sliver change into yarn. The high downtime will affect the production targets that are
often not achieved. Measurement of this efficiency value only pay attention to production targets.
To know the efficiency of the machine needs the availability, performance, and quality aspects.
Maintenance activities have developed along with the development of science and technology into
Total Productive Maintenance (TPM) .The objective of TPM is to minimize the losses of the
manufacturing system so as to reduce production costs by approaching Overal Equipment
Effectiveness (OEE). The calculation of OEE values takes into consideration the availability,
performance, and quality aspects. In addition, to know the magnitude of production losses, then the
analysis of six big losses which is basically a loss of the three aspects of OEE. With this analysis,
later can be known the root cause of problems that occur in the ring frame machine so that it can
be done remedial steps. The purpose of KKI in PT Pisma Putra Text is to calculate OEE from the
ring frame machine, determine the six big lose, and look for the cause of the problem with the fish
bone and do the repair process.
Key words : TPM, OEE, Six big lose

1. PENDAHULUAN cukup mengalami peningkatan yang signifikan


Perkembangan dunia industri di di bidang kualitas dan productive maintenance.
Indonesia dalam beberapa periode terakhir Dunia industri telah menuju ke arah peningkatan
efektifitas dan efisiensi di mana perusahaan Jadi pada dasarnya kegiatan perawatan
dituntut untuk bekerja cepat tetapi tetap harus (maintenance) ditujukan untuk meyakinkan
dapat menghasilkan produk dengan kualitas bahwa aset fisik yang dimiliki dapat berlanjut
yang baik. Efektifitas dan efisiensi dalam suatu memenuhi apa yang diinginkan oleh pengguna.
perusahaan dapat meningkatkan profit yang Sistem perawatan dapat dipandang sebagai
diterima perusahaan serta meminimalisasi bayangan dari sistem produksi , yaitu apabila
pengeluaran biaya produksi. Selain itu, untuk sistem produksi beroperasi dengan kapasitas
melakukan peningkatan produktivitas mesin yang sangat tinggi maka sistem perawatan yang
maka pengelolaan keputusan atau kebijakan dilakukan akan lebih intensif (Gasperz, 1992).
maintenance harus tepat. Sistem perawatan yang Dengan dilakukannya maintenance diharapkan
dilakukan mesin ring frame yang dilakukan oleh keandalan (reliability) suatu sistem dapat
PT. Pisma Putra Text adalah dengan melakukan meningkat.
langkah preventif, yaitu melakukan scouring dan Perawatan juga dapat
dengan menggunakan kebijakan repair, yaitu didefinisikan sebagai suatu aktivitas untuk
perawatan yang dilakukan dengan mengganti memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan
bagian part yang rusak, serta dengan melakukan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
overhaul kepada sebuah mesin setiap lima tahun penyesuaian penggantian yang diperlukan agar
sekali. Untuk meminimalisasi biaya produksi, terdapat suatu keadaan operasi produksi yang
tentunya diperlukan pengambilan keputusan memuaskan sesuai dengan apa yang
maintenance mesin yang tepat. Pengambilan direncanakan. Pada dasarnya terdapat dua
keputusan dilakukan dengan membandingkan prinsip utama dalam sistem perawatan yaitu :
kebijakan mana yang lebih baik antara kebijakan 1. Menekan (memperpendek) periode
preventive maintenance dan kebijakan repair kerusakan (break down period) sampai batas
maintenance. minimum dengan mempertimbangkan aspek
Dengan adanya masalah ini, maka perlu ekonomis .
dilakukan analisis dengan menggunakan 2. Menghindari kerusakan (break down)
pendekatan Overall Equipment Effectiveness dan tidak terencana dan kerusakan tiba–tiba .
pembuatan kebijakan maintenance yang terbaik Maintenance merupakan kegiatan yang
sehingga diharapkan produktivitas mesin ring berhubungan dengan mempertahankan suatu
frame menjadi meningkat. Dengan analisis ini, mesin/ peralatan agar tetap dalam kondisi siap
nantinya dapat diketahui akar penyebab untuk beroperasi, dan jika terjadi kerusakan
masalah-masalah yang terjadi pada mesin ring maka diusahakan mesin/peralatan tersebut dapat
frame sehingga dapat dilakukan langkah dikembalikan pada kondisi yang baik. Peranan
perbaikan dan mengetahui kebijakan dari adanya pemeliharaan akan terasa apabila
maintenance yang tepat masalah sehingga sistem mulai mengalami gangguan atau tidak
produktivitas mesin menjadi optimal dengan dapat beroperasi (Dervitsiotis, 1981).
biaya produksi yang lebih murah.

2. KAJIAN LITERATUR 2.2 Jenis – Jenis Sistem Perawatan


2.1 Pengertian Maintenance Dalam sistem perawatan terdapat dua
Perawatan (maintenance) merupakan kegiatan pokok yang berkaitan dengan tindakan
suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk perawatan, yaitu (Gasperz, 1992):
menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem 1. Perawatan yang bersifat preventif
produksi sehingga dari sistem produksi itu dapat Perawatan ini dimaksudkan untuk
diharapkan menghasilkan output sesuai dengan menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu
yang dikehendaki dan dapat beroperasi sesuai menjadi rusak . pada dasarnya yang dilakukan
dengan yang diinginkan dan direncanakan. adalah perawatan yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan - kerusakan Pada penjadwalan dan pelaksanaan
yang tak terduga dan menentukan keadaan yang perawatan preventif harus memperlihatkan
dapat menyebabkan fasilitas produksi jenis distribusi dari kerusakan yang ada
mengalami kerusakan pada waktu digunakan karena dengan mengetahui jenis distribusi
dalam proses produksi . Dengan demikian semua kerusakan dapat disusun suatu rencana
fasilitas – fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan yang benar – benar tepat sesuai
perawatan preventif akan terjamin kelancaran dengan latar belakang mesin tersebut .
kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi  Hubungan antara waktu perawatan
yang siap digunakan untuk setiap proses prerventif terhadap waktu perbaikan
produksi setiap saat . Hal ini memerlukan suatu Hendaknya diantara kedua waktu ini
rencana dan jadwal perawatan yang sangat diadakan keseimbangan dan diusahakan
cermat dan rencana yang lebih tepat. dapat dicapai titik maksimal. Jika ternyata
Perawatan preventif ini sangat penting jumlah waktu untuk perawatan preventif
karena kegunaannya yang sangat efektif didalam lebih lama dari waktu menyelesaikan
fasilitas – fasilitas produksi yang termasuk kerusakan tiba–tiba, maka tidak ada
dalam golongan “critical unit “ sedangkan ciri – manfaatnya yang nyata untuk mengadakan
ciri dari fasilitas produksi yang termasuk dalam perawatan preventif. Jadi lebih baik
critical unit ialah kerusakan fasilitas atau dilakukan perbaikan sampai mesin rusak.
peralatan tersebut akan : 2. Perawatan yang bersifat korektif
 Membahayakan kesehatan atau keselamatan Perawatan ini dimaksudkan untuk
para pekerja memperbaiki perawatan yang rusak. Pada
 Mempengaruhi kualitas produksi yang dasarnya aktivitas yang dilakukan adalah
dihasilkan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
 Menyebabkan kemacetan seluruh proses setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan
produksi pada fasilitas atau peralatan. Kegiatan ini sering
 Harga dari fasilitas tersebut cukup besar disebut sebagai kegiatan perbaikan atau reparasi.
dan mahal Perawatan korektif dapat juga
Dalam prakteknya perawatan didefinisikan sebagai perbaikan yang dilakukan
preventif yang dilakukan oleh suatu perusahaan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi
dapat dibedakan lagi sebagai berikut : akibat tidak dilakukanya perawatan preventif
 Perawatan rutin, yaitu aktivitas maupun telah dilakukan perawatan preventif tapi
pemeliharaan dan perawataan yang sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas dan
dilakukan secara rutin (setiap hari). peralatan tersebut tetap rusak. Jadi dalam hal ini,
Misalnya pembersihan peralatan pelumasan kegiatan perawatan sifatnya hanya menunggu
oli, pengecekan isi bahan bakar , dan lain sampai terjadi kerusakan, lalu setelah itu
sebagainya . diperbaiki atau dibetulkan
 Perawatan periodik , yaitu aktivitas
pemeliharaan dan perawatan yang 2.3 Kegiatan Dalam Sistem Perawatan
dilakukan secara periodic atau dalam Tugas-tugas atau kegiatan yang dilakukan
jangka waktu tertentu, misalnya setiap 100 pada saat melakukan maintenance adalah
jam kerja mesin, lalu meningkat setiap 500 (Assauri, 2004):
jam sekali, dan seterusnya. Misalnya 1. Pemeriksaan (Inspection), yaitu tindakan
pembongkaran silinder, penyetelan katup – yang ditujukan terhadap sistem atau mesin
katup, dan sebagainya . untuk mengetahui apakah sistem berada
Perawatan preventif akan menguntungkan pada kondisi yang diinginkan
atau tidak tergantung pada : 2. Servis (Service), yaitu tindakan yang
 Distribusi dari kerusakan bertujuan untuk menjaga kondisi suatu
sistem yang biasanya telah diatur dalam 7. Menyiapkan personel, fasilitas dan
buku petunjuk pemakaian sistem. metodenya agar mampu mengerjakan
3. Penggantian komponen (replacement), tugas-tugas perawatan .
yaitu tindakan penggantian komponen yang
dianggap rusak atau tidak memenuhi 2.5 Manfaat Pemeliharaan
kondisi yang diinginkan. Tindakan Menurut Ahyari (2002) fungsi
penggantian ini mungkin dilakukan secara pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang
mendadak atau dengan perencanaan umur ekonomis dari mesin dan peralatan
pencegahan terlebih dahulu produksi yang ada serta mengusahakan agar
4. Repair, yaitu tindakan perbaikan minor mesin dan peralatan produksi selalu dalam
yang dilakukan pada saat terjadi kerusakan keadaan optimal. Manfaat dari adanya kegiatan
kecil. pemeliharaan ( maintenance) antara lain :
5. Overhaul, yaitu tindakan perbaikan secara 1. Perbaikan terus-menerus. Kegiatan ini
besar-besaran pada suatu mesin secara menjadi kajian yang penting dalam
menyeluruh dan biasanya dilakukan di manajemen operasi, baik manufaktur
akhir periode tertentu. Overhaul termasuk maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang
dalam perawatan yang bersifat korektif. menggunakan mesin yang berputar dan
6. Scouring, yaitu kegiatan membersihkan dan beroperasi setiap saat.
perawatan yang dilakukan untuk mencegah 2. Mesin dan peralatan produksi di dalam
timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak perusahaan akan dapat dipergunakan
terduga dan menemukan kondisi atau dalam jangka waktu panjang.
keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas 3. Meningkatkan kapasitas. Dengan adanya
produksi mengalami kerusakan pada waktu perbaikan yang terus-menerus, maka tidak
digunakan dalam proses produksi akan ada pengerjaan ulang/proses ulang,
(Pawitro,1975). sehingga kapasitas akan meningkat.
4. Mengurangi persediaan. Karena tidak
2.4 Tujuan Pemeliharaan perlu ada tumpukan bahan baku yang
Menurut Corder (1992) dalam buku harus disiapkan untuk melakukan
Teknik Manajemen Perawatan, tujuan produksi ulang.
pemeliharaan adalah untuk: 5. Dapat menghindarkan diri atau dapat
1. Memungkinkan tercapainya mutu produksi menekan sekecil mungkin terdapatnya
dan kepuasan pelanggan melalui kemungkinan kerusakan-kerusakan berat
penyesuaian, pelayanan dan pengoperasian dari mesin dan peralatan produksi selama
peralatan secara tepat. proses produksi berjalan.
2. Memaksimalkan umur kegunaan dari 6. Biaya operasi lebih rendah. Akibat
sistem. kapasitas yang meningkat disertai dengan
3. Menjaga agar sistem aman dan mencegah persediaan yang rendah, maka secara
berkembangnya gangguan keamanan otomatis akan mengakibatkan biaya
4. Meminimalkan biaya produksi total yang operasi lebih rendah. Tidak perlu
secara langsung dapat dihubungkan penyimpanan bahan baku dan tidak perlu
dengan service dan perbaikan. adanya biaya tambahan karena proses
5. Memaksimalkan produksi dari sumber – pengerjaan ulang.
sumber sistem yang ada. 7. Produktivitas lebih tinggi. Jika biaya
6. Meminimalkan frekuensi dan kuatnya operasi lebih rendah, maka dari rumus
gangguan terhadap proses operasi. produktivitas adalah output/input akan
diperoleh bahwa produktivitas akan lebih
besar (dengan catatan output konstan).
Tentunya produktivitas akan lebih besar (Gasperz, 2007)
lagi jika output semakin besar.
Meningkatkan kualitas. Akan tercipta cost 2.7 Overall Equipment Effectiveness (OEE)
advantage, artinya dengan kualitas yang Overall Equipment Effectiveness (OEE)
sama baik, harga dapat ditetapkan menjadi merupakan suatu alat ukur penerapan TPM guna
lebih murah menjaga perawatan pada kondisi ideal dengan
penghapusan six big losses. Jika kita
2.6 Pengertian Total Productive Maintenance menentukan bahwa keefektifan peralatan di
(TPM) pabrik, maka selayaknya kita mengasumsikan
Total Productive Maintenance (TPM) bahwa peralatan tersebut dapat dioperasikan
adalah manajemen perusahaan atau “way of secara efektif dan efisien. Namun metode
working” yang dikembangkan sejak tahun 1970 perhitungan apa yang digunakan untuk
oleh JIPM (Japan Institute of Plant meningkatkan tingkat efektivitas peralatan dan
Maintenance). Penerapan TPM dimulai di data apa saja yang menjadi dasar perhitungan
Jepang dan telah menyebar di banyak negara, tersebut. Banyak perusahaan menggunakan
antara lain Amerika Serikat, Eropa, India, China, istilah “tingkat efektivitas peralatan” namun
dan Australia (Hasriyono, 2009). metode perhitungan yang mereka lakukan
Total Productive Maintenance (TPM) sangatlah berbeda. Pengukuran OEE didasarkan
tidak sama seperti departemen maintenance berdasarkan tiga aspek, yaitu availabilty ratio,
yang melakukan perbaikan mesin karena rusak. perfomance ratio, dan, quality ratio
TPM adalah pilar utama untuk membangun lean 2.8 Perhitungan Overal Equipment
six sigma. Jika waktu mesin untuk beroperasi Effectiveness ( OEE)
(machine uptime) tidak dapat diprediksi dan jika Setiap perusahaan menginginkan peralatan
kapabilitas proses rendah, kita tidak akan dapat bekerja secara maksimal, tidak ada waktu
mampu memenuhi permintaan pelanggan
yang terbuang, tetapi kenyataannya hal tersebut
sehingga operator mesin dapat diibaratkan
seperti sopir mobil yang harus bertanggung tidaklah mudah. Untuk itu maka pengukuran
jawab dalam hal perawatan mesin sehari-hari, terhadap Overall Equipment Effectiveness
seperti menjaga kebersihan mesin, memeriksa
sangatlah diperlukan. Tabel 2.1 menjelaskan
dan mengisi atau memberi minyak
pelumas,dll.TPM terkait langsung dengan batasan penentuan nilai-nilai OEE yang ideal
bagian produksi, sedangkan bagian maintenance dengan standar industri World Class: (Nakajima,
berfungsi sebagai pendukung. Beberapa manfaat
1989)
implementasi sstem TPM adalah:
 Reduksi dalam unplanned downtime Tabel 2.1 Nilai-nilai OEE yang Ideal
 Meningkatkan kapasitas produksi Deskripsi Nilai
 Reduksi biaya perawatan (maintenance
Availability >90%
cost) dan memperpanjang umur atau masa
pakai peralatan Performance Efficiency >95%
 Operator mesin terlibat akif dalam Quality Rate >99%
memaksimumkan kinerja peralatan
OEE >85%
 Menetapkan rencana kebijakan perawatan
yang paling baik, termasuk preventive Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah
maintenance dan predictive maintenance sebuah metrik yang berfokus pada seberapa
 Meningkatkan kualitas produk efektif suatu operasi produksi dijalankan. Hasil
 Meningkatkan Overall Equipment
Effectiveness (OEE). dinyatakan dalam bentuk yang bersifat umum
sehingga memungkinkan perbandingan antara masalah- masalah yang sering dihadapi oleh PT
unit manufaktur di industri yang berbeda. Apac Inti Corpora dalam proses produksinya
yaitu tingkat breakdwon mesin ring frame masih
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah
relatif tinggi sehingga penulis mencoba meneliti
tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh lebih lanjut produktivitas mesin dengan mencari
yang diperoleh dengan memperhitungkan tingkat efektifitas dari line tersebut dengan
menggunakan metode Overall Equipment
availability, performance efficiency dan rate of
Effectiveness (OEE) dan mengoptimalkan
quality product (Davis, 1995). kebijakan maintenance dalam line ring frame
OEE didapatkan melalui persamaan berikut: sehingga biaya produksi rendah.
OEE= Availability(%) x Performance Efficiency  Studi Pustaka
Studi pustaka sangat berguna untuk
(%) x Quality Rate (%) mendefinisikan kondisi nyata di lapangan pada
metode/ teori- teori yang telah diperoleh saat
2.9 Analisa Six Big Losses perkuliahan, sehingga dari studi pustaka ini,
Dalam maintenance, terdapat suatu istilah penulis dapat mengidentifikasi data- data dan
Six Big Losses, yaitu suatu kerugian yang harus informasi apa saja yang diperlukan sesuai
dihindari oleh setiap perusahaan. Six Big Losses dengan metode penyelesaian yang akan
adalah enam kerugian yang dapat mengurangi digunakan. Untuk mengetahui tingkat efektifitas
tingkat efektifitas suatu mesin. Oleh karena itu, dari sebuah mesin maka dapat dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas mesin/ penerapan konsep Total Productive
peralatan, maka perlu dilakukan analisis Maintenance (TPM) dengan menggunakan
produktivitas dan efisiensi mesin pada six big metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
losses. Six Big Losses dikategorikan menjadi tiga dan analisis pada Six Big Losses. Dari studi
kategori utama berdasarkan aspek kerugianny pustaka penulis mencoba membandingkan nilai
yaitu sebagai berikut: Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada
1. Downtime (Penurunan Waktu) Line Ring Frame PT. Apac Inti Corpora dengan
2. Speed Losses (Penurunan Kecepatan) nilai OEE standart dunia yaitu 85% dan mencari
3. Defects (Cacat) kebijakan maintenance yang terbaik, yaitu
. dengan repair policy atau dengan preventive
3. METODE PENELITIAN maintenance.
Tahap pertama yang dilakukan adalah Tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan studi pendahuluan, yaitu mencari mengetahui tingkat efektifitas line ring frame
referensi – referensi yang berkaitan dengan tema dengan melakukan perhitungan Overall
laporan Kerja Praktek ini mengenai materi Equipment Effectiveness (OEE) yang ditinjau
Maintenance dan Total Productive Maintenance dari tiga aspek yaitu availability, performance
(TPM) sehingga akan mempermudah ketika efficiency dan quality rate yang kemudian
penulis sudah berada di lapangan, penyusunan dibandingkan dengan standar world class
laporan, dan pengolahan data. Studi industry. Selain itu penulis akan menganalisis
pendahuluan dibagi menjadi dua yaitu: penyebab-penyebab yang mengakibatkan line
 Studi Lapangan ring frame memiliki tingkat kerusakan yang
Studi lapangan merupakan studi yang tinggi
dilakukan di lapangan terkait dengan pengenalan Data yang diperlukan dalam penelitian
mengenai perusahaan dan proses produksi efektifitas mesin ring frame ini adalah data
benang terutama di bagian produksi dan berapa lama mesin beroperasi, data berapa lama
maintenance di unit Spinning IV PT Apac Inti mesin breakdown, data berapa lama mesin
Corpora. Pada studi lapangan tersebut diperoleh mengalami unplanned downtime, data setup time
mesin, data idle time mesn, data minor
Pareto Chart of Jenis Cacat

Jumlah Cacat (Dalam Persent ase)


stoppages mesin, jumlah total produksi, dan 16 100
jumlah produk cacat yang dapat dilihat pada 14
12 80
laporan harian mesin dan produksi pada line ring 10

Percent
60
8
frame Juni 2014 sampai dengan Juni 2015. 6 40
Selain itu, untuk mengetahui kebijakan 4
20
2
maintenance yang tepat diperlukan data 0 0
Jenis Cacat ss e ss ss s s s s
frekuensi mesin breakdown, data waktu lo ag lo lo lo lo
ed o pp nt w
n
ra
p
or
k
e e
sp st sm do Sc w
breakdown mesin, data jenis kerusakan, data d or ju ak Re
ce in ad re
m B
du d d
biaya pekerja, dan biaya pergantian part. Re an an
g up
lin t
Id Se
Jumlah Cacat (Dalam Persentase) 12,95 0,99 0,90 0,72 0,22 0,00
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Percent 82,1 6,2 5,7 4,6 1,4 0,0
Cum % 82,1 88,3 94,0 98,6 100,0 100,0
4.1 Hasil Perhitungan OEE
Hasil perhitungan nilai Overall Gambar 4.1 Diagram pareto mesin ring frame
Equipment Effectiveness (OEE) secara Dari diagram pareto, dapat dilihat bahwa
keseluruhan pada bulan Juni 2014 sampai jenis cacat yang paling dominan adalah reduced
dengan Juni 2015 yang dilihat dari aspek speed loss 82,1%
availabitlity, performance, quality. Berikut ini merupakan faktor penyebab
Downtime = 62.42 +218.19 +574.23 +164.51 produktivitas mesin ring frame yang kurang
=1019.35 jam maksimal dijelaskan dengan menggunakan
Loading time =24336 – 134.75 =24201.25 jam diagram sebab akibat pada gambar 4.2
Availabity = (24201.25 -1501) : 24201.25 x
100% = 95.788 %
Performance = 221714.23 : (221714.23 x 1.065)
= 93.8
Quality Rate = (222455.06 – 740.83) :
222455.06 x 100% = 99.67 %
Hasil pengolahan data untuk perhitungan OEE
untuk masing masing periode dengan
menggunakan cara perhitungan yang sama dapat
dilihat pada tabel lampiran. Setelah persentase
availabity, performance, quality rate diketahui,
maka nilai OEE dapat dicari sebagai berikut:
OEE = 95.12% x 93.89 % x 99.67 % =89.64 %
Dari perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa
pada bulan Juni 2014 hingga Juli 2015,
persentase OEE mesin ring frame adalah 89.64 Gambar 4,2 Diagram sebab akibat
% produksitivitas mesin ring frame yang kurang
maksimal
4.2 Penentuan Cacat Dominan Dengan Six Big
Dari diagram sebab akibat, dapat dibuat
Losses
usulan perbaikan kualitas yang dapat dilihat
Untuk mengetahui jenis cacat yang paling pada tabel lampiran 1. dengan menggunakan
dominan maka dilakukan pembuatab diagram 5W + 1H.
pareto. Berikut ini merupakan gambar yang
menunjukkan diagram pareto yang ditunjukkan
pada gambar 4.1
mesin yang sudah tua. Serta untuk
5 KESIMPULAN DAN SARAN bagian material masalah yang dihadapi
5.1 Kesimpulan adalah human bagian quality control
1. Setelah dilakukan pengukuran nilai OEE
yang masih kurang cermat dalam
pada mesin ring frame, ternyata secara
memilih bahan. Untuk menghadapi
keseluruhan nilai OEE pada bulan Juni
masalah tersebut perlu adanya
2014- Juni 2015 telah mencapai nilai
pembelian mesin baru sehingga masalah
world class, yaitu sebesar 89,64%.
utama dapat teratasi. Selain itu
Akan tetapi, pada perhitungan nilai OEE
penambahan jumlah karyawan pada
pada bulan tertentu masih terdapat nilai
bagian doffing dan setup perlu
OEE di bawah standar, yaitu pada bulan
dilakukan agar tidak memakan waktu
Juni 2014, Agustus 2014, Oktober 2014
lama.
dan Desember 2014 dengan nilai OEE
.
terendah pada bulan Desember 2014
5.2 Saran
sebesar 82.9%. Selain itu, masih Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa saran
terdapat faktor-faktor OEE yang belum yang dapat diberikan antara lain :
efisien, yaitu pada aspek availability dan 1. Perusahaan bisa melakukan perhitungan
aspek perfomance. Pada aspek OEE terhadap semua mesin, agar
availability, dapat dilihat bahwa nilai mengetahui efektivitas mesin sehingga
persentase availability tidak ada yang dapat dilakukan evaluasi secara terus
berada di bawah 90%. Sedangkan pada menerus terhadap kegiatan produksi.
aspek perfomance, dapat dilihat bahwa 2. Melakukan pelatihan kepada setiap
nilai persentase perfomance semua operator maupun personel pemeliharaan
masih berada di bawah 95% . Dari nilai agar dapat meningkatkan kemampuan dan
perfomance dapat dilihat bahwa keahlian operator dalam menanggulangi
performance paling rendah adalah pada permasalahan yang ada pada mesin dan
bulan Desember yaitu sebesar 87.1%. peralatan produksi.
Pada aspek quality, seluruh nilai 3. Pihak perusahaan sebaiknya selau
persentase berada di atas nilai standar, melakukan penanaman kesadaran kepada
yaitu di atas 99%.. seluruh pekerja untuk ikut berperan aktif
2. Dari perhitungan yang telah dilakukan, dalam peningkatan produktivitas dan
didapat jumlah cacat (dalam persentase) efisiensi untuk perusahaan dan bagi diri
reduced speed loss sebesar 12,952%, mereka sendiri
idling and minor stoppage sebesar 4. Di dalam melakukan kegiatan
0,986%, setup and adjusment loss maintenance perlu dilakukan perencanaan
sebesar 0,9%, breakdown loss sebesar kebijakan dengan melakukan riset pada
0,723%, scrap and rework loss sebesar maintenance. Untuk kondisi sekarang,
0,218%, dan start up loss sebesar 0%. kebijakan preventive maintenance
Dari nilai jumlah cacat, dapat dilihat merupakan kebijakan yang paling tepat
bahwa jumlah cacat yang terbanyak dilakukan.
adalah reduced speed loss .
3. Setelah dilakukan analisis, terdapat DAFTAR PUSTAKA
faktor - faktor penyebab mesin ring Ahyari, A. 2002. “Manajemen Produksi:
frame adalah pada aspek man yaitu Pengendalian Produksi, Edisi Empat,
jumlah operator doffing kurang. Method
Buku Dua.” BPFE: Yogyakarta.
yaitu jumlah operator saat setup mesin
kurang. Environtment dan machine
masalah yang dihadapi adalah masalah
Assauri, S. 2004. “Manajemen Produksi dan Nakajima, S. 1989. “Implementing Total
Operasi, Edisi Revisi”. Lembaga Penerbit Productive Maintenance”. Productivity
FE UI: Jakarta. Press, Inc.: Cambridge, Massachussetts.
Corder, A.S. 1992. “Teknik Manajemen Nakajima, S. 1998. “Introduction to Total
Perawatan”. Erlangga: Jakarta. Productive Maintenance” Productivity
Davis. 1995. “Productivity Improvements Press, Inc Cambridge
Through TPM: The Philosophy and Pawitro. 1975. “Teknologi Pemintalan”. Institut
Application of Total Productive Teknologi Bandung: Bandung.
Maintenance.” Prentice Hall International
Limited: United Kingdom.
Dervitsiotis, K. N. 1981. “Operational
Management”. New York: Mc Graw Hill
Book Company.
Gaspersz, V. 1992.”Analisis Sistem Terapan
Berdasarkan Pendekatan Teknik
Industri”. Tarsito: Bandung.
Gaspersz, V. 2007. “Lean Six Sigma for
Manufacturing and Service Industries:
Strategi Dramatik Reduksi
Cacat/Kesalahan, Biaya, Inventori, dan
Lead Time dalam Waktu kurang dari 6
bulan”.PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Hasriyono, M. 2009. “EvaluasiEfektivitas Mesin
Dengan Penerapan TotalProductive
Mainenance (TPM) di PT. Hadi Baru:
Jurusan Teknik Industri Universitas
Sumatera Utara.
Limantoro, D. “Total Productive Maintenance
di PT X”. Jurnal Titra Vol. 1 No 1,
Januari 2013: Surabaya.
Marimin. 2004. “Teknik dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk”. Gramedia Widiasarana
Indonesia: Bogor.
Lampiran 1
5W1H Faktor Penyebab Masalah

Biaya Beli Mesin Quality Control 2 Operator saat Operator input


Mahal saat menerima doffing roving kurang
bahan

What Perencanaan Evaluasi terhadap Penambahan Penambahan


pembelian mesin departemen quality karyawan baru karyawan baru
baru control bagian doffing bagian doffing

Why Butuh modal yang Agar pemilihan Untuk Meningkatan


besar untuk bahan dapat secara meningkatkan waktu setup mesin,
membeli sebuah teliti dan tidak kecepatan ketika sehingga tidak
mesin ring frame salah. doffing memakan banyak
waktu.

Where Departemen Departemen Departemen Departemen


keuangan Maintenance Maintenance Maintenance

When Pertengahan tahun Akhir bulan ini Akhir bulan ini Akhir bulan ini
ini
Who Head Office dan Karyawan bagian Staff departemen Kepala
bagian keuangan quality control maintenance departemen
bagian doffing maintenance
How Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan
pembelian mesin pengawasan dan penambahan penambahan
baru agar pengecekan yang karyawan karyawan
produktivitas ketat. khususnya untuk khususnya untuk
mesin dapat bagian doffing bagian doffing
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai