Asuhan Keperawatan Dengan DHF Vera
Asuhan Keperawatan Dengan DHF Vera
PENDAHULUAN
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008). Demam Berdarah Dengue
(DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi, fenomena
hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda – tanda
kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area
yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun,
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira – kira 24 juta
kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan
wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 – 1970, 1.070.207
kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak – anak (WHO,
1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara – negara endemik, seperti
Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS
menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa
besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285
kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980 –
an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.
Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan mahasiswa/i dapat
lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya dapat menurunkan angka
kejadian penyakit DHF di Indoensia.
1
DENGUE DI WILAYAH WHO ASIA TENGGARA DAN PASIFIK BARAT
Penyakit yang sekarang dikenal sebagai DHF pertama kali dikenali di filipina pada
tahun 1953. Sindromnya secara etiologis berhubungan dengan virus dengue ketika
serotipe 2, 3, dan 4 diisolasi dari pasien di filipina pada tahun 1956; 2 tahun kemudian
virus dengue dari berbagai tipe diisolasi dari pasien selama epidemik di bangkok,
thailand,. Selama tiga dekade berikutnya, DHF/DSS ditemukan di kemboja, cina, india,
indonesia, masyarakat Republik Demokratis Lao, Malaysia, Maldives, Mianmar,
Singapura, Sri Lanka, Vietnam, dan beberapa kelompok kepulauan pasifik.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, DHF/DSS secara progresif meningkat sebagai
masalah kesehatan, menyebar dari lokasi primernya di kota-kota besar ke kotabesar yang
lebih kecil dan kota-kota di negara-negara endemik. Penyakit ini mempunyai pola
epidemik berdasarkan musiman dan siklus, dengan wabah besar terjadi pada interval 2-3
tahun. Selama periode ini, 1070207 kasus dan 42808 kematian dilaporkan, sebagian besar
anak-anak. Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara-negara endemik Cina,
Indonesia, Malaysia, Mianmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF/DSS menyebar
secara perifer, yang menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa besar
yang terjadi di vietnam (354517 kasus pada tahun 1987) dan Thailand (174285 kasus pada
tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF/DSS
dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade tahun 1980-
an diperkirakan 1946965 dan 23793. Secara epidemologi kejadian baru DHF/DSS
dilaporkan di Cina (1985), India (1988), New Caledonia (1988), Sri Lanka (1989) daan
Tahiti (1989). Pengalaman di india dan Sri Lanka secara Khusus menarik, karena
surveilens virologis yang mendokumentasikan penularan endemik dari keempat serotipe
dengue yang disertai dengan kasus DF, tetapi tidaak dengan DHF/DSS sebelum wabah
yang disebutkan di atas.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2
c. Menyebutkan etiologi DHF dengan tepat
d. Menyebutkan klasifikasi DHF dengan tepat
e. Menjelaskan patofisiologi dengan baik
f. Menyebutkan manifestasi klinis DHF dengan tepat
g. Menyebutkan komplikasi DHF dengan tepat
h. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk DHF dengan tepat
i. Menyebutkan penatalaksanaan pasien dengan DHF dengan tepat
j. Menjelaskan konsep dasar keperawatan DHF yang terdiri atas : pengkajian,
diagnosa keperawatan, dan intervensi dengan baik
k. Melakukan pengkajian pada pasien DHF dengan baik
l. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien DHF dengan tepat
m. Membuat intervensi pada pasien DHF dengan tepat
n. Melaksanakan implementasi pada pasien DHf dengan baik
o. Membuat evaluasi pada pasien DHF dengan tepat
C. Metode Penulisan
D. Sistematika penulisan
Makalah ini tersusun menjadi lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi
latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua tinjauan teori yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi sistem
hematologi, etiologi DHF, klasifikasi DHF, patofisiologi DHF, manifestasi klinis DHF,
komplikasi DHF, pemeriksaan diagnostik DHF, penatalaksanaan pasien DHF, dan konsep
dasar keperawatan DHF yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, serta
intervensi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Effendy, 1995)
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Noer, 1999)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Behrman, et al, 2000)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. (Nursalam, dkk, 2008)
Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan dewasa.
a. Pembuluh Darah
4
1) Struktur
2) Jenis – Jenis
5
Sistem saraf simpatis yang mempersarafi otot vena dapat
merangsang vena untuk berkontriksi sehingga menurunkan volume vena
dan menaikkan volume darah dalam sirkulasi umum.
c) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol
berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler membentuk jalinan
pembuluh darah bercabang – cabang di dalam sebagian besar jaringan
tubuh.
Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan
tersusun hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler ± 5 – 10 µm.
Struktur dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan transpor nutrisi yang
cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme.
d) Pembuluh Limfe
3) Sirkulasi Darah
6
Sirkulasi darah dalam tubuh ada dua, yaitu :
a) Sirkulasi Sistemik
Darah dari ventrikel kiri (jantung) → aorta → arteri → arteriola → kapiler
→ venula → vena cava inferior dan superior → atrium kanan (jantung)
b) Sirkulasi Pulmonal
Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru – paru
kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)
Presentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu
ditentukan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan oksigen, dan
fungsi jaringan. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh
darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran O2 dan nutrisi ke jaringan.
Apabila pembuluh darah gagal berdilatasi, maka akan terjadi ischemic
jaringan.
5) Aliran Darah
6) Tahanan Hemodinamika
b. Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa. Cairan
darah tersusun atas komponen – komponen, yaitu :
7
b) Protein (8,0 %) : Albumin, Globulin, Protrombin, dan Fibrinogen
c) Mineral (0,9 %) : NaCl, Na2CO2, garam dan kalsium, P, Mg, Fe
d) Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol,
asam amino
e) Gas : O2 dan CO2
f) Hormon – hormon
g) Enzim
h) Antigen
2) Sel Darah
8
Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam
sitoplasmanya. Diameternya 2 – 3 kali dari eritrosit. Granulosit dibagi
dalam tiga sub grup, yaitu :
Eosinofil : granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya
Basofil : granula berwarna biru
Netrofil : granula berwarna ungu pucat
Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai
material biologis kuat, seperti histamin, serotonin, dan heparin.
Monosit
9
sumsum tulang (megakariosit) dan produksi trombosit diatur oleh
tromboprotein.
Trombosit berperan dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi
cedera vaskuler, maka trombosit menggumpal pada tempat cedera tersebut.
Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya
menyebabkan trombosit menmpel satu sama lain dan membentuk tambalan
/ sumbatan. Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi
faktor pembekuan dalam plasma darah.
b. Etiologi
Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 – 4 (golongan enthropoda bome
golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70OC yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
c. Klasifikasi DHF
10
i. Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan, uji
torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
ii. Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
iii. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah
lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan
ujung jari (tanda dini renjatan).
iv. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
d. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa
(splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi
dan renjatan (syok).
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, maka akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis, dan kematian.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga faktor, yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi.
11
PATOFLOW
Infeksi Dengue Heterologus Sekunder
Gangguan fungsi Pembersihan trombosit Pelepasan Trombosit Faktor Hageman Anafilatoksin ( C3a C5a )
Trombosit oleh RES faktor III diaktivasi
Ptekie
Kadar histamin
Trombositopenia Ekimosis Koagulapati dalam urine 24 jam ↑
Konsumtif Sistem Kinin
Epistaksis
Ht ↑
FDP ↑
Kebocoran Na+ ↓
Plasma
Efusi serosa
Edema
Perpindahan cairan
dari IVF ke interstitial Hepatomegali
Splenomegali
Hipovolemia
Syok
12
Hipoksia jaringan
Perdarahan Masif
Kematian
13
e. Manifestasi Klinis
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan Diagnostik
i. Darah
14
ii. Urine
iv. Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok
besar, yaitu :
1. Uji serologi memakai serum ganda
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini
yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali.
Termasuk dalam uji ini ialah pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi
(NT), dan uji dengue blot.
Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi
antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang
mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya; uji Ig M
antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.
v. Isolasi Virus
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut :
i. Lakukan tirah baring atau istirahat baring
ii. Pemberian diet makanan lunak
15
iii. Berikan minum banyak (2 – 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh manis, sirup,
dan beri penderita oralit.
Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF
iv. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan karena
mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L, korektor basa 28 mEq / L, Cl- 109
mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.
v. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.
vi. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
vii. Pemberian obat antipiretik.
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan
dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.
viii. Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut.
ix. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
x. Monitor tanda – tanda dini renjatan, meliputi : keadaan umum, perubahan tanda –
tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
xi. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
xii. Transfusi darah bila penderita mengalami perdarahan yang membahayakan.
16
3. KONSEP DASAR KEPERAWATAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (
DHF )
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
.
e. Kondisi Lingkungan
f. Pola Kebiasaan
17
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang – kadang anak mengalami diare /
konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit /
banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
18
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
5) Ekstremitas
h. Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
19
b. Resiko tinggi terjadinya hipovolemik syok berhubungan dengan berkurangnya
volume intravaskular.
c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.
d. Gangguan aktivitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri
ulu hati.
3. Intervensi
20
2) Monitor jumlah trombosit dan hematokrit setiap hari.
3) Anjurkan klien untuk istirahat.
4) Jelaskan tentang trombosit pada klien dan keluarga.
5) Libatkan keluarga untuk segera melapor bila terjadi perdarahan yang lanjut.
6) Laporkan dan kolaborasi dengan tim medis bila terjadi perdarahan lebih lanjut.
1) Kaji keluhan mual, nyeri ulu hati, dan nafsu makan klien.
2) Hidangkan makanan dalam bentuk menarik, keadaan hangat, dan tidak dengan
bau yang merangsang mual.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna.
4) Berikan makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
5) Berikan motivasi pada klien untuk makan.
6) Observasi dan catat jumlah makanan dan minuman yang dihabiskan oleh klien
setiap hari.
7) Jelaskan manfaat nutrisi / makanan dan cairan.
8) Timbang berat badan bila memungkinkan.
9) Laksanakan program pengobatan : berikan terapi antisida (anti emetik).
21